Anda di halaman 1dari 17

JURNAL SELAT

Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016.


P-ISSN 2354-8649 : E-ISSN 2579-5767
Open Access at: http://ojs.umrah.ac.id/index.php/selat

TINJAUAN YURIDIS PENGGUNAAN SURAT KUASA JUAL


TERHADAP PENJUALAN OBJEK HAK TANGGUNGAN DALAM
PENYELESAIAN KREDIT MACET

Alfis Setyawan
Dosen Fakultas Hukum Universitas Internasional Batam
Jalan Gajah Mada, Baloi Sei Ladi, Kota Batam, Kepulauan Riau
Riau E-Mail: alfis.setyawan@gmail.com

Abstract
Act No. 4 Year 1996 On Amenability Rights, did not recognize the selling power of attorney
known is the agreement between the creditor and the debtor to sell the object of a security
interest is under the hand as efforts to resolve the bad credit borrowers, the agreement between
the creditor and the debtor agreed after the occurrence of bad loans by the debtor. Use of the
selling power of attorney by the creditor for the sale of objects Amenability Right are not in
accordance with the provisions of Act No. 4 Year 1996 On Amenability Rights, the lender and the
buyer objects encumbrance not get legal protection, the purchase agreement does not meet the
requirements of the agreement validity requirements as stipulated in Article 1320 of the Civil
Code.

Keywords: Selling Power of Attorney, amenability right, credit

Abstrak
Surat kuasa jual yang dibuat dan ditanda-tangani oleh kredit dengan debitur pada saat pencairan
kredit atau pada saat penandatanganan perjanjian kredit bertetangan atau tidak dikenal dalam
Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, artinya surat kuasa jual tersebut
tidak mempunyai kedudukan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan. maka kreditur dan pembeli barang pembatas tidak mendapatkan perlindungan
hukum, perjanjian pembelian Tidak memenuhi persyaratan persyaratan validitas perjanjian
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata.

Kata kunci: Surat Kuasa Jual, Hak Tanggungan, Kredit


54 Alfis Setyawan, Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Jual.....

A. Latar Belakang Masalah Ketentuan penjelasan Pasal 8 Undang-


Era pertumbuhan ekonomi yang semakin Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
pesat dewasa ini, semakin meningkatnya mewajibkan kepada bank dalam pemberian kredit
kecendrungan masyarakat untuk mendapatkan untuk membuat perjanjian secara tertulis. Keharu-
modal atau dana dari bank, kebutuhan terhadap san perjanjian perbankan berbentuk tertulis telah
modal tersebut tidak lain adalah untuk pengem- ditetapkan dalam pokok ± pokok ketentuan per-
bangan usaha atau bisnis dan untuk memenuhi kreditan oleh Bank Indonesia. Pokok pokok keten-
kebutuhan hidup, penyaluran terhadap kebutuhan tuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia salah
modal kepada masyarakat, dilakukan oleh bank, satunya memuat ³3HPEHULDQ NUHGLW atau pembiaya-
disebut dengan istilah kredit atau pembiayaan. an berdasarkan prinsip syariah di buat dalam bentuk
Pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank, SHUMDQMLDQ WHUWXOLV´ 2 Dalam praktek perbankan,
merupakan salah satu tugas dari bank, sebagai- perjanjian kredit yang dibuat secara tertulis, dibeda-
mana ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang kan dalam dua bentuk perjanjian yaitu perjanjian di
No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang bawah tangan dan perjanjian otentik.
menyatakan: Perjanjian kredit pada bagian isi, umumnya
´.UHGLW DGDODK SHQ\HGLDDQ XDQJ atau tagihan memuat pasal-pasal mengenai:
yang dapat dipersamakan dengan itu,
1. Pasal yang mengatur jumlah kredit
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak 2. Pasal yang mengatur jangka waktu
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
kredit
melunasi hutangnya setelah jangka waktu
WHUWHQWX GHQJDQ SHPEHULDQ EXQJD´ 1 3. Pasal yang mengatur bunga kredit
4. Pasal yang mengatur syarat-syarat
Untuk memperoleh kredit dari bank
penarikan dan pencairan kredit
seseorang debitur harus melalui beberapa tahapan,
5. Pasal yang mengatur penggunaan
yaitu mulai dari tahapan pengajuan aplikasi-
kredit
/permohonan kredit sampai dengan tahap
6. Pasal yang mengatur cara
penerimaan kredit, setelah permohonan kredit
pengembalian kredit
diterima, selanjutnya dibuatlah perjanjian kredit
7. Pasal yang mengatur tentang jaminan
antara bank dengan debitur. Perjanjian kredit
kredit
merupakan perjanjian pokok (prinsipiil) yang bersifat
8. Pasal yang mengatur kelalaian debitur
riil, arti riil disini adalah terjadinya perjanjian kredit
atau wanprestasi
ditentukan oleh penyerahan uang oleh bank kepada
9. Pasal yang mengatur hal-hal yang
nasabah debitur, disamping perjanjian kredit, antara
harus dilakukan debitur
bank dengan nasabah debitur juga dibuat perjanjian
10. Pasal yang mengatur pembatasan
jaminan, surat pengakuan utang dan surat kuasa
terhadap tindakan.
menjual.

1
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
2
Pasal 8 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
JURNAL SELAT 55
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 53-69

11. Pasal yang mengatur asuransi barang Yang Berkaitan Dengan Tanah (Hak Tanggungan).
jaminan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4
12. Pasal yang mengatur pernyataan dan Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, menyebut-
jaminan kan pengertian hak tanggungan, yaitu:
13. Pasal yang mengatur perselisihan dan ´+DN MDPLQDQ \DQJ GLEHEDQNDQ SDGD KDN
atas tanah sebagaimana yang dimaksud
penyelesaian perselisihan
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
14. Pasal yang mengatur keadaan 1960 tetang Peraturan Pokok-Pokok
Agraria berikut atau tidak berikut benda-
memaksa (force majeure)
benda lain yang merupakan satu kesatuan
15. Pasal yang mengatur pemberitahuan dengan tanah itu ung pelunasan hutang
tertentu, yang memberikan kedudukan
dan komunikasi
yang diutamakan kepada kreditur tertentu
16. Pasal yang mengatur perubahan dan terhadap kreditur-NUHGLWXU ODLQQ\D´ 5
pengalihan
Disamping jaminan kredit/akta hak
Khusus mengenai jaminan, jaminan kredit
tanggungan, dalam pemberian kredit, senantiasa
menurut ketentuan Pasal 2 ayat (1) Surat Keputu-
juga dibuat akta surat kuasa menjual antara bank
san Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR
dengan nasabah debitur, pada umumnya surat
tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan
kuasa menjual tersebut berisikan, debitur sebagai
Pemberian Kredit, bahwa yang dimaksud dengan
pemberi kuasa memberikan kekuasaan atau
jaminan adalah suatu kenyakinan bank atas
kewenangan kepada bank sebagai penerima kuasa,
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai
untuk melakukan transaksi jual beli, termasuk
dengan yang diperjanjikan.3 Sedangkan menurut
perbuatan-perbuatan yang dibutuhkan dalam
ketentuan Pasal 1 ayat 23 Undang-Undang No. 10
melakukan transaksi jual beli.
Tahun 1998, yang dimaksud agunan adalah jaminan
Surat kuasa menjual atau sering juga
tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada
disebut dengan istilah surat kuasa jual ini,
bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau
merupakan surat kuasa yang telah disiapkan oleh
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.4
bank melalui notaris terlebih dahulu, disetiap
Secara umum jaminan terbagi atas dua
pemberian fasilitas kredit kepada nasabah debitur,
yaitu jaminan perseorangan (personal guaranty) dan
surat kuasa jual ini dipersiapkan oleh bank,
jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan khusus
kebanyakan dimotifasi oleh keinginan untuk
untuk tanah tidak lagi menggunakan lembaga
mempermudah penjualan objek jaminan dikemudian
hopotek dan credietverband, lembaga hopotek dan
hari apabila debitur wanprestasi atau macet.
credietverband telah dicabut sejak diundangkannya
Sejak diberlakukannya Undang-Undang
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
No. 4 Tahun 1996 Tentang hak Tanggungan,
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda ± Benda
seharusnya dalam praktek pengikatan kredit oleh
3
Pasal 2 ayat (1) Surat Keputu-san Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang
Jaminan Pemberian Kredit
4
Pasal 1 ayat 23 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998Tentang Perbankan
5
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
56 Alfis Setyawan, Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Jual.....

bank dengan nasabah debitur, bank tidak lagi yang ada dan menganalisis data yang diperoleh
mempersiapkan surat kuasa jual, karena telah ada secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
lembaga Hak Tanggungan, akan tetapi surat kuasa penggunaan surat kuasa jual dalam penjualan hak
jual tetap ada disetiap pengikatan kredit, dengan tanggungan.
alasan bank sangat membutuhkan surat kuasa jual
tersebut, mengingat penggunaan lembaga hak C. Pembahasan
tanggungan membutuhkan waktu lama untuk 1. Kedudukan Surat Kuasa Jual Setelah
pelunasan pinjaman debitur, bank cendrung Diundangkannya Undang-Undang No. 4
melakukan tindakan yang lebih cepat dan praktis Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
serta biaya yang ringan, karena lamanya proses Sebelum berbicara surat kuasa menjual
penjualan objek jaminan dengan mempergunakan terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud
lembaga hak tanggungan, secara langsung dengan surat kuasa, surat kuasa secara sederhana
mempengaruhi kondisi keuangan bank, terutama dapat didefenisikan sebagai kesepakatan antara
bank-bank kecil seperti Bank Perkreditan pemberi kuasa dengan penerima kuasa, dimana
Rakyat/BPR, hal inilah yang mendorong penulis pemberikan kuasa memberikan wewenang kepada
melakukan analisis mengenai yang pertama penerima kuasa untuk melaksanakan suatu urusan
kedudukan surat kuasa jual setelah diundangkannya tertentu. Pemberian kuasa diatur di dalam Buku III
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Bab XVI mulai dari Pasal 1792 sampai Pasal 1819
Tanggungan kedua perlindungan hukum kepada KUH Perdata, sedangkan kuasa (volmacht) tidak
kreditur dan pembeli, terhadap transaksi jual beli diatur secara khusus dalam KUHPerdata maupun di
objek hak tanggungan yang menggunakan surat dalam perundang-undangan lainnya, akan tetapi
kuasa jual. diuraikan sebagai salah satu bagian dari pemberian
kuasa. Pasal 1792 KUHPerdata berbunyi sebagai
B. Metodologi Penelitian berikut ³3HPEHULDQ NXDVD DGDODK VXDWX SHUVHWXMXDQ
Metode penelitian hukum yang digunakan dengan mana seorang memberi kekuasaan kepada
dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis orang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya
normatif, yaitu meneliti sumber-sumber kepustakaan PHQ\HOHQJJDUDNDQ VXDWX XUXVDQ´
yang relevan dengan topik penelitian, meliputi Didasarkan kepada hal tersebut dapat
penelitian terhadap asas-asas hukum, sumber- dilihat, bahwa unsur-unsur dari pemberian kuasa
sumber hukum, peraturan perundang-undangan adalah:
yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat menganalisa 1. Persetujuan
permasalahan yang dibahas. Data-data yang 2. Memberi kekuasaan kepada penerima
diperoleh kemudian di analisis secara deskriptif, kuasa
yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk 3. Atas nama pemberi kuasa menyeleng-
mendiskripsikan atau menggambarkan fakta-fakta garakan suatu urusan
JURNAL SELAT 57
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 53-69

Sedangkan menurut Subekti mendefinisi- sebagai kuasa dari pemilik barang kepada pihak lain
kan surat kuasa merupakan perjanjian antara sebagai penerima kuasa, untuk melakukan perjua-
pemberi kuasa dengan penerima kuasa atau lan atas barang tertentu yang dimiliki oleh pemilik
perjanjian pemberian kuasa, yang mana seseorang barang, termasuk melakukan perbuatan-perbuatan
memberikan kekuasaan atau kewenangan kepada untuk kepentingan penjualan barang tersebut,
orang lain yang menerimanya, untuk dan atas penerima kuasa bertindak untuk dan atas nama
namanya melaksanakan atau mengerjakan sesuatu pemberi kuasa sebagai pemilik atas barang. Surat
urusan, maksud melaksanakan atau mengerjakan kuasa jual termasuk perjanjian artinya sepanjang
sesuatu urusan adalah melakukan suatu perbuatan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata terpenuhi maka
hukum, yaitu perbuatan yang mempunyai akibat surat kuasa jual tersebut sahlah sebagai sebuah
hukum atau melahirkan suatu akibat hukum. perjanjian antara para pihak, baik berbentuk akta
Berdasarkan defenisi yang dikemukakan dibawah tangan maupun berbentuk akta autentik.
Subekti diatas, maka surat kuasa harus memenuhi Selanjutnya berbicara tentang Undang-
ketentuan syarat sahnya perjanjian sebagaimana Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak
yang ditentukan oleh Pasal 1320 KUHPerdata yaitu: Tanggungan (Undang-Undang Hak Tanggungan)
yang diundangkan pada 9 April 1996, Undang-
1. Adanya kesepakatan atau persetujuan
para pihak Undang Hak Tanggungan ini lahirnya merupakan
2. Kecakapan para pihak untuk membuat amanat dari Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun
suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu, artinya memiliki objek 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
tertentu yang jelas dan tegas Agraria, yang berbunyi ³KDN WDQJXQJDQ \DQJ GDSDW
4. Suatu sebab yang halal, artinya tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, dibebankan pada hak milik, hak guna usaha dan
ketertiban umum dan kesusilaan.7 hak guna bangunan tersebut dalam Pasal 25, 33
Dalam prakteknya bentuk surat kuasa yang dan 39 diatur dengan Undang-Undang´ 3DVDO
banyak digunakan, adalah surat kuasa bawah 33 dan 39 berisikan ketentuan yang mengatur
tangan dan surat kuasa akte outentik, surat kuasa bahwa hak milik, hak guna usaha dan hak guna
bawah tangan merupakan surat kuasa yang dibuat banguna dapat dijadikan jaminan utang dengan
sendiri oleh kedua belah pihak, pemberi kuasa dibebani hak tanggungan. Undang-Undang Hak
dengan penerima kuasa, tanpa melibatkan pejabat Tanggungan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
umum/notaris, sedangkan surat kuasa akta outentik a. Memberikan kedudukan yang diutamakan
adalah surat kuasa yang di buat oleh pejabat atau mendahului kepada pemegangnya.
umum/notaris atas permintaan pemberi kuasa dan b. Selalui mengikuti obyek yang dijaminkan
penerima kuasa. dalam tangan siapapun obyek itu berada.
Berdasarkan uraian diatas, secara c. Memenuhi asas spsialisitas dan publisitas
sederhana surat kuasa jual dapat didefenisikan, sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan

6
R. Subekti, Aneka Perjanjian. Bandung: Alumni, 1999, hlm 140-141
7
Pasal 1320 KUHPerdata
58 Alfis Setyawan, Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Jual.....

Memberikan kepastian hukum kepada piutangnya. Jika debitur pemberi Hak Tangg-
pihak-pihak yang berkepentingan. ungan Wanprestasi (ingkar janji) dalam
d. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusi- melunasi utang-utangnya kepada kredi-
nya.8 tur, maka objek Hak tanggungan milik debitur
Undang-Undang Hak Tanggungan merupa- dijual secara lelang dan hasil penjualan
kan unifikasi undang-undang yang mengatur tata tersebut dibayarkan untuk pelunasan utang
cara hak jaminan yang dibebankan pada hak atas kepada kreditur pemegang Hak Tanggungan.
tanah beserta benda-benda yang berkaitan atas Jika masih ada sisa dari hasil penjual-
tanah, dengan diundangkannya Undang-Undang an objek Hak Tanggungan tersebut dibayar-
Hak Tanggungan maka ketentuan-ketentuan kan kepada kreditur lainnya secara pari
hypotheek sepanjang mengenai tanah (Kitab passu (konkuren), dan jika sisanya masih
Undang-Undang Hukum Perdata Buku II) dan ada dan utang debitur semuanya sudah
ketentuan Credietverband Stb. 1908-542 juncto lunas, maka sisa hasil penjualan objek Hak
Stb.1909-584 sebagaimana telah diubah dengan Tanggungan tersebut dikembalikan kepada
Stb.1937-190 juncto Stb. 1937-191 dinyatakan debitur. (Vide penjelasan umum angka 3
dicabut dan tidak berlaku lagi. juncto angka 4, Pasal 5 Undang-Undang Hak
Berdasarkan seluruh ketentuan yang diatur Tanggungan dan Pasal 6 dan penjelasan
dalam Undang-Undang Hak Tanggungan maka Pasal 6 juncto penjelasan umum angka 4
didapatkan bahwa Undang-Undang Hak Tanggung- Undang-Undang Hak Tanggungan).
an ini berbuatan beberapa asas-asas yaitu: 3. Asas Droit de Suite yaitu Hak Tanggungan
1. Asas sistem tertutup (gesloten system) memiliki sifat yang sama dengan Hak
artinya selain dari hak jaminan kebendaan Kebendaan yaitu Hak Tanggungan tetap
yang diatur Undang-Undang Hak Tanggung- mengikuti objeknya di tangan siapapun objek
an, Undang-Undang Rumah Susun Nomor Hak Tanggungan itu berada. Dengan
16 Tahun 1985, Undang-Undang Perumahan demikian apabila objek Hak Tanggungan
dan Pemukiman Nomor 4 Tahun 1992 dan sudah beralih kepemilikan, misalnya sudah
Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 dijual kepada pihak ketiga, kreditur tetap
Tahun 1999, tidak dapat diadakan hak mempunyai hak untuk melakukan eksekusi
jaminan kebendaan lain berdasarkan terhadap objek Hak Tanggungan jika debitur
kesepakatan antara para pihak. Hak wanprestasi (ingkar janji). (Vide Pasal 7 Jo
kebendaan ini bersifat absolut (mutlak), Penjelasan Umum angka 3 huruf b Undang-
karena itu bersifat limitatif (terbatas). Undang Hak Tanggungan).
2. Asas Droit de Preference artinya kreditur 4. Asas Spesialitas yang artinya pertelaan
pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak mengenai objek Hak Tanggungan yang
yang didahulukan/diutamakan untuk dipenuhi terwujud dalam uraian mengenai objek

8
Penjelasan Umum Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
JURNAL SELAT 59
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 53-69

Hak Tanggungan yang dituangkan dalam adanya irah-irah "DEMI KEADILAN


sertifikat, atau bagi tanah yang belum BERDASARKAN KETUHANAN YANG
terdaftar sekurang-kurangnya memuat urai- MAHA ESA" pada sertifikat Hak
an mengenai kepemilikan, letak, batas-batas Tanggungan.
dan luas tanahnya. Syarat ini merupa-kan 7. Asas Accessoir yang artinya adalah Hak
syarat esensial bagi eksistensi Akta Pemberi- Tanggungan adalah perjanjian tambahan
an Hak Tanggungan (APHT). (Vide Penjelas- (ikutan) yang mengikuti perjanjian pokoknya
an Umum angka 3 huruf c Undang-Undang (perjanjian utang-piutang), dan tidak
Hak Tanggungan dan baca pula Pasal 11 merupakan perjanjian/hak yang berdiri
ayat (1) huruf e Undang-Undang Hak Tang- sendiri (zelfstandigrecht) Adanya dan hapus-
gungan dan penjela-sannya). nya perjanjian ikutan (accessorium tergan-
5. Asas Publisitas artinya adalah pendaftaran tung dari perjanjian pokok. (Vide Pasal 10
dan pencatatan dari pembebanan objek Hak ayat (1) dan Penjelasan Umum angka 8
Tanggungan sehingga terbuka dan dapat Undang-Undang Hak Tanggungan). Didalam
dibaca dan diketahui umum. Pendaftaran KUH Perdata asas ini diatur dalam Pasal
dan pencatatan tersebut dilakukan pada 1133, 1134 alinea kedua dan Pasal 1198
buku tanah atau buku tanah Hak Tang- KUH Perdata.
gungan dan dilakukan oleh pejabat terkait 8. Asas Pemisahan horisontal yang artinya Hak
dan berwenang untuk itu di Kantor pertana- atas tanah terpisah dari benda-benda yang
han di wilayah mana tanah tersebut berada. melekat di atasnya. Undang-Undang Hak
(Vide Undang-Undang Hak Tanggungan Tanggungan menganut asas pemisahan
Penjelasan umum angka 3c Undang-Undang horizontal. Tetapi pemberlakuannya tidak
Hak Tanggungan dan Pasal 13 ayat 1 secara otomatis. Harus terlebih dahulu
Undang-Undang Hak Tanggungan dan diperjanjikan antara para pihak di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 APHT. Penerapan asas ini dalam Undang-
tentang Pendaftaran Tanah dan Peraturan Undang Hak Tanggungan merupakan tero-
Kepala BPN Nomor 5 Tahun 1996 tentang bosan dari asas perlekatan vertikal yang
Pendaftaran Hak Tanggungan). dianut oleh KUH Perdata. (Vide Penjelasan
6. Asas mudah dan pasti dalam pelaksanaan Umum angka 6 Undang-Undang Hak
eksekusi yang artinya adalah bahwa Tanggungan).
pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan bagi 9. Asas perlekatan (Accessie) yang artinya
pemegang Hak Tanggungan harus memiliki benda-benda yang melekat sebagai
kepastian hukum dan mudah untuk kesatuan dengan tanah, karena hukum
dieksekusi sesuai ketentuan peraturan mengikuti hukum benda pokok. Meskipun
perundang-undangan yang berlaku, dengan Undang-Undang Hak Tanggungan tidak
60 Alfis Setyawan, Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Jual.....

Menganut asas perlekatan vertikal sebagai- dengan debitur untuk melakukan penjualan obyek
mana KUHPerdata, namun apabila para jaminan hak tanggungan, kesepa-katan antara
pihak sepakat menghendakinya, maka asas kreditur dengan debitur ini adalah kesepakat yang
perlekatan vertikal dapat pula digunakan disepakati setelah terjadinya wan-prestasi oleh
dalam Undang-Undang Hak Tanggungan debitur atau setelah kredit mangalami kemacetan.
dengan catatan harus dituangkan secara Sedangkan mengenai surat kuasa jual
tegas di dalam APHT. yang telah disiapkan oleh kreditur dan ditanda-
10. Asas Iktikad Baik yang artinya iktikad baik tangani pada waktu pemberian atau penyaluran
yang bersifat objektif yaitu iktikad baik yang kredit kepada debitur atau bersamaan pada waktu
sesuai kepatutan yang berlaku di dalam penantanganan perjanjian kredit antara kreditur
masyarakat pada umumnya.9 dengan debitur, maka terhadap surat kuasa jual
Penjualan obyek Hak Tanggungan ber- tersebut tidak dikenal dalam Undang-Undang No. 4
dasarkan Undang-Undang Hak Tanggungan atau Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, sehingga
istilah lainnya eksekusi atas obyek hak tangungan, surat kuasa jual yang demikian secara hukum tidak
dapat dilihat kemudian ketentuan Pasal 6 Undang- mempunyai kedudukan hukum apapun, penjualan
Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tang- atas obyek hak tanggungan yang dilakukan oleh
gungan, dimana Pasal 6 ini mengatur apabila kreditr yang dilandaskan kepada surat kuasa jual ini
debitur wanprestasi maka objek hak tanggungan bertentangan dengan ketentuan Pasal 6 dan Pasal
dapat dijual untuk pelunasan piutang melalui 20 Undang-Undang Hak Tanggungan.
pelelangan umum, artinya dapat dipahami bahwa
berdasarkan Pasal 6 tersebut, bank atau kreditur 2. Perlindungan Hukum Kepada Kreditur Dan
tidak diperbolehkan untuk menjual sendiri objek hak Pembeli, terhadap Transaksi Jual Beli Objek
tanggungan. Penjualan obyek hak tanggungan oleh Hak Tanggungan Yang Menggunakan Surat
kreditur secara sendiri dapat dilakukan sepanjang Kuasa Jual
terpenuhi ketentauan Pasa 20 ayat 2 Undang- Sebelum membahas tentang perlindugnan
Undang Hak Tanggungan yang mengatur atas hukum terhadap kreditur dan pembeli objek jaminan
kesepakatan pemberi dan pemegang hak tang- hak tanggungan maka terlebih dahulu perlu
gunga penjualan obyak hak tanggungan dapat dilak- dijelaskan tentang jaminan, istilah jaminan meru-
sanakan dibawah tangan juka dengan demikian itu pakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu
dapat diperoleh harga tertinggi dan yang mengun- zekerheid, selain istilah jaminan dikenal juga
tungkan semua pihak, didasarkan atas ketentuan ini dengan agunan, istilah agunan dapat di lihat di
dikaitkan dengan surat kuasa jual, maka proses dalam ketentuan pasal 1 angka 23 Undang-Undang
penjualan dengan menggunakan surat kuasa jual Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas
diperkenankan adanya kesepakatan antara kreditur Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

9
2SLQL /HQWHUD 0HGLD +XNXP GDQ ,QIRUPDVL 8PXP ³DVDV-asas hak tanggungan:
http://edwinnotaris.blogspot.co.id/search?q=asas+hak+tanggungan, diakses tanggl 25 September 2016
JURNAL SELAT 61
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 53-69

3HUEDQNDQ DJXQDQ DGDODK ³jaminan tambahan dengan mana pihak ketiga, guna kepentingan pihak
diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi
rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembia- perikatan si berutang manakala orang tersebut tidak
\DDQ EHUGDVDUNDQ SULQVLS V\DULDK´ memenuhinya.
Sedangkan menurut Badriyah Harun10 Pelaksanaan jaminan oleh pihak ketiga ini,
tentang jaminan merupakan kebutuhan kreditur Pasal 1831 KUHPerdata memberikan pelindungan
untuk memperkecil resiko apabila debitur tidak NHSDGD SLKDN NHWLJD \DQJ EHUEXQ\L ³si penanggung
mampu menyelesaikan segala kewajiban yang (pihak ketiga) tidaklah wajib membayar kepada si
berkenaan dengan kredit yang telah dikucurkan. berpiutang selain jika si berutang lalai, sedangkan
Dengan adanya jaminan apabila debitur tidak benda-benda si berutang ini harus lebih dahulu
mampu membayar, maka kreditur dapat memaksa GLVLWD GDQ GLMXDO XQWXN PHOXQDVL KXWDQJQ\D´
pembayaran atas kredit yang telah diberikan. Dengan adanya ketentuan Pasal 1831
Jaminan secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata ini, apabila debitur wanprestasi, pihak
KUHPerdata, segala kebendaan si berhutang, baik ketiga sebagai penjamin belum mempunyai
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik kewajiban untuk membayar utang debitur, apabila
yang sudah ada maupun yang baru akan ada di harta-harta debitur belum disita dan dijual untuk
kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala pelunasan utangnya, artinya debitur tetap mem-
perikatan perorangan, ketentuan ini mengandung punyai kewajiban terlebih dahulu untuk membayar
prinsip yang bersifat umum dari hukum jaminan, seluruh utangnya, sesuai dengan hakekat ketentuan
yaitu: Pasal 1131 KUHPerdata.
1) Kekayaan seseorang merupakan jaminan 2. Jaminan Kebendaan
dari utang-utangnya. Jaminan kebendaan adalah jaminan yang
2) Kekayaan tersebut mencakup pula berupa hak mutlah atas suatu benda yang memiliki
benda-benda yang akan diperoleh/dimiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat
kemudian hari. dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti
3) Kekayaan tersebut meliputi benda-benda bendanya di tangan siapapun benda itu berada
yang bergerak dan tidak bergerak. (droit de suite) dan dapat dialihkan. Jaminan
Jaminan terbagi atas 2 macam yaitu kebendaan juga mempunyai sifat prioriteit artinya
jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. siapa yang memegang jaminan atas jaminan
1. Jaminan Perorangan kebendaan lebih dahulu maka akan didahulukan
Jaminan perorangan dalam Pasal 1820 pelunasan hutangnya dibandingkan dengan peme-
KUHPerdata disebut sebagai penanggungan utang, gang jaminan hak kebendaan kemudian.11
dalam Pasal 1820 KUHPerdata tersebut disebutkan Menurut pendapat Sri Soedewi Masjchoed
bahwa jaminan perorangan adalah suatu perjanjian Sofyan, jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu

10
Bariyah Harun, Penyelesaian sengketa kredit bermasalah. Yokyakarta: Pustaka Yustisia, 2010, hlm. 67.
11
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Bank. Bandung: Alfabeta, 2009, hlm, 147.
62 Alfis Setyawan, Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Jual.....

Benda yang mempunyai ciri-ciri mempunyai 4. Hipotik atas kapal laut dan pesawat udara
hubungan langsung atas benda tertentu dapat 5. Borg
dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti 6. Tanggung menanggung dan
bendanya dan dapat dialihkan. Sedangkan jaminan 7. Perjanjian garansi
imateriil (perorangan) adalah jaminan yang Dalam hukum benda dibedakan menjadi
menimbulkan hubungan langsung pada perorangan benda bergerak dan benda tidak bergerak, benda
tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap bergerak terdiri jaminan benda bertubuh dan benda
debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur tidak bertubuh. Sebagai contoh, benda bertubuh
umumnya. adalah kedaraan bermotor, mesin dan peralatan
Jaminan kebendaan, dapat digolongkan kantor, barang perhiasan, dan sebagainya, benda
menjadi 5 macam, yaitu: tidak bertubuh adalah wesel, promes, deposito
1. Gadai (pand) yang diatur di dalam Bab 20 berjangka, sertifikat deposito, pitang dagang, surat
Buku II KUHPerdata. saham, obligasi, dan surat berharga sekuritas
2. Hipotek, diatur dalam Bab 21 Buku II lainnya.
KUPerdata. Benda tidak bergerak adalah tanah dengan
3. Creditverban, diatur dalam Stb 1908 dan tanpa bangunan atau tanaman diatasnya,
Nomor 542 sebagaimana telah diubah mesin dan peralatan yang melekat pada tanah dan
dengan Stb 1937 Nomor 190. bangunan dan merupakan satu kesatuan, kapal laut
4. Hak tanggungan, sebagaimana diatur bevolume 20 meter kubik ke atas dan suda didaftar,
dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996. bangunan rumah susun tanah tempat bangunan
5. Jaminan fidusia, sebagaimana yang diatur didirikan, hak milik atas satuan rumah susun,
dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun bangunan rumah susun atau hak milik atas satuan
1999. rumah susun jika tanahnya berstatus hak pakai atas
tanah Negara. Perbedaan jenis benda ini memiliki
Sedangkan Jaminan perseorangan terbagi, atas: konsekwensi yuridis kepada pembebanan jaminan,
1. Penanggung (borg) adalah orang lain yang dimana terhadap benda bergerak, pengikatan
dapat ditagih. jaminannya berupa fidusia dan gadai, sedangkan
2. Tanggung menanggung, yang serupa untuk benda tidak bergerak pengikatan jaminannya
dengan tanggung renteng. adalah hak tanggungan.12
3. Perjanjian garansi. Pembebanan jaminan diatas, dilaksanakan
Dari kedelapan jenis jaminan tersebut dengan perjanjian pembebanan jaminan, perjanjian
diatas, yang masih berlaku hingga saat ini, adalah: pembebanan jaminan ini besifat tambahan
1. Gadai (assesoir), sedangkan perjanjian pokoknya adalah
2. Hak Tanggungan perjanjian untuk mendapatkan fasilitas kredit dari
3. Jaminan Fidusia lembaga perbankan atau lembaga keuangan non

12
Bariyah Harun ...Op.,Cit, hlm. 73-74.
JURNAL SELAT 63
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 53-69

bank. Contoh perjanjian pokok adalah perjanjian tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu
kredit bank. Kredit bank adalah penyediaan yang
untuk pelunasan hutangtertentu, yang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada kreditur terhadap kreditur-kreditur
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
lainnya.
meminjam antara bank dengan pihak lain yang
Pasal 20 ayat 1 Jo Pasal 6 Undang-
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
Tanggungan mengatur:
pemberian bunga sebagaimana diatur Pasal 1
Apabila debitur cedera janji, kreditur
angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
pemegang hak tanggungan berhak menjual
Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 objek yang dijadikan jaminan melalui
pelelangan umum menurut peraturan
Tahun 1992 tentang Perbankan.
perudangan yang berlaku dan mengambil
Perjanjian pembebanan jaminan dapat pelunasan piutangnya dari hasil penjulan
tersebut, dengan hak mendahului dari pada
berbentuk akta dibawah tangan dan akta autentik,
kreditur-kreditur lainnya yang bukan
perjanjian pembebanan jaminan dalam bentuk akta pemegang hak tanggungan atau kreditur
pemegang hak tanggungan dengan
autentik biasanya dilakukan oleh bank. Perjanjian
peringkat lebih rendah.
pembebanan jaminan dengan akta autentik ini
dilakukan di muka dan dihadapan pejabat yang Sedangkan Prof. Budi Harsono
berwenang, pejabat yang berwenang untuk mengartikan hak tanggungan adalah
membuat akta jaminan adalah Pejabat Pembuat Penguasaan hak atas tanah, berisikan
kewenangan bagi kreditur untuk berbuat
Akta Tanah (PPAT) yang ditunjuk oleh Menteri
sesuatu mengenai tanah yang dijadikan
Agraria, biasanya perjanjian pembebanan dengan agunan. Tetapi bukan untuk dikuasai secara
fisik dan digunakan, melainkan untuk
menggunakan akta autentik dapat dilakukan
mejualnya jika debitur cera janji dan
pembebanan jaminan atas hak tanggungan, jaminan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau
sebagian sebagai pembayaran lunas hutang
fidusia dan jaminan hipotik atas kapal laut dan
debitur padanya.
pesawat udara.13
Hak tanggungan dalam kamus Bahasa Esensi dari defenisi hak tanggungan yang
Indonesia diartikan sebagai barang yang dijadikan disajikan oleh Budi Harsono diatas adalah pada
jaminan. Sedangkan jaminan itu sendiri artinya penguasaan hak atas tanah. Penguasaan hak atas
tanggungan atas pinjaman yang diterima. Dalam tanah merupakan wewenang untuk menguasai hak
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 atas tanah. Penguasaan hak atas tanah oleh
tentang Hak Tanggungan, menyebutkan pengertian kreditur bukan untuk mengusai secara fisik, namun
hak tanggungan adalah: untuk menjualnya jika debitur cedera janji. Ciri ±ciri
Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas hak tanggungan adalah:
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang
1. Memberikan kedudukan yang diutamakan
Undang No. 5 tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok Pokok Agraria berikut atau atau mendahulukan kepada pemegangnya

13
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004 hlm, 29-31.
64 Alfis Setyawan, Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Jual.....

atau mendahulukan kepada pemegangnya 2. Hak Guna Usaha


atau yang dikenal dengan droit de 3. Hak Guna Bangunan
preference. 4. Hak pakai, baik hak milik maupun hak
2. Selalu mengikuti objek yang dijamin dalam atas tanah Negara
tangan siapa pun benda itu berada atau 5. Hak atas tanah berikut bangunan,
disebut dengan droit de suit. tanaman dan hasil karya yang telah
3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas ada atau yang akan ada merupakan
sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan satu kesatuan dengan tanah tersebut
memberikan kepastian hukum bagi pihak dan merupakan hak milik pemegang
yang berkepentingan. hak atas tanah yang pembebannya
4. Mudah dan pasti dalam pelaksanaan dengan tegas dan dinyatakan di dalam
eksekusi. akta pemberian hak atas tanah yang
Selain ciri di atas, keistimewaan kedudu- bersangkutan.
kan hukum kreditur pemegang hak tanggugan juga Apabila debitur wanprestasi atau cedera
dijamin melalui ketentuan Pasal 21 Undang Undang janji, berdasarkan ketentuan Pasal 6 Undang-
No. 4 Tahun 1996 EHUEXQ\L ³DSDELOD SHPEHUL KDN Undang No. 4 Tahun 1996, diberikan hak kepada
tanggungan dinyatakan palit, objek hak tangungan pemegang hak tanggungan untuk menjual ojek hak
tidak masuk dalam boedel pailit pemberi hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui
tanggungan, sebelum kreditur pemegang hak pelelangan umum serta mengambil pelunasan
tanggungan mengambil pelunasan piutangnya dari piutangnya dari hasil perjualan tersebut. Pasal 20
KDVLO SHQMXDODQ REMHN KDN WDQJJXQJDQ LWX´ Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak
Disamping itu dalam Undang-Undang Hak Tanggungan membuka kemungkinan penjualan
Tanggungan Pasal 12 ditentukan suatu asas bahwa objek hak tanggungan tidak melalui pelelangan
objek hak tanggungan tidak boleh diperjanjikan umum, akan tetapi penjualan di bawah tangan,
untuk dimiliki oleh pemegang hak tanggungan bila penjualan dibawah tangan ini dapat dilaksanakan
pemberi hak tanggungan cedera janji. Apabila hal ini atas kesepakatan pemberi dan pemegang hak
dicantumkan, maka perjanjian seperti itu batal demi tanggungan dan jika dengan demikian dapat
hukum, artinya bahwa dari semula perjanjian itu diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan
dianggap tidak ada karena bertentangan dengan semua pihak. Penjualan dibawah tangan baru dapat
substansi Undang-Undang Hak Tanggungan. dilakukan setelah lewat 1 bulan sejak diberitahukan
Dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 7 secara tertulis oleh pemberi dan/atau pemegang
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 telah ditetapkan hak tanggungan kepada pihak-pihak yang
lima hak atas tanah yang dapat dijaminkan dengan berkepentingan dan diumumkan sedikit-dikitnya 2
hak tanggungan, yaitu: surat kabar, serta tidak ada pihak yang keberatan,
1. Hak Milik pelanggaran terhadap ketentuan ini mengakibatkan
JURNAL SELAT 65
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 53-69

penjualan objek hak tanggungan batal demi hukum. telah melampui 270 (dua ratus tujuh puluh)
Hak kreditur baru ada untuk melakukan hari.
penjualan atas objek hak tanggungan apabila Berdasarkan atas ketentuan tersebut
debitur telah wanprestasi atau terjadinya kredit diatas, kredit yang dikategorikan sebagai kredit
macet, berbicara tentang kredit, berdasarkan bermasalah adalah kredit yang digolongkan dengan
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/2/PBI/2005 kualitas kurang lancar (KL), diragukan (D) dan
Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum,14 Macet (M), sedangkan untuk kredit yang
penetapan perhitungan kualitas kredit berdasarkan digolongkan lancar dan DPK tidak dikategorikan
ketepatan pembayaran pokok dan bunga, sebagai kredit bermasalah. Dengan demikian maka
ditentukan sebagai berikut : kredit macet adalah bagian dari kredit bermasalah
1) Lancar (L), apabila pembayaran tepat dengan kualitas yang paling rendah, artinya
waktu, perkembangan rekening baik dan semakin tinggi jumlah kredit dengan kualitas macet,
tidak ada tunggakan serta sesuai dengan maka semakin buruklah kualitas kredit yang
persyaratan kredit. diberikan.
2) Dalam Perhatian Khusus (DPK), apabila Adanya kredit macet akan mejadi beban
terdapat tunggakan pembayaran pokok kreditur, karena kredit macet menjadi salah satu
dan atau bunga sampai dengan 90 faktor dan indikator penentu kinerja sebuah bank
(sembilan puluh) hari. atau kreditur, oleh karena itu adanya kredit
3) Kurang Lancar (KL), apabila terdapat bermasalah apalagi dalam golongan macet
tunggakan pembayaran pokok dan atau menuntut:
bunga yang telah melampui 90 (sembilan 1. Penyelesaian yang cepat, tepat dan akurat
puluh) hari sampai dengan 180 (seratus dan segera mengambil tindakan hukum jika
delapan puluh) hari. sdah tidak ada jalan lain penyelesaian
4) Diragukan (D), apabila terdapat tunggakan melalui restrukturisasi.
pembayaran pokok dan atau bunga yang 2. Dilakukan penilaian ulang secara priodik,
telah mencapai 180 (seratus delapan agar dapat diketahui sedini mungkin baik
puluh) hari sampai dengan 270 (dua ratus aktual masalah kredit/loan problem,
tujuh puluh) hari. Terjadi cerukan yang maupun potensi masalah/potensial
bersifat permanen khususnya untuk problem sehingga bank dapat mengambil
menutupi kerugian operasional dan langkah-langkah mengamanan.
kekurangan arus kas. 3. Dilakukan penyelamatan dan penyelesaian
5) Macet (M), apabila terdapat tunggakan segera, bila kredit menunjukkan
pembayaran pokok dan atau bunga yang bermasalah (non performing loan).

14
Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, PBI No.7/2/PBI/2005 tahun
2005, LN No.12 Tahun 2005, TLN No. 4471 , Ps. 10 & 12
66 Alfis Setyawan, Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Jual.....

Adapun yang menjadi penyebab terjadinya macet.


kredit macet dalam suatu perjanjian kredit adalah Pelaksanaan penjualan obyek hak tang-
sebagai berikut: gungan apabila debitor wanprestasi dalam
a) Faktor intern bank, meliputi: perjanjian kredit, bahwa pihak kreditur tidak lang-
1. Rendahnya kemampuan atau ketajaman sung melakukan pelelangan umum, akan tetapi
bank melakukan analisis kelayakan per- tetap berusaha melakukan pendekatan persuasive
mintaan kredit yang diajukan oleh debitor. terhadap nasabah. Pendekatan ini dilakukan agar
2. Lemahnya sistem informasi kredit serta sedapat mungkin diperoleh penyelesaian kredit
sistem pengawasan dan administrasi kredit bermasalah secara damai tanpa melalui pelelangan
mereka. umum. Proses pelelangan umum akan ditempuh
3. Campur tangan yang berlebihan dari para oleh kreditur, apabila debitor beritikad tidak baik,
pemegang saham bank dalam keputusan maka bermodalkan sertifikat hak tanggungan yang
pemberian kredit. menjadi jaminan kredit debitor dapat dilakukan

4. Pengikatan jaminan kredit yang kurang penjualan obyek hak tanggungan melalui pelela-

sempurna. ngan umum menurut sebagaimana diatur dalam

b) Faktor ekstern, meliputi: Undang-Undang Hak Tanggungan.

1. Kegagalan usaha debitor. Pelaksanaan penjualan obyek jaminan hak

2. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tanggungan dengan cara dibawah tangan, kreditur

tingginya suku bunga kredit. tidak sepenuhnya mengikuti mekanisme atau

3. Pemanfaatan iklim persaingan dunia persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang

perbankan yang tidak sehat oleh debitor Hak Tanggungan, dimana sepanjang ada kesepa-

yang tidak bertanggung jawab, dan katan antara kreditur dengan debitor dan/atau

4. Musibah yang menimpa perusahaan penjamin untuk menjual obyek jaminan, serta di-

debitor. dapat kesepakatan harga yang wajar dan mengun-

Sebagaimana penjelasan diatas, berbicara tungkan semua pihak, yaitu cukup untuk memenuhi

tentang penjualan obyek hak tanggungan meru- kewajiban debitor kepada kreditor, maka kreditur

pakan sebuah proses dalam apaya penyelesaian akan menyerahkan hak-hak debitor untuk menda-

kredit bermasalah atau kredit macet, penyelesaian patkan hak atas tanahnya kepada pembeli obyek

kredit macet dalam suatu perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan sesuai dengan kesepa-

jaminan hak tanggungan, penyelesaian secara katan dan persetujuan bersama. Hasil penjualan

damai merupakan upaya penyelesaian kredit yang merupakan hasil kesepakatan dan keputusan ber-

dilakukan berdasarkan kesepakatan antara kreditur sama diantara para pihak sehingga memberikan

dengan debitor yang masih mempunyai itikad baik jaminan kepastian dan perlindungan hukum, baik

atau kooperatif dalam upaya penyelesaian kredit bagi kreditur atau debitur maupun pembeli. Proses
JURNAL SELAT 67
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 53-69

pengalihan obyek jaminan dilakukan lebih cepat, bertentangan dengan Pasal 20 Undang-Undang No.
dengan prosedur yang lebih sederhana, dan 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan, mengacu
diselesaiakan dalam satu proses dengan kepada syarat sah perjanjian sebagaimana diatur
penyelseaian kreditnya.15 Mekanisme penjualan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, maka perjanjian
obyek hak tanggungan yang demikian sejalan jual beli obyek hak tanggungan tersebut tidak
dengan ketentauang Pasal 20 Undang-Undang No. memenuhi syarat ke 4 (empat) yaitu suatu sebab
4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan. yang halal, Pasal 1337 KUHPerdata menekankan
Dengan demikian penjulan terhadap obyek bahwa suatu sebab adalah terlarang apabila
jaminan hak tanggungan yang dilakukan oleh dilarang oleh Undang-Undang atau apabila
kreditur dengan menggunakan suara kuasa jual berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban
yang tidak memenuhi mekanisme Pasal 20 Undang- umum. Terhadap perjanjian yang tidak memenuhi
Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak syarat suatu sebab yang halal dinyatakan batal demi
Tanggungan merupakan penjualan yang hukum artinya perjanjian jual beli obyek hak
bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang tanggungan tersebut secara hukum dianggap tidak
No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atau pernah ada atau dinyatakan telah gugur secara
penjualan obyek hak tanggungan yang cacat hukum sejak perjanjian tersebut lahir, dengan
hukum. Muatan cacat hukum dalam perjanjian demikian sangat jelas bahwa perjanjian yang
obyek hak tangungan inilah yang kemudian demikian tidak memberikan perlindunan hukum
berkonsekwensi hukum tidak terlindunginya kreditur terhadap kreditur maupun terhadap pembeli obyek
dan pembeli dari obyek jaminan hak tanggungan hak tanggungan.
tersebut, akan tetap apabila surat kuasa jual yang .
digunakan oleh kreditur sesuai dengan mekanisme D. Kesimpulan
ketentuan Pasal 20 Undang-Undang No. 4 Tahun 1. Surat kuasa jual yang dibuat dan ditanda-
1996 Tentang Hak Tanggungan, maka perlindungan tangani oleh kredit dengan debitur pada
hukum akan didapatkan baik itu oleh kreditur saat pencairan kredit atau pada saat
maupun oleh pembeli obyek jaminan hak penandatanganan perjanjian kredit
tanggungan, karena perjanjian jual beli obyek hak bertetangan atau tidak dikenal dalam
tanggungan yang dilakukan oleh kreditr dengan Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang
pemeli tidak mengandung cacat hukum atau tidak Hak Tanggungan, artinya surat kuasa jual
bertentangan dengan hukum. tersebut tidak mempunyai kedudukan
Penjulan obyek hak tanggungan yang hukum berdasarkan Undang-Undang No 4
dilakukan kreditur dengan menggunakan suara Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
kuasa jual yang tidak memenuhi ketentuan atau Surat kuasa jual yang mepunyai

15
Edy Puwanto, SH, Tesis berjudul Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Parate Eksekusi Dengan Cara Penjualan
Dibawah Tangan Atas Obyek Jaminan Hak Tanggungan di PT. Bank Niaga, Tbk Semarang, Universitas Diponegoro
Tahun 2008.
68 Alfis Setyawan, Tinjauan Yuridis Penggunaan Surat Kuasa Jual.....

kedudukan secara hukum berdasarkan tersebut merupakan dasar untuk dapat


Undang-Undang No 4 Tahun 1996 tentang dijualnya objek hak tanggungan secara
Hak Tanggungan adalah suarat kuasa jual bawah tangan bukan melalui pelelangan
yang disepakati oleh kreditur dan debitur umum, akan tetapi penjualan bawah
sebagai upaya penyelesaian terjadinya tangan ini baru dapat dilaksanakan dengan
kredit macet oleh debitur sebagaimana persyaratan, adanya kesepakatan antara
ketentuan Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang nasabah debitur dengan bank, terutama
No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak mengenai harga jual dan harga jual
Tanggungan. tersebut dapat dinyakini sebagai harga
2. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang tertinggi yang dapat menguntungkan kedua
No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan belah pihak, artinya perjanjian jual beli atas
tidak dapat menggunakan surat kuasa jual obyek jamina hak tanggungan antara
untuk menjual objek hak tanggungan kreditur dengan pembeli yang didasarkan
dalam penyelesaian kedit macet debitur, atas surat kuasa jual yang tidak memenuhi
ketentuan Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang persyaratan ketentuan Pasal 20 Undang-
No. 4 Tahun 1996 tidak dapat Undang No. 4 Tahun 1996 tidak
diterjemahkan sebagai dasar dari Surat memberikan perlindungan hokum kepada
Kuasa Jual, ketentuan Pasal 20 ayat 2 kreditur dan pembeli.

DAFTAR PUSTAKA

Penjualan Dibawah Tangan Atas Obyek


Buku
Jaminan Hak Tanggungan di PT. Bank
Harun, Bariyah. Penyelesaian Sengketa Kredit Niaga, Tbk Semarang, Tesis, Ilmu Hukum,
Bermasalah, Yokyakarta: Pustaka Yustisia, Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2008.
2010.
Subekti, R. Aneka perjanjian, Bandung: Alumni,
Peraturan Perundang-Undangan
1992.
R. Subekti., dan R. Tjindrosudibio, Kitab Undang-
HS, Salim. Perkembangan Hukum Jaminan di
Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya
Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Paramita, Jakarta 2003.
Persada, 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Bank,
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Bandung: Alfabeta, 2009.
Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara
Tahun 1960 Nomor. 104).
Tesis Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Puwanto, Edy, Penyelesaian Kredit Bermasalah Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Melalui Parate Eksekusi Dengan Cara Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah (Tambahan
JURNAL SELAT 69
Volume. 4 Nomor. 1, Oktober 2016. Halaman 53-69

Internet
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 3632). Opini Lentera: Media Hukum dan Informasi Umum
³DVDV-asas hak tanggungan:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
http://edwinnotaris.blogspot.co.id/search?q=
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
asas+hak+tanggungan, diakses tanggl 25
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
September 2016
Tentang Perbankan (Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3790).

Anda mungkin juga menyukai