Anda di halaman 1dari 9

Lex Privatum Vol. VI/No.

5/Juli/2018

PENGALIHAN HAK TAGIH KEPADA PIHAK PENDAHULUAN


KETIGA MELALUI CASSIE MENURUT PASAL A. Latar Belakang
613 KUHPERDATA DALAM PEMBERIAN Perjanjian pemberian kredit bank, cassie
KREDIT BANK1 sebagai suatu perjanjian pengalihan piutang
Oleh : Arfi David Kandou2 banyak dipergunakan oleh pihak perbankan
karena merupakan suatu cara untuk
ABSTRAK mengalihkan hak tagih kepada pihak lain dan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah atau pihak ketiga untuk menjamin fasilitas
untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kredit atau dana yang diberikan oleh bank.
pemberian kredit oleh bank kepada debitur Dana yang diberikan oleh bank melalui
dan bagaimana pengalihan hak tagih kepada fasilitas kredit memerlukan jaminan,
pihak ketiga melalui cessie menurut Pasal sehingga bank sebagai kreditur merasa aman
613 KUHPerdata. Dengan menggunakan memberikan fasilitas kreditnya. Jaminan
metode penelitian yuridis normatif, dimaksudkan agar apabila debitur (si
disimpulkan: 1. Pelaksanaan pemberian berutang) tidak mampu memenuhi
kredit bank harus dibuat dalam bentuk kewajibannya untuk membayar hutang atau
tertulis, dan bank harus mempunyai angsuran, maka jaminan dapat dijual oleh
keyakinan atas kemampuan serta bank sebagai kreditur sesuai dengan
kesanggupan nasabah debitur yang diperoleh perjanjian yang telah dibuat. Hasil penjualan
dari hasil penilaian yang seksama terhadap dapat digunakan oleh bank untuk melunasi
watak, kemampuan, modal, agunan dan utang debitur.
prospek usaha dari nasabah debitur. Serta Perjanjian pemberian kredit oleh bank
menerapkan pedoman perkreditan sering juga diperjanjikan untuk mengalihkan
berdasarkan prinsip syariah dan wajib hak tagih debitur dan kreditur lama kepada
menginformasikan dengan jelas mengenai pihak ketiga atau kreditur baru atau apabila
prosedur dan persyaratan pemberian kredit bank melakukan restrukturisasi loan
juga harus memperhatikan hasil AMDAL bagi portofolio-nya. Restrukturisasi ini dapat
perusahaan berskala besar dan berisiko tinggi dilakukan dengan cara melakukan pengalihan
agar tetap menjaga kelestarian lingkungan. 2. piutang bank yang timbul dari suatu
Pengalihan hak tagih kepada pihak ketiga perjanjian kredit kepada pihak ketiga.
melalui cessie menurut Pasal 613 Dalam perjanjian cassie, yang dialihkan
KUHPerdata dilakukan atas piutang atas adalah piutang atas nama atau kebendaan
nama dari kreditur lama (cedeng) kepada tidak bertambah lainnya sebagaimana diatur
kreditur baru (cessionaris) atas utang dari dalam Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata yang
debitur (cessus) dengan membuat akta cessie menentukan, penyerahan atas
baik akta otentik maupun akta di bawah piutang-piutang atas nama dan kebendaan
tangan dengan kewajiban diberitahukan tidak bertambah lainnya, dilakukan dengan
kepada debitur (cessus) atau secara tertulis jalan membuat sebuah akta otentik atau di
disetujui dan diakui oleh debitur (cessus). bawah tangan dengan mana hak-hak atas
Dengan akibat hukum piutang beralih dari kebendaan itu dilimpahkan kepada orang
kreditur lama (cedent) ke kreditur baru lain.
(cessionaris). Secara yuridis yang dimaksud dengan
Kata kunci: Pengalihan Hak Tagih; Cessie; cessie adalah suatu peralihan piutang atas
Pasal 613 KUHPerdata; Kredit Bank. nama terhadap debitur (cessus), dari kreditur
lama (cedent) kepada kreditur baru
(cessionaris) dengan cara yang diatur oleh
undang-undang, yakni dengan jalan
membuat akta cessie baik akta otentik
maupun akta bawa tangan dan dengan
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Engelin R.
kewajiban pemberitahuan kepada debitur,
Palandeng, SH, MH; Berlian Manoppo, SH, MH atau secara tertulis diakui oleh debitur.3
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
3
14071101462 Rahmad Setiawan dan J. Satrio, Penjelasan Hukum

98
Lex Privatum Vol. VI/No. 5/Juli/2018

Piutang yang dimaksud dalam Pasal 613 pelaksanaan pemberian kredit kepada
KUHPerdata adalah hak tagih yang timbul debitur, bank antara lain :
dari adanya hubungan hukum perjanjian 1) Wajib mempunyai keyakinan
meminjam uang dari suatu kegiatan berdasarkan analisis yangmendalam
penyaluran fasilitas kredit antara bank selaku atas itikad dan kemampuan serta
kreditur dan debiturnya atau si berutang kesanggupandebitur untuk melunasi
piutang atau hak tagih yang timbul dari utangnya sesuai dengan yang
hubungan hukum pinjam meminjam uang diperjanjikan (Pasal 8 ayat (1).
atau dari kegiatan penyaluran kredit tersebut 2) Memiliki dan menerapkan pedoman
dapat dialihkan kepada pihak ketiga atau perkreditan sesuai denganketentuan
kreditur baru (cessionaris) melalui cessie. yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
Dari uraian di atas telah mendorong penulis (Pasal 8 ayat(2).
untuk menulis skripsi ini dengan judul : Sehubungan dengan ketentuan
Pengalihan Hak Tagih Melalui Cessie Menurut undang-udang yang mengatur tentang
Pasal 613 KUHPerdata Dalam Pemberian pelaksanaan pemberian kredittersebut di
Kredit Bank. atas, maka Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat wajib rnelakukan analisis
B. Perumusan Masalah kredit yang mendalam atas permohonan
1. Bagaimana pelaksanaan pemberian kredit yang diajukan oleh calon debitur, dan
kredit oleh bank kepada debitur? memiliki serta menerapkan pedoman
2. Bagaimana pengalihan hak tagih kepada perkreditan dalam melaksanakan
pihak ketiga melalui cessie menurut Pasal perkreditannya.
613 KUHPerdata? Mengenai keyakinan berdasarkan analisis
yang mendalam atas itikad dan kemampuan
C. Metode Penelitian serta kesanggupan debitur untuk melunasi
Penelitian ini merupakan penelitian utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan,
hukum normatif. Penelitian hukum normatif maka hal itu dijelaskan lebih lanjut oleh
disebut juga penelitian hukum doktrinal. 4 penjelasan Pasal 8 ayat (1) UU Perbankan
Pada penelitian hukum normatif acapkali yang dapat disimpulkan antara lain sebagai
hukum diharapkan sebagai apa yang tertulis berikut :7
dalam peraturan perundang-undangan (law (1) Untuk memperoleh keyakinan
in books) atau hukum dikonsepkan sebagai tersebut, sebelum memberikan
kaidah atau norma yang merupakan patokan kredit, bank harus melakukan
berperilaku manusia yang dianggap pantas.5 penilaian yangseksama atas watak,
Untuk menghimpun data digunakan metode kemampuan, modal, agunan,
penelitian kepustakaan (library research), danprospek usaha debitur.
yaitu dengan mempelajari kepustakaan (2) Mengingat bahwa agunan sebagai
hukum yang berkaitan dengan pokok salah satu unsurpemberian kredit,
permasalahan, himpunan peraturan maka apabila berdasarkan
perundang-undangan, artikel-artikel hukum unsur-unsurlain telah dapat
dan berbagai sumber tertulis lainnya. diperoleh keyakinan atas
kemampuandebitur mengembalikan
PEMBAHASAN utangnya, agunan hanya
A. Pelaksanaan Pemberian Kredit Bank dapatberupa barang, proyek, atau
Pasal 8 Undang-undang Nomor 10 Tahun hak tagih yang dibiayaidengan kredit
1998, menentukan bahwa dalam yang bersangkutan.

Praktik perbankan, mengenai unsur-unsur


pemberian kredit sebagaimana yang
Tentang Cessie, Alumni, Bandung, 2014, hlm. 5.
4
Aminudin, dan H. Zainal Abidin, Pengantar Metode
disebutkan dalam penjelasan Pasal 8 ayat (1)
Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, tersebut lazim dikenal dengan sebutan lima C
2008, hlm. 118.
5 7
Loc-cit. Ibid, hlm. 80.

99
Lex Privatum Vol. VI/No. 5/Juli/2018

perkreditan (the 5 Cs of credit). Kelima unsur penyimpangan atas pemberian kredit


perkreditan tersebut dalam penilaiannya sebagaimana yang diatur oleh KPB dan PPK
melalui pembuatananalisis kredit akan bank yang bersangkutan, di samping
dijabarkan dalam berbagai aspek analisis mengacu pula kepada ketentuan hukum yang
kredit, yaitu aspek-aspek hukum, teknis dan berlaku. Kewajiban bagi Bank Umum untuk
produksi, pemasaran, keuangan, manajemen mempunyai KPB dan PPK adalah salah satu
dan organisasi, sosio ekonomi, lingkungan bentuk pelaksanaan prinsip kehati-hatian
hidup, jaminan (agunan) dan risiko).8 dalam kegiatan perbankan Indonesia
Berdasarkan analisis kredit yang sebagaimana yang diamanatkan oleh UU
dilakukannya, bank akan memberikan Perbankan Indonesia Tahun 1998. Ketentuan
keputusan menolak atau menyetujui KPB yang berlaku bagi Bank Umum tersebut
permohonan calon debitur. Oleh karena itu, tentunya dapat pula dirujuk untuk
setiap analisis kredit harus memuat penilaian penyusunan pedoman perkreditan bagi Bank
yang lengkap dan sempurna sehingga dapat Perkreditan Rakyat.
dipertanggungjawabkan sesuai dengan Bank sudah barang tentu berkeinginan
peraturan intern bank dan peraturan agar kredit yang diberikannya tidak menjadi
perundang-undangan lainnya. kredit yang bermasalah di kemudian hari.
Kewajiban bank memiliki dan menerapkan Oleh karena itu, sebelum memberikan kredit,
pedoman perkreditan sebagaimana yang bank harus melakukan penilaian yang
ditetapkan oleh ketentuan Pasai 8 ayat (2) saksama terhadap :10
lebih lanjut diatur dengan SK Direksi BI No. 1. Watak (character)
27/162/KE/DIR. 2. Kemampuan (capacity)
SK Direksi BI tersebut menetapkan 3. Modal (capital)
kewajiban semua Bank Umum untuk 4. Agunan (collateral)
memiliki dan menerapkan Kebijaksanaan 5. Prospek usaha nasabah debitur
Perkreditan Bank (KPB) dalam pelaksanaan (condition of economy), kelima hal ini
kegiatan perkreditannya dan juga lazim disebut denga the five C of
melampirkan Pedoman Penyusunan credit analysis atau prinsip 5 C's
Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB). Keyakinan dimaksud didapat setelah
PPKPB mencantumkan beberapa hal yang dilakukan analisis yang mendalam terhadap
sekurang-kurangnya harus dimuat dalam apa yang disebutkan dengan prinsip 5 C's,
ketentuan KPB, yaitu :9 yang memberikan informasi mengenai iktikad
(1) Prinsip kehati-hatian dalam baik (willingness to pay) dan kemampuan
perkreditan membayar (ability to pay) nasabah untuk
(2) Organisasi dan manajemen melunasi kembali pinjaman beserta
11
perkreditan bunganya.
(3) Kebijaksanaan persetujuan kredit.
(4) Dokumentasi dan administrasi kredit B. Pengalihan Hak Tagih Kepada Pihak
(5) Pengawasan kredit Ketiga Melalui Cessie Menurut Pasal 613
(6) Penyelesaian kredit bermasalah. KUHPerdata
KPB yang kemudian disertai dengan Pengalihan hak tagih kepada pihak ketiga
Petunjuk Pelaksanaan Kredit (PPK) melalui cessie atau pengalihan piutang dalam
merupakan peraturan intern masing-masing dunia perbankan sangat terkait dengan suatu
bank yang harus dipatuhi dalam pelaksanaan perjanjian yang dilakukan oleh pihak debitur
pemberian kreditnya. (si berutang) dan kreditur (pihak bank)
Sehubungan dengan ketentuan KPB dan terhadap suatu barang atau benda berperak
PPK ini dapat dikemukakan, jika terjadi atau tidak. Dalam pembahasan ini perjanjian
sesuatu hal yang berkaitan dengan kredit yang dimaksud sesuai dengan pokok
bermasalah, seharusnya perlu diteliti tentang pembahasan adalah yang berhubungan
sejauhmana telah terjadi pelanggaran atau
10
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra
8
Loc-cit. Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm. 23.
9 11
Ibid, hlm. 8. Loc-cit.

100
Lex Privatum Vol. VI/No. 5/Juli/2018

dengan suatu perjajian kredit. Perjanjian Cessie adalah pemindahan hak piutang,
kredit merupakan perjanjian konsensuil yang sebetulnya merupakan penggantian
antara debitur si berutang dengan kreditur si orang berpiutang lama, yang dalam hal ini
berpiutang dalam hal ini Bank yang dinamakan cedent, dengan seseorang
melahirkan hubungan hutang piutang, di berpiutang baru, yang dalam hubungan ini
mana debitur berkewajiban membayar dinamakan cessionaris. Pemindahan itu harus
kembali pinjaman yang diberikan oleh dilakukan dengan suatu akta otentik atau
kreditur, atau menyetor sebagian dana dibawah tangan, jadi tak boleh dengan lisan
berupa uang kepada pihak bank, dengan atau dengan penyerahan piutangnya saja.
berdasarkan syarat dan kondisi yang telah Agar pemindahan berlakuku terhadap si
disepakati oleh para pihak. berutang. Akta cessie tersebut harus
Dalam Buku III KUHPerdata tidak terdapat diberitahukan padanya secara resmi. Hak
ketentuan yang khusus mengatur perihal piutang dianggap telah berpindah pada
perjanjian kredit. Namun dengan waktu akta cessie itu dibuat, jadi tidak pada
berdasarkan asas kebebasan berkontrak, pada waktu akta itu diberitahukan kepada si
para pihak bebas untuk menentukan isi dari berutang.
perjanjian kredit sepanjang tidak Secara singkat, cessie merupakan
bertentangan dengan undang-undang, penggantian orang yang berpiutang lama
ketertiban ununn, kesusilaan, dan kepatutan. dengan seseorang berpiutang baru. Sebagai
Dengan disepakati dan ditandatanganinya contoh, misalnya Bank A berpiutang kepada
perjanjian kredit tersebut oleh para pihak, B, tetapi Bank A menyerahkan piutangnya itu
maka sejak detik itu perjanjian lahir dan kepada C, maka C lah yang berhak atas
mengikat para pihak yang membuatnya piutang yang ada pada B.
sebagai undang-undang.19 Di dalam praktek perbankan, dalam usaha
Suatu punjam meminjam uang dapat mengamankan pemberian kredit, umumnya
digolongkan sebagai kredit perbankan perjanjian kredit dituangkan dalam bentuk
sepanjang memenuhi unsur-unsur sebagai tertulis dan dalam perjanjian baku (standards
berikut :20 contract). Fungsi perjanjian kreditnya sendiri
1. Adanya penyediaan uang atau adalah sebagai perjanjian pokok, artinya
tagihan yang dapat dipersamakan perjanjian kredit merupakan sesuatu yang
dengan penyediaan uang. menentukan batal atau tidak batalnya
2. Adanya persetujuan atau perjanjian lain yang mengikutinya. Selain itu
kesepakatan pinjam meminjam juga berfungsi sebagai alat bukti mengenai
antara bank dengan pihak lain. batasan-batasan hak dan kewajiban kedua
3. Adanya kewajiban melunasi belah pihak serta berfungst sebagai panduan
utangnya. bank dalain perencanaan, pelaksanaan,
4. Adanya pemberian bunga kredit. pengorganisasian dan pengawasan
5. Adanya jangka waktu tertentu. pemberian kredit. Apabila terjadi
permasalahan piutang di mana pihak debitur
Pemberian kredit oleh bank kepada ingkar janji, maka pihak bank dapat
debitur adalah suatu pinjaman uang dan melakukan pengalihan piutang (cessie)
debitur wajib melakukan pembayaran kepada pihak ketiga, setelah melakukan
pelunasan kredit sesuai dengan jarak proses persyaratannya.
pembayaran yang telah disepakati yang Dengan demikian pengalihan piutang
biasanya terdapat dalam ketentuan (cessie) kepada pihak ketiga menurut
perjanjian kredit. Perjanjian kredit sebagai KUHPerdata sebagaimana diketahui bahwa
salah satu ajenis perjanjian tunduk kepada cessie adalah suatu cara pengalihan piutang
ketentuan hukum perikatan dalam hukum atau tagihan, dan hak yang timbul dari sualu
positif di Indonesia. perjanjian dalam bentuk akta otentik atau di
bawah tangan dapat dialihkan kepada pihak
lain. Sehingga pengalihan hak dari kontrak
19
M. Bahsan, Op-cit, hlm. 79. atau piutang atau yang sering disebut dengan
20
Ibid, hlm. 80.

101
Lex Privatum Vol. VI/No. 5/Juli/2018

istilah cessie diatur dan dibenarkan oleh KUM Cessie atau pengalihan hak tagih atas
Perdata dan diatur dalam Pasal 613 pengalihan piutang dapat dipandang dari 2
KUHPerdata. Akan tetapi, terhadap hak yang (dua) segi sebagai berikut :25
terbit dari suatu perbuatan melawan hukum 1. Sebagai lembaga hukum perikatan, yakni
oleh orang lain, tidak mungkin dapat sebagai pergantian kreditur (kontrak
dialihkan karena hal tersebut bertentangan antar kreditur).
dengan ketertiban umum. 2. Sebagai bagian hukum benda, yakni
Agar cessie dapat dilaksanakan maka sebagai cara peralihan hak milik.
cessie harus dibentahukan kepada cessus Meskipun sebenarnya cessie (pengalihan
(pihak debitur dari piutang atas nama). piutang) mesti dibedakan dengan novasi
Dalam model formulir yang diterbitkan bank, (pembaruan utang), delegasi (pengalihan
tercantum cessie sebagai jaminan diantara kewajiban debitur), subrogasi (pembayaran
beberapa jaminan lain (gadai, dan hak oleh pihak ketiga) dan beneficiary (kontrak
tanggungan).24 untuk pihak ketiga).
Dalam hubungan dengan pengalihan dan Secara yuridis cessie adalah suatu
hak yang terbit dari suatii kontrak, Pasal 613 peralihan piutang atas nama debitur (cessus)
KUHPerdata menentukan bahwa, dari kreditur lama (cedent) kepada kreditur
penyerahan akan piutang-piutang atas nama baru (cessionaris), dengan cara yang diatur
dan kebendaan tidak bertubuh lainnya, oleh undang-undang, yakni dengan jalan
dilakukan dengan jalan membuat sebuah membuat akta cessic baik akta otentik
akta otentik atau di bawah tangan, dengan maupun akta bawah tangan dan dengan
mana hak-hak atas kebendaan itu kewajiban pemberitahuan kepada debitur,
dilimpahkan kepada orang lain. Penyerahan atau secara tertulis disetujui dan diakuinya
yang demikian bagi si berhutang tidak ada oleh debitur. Karena itu, yang merupakan
akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu elemen-elemen yuridis dari lembaga cessie
diberitahukan kepadanya atau secara tertulis adalah sebagai berikut :26
disetujui dan diakuinya. Penyerahan tiap-tiap 1. Adanya pihak cedent (kreditur lama)
piutang karena surat bawa dilakukan dengan 2. Adanya pihak cessionaris (kreditur baru)
penyerahan surat itu; penyerahan tiap-tiap 3. Adanya pihak cessus (debitur)
piutang karena surat ditunjuk diiakukan 4. Adanya piutang/tagihan dengan titel
dengan penyerahan surat disertai dengan yang sah
endosemen. 5. Adanya pengalihan piutang/tagihan
Karena cessie diatur dalam buku kedua 6. Adanya akta cessie yang otentik atau di
KUHPerdata, maka lembaga cessie oleh bawah tangan
hukum dimasukkan ke dalam wilayah kerja 7. Adanya pemberitahuan (betekening,
hukum benda. Hal ini adalah wajar notice) kepada pihak census (debitur)
mengingat cessie adalah suatu cara 8. Adanya persetujuan dan pengakuan
pengalihan hak yaitu hak atas piutang. tertulis dari cessus (debitur)
Namun demikian karena suatu ketika suatu Dengan adanya pengalihan hak tagih
piutang beralih maka tentu pihak kreditur kepada pihak ketiga melalui cessie, akibat
juga berganti dari kreditur yang lama kepada hukum yang terpenting adalah :27
kreditur yang baru sehingga dilihat dari segi a. Piutang beralih dari cedent ke
bergantinya kreditur maka cessie juga cessionaris.
tennasuk ke dalam hukum perjanjian b. Setelah terjadinya cessie, kedudukan
sehingga diatur juga oleh buku ketiga cessionaris menggantikan tempat
KUHPerdata. kedudukan cedent yang berarti segala
hak yang dimiliki oleh cedent terhadap

25
Ibid, hlm. 247.
26
Rudy Tri Santosa, Kredit Usaha Perbankan, Gajah
24
Sri Kastini, Gadai Saham, Gadai Piutang dan Cessie. Mada Press, Yogyakarta, 2006, hlm. 56.
27
Hukum Jaminan Indonesia, Seri Dasar Hukum Ekonomi J. Satrio, Cessie, Subrogasi, Kompensasi dan
4. ELIPS, Jakarta, 2008, hlm. 246. Percampuran Utang, Alumni, Bandung, 2009, hlm. 5.

102
Lex Privatum Vol. VI/No. 5/Juli/2018

cessus dapat digunakan oleh cessionaris c. Perintah membayar kepada pihak ketiga
sepenuhnya. dari kreditur.
Di samping cessie untuk sebagian tagihan, Pada hakikatnya cessie hanya merupakan
cessie dengan akibat yang terbatas lainnya salah satu model pengalihan hak, di samping
adalah :28 model-model peralihan hak lainnya. Dalam
a. Cessie Bersyarat, yakni cessie dengan hukum dikenal beberapa model peralihan
syarat-syarat tertentu, di mana cessie hak, yaitu sebagai berikut :30
baru terjadi jika terjadi kejadian tertentu 1. Cessie untuk peralihan piutang atas
seperti yang dipersyaratkan tersebut. nama.
b. Cessie untuk jaminan hutang, yakni 2. Endosemen untuk peralihan hak atas
cessie yang tidak memberikan hak tagihan atas pengganti (aan order).
kepemilikan yang penuh kepada kreditur 3. Penyerahan fisik surat hutang untuk
baru, tetapi hanya memberikan hak peralihan hak atas tagihan atas bawa
jaminan saja. (aan toonder).
Cessie merupakan tindakan hukum atau 4. Penyerahan fisik benda bergerak untuk
kontrak yang nyata/riil. Yang dimaksud peralihan hak atas benda bergerak.
dengan kontrak nyata (riil) adalah suatu 5. Balik nama dokumentatif untuk peralihan
kontrak yang baru dianggap terjadi setelah hak atas benda tidak bergerak.
benda yang merupakan objek kontrak Dari keseluruhan proses transaksi cessie,
tersebut dialihkan kepada pihak lain (pihak ada tiga macam hubungan hukum yang
yang menerima peralihan). Sebelum terjadi yaitu sebagai berikut :31
pengalihan dilakukan maka kontrak dianggap a. Hubungan utang piutang lama antara
belum ada. Dalam hubungan dengan kreditur lama dengan debitur.
perbuatan cessie ini, maka berdasarkan asas b. Hubungan pengalihan piutang antara
kontrak nyata maka cessie baru ada dan kreditur lama dengan kreditur baru.
mengikat pada saat piutang tersebut c. Hubungan utang piutang baru antara
dialihkan. kreditur baru dengan debitur.
Berdasarkan asas kontrak nyata ini jika Karena cessie merupakan salah satu
seseorang berjanji untuk mengalihkan bentuk levering (penyerahan benda), maka
piutangnya di kemudian hari, meskipun tentu syarat-syarat untuk suatu levering
perjanjian yang demikian sudah mengikat berlaku juga untuk cessie. Syarat yuridis
secara obligatoir Pasal 1333 jo Pasal 1334 utang bagi suatu pengalihan adalah sebagai
KUH Perdata), tetapi cessie belum terjadi, berikut :32
meskipun piutang tersebut mungkin pada a. Kreditur lama harus benar. Dalam hal ini
saat dibuat sudah ada dan sudah menjadi pemilik harus secara yuridis mempunyai
milik pihak yang akan mengalihkan tersebut. titel yang sah atas tagihan yang akan
Hal ini adalah wajar, tindakan cessie yang dialihkan itu.
dimaksudkan adalah tindakan penyerahan b. Kreditur baru harus benar. Dalam hal ini
(levering) itu sendiri (pasal 613 KUH Perdata). pemilik baru harus memiliki dasar dari
Karena itu, banyak tindakan yang peralihan hak tagihan kepadanya berupa
kelihatannya seperti pranata hukum cessie, suatu peristiwa hukum yang
tetapi sebenarnya bukan cessie, berhubung menyebabkan peralihan hak atas
tidak terpenuhinya asas kontrak nyata ini. tagihan tersebut.
Beberapa pranata hukum mirip cessie c. Adanya kewenangan berbuat dari
tersebut adalah sebagai berikut :29 kreditur lama. Kewenangan berbuat dari
a. Janji untuk melakukan cessie. kreditur lama juga haruslah sah secara
b. Janji untuk menagih piutang dan yuridis. Artinya, kreditur lama tersebut
membayarnya. haruslah berwenang untuk mengalihkan
piutang tersebut, baik kewenangan
28
Ibid, hlm. 6.
29 30
Hartono Soerjapratiknjo, Utang Piutang, Perjanjian Ibid, hlm. 63.
31
Pembayaran Hipotik, Yogyakarta, 2004: Seksi Notariat, J. Satrio, Op-cit, hlm. 8.
32
Fak. Hukum UGM, 2004, hlm. 62. Ibid.

103
Lex Privatum Vol. VI/No. 5/Juli/2018

dalam arti wenang berbuat secara dalam hal ini piutang tersebut masih belum
umum seperti cukup umur, dipenuhinya ada. Meskipun begitu dalam hal-hal tertentu
persyaratan korporasi seperti piutang yang belum ada tersebut cukup layak
persetujuan komisaris atau berwenang untuk dialihkan.
dalam hubungan dengan piutang
tersebut, seperti tidak melakukan PENUTUP
peralihan terhadap piutang yang bukan A. Kesimpulan
kepunyaannya. 1. Pelaksanaan pemberian kredit bank
Pada Pasal 613 ayat 2 KUHPerdata harus dibuat dalam bentuk tertulis,
tercantum ketentuan tentang adanya dan bank harus mempunyai keyakinan
pemberitahuan kepada cessus maka atas kemampuan serta kesanggupan
cessionaris mendapat kuasa dari cedent. nasabah debitur yang diperoleh dari
Dalam akta tercantum ketentuan berikut hasil penilaian yang seksama terhadap
bahwa pihak pertama dengan ini memberi watak, kemampuan, modal, agunan
kuasa kepada pihak kedua :34 dan prospek usaha dari nasabah
a. Memberitahukan kepada siapapun juga debitur. Serta menerapkan pedoman
mengenai cessie ini termasuk perkreditan berdasarkan prinsip
memberitahukan dengan surat juru sita syariah dan wajib menginformasikan
kepada siapapun juga yang berutang dengan jelas mengenai prosedur dan
kepada pihak pertama; persyaratan pemberian kredit juga
b. atas nama pihak pertama, pihak kedua harus memperhatikan hasil AMDAL
berhak melakukan segala sesuatu yang bagi perusahaan berskala besar dan
diperlukan atau diharuskan agar piutang berisiko tinggi agar tetap menjaga
tagihan pihak pertama dapat dibalik kelestarian lingkungan.
nama ke atas nama pihak kedua dan 2. Pengalihan hak tagih kepada pihak
diterima oleh pihak kedua. ketiga melalui cessie menurut Pasal
Cessie harus dibuat akta baik otentik 613 KUHPerdata dilakukan atas
atau di bawah tangan. Tetapi alas hak adanya piutang atas nama dari kreditur lama
cessie, yaitu ada tagihan tidak menuntut alas (cedeng) kepada kreditur baru
hak tagihan secara tertulis, bisa saja tagihan (cessionaris) atas utang dari debitur
terjadi karena perbuatan hukum yang dibuat (cessus) dengan membuat akta cessie
secara lisan. Bentuk tertulis misalnya dalam baik akta otentik maupun akta di
bentuk pengakuan hutang atau janji mau bawah tangan dengan kewajiban
membayar suatu hutang. Dalam Pasal 1385 diberitahukan kepada debitur (cessus)
KUHPerdata disebutkan bahwa pembayaran atau secara tertulis disetujui dan diakui
harus dilakukan kepada si berpiutang atau oleh debitur (cessus). Dengan akibat
kepada kuasanya atau orang yang ditunjuk hukum piutang beralih dari kreditur
oleh hakim. Namun bila tagihan berbentuk lama (cedent) ke kreditur baru
surat pengakuan hutang, bila debitur (cessionaris).
membayar kepada yang membawa surat
tersebut, maka sahlah pembayaran tersebut. B. Saran
Ketentuan tentang cessie dalam Pasal 613 1. Dalam pelaksanaan pemberian kredit
KUHPerdata menentukan tentang cessie bank, maka selayaknya bank mengikuti
terhadap piutang. Dengan demikian yang ada aturan yang berlaku terutama
mekanisme dalam KUHPerdata adalah jika pemberian kredit dibuat secara tertulis
objek pengalihannya sudah dalam bentuk dalam bentuk perjanjian kredit sesuai
piutang. Oleh karena itu pada prinsipnya dengan prosedur dan persyaratan yang
tidak dimungkinkan jika ada pengalihan berlaku terutama keyakinan bank atas
terhadap hak-hak yang timbul dari suatu kemampuan dan kesanggupan
kontrak, di mana kontrak tersebut sendiri nasabah untuk, mengembalikan kredit
masih belum dibuat sama sekali. Sebab yang telah diterima agar tidak terjadi
kredit macet.
34
Ibid, hlm. 33.

104
Lex Privatum Vol. VI/No. 5/Juli/2018

2. Dalam pengalihan hak tagih kepada Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan
pihak ketiga melalui cessie Lainnya, PT Raja Grafindo Persada,
berdasarkan Pasal 163 KUHPerdata Jakarta, 2014.
yang banyak digunakan oleh pihak Kastini Sri, Gadai Saham, Gadai Piutang dan
perbankan maka selayaknya dibuat Cessie, Hukum Jaminan Indonesia,
dalam bentuk akta otentik maupun di Seri Dasar Hukum Ekonomi 4. ELIPS,
bawah tangan dan terutama harus Jakarta, 2008.
diberitahukan kepada debitur (cessus) Pramono Nindyo, Bunga Rampai Hukum
secara tertulis dan diakui dan disetujui Bisnis Aktual, Citra Aditya Bankti,
oleh debitur (cessus) dan hanya untuk Bandung, 2006.
tagihan yang sudah ada. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA dan Kebudayaan, Jakarta, 1988.
Abdullah Thamrin dan Tantri Francis, Bank Rahman Hasanuddin, Aspek-aspek Hukum
dan Lembaga Keuangan, PT Raja Pemberian Kredit Perbankan di
Grafindo Persada, Jakarta. Indonesia. Citra Aditya Bakti,
Abdurrahman A., Ensiklopedia Ekonomi Bandung, 1995.
Keuangan Perdagangan, Pradnya Santosa Tri Rudy, Kredit Usaha Perbankan,
Paramita, Jakarta, 1993. Gajah Mada Press, Yogyakarta, 2006.
Aman The Putra Edy, Kredit Perbankan Suatu Sari Natalia Putri, Pengalihan Piutang Secara
Tinjauan Yuridis, Liberty, Yogyakarta, Cessie dan Akibatnya terhadap
1989. Jaminan Hak tanggungan dan
Aminudin, dan Abidin Zainal H., Pengantar Jaminan Fidusia, Tesis, Program
Metode Penelitian Hukum, PT Raja Magister Kenotariatan, Fakultas
Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Universitas Indonesia, 2010.
Anshori Ghofur Abdul, Payung Hukum Satrio J., Cessie, Subrogasi, Kompensasi dan
Perbankan Syariah, University Press, Percampuran Utang, Alumni,
Yogyakarta, 2007. Bandung, 2009.
Badrulzaman Darius Mariam, Perjanjian Setiawan Rahmad dan Satrio J., Penjelasan
Kredit Bank, Alumni, Bandung, 2013. Hukum Tentang Cessie, Alumni,
Bahsan M., Hukum Jaminan dan Hukum Bandung, 2014.
Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Sjahdeini Remy Sutan, Sudah Memadaikah
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Perlindungan yang Diberikan oleh
2010. Hukum kepada Nasabah Penyimpan
Djumhana Muhamad, Hukum Perbankan Dana, Universitas Airlangga,
Indonesia, Citra Aditya, Bandung, Universitas Airlangga, Surabaya,
2003. 2004.
Fuady Munir, Hukum Perkreditan Soeharnoko, J. Satrio, Cessie, Subrogatie,
Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Novasi, Kompensasi dan Campuran
Bandung, 1996. Utang, Bandung, Alumni, 2009.
Fuadi Munir, Segi-segi Hukum Perjanjian, Soerjapratiknjo Hartono, Utang Piutang,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. Perjanjian Pembayaran Hipotik,
Fuady Munir, Hukum Kontrak Dari Sudut Yogyakarta, 2004: Seksi Notariat, Fak.
Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Hukum UGM, 2004.
Bakti, 2009. Supramono Gatot, Perbankan dan Masalah
Gazali S. Djoni dan Usman Rachmadi, Hukum KRedit, Djambatan, Jakarta, 1995.
Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, Suyanto Thomas, Dasar-dasar Perkreditan,
2012. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional 2005.
Indonesia, Prenada Media Group, Usman Rahmadi, Aspek-aspek Hukum
Jakarta, 2007. Perbankan Indonesia, Gramedia

105
Lex Privatum Vol. VI/No. 5/Juli/2018

Pustaka Utama.
Peraturan dan Undang-undang :
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan.

106

Anda mungkin juga menyukai