Purbandari
Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular, Jakarta
Jalan Cipinang Besar No. 2 Jakarta
purbandari@yahoo.com
abstract
The ownership of the apartment units is a material that gives the right of private ownership of the
apartment units are used separately, together with the right parts of the apartment building, along
the right things and right along the ground. Each holder of a certificate of title to the apartment
units may apply for credit on a bank certificate of ownership rights to make the apartment units as
collateral for loans and tied with Mortgage. Based on this study intended to examine the
possibility of flats to be credit guarantees. For his research and writing is made and prepared by
the method of juridical normative research that uses qualitative analysis of data derived from
primary legal materials, secondary legal materials relating to the imposition of flats as collateral
for loans with Mortgage. This study approaches the law (Statute approach) is done by reviewing
some laws and other regulations relevant to the provisions and rules of the flats as collateral for
bank loans.
Abstrak
Hak milik atas satuan rumah susun merupakan hak kebendaan yang memberikan
pemilikan perseorangan atas satuan-satuan rumah susun yang digunakan secara
terpisah, hak bersama atas bagian-bagian dari bangunan rumah susun, hak bersama
atas benda-benda dan hak bersama atas tanah. Setiap pemegang sertifikat hak milik
atas satuan rumah susun dapat mengajukan permohonan kredit pada bank
menjadikan sertifikat hak milik atas satuan rumah susun sebagai jaminan untuk
kredit dan diikat dengan Hak Tanggungan. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini
dimaksudkan untuk mengkaji mengenai dimungkinkannya rumah susun menjadi
jaminan kredit. Untuk itu penelitian dan tulisan ini dibuat dan disusun dengan metode
penelitian yuridis normatif yang menggunakan analisis kualitatif dengan data yang
bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder terkait dengan
pembebanan rumah susun sebagai jaminan kredit dengan Hak Tanggungan. Penelitian
ini menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach) yang dilakukan dengan
menelaah beberapa peraturan perundang-undangan dan regulasi lainnya yang
bersangkut paut dengan ketentuan dan aturan mengenai rumah susun sebagai jaminan
kredit bank.
berikut atau tidak berikut benda-benda lain ayat (3) UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah
yang merupakan sati kesatuan dengan Susun, selanjutnya disebut UU Rumah Susun).
tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, Menurut Arie S Hutagalung, pada
yang memberikan kedudukan yang beberapa negara maju termasuk Australia,
diutamakan kepada kreditor tertentu Selandia Baru, Singapura, Malaysia dan
terhadap kreditor-kreditor lain (Pasal 1 Hongkong, problema penyediaan pemilikan
ayat (1) UU Hak Tanggungan). tanah bagi pembangunan rumah secara
2. Jaminan Fidusia ( UU No. 42 Tahun 1999 horizontal dipecahkan dengan pembangunan
tentang Jaminan Fidusia) perumahan secara vertikal dengan
Fidusia adalah pengalihan hak menggunakan sistem Strata Title yaitu sistem
kepemilikan suatu benda atas dasar yang mengatur tentang bagian tanah yang
kepercayaan dengan ketentuan bahwa terdiri dari lapisan-lapisan (strata) yaitu lapisan
benda yang hak kepemilikannya yang bawah dan atas, dengan strata. Strata adalah
diadakan tersebut tetap dalam bentuk plural dan stratum diartikan sebagi
penguasaan pemilik benda itu (Pasal 1 ayat berikut, stratum means any part of land consisting
(1) UU Jaminan Fidusia). of a space of any shape below on or above the surface
3. Gadai/pand ( Bab 20 Buku II of the land, the dimensions of which are delineated.
KUHPerdata) Menurut Pasal 47 ayat (5) UU Rumah
Pasal 1150 KUHPerdata mengatakan, gadai Susun dikatakan, “SHM sarusun dapat
adalah suatu hak yang diperoleh seorang dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak
berpiutang atas suatu barang bergerak, Tanggungan sesuai dengan ketentuan
yang diserahkan kepadanya oleh seorang peraturan perundangan-undangan”.
yang berutang atau oleh seorang lain atas Sebelum berlakunya UU No. 20 Tahun
namanya, dan yang memberikan 2011 tentang Rumah Susun, pengaturan
kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk hukum mengenai rumah susun diatur dalam
mengambil pelunasan dari barang tersebut UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun
secara didahulukan daripada orang-orang yang dalam Pasal 12 ayat (1) dikatakan,
berpiutang lainnya, dengan kekecualian Rumah susun berikut tanah tempat bangunan
biaya untuk melelang barang tersebut dan itu berdiri serta benda lainnya yang
biaya yang telah dikeluarkan untuk merupakan satu kesatuan dengan tanah
menyelamatkannya setelah barang itu tersebut dapat dijadikan jaminan hutang
digadaikan, biaya-biaya mana harus dengan :
didahulukan. a. Dibebani hipotik, jika tanahnya tanah hak
milik atau hak guna bangunan;
Terkait dengan jaminan kebendaan b. Dibebani fidusia, jika tanahnya tanah
dalam kegiatan perbankan, maka objek yang tanah hak pakai atas tanah Negara;
menjadi jaminan kebendaan tersebut semakin
luas. Objek yang berkembang saat ini yang Perubahan ketentuan tersebut karena
dapat menjadi objek jaminan adalah rumah dengan terbitnya Undang Undang No. 4
susun. Rumah susun dibangun untuk Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas
menjawab perkembangan yang terjadi Tanah beserta benda-benda yang berkaitan
terutama di daerah perkotaan, dimana tingkat dengan tanah (UUHT), telah terjadi unifikasi
kebutuhan akan perumahan cukup tinggi hak jaminan atas tanah, dimana menurut Pasal
sementara keterbatasan lahan tidak 27 UU HT menyatakan “ketentuan undang
memungkinan pembangunan rumah secara undang ini berlaku juga terhadap pembebanan hak
leaded house, sehingga pembangunan jaminan atas rumah susun dan hak milik atas
perumahan diarahkan pada pembangunan satuan rumah susun.”
rumah susun atau apartemen yang menganut Berdasarkan ketentuan tersebut, maka
konsep kepemilikan satuan rumah susun, yaitu satuan rumah susun atau apartemen dapat
unit rumah susun yang tujuan utamanya dijadikan jaminan utang atau jaminan kredit.
digunakan secara terpisah dengan fungsi Bahwa dalam hal ini yang menjadi objek
utama sebagai tempat hunian dan mempunyai jaminan kredit dan diikat dengan Hak
sarana penghubung ke jalan umum (Pasal 1 Tanggungan adalah bukan tanahnya tetapi
disahkan oleh instansi yang berwenang sesuai a. Salinan buku tanah dan surat ukur atas hak
dengan peraturan perundang-undangan yang tanah bersama menurut Pasal 19 UUPA;
berlaku yang memberi kejelasan atas: b. Gambar denah tingkat rumah susun yang
a. Batas satuan yang dapat dipergunakan bersangkutan yang menunjukkan satuan
secara terpisah untuk perseorangan; rumah susun yang dimiliki ; dan
b. Batas dan uraian atas bagian bersama c. Pertelaan mengenai besarnya bagian hak
dengan benda bersama yang menjadi hak atas bagian bersama, benda bersama dan
masing-masing satuan; tanah bersama yang bersangkutan, yang
c. Batas dan uraian tanah bersama dengan kesemuanya merupakan satu kesatuan
besarnya bagian yang menjadi haknya yang tidak terpisahkan.
masing-masing satuan.
Penerbitan tanda bukti (hak) sebagai
Mengenai kepemilikan atas satuan rumah alat pembuktian yang kuat merupakan
susun dipertegas dalam ketentuan Pasal 46 bagian dari rangkaian kegiatan pendaftaran
UU Rumah Susun yang menyatakan : tanah. Hal ini sesuai dengan definisi
Hak kepemilikan atas sarusun merupakan hak pendaftaran tanah yang merupakan suatu
milik atas sarusun yang bersifat perseorangan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
yang terpisah dengan hak bersama atas bagian pemerintah secara terus-menerus dan teratur
bersama, benda bersama, dan tanah bersama. berupa pengukuran, keterangan/data
Hak atas bagian bersama, benda bersama, dan tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang
tanah bersama tersebut dihitung berdasarkan ada di wilayah tertentu, pengolahan,
atas NPP. penyimpanan dan penyajiannya bagi
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun kepentingan rakyat dalam rangka
dinyatakan lahir sejak didaftarkan akta memberikan jaminan kepastian hukum
pemisahan dengan dibuatnya buku tanah atas dibidang pertanahan termasuk penerbitan
setiap satuan rumah susun yang bersangkutan. tanda bukti dan pemeliharannya.
Untuk itu, dalam rangka memberikan jaminan Hak milik atas satuan rumah susun
kepastian hukum bagi pemilikan satuan rumah dapat beralih dengan cara pewarisan atau
susun, kepada pemilik diterbitkan bukti dengan cara pemindahan hak sesuai dengan
kepemilikan yang kuat berupa Sertifikat Hak ketentuan hukum yang berlaku, yang mana
Milik Atas Satuan Rumah Susun (HMSRS) pemindahan hak tersebut dilakukan dengan
yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan
Kabupaten/Kotamadya setempat sebagaimana didaftarkan pada Kantor Agraria/Badan
ketentuan Pasal 47 ayat (1), (2), dan (4) UU Pertanahan Kabupaten/ Kotamadya yang
Rumah Susun yang menyatakan, bersangkutan Peralihan hak dengan
(1) Sebagai tanda bukti kepemilikan atas pewarisan adalah peralihan hak yang terjadi
sarusun di atas tanah hak milik, hak guna karena hukum dengan meninggalnya pewaris,
bangunan, atau hak pakai di atas tanah sedangkan pemindahan hak tersebut dapat
negara, hak guna bangunan atau hak dengan jual beli, tukar menukar dan hibah.
pakai di atas tanah hak pengelolaan
diterbitkan SHM sarusun. Kredit Perbankan
(2) SHM sarusun sebagaimana dimaksud Kata kredit itu berasal dari bahasa
pada ayat (1) diterbitkan bagi setiap Romawi “Credere” yang mempunyai arti
orang yang memenuhi syarat sebagai kepercayaan (Mariam Darus Badrulzaman,
pemegang hak atas tanah. 1991 : 23), atau credo yang berarti saya percaya
(3) SHM sarusun sebagaimana dimaksud (Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, 2004 : 1).
pada ayat (1) diterbitkan oleh kantor Kepercayaan yang dimaksud di dalam
pertanahan kabupaten/kota. perkreditan adalah antara si pemberi dan si
penerima kredit, dimana dengan memperoleh
Berdasarkan Pasal 47 ayat (3) UU kredit berarti ia memperoleh kepercayaan
Rumah Susun jo Pasal 31 PP No. 24 tahun 1997 (trust).
tentang Pendaftaran Tanah. Sertifikat HMSRS Secara hukum, kredit adalah pemberian
terdiri dari : prestasi (misalnya uang dan barang) dengan
atau pembiayaan pemilikan rumah pemilikan dengan batas-batas tertentu. Dalam hal ini
rumah. pemegang hak milik atas satuan rumah susun
(3) Kredit atau pembiayaan pemilikan rumah juga berwenang melakukan perbuatan-
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat perbuatan hukum atasnya seperti menjadikan
dibebani hak tanggungan. sertifikat hak miliknya sebagai jaminan untuk
(4) Kredit atau pembiayaan rumah umum memperoleh kredit pada bank. Jenis kredit
tidak harus dibebani Hak Tanggungan. yang dapat diperoleh antara lain adalah
kredit pemilikan rumah. Kredit ini ditujukan
Berdasarkan ketentuan ini, maka untuk memberi bantuan kepada masyarakat
memungkinkan diperolehnya Kredit Pemilik yang berpenghasilan rendah dan menengah
Rumah/Apartemen (KPR/KPA) guna untuk memberi rumah termasuk satuan
membayar lunas harga satuan rumah susun rumah susun dengan pembayaran secara
yang dibeli pengembaliannya dapat dilakukan angsuran.
secara angsuran KPR/KPA tersebut baru dapat Dalam proses pemberian kredit
diberikan setelah rumah susun yang tersebut pertama sekali yang harus dilakukan
bersangkutan selesai dibangun dan telah pula adalah: 1) Telah melunasi uang muka dari
dilakukan pemisahan dalam satuan rumah harga satuan rumah susun yang dibeli
susun yang bersertifikat. Dalan Perjanjian (minimal 10%); 2) provisi bank sebesar 1 %
kredit ini, rumah susun yang dibiayai dengan dari jumlah kredit yang disetujui (maksimal
kredit (Sertifikat HMSRS) menjadi jaminan kredit); 3) angsuran bulan pertama; 4) premi
kredit dan diikat dengan Hak Tanggungan asuransi tahun pertama; 5) biaya notaris
sesuai dengan ketentuan Pasal 47 ayat (5) UU untuk proses realisasi kredit.
Rumah Susun. Apabila pemohon (calon debitur)
Selain kredit kepemilikan atas satuan sudah mendapat fasilitas kredit kepemilikan
rumah susun, terkait rumah susun, rumah, untuk ini ia sudah dibolehkan
dimungkinkan juga atas tanah di mana mengajukan permohonan kredit kepemilikan
apartemen nantinya dibangun dibebani Hak rumah pada bank. Dalam mengajukan
Tanggungan (HT) untuk menjamin kredit permohonan ini ada beberapa persyaratan
konstruksi apartemen di mana pelunasan lagi yang harus dipenuhi, yaitu:
kredit tersebut adalah dari hasil penjualan unit 1. Warga Negara Indonesia
apartemen. Bila atas sertifikat induk (status 2. Belum memiliki rumah sendiri
SHGB) dibebani HT, apakah HT tersebut tetap 3. Memiliki penghasilan, baik yang bersifat
berlaku dan mengikat meskipun atas sertifikat tetap maupun yang tidak tetap.
SHGB yang diikat tersebut sudah berubah 4. Diutamakan yang telah berkeluarga
menjadi Sertifikat Hak Milik Atas Satuan 5. Usia minimal 21 tahun atau telah kawin,
Rumah Susun (Strata title). Sehingga Hak maksimum 60 tahun serta berwenang
Tanggungan dapat juga dibebankan atas tanah melakukan tindakam hukum.
dimana rumah susun itu dibangun beserta 6. Pemohon termasuk berpenghasilan
rumah susun yang akan dibangun, sebagai rendah/menengah, yaitu setiap bulan
jaminan kredit yang dimaksudkan untuk tidak melebihi Rp 300.000,-
membiayai pelaksanan pembangunan rumah 7. Telah memiliki masa kerja atau telah
susun yang telah direncanakan di atas tanah menjalankan usaha dalam bidangnya
yang bersangkutan dan yang pemberian minimal satu tahun.
kreditnya dilakukan secara bertahap, sesuai 8. Bagi pegawai negeri/anggota ABRI sudah
dengan pelaksanaan pembangunan rumah mempunyai NIP/NRP.
susun tersebut. 9. Golongan yang mempunyai penghasilan
tetap adalah pegawai negeri, anggota
Mekanisme pengajuan permohonan ABRI, pegawai swasta. Sedangkan
kredit golongan yang tidak tetap adalah :
Bahwa setiap pemegang hak milik mereka yang (pengusaha kecil misalnya
atas sesuatu benda berwenang untuk kios,dll) dan mereka yang bekerja pada
menguasai dan menikmati serta melakukan majikan, misalnya pelayan toko, buruh
perbuatan-perbuatan hukum atas benda pada proyek bangunan, pengemudi taksi,
kebendaan yang merupakan jaminan yang Ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan (2) UUHT
berupa hak mutlak atas suatu benda, yang menyatakan,
berupa gadai, fiducia dan Hak Tanggungan. (1) Pemberian Hak Tanggungan didahului
Dalam kredit dengan jaminan rumah dengan janji untuk memberikan Hak
susun atau HMSRS, jaminan kebendaan yang Tanggungan sebagai jaminan pelunasan
diberikan dibebankan jaminan dengan cara utang tertentu, yang dituangkan di
pembebanan Hak Tanggungan berdasarkan dalam dan merupakan bagian tak
Pasal 47 ayat (5) UU RUmah Susun jo UU HT. terpisahkan dari perjanjian utang-
Hak Tanggungan memiliki 4 asas, yaitu piutang yang bersangkutan atau
(Adrian Sutedi, 2006 : 59-61) : perjanjian lainnya yang menimbulkan
1. Memberikan kedudukan yang diutamakan utang tersebut.
(preferent) kepada kreditornya. Hal ini (2) Pemberian Hak Tanggungan dilakukan
berarti bahwa kreditor pemegang Hak dengan pembuatan Akta Pemberian
Tanggungan mempunyai hak untuk Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai
didahulukan di dalam mendapatkan dengan peraturan perundang-
pelunasan atas piutangnya daripada undanganyang berlaku
kreditor-kreditor lainnya atas hasil
penjualan benda yang dibebani Hak Pemberian Hak Tanggungan dilakukan
Tanggungan tersebut. dengan pembuatan Akta Pembebanan Hak
2. Selalu mengikuti objeknya dalam tangan Tanggungan (“APHT”) oleh PPAT sesuai
siapapun objek tersebut berada. Artinya dengan peraturan perundang–undangan yang
benda-benda yang dijadikan objek Hak berlaku. Akta Hak Tanggungan menurut Pasal
Tanggungan itu tetap terbeban Hak 11 UU HT memuat :
Tanggungan walau ditangan siapapun 1) nama dan identitas pemegang dan pemberi
benda itu berada. Jadi meskipun hak atas Hak Tanggungan;
tanah yang menjadi objek Hak 2) domisili pihak-pihak sebagaimana
Tanggungan tersebut telah beralih atau dimaksud pada huruf a, dan apabila di
berpindah-pindah kepada orang lain, antara mereka ada yang berdomisili di luar
namun Hak Tanggungan yang ada tetap Indonesia, baginya harus pula
melekat pada objek tersebut dan tetap dicantumkan suatu domisili pilihan di
mempunyai kekuatan mengikat. Indonesia, dan dalam hal domisili pilihan
3. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas. itu tidak dicantumkan, kantor PPAT tempat
Asas spesialitas maksudnya bahwa benda pembuatan Akta Pemberian
yang dibebani Hak Tanggungan itu harus HakTanggungan dianggap sebagai domisili
ditunjuk secara khusus. Dalam Akta yang dipilih;
Pemberian Hak Tanggungan harus 3) penunjukan secara jelas utang atau utang-
disebutkan secara tegas dan jelas mengenai utang yang dijamin sebagaimana dimaksud
benda yang dibebani itu berupa apa, dalam Pasal 3 dan Pasal 10 ayat (1);
dimana letaknya, berapa luasnya, apa 4) nilai tanggungan;
batas-batasnya dan apa bukti 5) uraian yang jelas mengenai obyek Hak
kepemilikannya. Tanggungan.
4. Mudah dan pasti pelaksanaannya, artinya
dapat dieksekusi seperti putusan hakim Dalam Akta Pemberian Hak
yang telah berkekuatan atas hukum tetap Tanggungan dapat dicantumkan janji-janji,
dan pasti. antara lain:
a. janji yang membatasi kewenangan pemberi
Pembebanan Hak Tanggungan Hak Tanggungan untuk menyewakan
dilakukan dalam dua tahap, yaitu (Ibid : 76) : obyek Hak Tanggungan dan/atau
1. Tahap pemberian Hak Tanggungan menentukan atau mengubah jangka
Dibuat Akta Pemberian Hak Tanggungan waktusewa dan/atau menerima uang sewa
oleh PPAT, yang didahului dengan di muka, kecuali dengan persetujuan
perjanjian utang piutang yang dijamin. tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak
Tanggungan;
b. janji yang membatasi kewenangan pemberi k. janji yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat
Hak Tanggungan untuk mengubah bentuk (4).
atau tata susunan obyek Hak Tanggungan,
kecuali dengan persetujuan tertulis lebih Selanjutnya pembebanan Hak
dahulu dari pemegang Hak Tanggungan; Tanggungan tersebut dilakukan dalam rangka
c. janji yang memberikan kewenangan memenuhi syarat publisitas, yang merupakan
kepada pemegang Hak Tanggungan untuk salah satu syarat bagi yang sahnya dan
mengelola obyek Hak Tanggungan kelahiran Hak Tanggungan yang diberikan
berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan.
Negeri yang daerah hukumnya meliputi
letak obyek Hak Tanggungan apabila Tahap pendaftaran tanah di Kantor Perta-
debitor sungguh-sungguh cidera janji; nahan yang merupakan saat lahirnya Hak
d. janji yang memberikan kewenangan Tanggungan tersebut
kepada pemegang HakTanggungan untuk Pendaftaran adalah pencatatan adanya
menyelamatkan obyek Hak Tanggungan, pembebanan, penghapusan, peralihan,
jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaan pemecahan, penggabungan, hak, sita, ganti
eksekusi atau untuk mencegah menjadi nama dan lain-lain dalam kegiatan pendaftaran
hapusnya atau dibatalkannya hak yang tanah, pada daftar-daftar di kantor
menjadi obyek Hak Tanggungan karena Pertanahan.
tidak dipenuhi atau dilanggarnya Lahirnya Hak Tanggungan ini
ketentuan undang-undang; dibuktikan dalam bentuk penerbitan Sertifikat
e. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan Hak Tanggungan oleh Kantor Pertanahan.
pertama mempunyai hak untuk menjual Pendaftaran dilakukan pada Kantor Agraria
atas kekuasaan sendiri obyek Hak (sekarang kantor pertanahan)
Tanggungan apabila debitor cidera janji; Kabupaten/Kotamadya untuk dicatat pada
f. janji yang diberikan oleh pemegang Hak buku tanah dan sertifikat hak bersangkutan.
Tanggungan pertama bahwa obyek Hak Tata caranya sama dengan pembebanan Hak
Tanggungan tidak akan dibersihkan dari Tanggungan yang obyek pokoknya tanah yang
Hak Tanggungan; diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24
g. janji bahwa pemberi Hak Tanggungan Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
tidak akan melepaskan haknya atas obyek
Hak Tanggungan tanpa persetujuan tertulis Eksekusi Hak Tanggungan atas Rumah
lebih dahulu dari pemegang Hak Susun
Tanggungan; Eksekusi Hak Tanggungan dapat
h. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan ditemukan landasan hukumnya dalam
akan memperoleh seluruh atau sebagian ketentuan Pasal 20 UUHT yang menyatakan,
dari ganti rugi yang diterima pemberi Hak (1) Apabila debitor cidera janji, maka
Tanggungan untukpelunasan piutangnya berdasarkan:
apabila obyek Hak Tanggungan dilepaskan a. hak pemegang Hak Tanggungan
haknya oleh pemberi Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak
atau dicabut haknya untuk kepentingan Tanggungan sebagaimana dimaksud
umum; dalam Pasal 6, atau
i. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan b. titel eksekutorial yang terdapat dalam
akan memperoleh seluruh atau sebagian sertipikat HakTanggungan
dari uang asuransi yang diterima pemberi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
Hak Tanggungan untuk pelunasan ayat (2), obyek Hak Tanggungan dijual
piutangnya, jika obyek Hak Tanggungan melalui pelelangan umum menurut tata
diasuransikan; cara yang ditentukan dalam peraturan
j. janji bahwa pemberi Hak Tanggungan perundang-undangan untuk pelunasan
akan mengosongkan obyek Hak piutang pemegang Hak Tanggungan
Tanggungan pada waktu eksekusi Hak dengan hak mendahulu dari pada
Tanggungan; kreditor-kreditor lainnya.
2) Atas kesepakatan pemberi dan pemegang mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
Hak Tanggungan, penjualan obyek Hak penjualan tersebut.”
Tanggungan dapat dilaksanakan di bawah
tangan jika dengan demikian itu akan Berdasarkan ketentuan Pasal 6 UUHT,
dapat diperoleh harga tertinggi yang Hak pemegang Hak Tanggungan
menguntungkan semua pihak. pertama untuk menjual obyek Hak
3) Pelaksanaan penjualan sebagaimana Tanggungan atas kekuasaan sendiri
dimaksud pada ayat (2)hanya dapat yang diperkuat dengan janji yang
dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) disebut dalam Pasal 11 ayat 2 huruf e
bulan sejak diberitahukan secara tertulis Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996
oleh pemberi dan/atau pemegang Hak Tentang Hak Tanggungan (UUHT).
Tanggungan kepada pihak-pihak yang Hak dari pemegang Hak Tanggungan
berkepentingan dan diumumkan sedikit- untuk melaksanakan haknya
dikitnya dalam 2 (dua)surat kabar yang berdasarkan ketentuan Pasal 6 UUHT
beredar di daerah yang bersangkutan tersebut adalah hak yang semata-mata
dan/atau media massa setempat, serta diberikan oleh undang undang. Namun
tidak ada pihak yang menyatakan demikian, hak tersebut tidaklah berarti
keberatan. demi hukum. Melainkan harys
4) Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi diperjanjikana terlebih dahulu oleh para
Hak Tanggungan dengan cara yang pihak dalam Akta pembebanan Hak
bertentangan dengan ketentuan pada ayat Tanggungan.
(1), ayat (2), dan ayat (3) batal demi hukum.
5) Sampai saat pengumuman untuk lelang b. Title eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat
dikeluarkan, penjualan sebagaimana Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam
dimaksud pada ayat (1) dapat dihindarkan Pasal 14 ayat 2 UUHT (fiat eksekusi).
dengan pelunasan utang yang dijamin Ketentuan Pasal 14 UUHT menyatakan,
dengan Hak Tanggungan itu beserta biaya- (1) Sebagai tanda bukti adanya Hak
biaya eksekusi yang telah di keluarkan. Tanggungan, Kantor Pertanahan
menerbitkan sertipikat Hak Tanggungan
Berdasarkan ketentuan tersebut, sesuai dengan peraturan perundang-
apabila kreditor cidera janji, obyek Hak undangan yang berlaku.
Tanggungan dijual melalui pelelangan umum (2) Sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana
menurut cara yang ditentukan dalam dimaksud pada ayat (1)memuat irah-irah
dengan kata-kata "DEMI KEADILAN
peraturan perundang undangan yang berlaku
BERDASARKAN KETUHANANYANG
dan pemegang Hak Tanggungan berhak
MAHA ESA".
mengambil seluruh atau sebagian dari hasilnya
(3) Sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana
untuk pelunasan piutangnya, dengan hak yang
dimaksud pada ayat (2)mempunyai
mendahului dari pada kreditor kreditor yang
kekuatan eksekutorial yang sama dengan
lain. putusan pengadilan yang telah memperoleh
Berdasarkan ketentuan Pasal 20 UUHT kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai
tersebut dapat diketahui bahwa prinsipnya pengganti grosse acte Hypotheek sepanjang
eksekusi atau penjualan hak atas rumah susun mengenai hak atas tanah.
yang dibebankan dengan Hak Tanggungan (4) Kecuali apabila diperjanjikan lain, sertipikat
dapat dilaksanakan melalui dua macam cara, hak atas tanahyang telah dibubuhi catatan
yaitu : pembebanan Hak Tanggungan sebagaimana
a. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 UU HT (Parate dimaksud dalamPasal 13 ayat (3)
Eksekusi) dikembalikan kepada pemegang hak atas
Pasal 6 UUHT menyatakan, tanah yangbersangkutan.
“Apabila debitor cidera janji, pemegang (5) Sertipikat Hak Tanggungan diserahkan
HakTanggungan pertama mempunyai hak untuk kepada pemegang Hak Tanggungan.
menjual obyek Hak Tanggungan ataskekuasaan
sendiri melalui pelelangan umum serta
pembebanan Hak Tanggungan atas rumah Gatot Supramono. Perbankan dan Masalah Kredit
susun dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Suatu Tinjauan Kredit. Edisi Revisi. Cet.
1. Tahap pemberian Hak Tanggungan yaitu 2. Jakarta : Djambatan, 1996.
dengan pembuatan Akta Pemberian Hak
Tanggungan oleh PPAT, yang didahului Hasanuddin Rahman. Aspek Hukum Pemberian
dengan perjanjian utang piutang yang Kredit Perbankan di Indonesia,. Bandung :
dijamin. Citra Aditya Bakti, 1995.
2. Tahap pendaftaran tanah di Kantor
Komar Andasasmita. Hukum Apartemen/Rumah
Pertanahan yang merupakan saat lahirnya
Susun. Bandung : Ikatan Notaris
Hak Tanggungan tersebut.
Indonesia Komisariat Jawa Barat, 1986.
Apabila debitur cidera janji dalam
perjanjian kredit, maka Hak Tanggungan akan Marhaenis Abdul May. Hukum Perbankan di
dilakukan eksekusi sebagaimana ketentuan Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramitha,
Pasal 20 UUHT, dimana obyek Hak 1979.
Tanggungan dijual melalui pelelangan umum
menurut cara yang ditentukan dalam Mariam Darus Badrulzaman. Perjanjian Kredit
peraturan perundang undangan yang berlaku Bank. Cetakan V, Bandung : Penerbit P.T.
dan pemegang Hak Tanggungan berhak Citra Aditya Bakti, 1991, hlm. 23.
mengambil seluruh atau sebagian dari hasilnya
untuk pelunasan piutangnya, dengan hak yang Mgs. Edy Putra The Aman. Kredit Perbankan
mendahului dari pada kreditor kreditor yang Suatu Tinjauan Juridis. Yogjakarta :
lain yang dapat dilaksanakan melalui dua Liberty, 1989.
macam cara, yaitu :
a. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 UU HT, O.P. Simorangkir. Pengantar Lembaga Keuangan
yaitu Hak pemegang Hak Tanggungan Bank dan Non Bank. Cet. Pertama. Jakarta :
pertama untuk menjual obyek Hak Penerbit Ghalia Indonesia, Januari, 2000.
Tanggungan atas kekuasaan sendiri yang
diperkuat dengan janji yang disebut dalam Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti.
Pasal 11 ayat 2 huruf e Undang Undang Manajemen Perkreditan Bank Umum : Teori,
Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Masalah, Kebijakan dan Aplikasinya Lengkap
Tanggungan (UUHT) atau disebut dengan dengan Analisa Kredit. Bandung :
cara parate eksekusi. Alfabeta, 2004.
b. Berdasarkan Title eksekutorial yang
terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan Sri Soedewi Masjchoen Sofyan. Hukum Perdata:
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Hukum Benda, Yogyakarta : Liberty, 1981.
ayat 2 UUHT, dimana eksekusi dilakukan
dengan meminta bantuan pengadilan atau Subekti R. Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian
disebut dengan cara Fiat Eksekusi Kredit Menurut Hukum Indonesia.
Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989.
Daftar Pustaka
Adrian Sutedi. Implikasi Hak Tanggungan Thomas Suyanto, dkk. Dasar-Dasar Perkreditan.
Terhadap Pemberian Kredit Oleh Bank dan Jakarta : PT. Gramedia, 1992.
Penyelesaian Kredit Bermasalah. Jakarta :
BP. Cipta Jaya, 2006. Vollmar H.F.A. Hukum Benda. Bandung :
Tarsiota, 1980
Hadiwidjaja H dan R.A. Rivai Wirasasmita.
Analisis Kredit. Bandung : Pionir Jaya,
1991.