Anda di halaman 1dari 13

TEORI,KONSEP DAN MODEL KEPEMIMPINAN

DOSEN PENGAMPUH:

Desi mardianti, SE.,MM

MAKH ROZI (215210157)


Dwi Aldiansyah (215210163)
HAFIZD MAHESWARA (215210529)
M. ZAKI FIRDAUS (215210450)
Muhammad riski (215210604)
Irfan(215210621)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latarbelakang

Kepemimpinan bukan mengenai pangkat, posisi at diagram alar, tetapi mengenai suatu kehidupan
yang berdampak bagi orang lain, Pengawas sekolah adalah guru pegawai negeri sipil yang dongkat
dalam jahatan pengawas sekolah (PP4 tahun 2008). Pengawas adalah kegiatan pengawas sekolah
dalam menyunm program pengawasan melaksanakan program pengawasan, evalua hasil
pelakaamaan program, dan melakonkan pembimbingan dan pelatihan profesional garn. Dalam buku
kerja pengawas sekolah (2011) disebutkan bahwa pengawas sekolah yang profesional harus
memiliki beberapa karakteristik, Karakteristik yang harus di miliki pengawas sekolah yaitu:

1.Menampilkan kemampuan pengawas dalam bentuk kinerja


2.Memiliki bakat, minat, punggilan jiwa, dan idealism.
3.Melaksanakan tomhepeopwan secara efektif dan efisien.
4.Memberikan layanan prins uk semua pemangku kepentingan
5.Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan
6.Mengembangkan metode dan strategi kerja kepengawasan terus mener
7. Memiliki kapasitas untuk bekirja secara mandiri
8.Memiliki tanggung jawab profesi
9.Memiliki kode etik profesi pengawas
10.Memiliki komitmen dan menjadi anggota organisasi profesi kepengawaan sekolah

1.2 Rumusan masalah

Dari Latar Belakang masalah yang diuraikan penulis, banyak permasalahan yang
ditemukan penulis. Permasalahan tersebut antara lain:

1.Apa itu Kepemimpinan?

2.Bapaimana Teori-teori dalam kepemimpinan?

3.Bagumana Model-model dalam kepemigin?

1.3 Tujuan penulisan

Adapun tajuan dari Makalah ini adalah:

1.Sebagai penyelesaian rugas Mata Kuliah Taxi Adminstrasi dan Manajemen Pendidikan.

2. Menjelaskan tentang Teori Kepemimpinan dan Model Kepemimpinan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan telah menjadi topik yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Balkan jika kita
mengunakan mesin pencari koes Google, moka penelusuran kata Kepemimpinan memiliki hasil sekitar
3.100.000 ankel Sedangkan kata Pemimpinan

memiliki hasil penelusuran sebanyak 7940.000, ini merupakan hasil penelusuran yang sangat fatti. Hal ini
menandakan bahwa topik tentang Pemimpin dan Kepemimpinanmerupakan topik yang banyak dicari
orang di dunia maya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kepemimpinan adalah perihal pemimpin, cara
memimpin Sedangkan dalam Kamas Merriam-Webster kat Leadership(Kepemimpinan) diterjemahkan
sebagai:

1. A position as a leader of a group, organization, ele


2. The time when a person holds the position of leader
3.The power or ability lead other people.

=>TEORI MENURUT PARA AHLI

1.Sthepen P. Robins mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi tu kelompok


kearah tercapainya tujuan

2. Ricard L. Du mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang


yang mengarah pada pencapaian tujuan

3. R. Terry memberikan defeat Leadership sebagai to the acuity of influencing people is strive willingly
for mutual objectives.

4. Ricky W. Criffin mengatakan bahwa pemimpin adalah individu yang mampu


mempengaruhi perilaku orang lam, tanpa honas mengandalkan kekerasan, pemimpin
adalah individu yang diterima orang lain.

2.2 Teori Kepemimpinan

Pada dasarnya kepemimpinan muncul sejak adanya peradaban. Pada awal masa peradahan,
kepemimpinan muncul sebagai saha untuk mempertahankan eksisten (Leherasan) kelompok mereka
untuk bertahan hidup. Pemimpin yang diangkat biasanya adalah mereka yang memiliki fisik yang paling
kuat, paling berani, paling cerdas. Sebab bab inilah yang mendorong banyak ahli untuk menyatakan
teorinya tentang munculnya pemimpin
1.Teori Kepemimpinan berdasarkan Watak atau Sifat (Trail Theory)

Sejarah teori dan penelitian kepemimpinan dimulai oleh Bernard yang pada talsin 1926 menyatakan
bahwa kepemimpinan bisa stajeliskan oleh kulitas internal atau yang dibawa seseorang sejak lahir
(Homer, 1997 270) Teori ini dinamakan toori sifat (traini theory), dengan inti teori yamu seorang
pemimpin adalah dilahirkan dan bukan dibuat at dekayasa Indikator dari teori sifat adalah kemampuan
mengarahkan secara alamiah, kasat muk memimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan diri,
kocendasa serta pengetahuan yang luas mengenai pokorjan Koontz (1980): 665) menyimpulkan bahwa
ada empat sifat utama yang berpengaruh terhadap kesuksesan seorang pemimpin yata kecerdasan,
kedewasaan & kehason hubungan sosial, motivar diri & dorongan berprestasi dan sikap kap hubungan
mananaw Kumpulan dari penelitian ini, shagaimana dinyatakan oleh Hermund pada tahun 1926,
mengarahkan pada premis haha pemimpin itu dilahirkan. Selanjutnya, Horner (1997: 270) menyebutkan
bahwa setelah teori sifat trungkap, mas politi lain mulai melakukan penelitian lanjutan untuale
membuktikan validitas teori ini seperti Stogdill podu tahun 1948 Menurut Spill Pipin yang berhasil harus
memiliki:
a.Capacity (kemampuan)
b.Achievement (prestasi)
C.Responsibilities (tanggungjawab)

Menurut Judith R. Gordon, karakter yang dimiliki seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam:
a.Kemampuan Intelektual
b. Kematangan pribadi
c. Pendidikan
d. Status social dan Ekonomi
e. Human relations
f. Motivasi intrinsic
g. Dorong untuk maju

1.Nurman ditemukan kelemahan teori ini yaitu tidak adanya jawatan yang valid dan jelas mengenai
berbagai macam sifat yang secara konsisten mampu menggambarkan sebuah tipe kepemimpinan yang
efektif. Kelemahan teori ini memaksa para peneliti untuk melakkan penelitian lebih lanjut Bahasan
berikutnya adalah mengenai efektivitas kepemimpinan, apa yang dilakukan oleh pemimpin agar efektif,
bagaimana mereka mendelegankan tugas, bagaimana mereka mengkomunikasikan ide dan memotiva
pengikutnya, bagaimana mereka mencapai target dalam menyelesaikan gas, dan bagaimana berbagai
perilaku pemimpin mengantarkannya menjadi sukses (Wahjono 2010: 269). Selanjutnya Horner (1997
270) menambahkan bahwa kelemahan lam dari teori sifat adadali tidak mampu menggambarkan
bubongan yang jelas setira atskan dan bawahan serta situasi pekerjaan

2.Teori Kepemimpinan berdasarkan Perilaku (Behavior Theory)


Tidak seperti teri sifat thats theory) yang menyatukan halwa pemimpin tu dilahirkan, maka pada teori
perilaku (behavior theory) justru menyatakan sebaliknya. bahwa pemimpin itu dibentuk dan diarahkan
(Wabjone, 2010: 269). Kelemahan or sifat menjadi dasar munculnya teori kepemimpinan benlasarkan
perilaku, dimana. Halpin dan Winer pada taun 1950 dalam Robbins (1996:40) mengemukakan sebuah
teori kepemimpinan dengan penekanan pada perbuatan atau perilaku yang diningakkan oleh pemimpin
alan bukan dinilisi dari sifat yang dibawa sejak lahir. Teori ini dinamakan teri perilaku (behavior theory),
dengan inti teori yaitu seseorang dikatakan pemimpin atas mengerti konsep kupemimpinan tergantung
dari perilaku yang ditunjukkan dalam meningkatkan efektifitas dalam mencapai tujuan organisasi. Halpin
dan Winer pada tainas.
bahwa semua orang dapat menjadi pemimpin yang sukses serta mengerti konsep kepemimpinan
dengan mempelajari perilaku seorang pemimpin yang telah sukses,Yuki(1989: 257) menyebutkan bahwa
banyak peneliti yang telah melakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan validitas teori ini, di
antaranya Mintzberg (1973), McCall, Morrison dan Hannan (1978), McCall dan Segrist (1980) Kotter
(1982), Kurke dan Aldrich (1983), Kanter (1983). Gabarro (1985), dan Kaplan(1986).

Penelitian lanjutan mengenai teri ini dilakukan alets Universitas Ohio dan Michigan yang menghasilkan
dua dimensi kepemimpinan berdasarkan perilaku, yaitu Robbins (1996)

a.Consideration atau kepemimpinan yang berorientasi pekeņa, yang menekankan pada rasudan
hubungan antar individu pekerja.

b. Initiating structure atau kepemimpinan yang berorienusi tugas, yang menekankan pada pekerjaan
dalam mencapai tujuan.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pemimpin yang bermentas pada pekerja diyakini dapat
menimbulkan duktivitas yang tinggi dan kepuasan kerja. Selanjutnya Universitas Iowa mengemukakan
pendekatan lain yang dianggap mampu menjelaskan mengenai teori kepemimpinan, yaitu:

a.Democratic, yaitu mendelegasikan tugas dan selalu mehbatkan karyawan

b b.Autocratic, yaitu melakukon sentralisasi perintah dan pendiktean

C.Laissez-fire style, yaitu kebebasan dalam melakukan apapan atau pemimpin yang tidak terlalu perduli
pada aktivitas karyawan (no leadership)

Blake, shepard dan Mission pada tahun 1964 mengembangkan model kepemimpinan lanjutan dengan
berbasis pada hasil penelitian dari universitas Ohio Michigan dan Iowa Homer, 1997: 271) Blake,
Shepard dan Mouton menumuskan dun dimensi yang hampir serupa dengan penelitian thi dan Michigan
yain concern for people dan concern for outpat dan kemudian hari mereka menambahkan dimensi yang
ketiga, yakni fleksibilitas

Namun seperti penelitian yang dilakorkan pada teori sifat, teori kipeimimpinan berbasis perilaku gagal
dalam pelaksanaannya karena soon in befant sepenuhnya dapat menjelaskan mengenai kepemimpinan
dan mengabaikan faktor me, Faktor situasi pekerjaan seharusnya tidak boleh diabaikan karena tidak ada
satupun jaya kepemimpinan.
3. Toori Kepemimpinan berdasarkan Situasi (Situational Theory)
Bendasarkan kelemahan toon sifat slas teori perilaku yang mengabaikan faktor situs pekerjaan, maka
pendekatan mengenai teon kepemimpinan yan menghubabungkan sifat maupun perilaku dengan situasi
pekerjaan mulai dilakukan Pendekatan ini dinamakan pendekatan situasional yang mengomakakan
bahwa efektivitas kepemimpinan sergantung pada kesesuaian antara kepribadian, sugas, kekuasaan,
skap dan persepsi Pendekatan mi dianggap sebagai pendekatan paling ideal dalam menjelaskan
hubungan amara peningin, bawahan dari situasi var, 1997:271 Menurut Homer (1997 271), inti dari
seori situasional menggambarkan bahwa tipe yang digunakan oleh pemimpin tergantung pada faktor-
faktor seperti pemimpin itu sendi pengikut serta situasi. Dengan kata lain, seorang pemimpin harus
mampu mengalah tipe kupemimpinan secara cepat, tepat dan akurat senai dengan kebutuhan situs

Salah satu teori kepemimpinan yang menggunakan pendekatan sitsional adalah teri kepemimpinan
kentingmasi yang dikembangkan oleh Fiedler pada tahun 1967 (Luthans, 2065 1649). Teori
kepemimpinan kontingensi menyatakan bahwa kinerja pegawai yang efektif hanya dapat sercapai
apabila terjadi kesamaan visi antara tipe kepemimpinan seorang pemimpin dengan bawahannya serta
sejauh mana pemimpin mampu mengendalikan si Tiga dimensi penting yang muncul pada model
kepemimpinan kontingensi, yaitu:

a.Leader-member relations dubungan pemimpin-anggota), yaitu hubungan pemimpin dengan anggota,


besaran kadar kepercayaan serta respek dari bawahan terhadappemimpin

b. Task structure (tingkat strukar tugas) yaitu kadar formalisasi dan prosedur operasional standar pada
struktur tegas yang liberikan oleh pemimpin

C.Position power (kekuasaan posisi pemimpin, yaitu etoritas pada suatu situasi seperti penemuan dan
pemberhentian pegawai, disiplin, prenosi serta peningkatan upah

Teori Kepemimpinan situasional lainnya dikemukakan left Vroom datin pada tahun 1973 (Homer,
1997:271) Tooni yang dinamakan teon normatif Vroom
Yetton ini menjelaskan bagaimana serang pemimpin harus memimpin bawahan dalam berbagai situasi.

Model ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun tipe kepemimpinan yang dapat elektif diterapkan
dalam berbagai situasi Pilihan mengenai tipe kepemimpinan yang akan dianut hanya efektif jika sesuai
dengan situasi yang dihadapi. Selanjutnya House dan Mitchell pada tahun 1974 mengemukakan teori
sual dengan bertas pada hasil penelitian dari Universitas Ohio (Robbins, 1996: 525 Teori yang dinamakan
sebagai turi path-gool ini mengungkapkan bahwa seorang pemimpin mempunyai tugan untuk
membantu bawahan dalam mencapai tujuan-tujan (goal) mereka dan menyediakan petunjuk (path) ata
dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan tersebut sejalan dengan tujuan organisasi
secara keseluruhan Pada intinya, teori path-goal menjelaskan empat perilaku pemimpin, yumu
Wahjono(2010)
a.Pemimpin direktif mengaibkan tentang apa yang harus dilakukan day bagaimana caranya,
menjadwalkan pekerjaan, mempertahankan standar kinerja, dan
memperjelas peranan pemimpin dalam kelompok

b. Pemimpin suportit, melakukan berbagai saha agar pekerjaan menjadi lebih menyerangkan,
memperlakukan pengikat dengan adit, bersahabat, dan madah
bergaul serta memperhatikan kesejahteraan bawahannya.

C.Pemimpin panticipatif, melbatkan bawahan, meminta saran hawahan dan


menggunakannya dalans proses pengambilan keputusan.

d. Pemimpin yang beronentas pada kinerja, menentukan tujuan-tujuan yang menantang, mengharap
kinerja yang tinggi menekankan pentingnya kinerja yang
berkelanjutan, optanistik dan memerah standar-standar yang tinggi.

Intinya, teori path goal mengamkan hawa pemimpin harus fleksibel sehingga apabila situasi
membutuhkan perubahan tipe kepemimpinan, maka pemimpin mampo mengganti tipe
kopemimpinannya secara cepat. Namun Horner (1997) mengungkapkan bahwa duni sekian banyak
peneliti yang meneliti tentang teor situasional, semyata diketahui halwa tert sinaasional sangat ambigu
kamera teori in lebih menjelaskan konsep-konsep manajerial, dongan kata lain teori tersebut
seharusnya ditujukan untuk manajer. Selain itu, seorsional tidak mampu menjelasan mengenai konsep
kepeminginan the sendiri. Kelemahan lam dari teori ini adalah tidak menjelaskan perlu atau tidaknya
pekerja mengubah perilaku, seperti yang dilakukan pemimpin, sesuat dengan perubahan satu
pekerjaan.

2.3 Model Kepemimpinan

Banyak tudi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari berbagai
perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tang kepemimpuun, dari tahun 1900-an
hingga tahun 1950-an, memfokuskan pertation pada perbostan karakteristik antara pemimpin (leiders)
dan pengikut karyawan (lowers) Karena hasil penelitian pada saat periode terschut menunjukkan balosa
tidak terdapat sate pun sifat atau wulak (trs) atau kombinasi sifat atau watak yang dapat menerungkan
sepenuhnya tentang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah
pengaruh situasi terhadap kenangan dan tingkah laku para pemimpin.

Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tinglash laku yang diperagukan oleh para
pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para
pemimpin yang efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency model. Dengan
model kontingen tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel
situasidan keefektifan pemimpin.
Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an dan 1980-an, sekali lagi memfokuskan
perfuatiannya kepada karakteristik individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifun mereka
dan keberhasilan organisasi yang mereka pirupin. Hasil-hal penelitian pada periode tahun 1970-an dan
1980-an arah kepada kesimpulan baliwa pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat
penting uruk dipelajari (crucial), naus kodia hal tersebut disadan sebagai komponen organisasi yang
sangat komplek.
Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam stodi kepemimpinan debut sebagai model
kepemimpinan transformasional. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelasan
karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang
dikembangkan dalain pendekatan watak, gaya dan kontingensi

(a) Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)


Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of
behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua
dimeri, yaitu struktur kelembapan (initiating structure) din kodemu (consideration). Dimensi struktur
kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana pora pemimpin mendefinisikan dan menyusan
storakni kokompok dalam rangia penrapaian tujuan orgonisan serta sampat acjakh mone para
pemimpin mengorganiskan kegiatan kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan sengan saha para
pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensions menggunakan sampai sejauh mana tingkat
hubungan kerja antara pemimpin dan hawuhannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperbaikan
kebunan sosial di emosi bagi bawahum seperti misalnya kebotuhan akan pengokum, kepuasan kerja dan
ponighangaan yaj mempongoruhi kinerja moorekce dalam organisani.
ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah,
partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations).
Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkali lakat pemimpin yang efektif
cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa
pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat
terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling
menghargai dan senantias hangat dengan bawahannya. Secara ringkas, model kepemimpinan efektif ini
mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat menangani kedua
aspek organisasi dan manusia sekaligus dalam organisasinya.

(b) Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)


Stadi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kacocokan antara karakteristik watak
pribadi pemimpin, tingkah kinys das variabel belusional Kalan model kepemimpinan situsional berasumsi
bahwa itumi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model
kepemimpinan kontingen memtakaskan perhatian yang lebih luas, yalisi pada aspek-aspek keterkaitan
antura kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinja pemimpin
(Hoy and Miskel 1987).

Model kapemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut
beranggapan bahwa koumilusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara
utan gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian sinasi (the favourableness of the situation)
yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan
ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi koefektifan pemimpin Ketiga faktor tersebut adalah
hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur mijas. (the task structure)
dan kekuatan posisi (position power)

Hubungan antara peningin dan bawahun menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya
dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas
menjelaskan sampai sejauh mani tugas- tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai
sejauh muma definis tugan tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rines dan prosedur yang baku.
Kekuatan poci menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin
karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan memiliki akan arti penting dan nilai
dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan poi juga menjelaskan sampai sajah mana pemimpin
(misalnya) menggunakan Cowritaya dalam memberian bakuman sian peaghargaani promeni dan
penurionan pangkat (demotions)
Model koningensi yang lain, Path-Gital Thenry, berpendapat bahwa elektifitas pemimpin ditertukas
oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situats (House 1971) Menurut House,
tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam kelompok: supportive leadership insemnjukkan
perfuatian terfuidagi kesejahteraan hawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat), directive
leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang
ada), participative leadership (konsultasi dengan bawahan dadam pengambilan keputusan) das
achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yarıgı menantang dan menekankan
pertanya kinerja yang memuaskan).
Menurut Path-Goal Theory, dus variabel situasi yang sangat mention efektifitas pemimpin adalah
karakteristik pribudi para bawahan karyawan dan lingkungan moral organisasi seperti misalnya
peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih
sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memalam aspek kepemimpinan dalam in
demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombano yang paling efektif
antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dais variabel sõnasional

(c) Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)

Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif buru dalam nadia
kepemimpinan Bums (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan
kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk
memperoleh pemahamani yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformusional. model
ini perlu dipenentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional
didasarkan pada otontas birokrasi dan legitimasi di dalam organisati. Pemimpin muncaknienal pada
hakekatnya menekankan halima seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para
howahannya untuk mencapai tuju organisa. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung
memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisat
Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab inercka, purs ponimpur transakssonal
sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hakaman kepada bawahannya.
Sebaliknya, Hums menyatakan bahwa model kepemimpinan transfomasional pada hakekatnya
menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab
mereka lebih dari yang merika harapkan. Pemimpin mainformasional hana mama mendefinisikan
mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawaton has menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya.
Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab inercka, purs ponimpur transakssonal
sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hakaman kepada bawahannya.
Sebaliknya, Hums menyatakan bahwa model kepemimpinan transfomasional pada hakekatnya
menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab
mereka lebih dari yang merika harapkan. Pemimpin mainformasional hana mama mendefinisikan
mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawaton has menerima dan mengakui
kredibilitas pemimpinnya.
Yamano dan Be (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional artikulavika visi masa
depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawalsay dengan cara yang intelektual, dan menaruh
parhatian pada perbedaan-perbedaan yang imiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang
diungkapkan oleh Tichy and Devina (1990), keberadaan pari pemimpin transformasional mempunyai
efek manoma baik pada tingkat ganini maupun pada tingkat individu.
Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness through
Transformational Leadership, Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan
transformasional menuai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four Dimensi yang pertama
disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal), Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai
perilaku pemimpin yang membuat par pengskumya mengagumi, menghormati dan sekaligus
mempercayainya. Dimani yang kedua disebut sebagai inspirational motivarson (motivasi inipinas)
Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
mengartikulasikan pengharapan yang jelas tahadap prestasi bawahan, demonstrasikan komiteeya
terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui
pembulum entsiasme dan optimisme. Dimenu yang ketiga disebut sebagai intellectual stulation (elektual
Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide han, memberikan solusi yang kreatif
terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dau memberikan motivasi kepada
bawahan untuk mencari perdelutan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi

Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (komidera individu). Dalam dimensi
ini, pemimpin transformational digambarkan sebagai scoring pemimpin yang mat mendengarkan
dengan penuh pertanian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan ko. Walaupun penelitian mengenai model
transformational ini termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat
dimensi yang dipaparkan oleh Buss dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan praktisi manajemen yang
sepakat bahwa model kapemimpman transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik
dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchalsky 19961
Konsep kepeman transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang ilikembangkan dalam
pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style) dan komingen dan juga konsep kapemimpinan
transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep tentabalu yang dikembangkan
oleh ahli-ahli sosiologi (seperti misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burma 1978)
Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepemimpinan yang mirip dengan
kepemimpinan transkumassmal sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirational dan yang
mempunyai vini (vinnury). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun fencenenfem
kepemimpinan yang digambarkan dalam koosep-konsep sersebat lebih borzyak penamaanya duripada
perbodareya. Bryman (1992) menyebut kepemimpinan truniformsional sebagai kupemimpinan baru .
konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (superti misalnya Weber 1947)
dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978)
Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepimpinan yang mirip dengan
kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik espirasimal dan yang
mempunyai visi (visionary). Meskipus terminologi yang digunakan berbeda, namun fenonenfemman
kepemimpinan yang digambarkan dalamı konsep-konsep tersebut lebih banyak perumaannya daripada
perbedaannya. Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kupemimpinan baru
(ibe e loadership), sedangkan Sarrow dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos
(breakthrough leadership)
Disebut sebagai penerobos karena pemimpin semacam ini mempunyai kemampuan untud
membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu individu maupun organisasi
dengan jalan memperbaiki kembali reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun
perbaikan organisasi, menilai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-
nilai organisasi agar ichih haik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi
semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini.
diunggup tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan-
perubahan yang mendasar dan besar dalam kelichigan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-
hasil yang diinginkannya. Pemimpin pesciobus mempunyai pemikiran yang metanoc, dan dengan bekal
pemikiran ini sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan
Prakickorgmisasa yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih selevan. Metanoia berasal dari kata
Yani meta yang berarti perubahan dan nous nous yang berarti pikiran
Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang makin nyata, kendisi di herbagai pasar dunia makin
ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper- competition). Tiap keunggulan daya saing
perusahaan yang terlibat dalam permainan global global panes menjadi bersifat sementara (transitory).
Oleh karena itu, perusahaan sebuqui pemain dalam permainan global harus terus menerus
neutransformasi seluru aspek manajemen internal perusohon agar selalu relevan dengan kondisi
persaingan haru
Pemimpin transformacional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan
yang mampu utuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan insi usaha guna
meningkatkan daya saing dalam dunia yang lebih bersaing

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan (Leadership adalah segala upaya yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pernimpin)
untuk mempengaruhi orang lain dengan cara
memberdayakannya, mengarahkannya untuk mewujudkan mutu tujuan bersama

Dalam usaha memiliki kepemimpinan yang efektif dan berdaya guna


dilakukanlah penelitian yang menghasilkan beberapa toon kepemimpinan yaitu:

1. Tomi berdasarkan watakatau sift (Trait Theory)


2. To berdaman Perilaku (Bchavase Theory)
3. Tai Kepemimpinan berdasarkan Siasi (Situational Theory)

Berdasarkan toor-on kepemimpinan yang berhasil dirunaskan di atas


dibentuklah beberapa model kepemimpinan yaitu:

1. Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)


2. 2. Model Kepemimpinan Suasamal (Model of Situasional Leadership
3. Model Pemimpin yang Efektif Model of Effective Leaders)
4. Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
5. Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Trandormational Leadership)
3.2 Saran

Berdasarkan teori dan model kepemimpinan yang telah dipaparkan, kita dapat
mengadaptasi bahkan membuat model kepemimpinan yang baru sesuai dengan setiap pribadi kita
masing-masing, dengan tentu saja menekankan pada pencapaian tujuan akhir yang terbaik dan berdaya
guna unik kebersamaan akibat dari satu

Kamu menyadari dari ursian di atasakan ada haf-but yang memunculkan pandangan-pandangan baru.
Oleh sebab itu, kami sangat terbuka dengan segala saran yang tentunya membangan sehingga makalah
ini menjadi lebih layak sebagai referensi kita dalam menjalankan kepemimpinan di masa yang akan
datang di Negara kita dengan canta sepenuh hati

Tiada ending yang tak rotak kuruna retaknyalah milai jualnya mahal. Tiada inian yang tak khilaf
karenanya berilah maaf janganlah maaf dijual mahal. Semoga setiap perjuangan kita dinidhin oleh Tuhan
Yang Maha Esa, amin

DAFTAR PUSTAKA

Ambarits, Biner dkk, 2014, Perilaku Organisasi, Pemerbil Alfabeta, Handing

Buz. B.M. and Avobo, B.J., 1998, Improving Organizational Effectiveness through Transformational
Leadership, Sage, Thousand Oaks

Bass, B. M., 1960, Leadership. Paychology and Organizational Behavior, Harper and Brothers

New York.

Bennis WC and Nanus, B., 1985, Leaders: The Strategies for Taking Charge, Harper and Row

New York:

Bryman, A. 1992, Charisma and Leadership in Organizations, Sage, London

Burns, J.M., 1978. Leadership. Harper and How, New York

Fiedler, FE 1967. A Theory of Lidership Effectiveness, McGraw-Hill, New York19

Trench, J. and Raven, B., 1967, The basis of social power, in D. Cartwright and A. Zander (ads Group

Anda mungkin juga menyukai