Anda di halaman 1dari 103

TUGAS PROYEK KUMPULAN MAKALAH KELOMPOK

Disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah


Kepemimpinan

Dosen pengampu :
Dr. Adi Sutopo, M.Pd., M.T.

Oleh :
Ergy Firly (5233230020)

KELAS A
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan
kepada saya menyelesaikan Tugas Proyek Kumpulan Makalah Kelompok ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik. Dan tidak lupa ucapan terima kasih kepada dosen pengampu Pak Dr. Adi Sutopo,
M.Pd., M.T. yang telah memberikan tugas ini kepada saya, sebagai pelatihan dan penambahan
wawasan, serta berbagai pihak yang telah membantu saya menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Adapun Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Kepemimpinan, yang
mana dalam mengajukan gagasannya ini berdasarkan pemahaman dan apa yang diketahui penulis.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap Makalah saya
ini .Saya berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan kepada para
pembacanya.

Medan, Desember 2023

Penulis

2
 Kelompok I

KONSEP DAN TEORI KEPEMIMPINAN

ВАВ І

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

"Leadership is not about titles, positions, or flow charts. It is about one life influencing another."
John C. Maxwell. Kepemimpinan bukan mengenai pangkat, posisi atau diagram alur, tetapi
mengenai suatu kehidupan yang berdampak bagi orang lain. Pengawas sekolah adalah guru pegawai
negeri sipil yang diangkat dalam jabatan pengawas sekolah (PP 74 tahun 2008). Pengawas adalah
kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan program
pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan pembimbingan dan pelatihan
profesional guru. Dalam buku kerja pengawas sekolah (2011) disebutkan bahwa pengawas sekolah
yang profesional harus memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik yang harus dimiliki
pengawas sekolah yaitu :

1. Menampilkan kemampuan pengawas dalam bentuk kinerja.

2. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

3. Melaksanakan tugas kepengawasan secara efektif dan efisien.

4. Memberikan layanan prima untuk semua pemangku kepentingan.

5. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan.

6. Mengembangkan metode dan strategi kerja kepengawasan terus menerus.

7. Memiliki kapasitas untuk bekerja secara mandiri.

8. Memiliki tanggung jawab profesi.

9. Mematuhi kode etik profesi pengawas.

10. Memiliki komitmen dan menjadi anggota organisasi profesi kepengawasan sekolah.
3
Kepemimpinan pada seorang pengawas sekolah merupakan sesuatu yang mutlak untuk dimiliki,
karena berkaitan langsung dengan tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukannya. Oleh karena
itu seorang pengawas harus dapat menjadi pemimpin bagi guru dan kepala sekolah yang akan
dilayaninya. Tetapi apakah kepemimpinan itu sebenarnya, bagaimana kepemimpian itu dapat
muncul, dan bagaimana para pemimpin di berbagai organisasi yang ada menampilkan gaya
kepeimpinan mereka?. Makalah ini akan membahas masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari Latar Belakang masalah yang diuraikan penulis, banyak permasalahan yang
ditemukan penulis. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Apa itu Kepemimpinan?

2. Bagaimana Teori-teori dalam kepemimpinan?

3. Bagaimana Model-model dalam kepemimpinan?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Sebagai penyelesaian tugas Mata Kuliah Kepemimpinan.

2. Menjelaskan tentang Teori Kepemimpinan dan Model Kepemimpinan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan telah menjadi topik yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Bahkan
jika kita menggunakan mesin pencari kata Google, maka penelusuran kata Kepemimpinan memiliki
hasil sekitar 3.100.000 artikel. Sedangkan kata Pemimpin memiliki hasil penelusuran sebanyak
7.940.000. ini merupakan hasil penelusuran yang sangat fantastis. Hal ini menandakan bahwa topik
tentang Pemimpin dan Kepemimpinan merupakan topik yang banyak dicari orang di dunia maya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kepemimpinan adalah perihal pemimpin; cara
memimpin. Sedangkan dalam Kamus Merriam-Webster kata Leadership (Kepemimpinan)
diterjemahkan sebagai:

1. A position as a leader of a group, organization, etc

2. The time when a person holds the position of leader

3. The power or ability to lead other people.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tampak bahwa defenisi kepemimpinan sangat berkaitan
dengan pemimpin dan cara memimpin, defenisi ini tampaknya sangat luas untuk ditafsirkan.
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Inggris Merriam-Webster Kata Leadership atau Kepemimpinan
lebih dijelaskan lebih terperinci sebagai suatu kekuasaan atau kemampuan untuk memimpin orang
lain. Hal ini senada dengan defenisi Kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli.

1. Sthepen P. Robins mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu

kelompok kearah tercapainya tujuan


5
2. Rhicard L. Daft mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang yang
mengarah pada pencapaian tujuan.

3. R. Terry memberikan defenisi Leadership sebagai Is the activity of influencing people to strive

willingly for mutual objectives.

4. Ricky W. Griffin mengatakan bahwa pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi

perilaku orang lain, tanpa harus mengandalkan kekerasan, pemimpin adalah individu yang

diterima orang lain.

Tim penulis buku Perilaku Organisasi (2004) menyimpulkan Kepemimpinan

adalah gaya dan kemampuan seseorang pimpinan dalam memberdayakan (empowering),


memberikan pengarahan (coaching) kepada bawahannya dalam mewujudkan visi, melaksanakan
misi dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dari penjelasan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan (Leadership) adalah
segala upaya yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain
dengan cara memberdayakannya, mengarahkannya untuk mewujudkan suatu tujuan bersama.

2.2 Teori Kepemimpinan

Pada dasarnya kepemimpinan muncul sejak adanya peradaban. Pada awal masa peradaban,
kepemimpinan muncul sebagai usaha untuk mempertahankan eksistensi (keberadaan) kelompok
mereka untuk bertahan hidup. Pemimpin yang diangkat biasanya adalah mereka yang memiliki fisik
yang paling kuat, paling berani, paling cerdas. Sebab musabab inilah yang mendorong banyak ahli
untuk menyatakan teorinya tentang munculnya pemimpin.

Teori Kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan mengenai pemimpin
dan kepemimpinan dengan mengemukakannya dalam beberapa segi antara lain, latar belakang
sejarah pemimpin, kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban dan kepemimpinan diperlukan
dalam setiap masa.

Beberapa Teori Kepemimpinan yang ada:

1. Teori Kepemimpinan berdasarkan Watak atau Sifat (Trait Theory)

Sejarah teori dan penelitian kepemimpinan dimulai oleh Bernard yang pada tahun 1926
6
menyatakan bahwa kepemimpinan bisa dijelaskan oleh kualitas internal atau sifat yang dibawa
seseorang sejak lahir (Horner, 1997: 270). Teori ini dinamakan teori sifat (traits theory), dengan
inti teori yaitu seorang pemimpin adalah dilahirkan dan bukan dibuat atau direkayasa. Indikator
dari teori sifat adalah kemampuan mengarahkan secara alamiah, hasrat untuk memimpin, kejujuran
dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan serta pengetahuan yang luas mengenai pekerjaan.
Koontz (1980: 665) menyimpulkan bahwa ada empat sifat utama yang berpengaruh terhadap
kesuksesan seorang pemimpin, yaitu kecerdasan, kedewasaan & keluasan hubungan sosial,
motivasi diri & dorongan berprestasi dan sikap-sikap hubungan manusiawi. Kesimpulan dari
penelitian ini, sebagaimana dinyatakan oleh Bernard pada tahun 1926, mengarahkan pada premis
bahwa pemimpin itu dilahirkan. Selanjutnya, Horner (1997: 270) menyebutkan bahwa setelah atau
direkayasa. Indikator dari teori sifat adalah kemampuan mengarahkan secara alamiah, hasrat untuk
memimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan serta pengetahuan yang luas
mengenai pekerjaan. Koontz (1980: 665) menyimpulkan bahwa ada empat sifat utama yang
berpengaruh terhadap kesuksesan seorang pemimpin, yaitu kecerdasan, kedewasaan & keluasan
hubungan sosial, motivasi diri & dorongan berprestasi dan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Kesimpulan dari penelitian ini, sebagaimana dinyatakan oleh Bernard pada tahun 1926,
mengarahkan pada premis bahwa pemimpin itu dilahirkan. Selanjutnya, Horner (1997: 270)
menyebutkan bahwa setelah teori sifat terungkap, maka peneliti lain mulai melakukan penelitian
lanjutan untuk membuktikan validitas teori ini seperti Stogdill pada tahun 1948. Menurut Stogdill
Pemimpin yang berhasil harus memiliki:

a) Capacity (kemampuan)

b) Achieverentisstagung-jawab)

d) Status (keadaan yang baik)

e) Participation (partisipasi/ikut serta)

Menurut Judith R. Gordon, karakter yang dimiliki seorang pemimpin harus memiliki kemampuan
dalam:

a) Kemampuan Intelektual

b) Kematangan pribadi

d) Status social dan Ekonomi

e) Human relation

f) Motivasi intrinsic
7
g) Dorongan untuk maju.
Namun ditemukan kelemahan teori ini yaitu tidak adanya jawaban yang valid dan jelas mengenai
berbagai macam sifat yang secara konsisten mampu menggambarkan sebuah tipe kepemimpinan
yang efektif. Kelemahan teori ini memaksa para peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Bahasan berikutnya adalah mengenai efektivitas kepemimpinan, apa yang dilakukan oleh
pemimpin agar efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana mereka
mengkomunikasikan ide dan memotivasi pengikutnya, bagaimana mereka mencapai target dalam
menyelesaikan tugas, dan bagaimana berbagai perilaku pemimpin mengantarkannya menjadi
sukses (Wahjono, 2010: 269). Selanjutnya Horner (1997: 270) menambahkan bahwa kelemahan
lain dariteori sifat adalah tidak mampu menggambarkan hubungan yang jelas antara atasan dan
bawahan serta situasi pekerjaan.

2. Teori Kepemimpinan berdasarkan Perilaku (Behavior Theory)

Tidak seperti teori sifat (traits theory) yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan,
maka pada teori perilaku (behavior theory) justru menyatakan sebaliknya, bahwa pemimpin itu
dibentuk dan diarahkan (Wahjono, 2010: 269). Kelemahan teori sifat menjadi dasar munculnya
teori kepemimpinan berdasarkan perilaku, dimana Halpin dan Winer pada tahun 1950 dalam
Robbins (1996: 40) mengemukakan sebuah teori kepemimpinan dengan penekanan pada perbuatan
atau perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin dan bukan dinilai dari sifat yang dibawa sejak lahir.
Teori ini dinamakan teori perilaku (behavior theory), dengan inti teori yaitu seseorang dikatakan
pemimpin atau mengerti konsep kepemimpinan tergantung dari perilaku yang ditunjukkan dalam
meningkatkan efektifitas dalam mencapai tujuan organisasi. Halpin dan Winer pada tahun 1950
menambahkan bahwa semua orang dapat menjadi pemimpin yang sukses atau mengerti konsep
kepemimpinan dengan mempelajari perilaku seorang pemimpin yang telah sukses. Yukl (1989:
257) menyebutkan bahwa banyak peneliti yang telah melakukan penelitian lanjutan untuk
membuktikan validitas teori ini, di antaranya Mintzberg (1973), McCall, Morrison dan Hannan
(1978), McCall dan Segrist (1980), Kotter (1982), Kurke dan Aldrich (1983), Kanter (1983),
Gabarro (1985), dan Kaplan (1986).

Penelitian lanjutan mengenai teori ini dilakukan oleh Universitas Ohio dan Michigan yang
menghasilkan dua dimensi kepemimpinan berdasarkan perilaku, yaitu (Robbins, 1996: 41):

a. Consideration atau kepemimpinan yang berorientasi pekerja, yang menekankan pada rasa dan

hubungan antar individu pekerja.

b. Initiating structure atau kepemimpinan yang bero8rientasi tugas, yang menekankan pada

pekerjaan dalam mencapai tujuan.


Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pemimpin yang berorientasi pada pekerja
diyakini dapat menimbulkan produktivitas yang tinggi dan kepuasan kerja.

Selanjutnya Universitas Iowa mengemukakan pendekatan lain yang dianggap mampu

menjelaskan mengenai teori kepemimpinan, yaitu:

a. Democratic, yaitu mendelegasikan tugas dan selalu melibatkan karyawan

b. Autocratic, yaitu melakukan sentralisasi perintah dan pendiktean

c. Laissez-faire style, yaitu kebebasan dalam melakukan apapun atau pemimpin yang tidak terlalu

peduli pada aktivitas karyawan (no leadership)

Blake, shepard dan Mouton pada tahun 1964 mengembangkan model kepemimpinan
lanjutan dengan berbasis pada hasil penelitian dari universitas Ohio, Michigan dan Iowa (Horner,
1997: 271). Blake, Shepard dan Mouton merumuskan dua dimensi yang hampir serupa dengan
penelitian Ohio dan Michigan yaitu concern for people dan concern for output dan dikemudian hari
mereka menambahkan dimensi yang ketiga, yakni fleksibilitas.

Namun seperti penelitian yang dilakukan pada teori sifat, teori kepemimpinan berbasis perilaku
gagal dalam pelaksanaannya karena teori ini belum sepenuhnya dapat menjelaskan mengenai
kepemimpinan dan mengabaikan faktor situasi. Faktor situasi pekerjaan seharusnya tidak boleh
diabaikan karena tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap pemimpin pada
seluruh situasi pekerjaan (Uprihanto, Harsiwi & Hadi dalam Rahyuda, 2008: 12).

3. Teori Kepemimpinan berdasarkan Situasi (Situational Theory)

Berdasarkan kelemahan teori sifat dan teori perilaku yang mengabaikan faktor situasi
pekerjaan, maka pendekatan mengenai teori kepemimpinan yang menghububungkan sifat maupun
perilaku dengan situasi pekerjaan mulai dilakukan. Pendekatan ini dinamakan pendekatan
situasional yang mengemukakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada kesesuaian
antara kepribadian, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi. Pendekatan ini dianggap sebagai
pendekatan paling ideal dalam menjelaskan hubungan antara pemimpin, bawahan dan situasi
(Horner, 1997: 271). Menurut Horner (1997: 271), inti dari teori situasional menggambarkan bahwa
tipe yang digunakan oleh pemimpin tergantung pada faktor-faktor seperti pemimpin itu sendiri,
pengikut serta situasi. Dengan kata lain, seorang pemimpin harus mampu mengubah tipe
9
kepemimpinan secara cepat, tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan situasi. Salah satu teori
kepemimpinan yang menggunakan pendekatan situasional adalah teori kepemimpinan kontingensi
yang dikembangkan oleh Fiedler pada tahun 1967 (Luthans, 2005:649). Teori kepemimpinan
kontingensi menyatakan bahwa kinerja pegawai yang efektif hanya dapat tercapai apabila terjadi
kesamaan visi antara tipe kepemimpinan seorang pemimpin dengan bawahannya serta sejauh mana
pemimpin mampu mengendalikan situasi. Tiga dimensi penting yang muncul pada model

kepemimpinan kontingensi, yaitu:

a. Leader-member relations (hubungan pemimpin-anggota), yaitu hubungan pemimpin dengan

anggota, besaran kadar kepercayaan serta respek dari bawahan terhadap pemimpin.

b. Task structure (tingkat strukur tugas), yaitu kadar formalisasi dan prosedur operasional standar

pada struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin.

c. Position power (kekuasaan posisi pemimpin), yaitu otoritas pada suatu situasi seperti penerimaan
dan pemberhentian pegawai, disiplin, promosi serta peningkatan upah.

Teori kepemimpinan situasional lainnya dikemukakan oleh Vroom dan Yetton pada tahun 1973
(Horner, 1997: 271). Teori yang dinamakan teori normatif Vroom- Yetton ini menjelaskan
bagaimana seorang pemimpin harus memimpin bawahan dalam berbagai situasi. Model ini
menunjukkan bahwa tidak ada satupun tipe kepemimpinan yang dapat efektif diterapkan dalam
berbagai situasi. Pilihan mengenai tipe kepemimpinan yang akan dianut hanya efektif jika sesuai
dengan situasi yang dihadapi. Selanjutnya House dan Mitchell pada tahun 1974 mengemukakan
teori situasional dengan berbasis pada hasil penelitian dari Universitas Ohio (Robbins, 1996: 52).
Teori yang dinamakan sebagai teori path-goal ini mengungkapkan bahwa seorang pemimpin
mempunyai tugas untuk membantu bawahan dalam mencapai tujuan-tujuan (goal) mereka dan
menyediakan petunjuk (path) atau dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan
tersebut sejalan dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Pada intinya, teori path-goal
menjelaskan empat perilaku pemimpin, yaitu (Wahjono, 2010: 284):

a. Pemimpin direktif, mengarahkan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya,

menjadwalkan pekerjaan, mempertahankan standar kinerja, dan memperjelas peranan

pemimpin dalam kelompok.

b. Pemimpin suportif, melakukan berbagai usaha agar pekerjaan menjadi lebih menyenangkan,
10
memperlakukan pengikut dengan adil, bersahabat, dan mudah bergaul serta memperhatikan
kesejahteraan bawahannya.

c. Pemimpin partisipatif, melibatkan bawahan, meminta saran bawahan dan menggunakannya

dalam proses pengambilan keputusan.

d. Pemimpin yang berorientasi pada kinerja, menentukan tujuan-tujuan yang menantang,

mengharap kinerja yang tinggi, menekankan pentingnya kinerja yangberkelanjutan, optimistik

dan memenuhi standar-standar yang tinggi.

Intinya, teori path goal mengasumsikan bahwa pemimpin harus fleksibel sehingga

apabila situasi membutuhkan perubahan tipe kepemimpinan, maka pemimpin mampu mengganti
tipe kepemimpinannya secara cepat. Namun Horner (1997: 271) mengungkapkan bahwa dari sekian
banyak peneliti yang meneliti tentang teori situasional, ternyata diketahui bahwa teori situasional
sangat ambigu karena teori ini lebih menjelaskan konsep-konsep manajerial, dengan kata lain teori
tersebut seharusnya ditujukan untuk manajer. Selain itu, teori situasional tidak mampu menjelaskan
mengenai konsep kepemimpinan itu sendiri. Kelemahan lain dari teori ini adalah tidak menjelaskan
perlu atau tidaknya pekerja mengubah perilaku, seperti yang dilakukan pemimpin, sesuai dengan
perubahan situasi pekerjaan.

2.3 Model Kepemimpinan

Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari
berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan,
dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik
antara pemimpin (leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat
periode tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau kombinasi
sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang kemampuan para pemimpin, maka
perhatian para peneliti bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah
laku para pemimpin.

Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan oleh
para pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah
laku para pemimpin yang efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency
model). Dengan model kontingensi tersebut para pe1n1eliti menguji keterkaitan antara watak pribadi,
variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin.
Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an dan 1980-an, sekali lagi
memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik individual para pemimpin yang mempengaruhi
keefektifan mereka dan keberhasilan organisasi yang mereka pimpin. Hasil-hasil penelitian pada
periode tahun 1970-an dan 1980-an mengarah kepada kesimpulan bahwa pemimpin dan
kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal
tersebut disadari sebagai komponen organisasi yang sangat komplek.

Dalam perkembangannya, model vang relatif baru dalam studi kepemimpinan disebut
sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik
dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini
mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi.

Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai
model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur.

(a) Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)

Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran,
kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi
mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).

Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan
antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan
situasi. Namun demikian banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan
antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-
hasil studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominant dalam
menentukan keberhasilan kinerja manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100
studi yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh
pemimpin yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik
watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat
rendah (Stogdill 1970).

Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa "leadership is a relation that exists between
persons in a social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily
be leaders in other situation" (Stogdill 1970). Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi,
maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para 1p2emimpin mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan. Kegagalan studi-studi tentang kepimpinan pada periode awal ini, yang tidak berhasil
meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan,
membuat para peneliti untuk mencari faktor-faktor lain (selain faktor watak), seperti misalnya
faktor situasi, yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara
pemimpin dan pengikut.

(b) Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)

Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan


dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi
tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan
sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas
organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih
berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.

Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang
pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional
ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan
yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus
yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), misalnya,
menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat
struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi
(organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik
bawahan (subordinate characteristics). Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan
fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih
dianggap belum memadai karena model ini

tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih
efektif dalam situasi tertentu.

(c) Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)

Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types
of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan
menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi
(consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para
13
pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan
kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi.
Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin
dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi
bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang
mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan
adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan
hubungan manusiawi (human relations).

Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang
efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat
bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara
sangat terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya,
saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara ringkas, model
kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin
yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia sekaligus dalam organisasinya.

(d) Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)

Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara


karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau
model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe
kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian
yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan
watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).

Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model
tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung
pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of
the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga
faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur
tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power).

Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu
dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan1b4awahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.
Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas- tugas dalam organisasi didefinisikan secara
jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas- tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci
dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau
kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk
menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing.
Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan
otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat
(demotions).

Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin
ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971).
Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok: supportive
leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja
yang bersahabat), directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan
peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada), participative leadership (konsultasi dengan bawahan
dalam pengambilan keputusan) dan achievement-oriented leadership (menentukan tujuan
organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).

Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas
pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi
seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi
dianggap lebih sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek
kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi
yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku
pemimpin dan variabel situasional.

(e) Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)

Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-
studi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit
mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan
dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas
birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan
bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa 1y5ang perlu dilakukan para bawahannya untuk
mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri
pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.
Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin
transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada
bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada
hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan
tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu
mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus
menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.

Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational leadership
involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or
goingbeyond the self-interest exchange of rewards for compliance". Dengan demikian, pemimpin
transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis
dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga
harusmempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta
mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka
butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu
membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri
demikepentingan organisasi yang lebih besar.

Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional


mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara
yang intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh
bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990),
keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat
organisasi maupun pada tingkat individu.

Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness through


Transformational Leadership", Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan
transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang
pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini
digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi,
menghormati dan sekaligus mempercayainya. Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational
motivation (motivasi inspirasi).

Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang


mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas 1te6rhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan
komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam
organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan optimisme.

Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi intelektual).


Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang
kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi
kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-
tugas organisasi.

Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi individu).


Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. Walaupun penelitian
mengenai model transformasional ini termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung
validitas keempat dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan
praktisi manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep
kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky
1996).

Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan


dalam pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga konsep
kepemimpinan transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu
yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (seperti misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik
(seperti misalnya Burns 1978).

Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepimimpinan yang mirip dengan


kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang
mempunyai visi (visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun
fenomenafenomana kepemimpinan yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut lebih banyak
persamaannya daripada perbedaannya. Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional
sebagai kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996)
menyebutnya sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership). Disebut sebagai penerobos
karena pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan
yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki
kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi,
memulai proses penciptaan inovasi, meninjau ke m1 b7 a l i struktur, proses dan nilai-nilai organisasi
agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak
yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap
tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan-perubahan
yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-hasil yang
diinginkannya. Pemimpin penerobos mempunyai pemikiran yang metanoiac, dan dengan bekal
pemikiran ini sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan
Praktekorganisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan. Metanoia berasal dari
kata Yunani meta yang berarti perubahan, dan nous/noos yang berarti pikiran.

Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang makin nyata, kondisi di berbagai pasar
dunia makin ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper- competition). Tiap keunggulan
daya saing perusahaan yang terlibat dalam permainan global (global game) menjadi bersifat
sementara (transitory). Oleh karena itu, perusahaan sebagai pemain dalam permainan global harus
terus menerus mentransformasi seluruh aspek manajemen internal perusahaan agar selalu relevan
dengan kondisi persaingan baru.

Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu
untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasiusaha guna meningkatkan
daya saing dalam dunia yang lebih bersaing.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan (Leadership) adalah segala upaya yang dilakukan seseorang (dalam hal ini
pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain dengan cara memberdayakannya, mengarahkannya
untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Dalam usaha memiliki kepemimpinan yang efektif dan
berdaya guna dilakukanlah penelitian yang menghasilkan beberapa teori kepemimpinan yaitu:

1. Teori berdasarkan watak atau sifat (Trait Theory)

2. Teori berdasarkan Perilaku (Behavior Theory)

3. Teori Kepemimpinan berdasarkan Situasi (Situational Theory)

Berdasarkan teori-teori kepemimpinan yang berhasil dirumuskan di atas dibentuklah


beberapa model kepemimpinan yaitu:

1. Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)

2. Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)

3. Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)

4: Model Kepemimpinan Kontinenas (Cartives formational Leadership)

3.2 Saran

Berdasarkan teori dan model kepemimpinan yang telah dipaparkan, kita dapat mengadaptasi
bahkan membuat model kepemimpinan yang baru sesuai dengan setiap pribadi kita masing-masing,
dengan tentu saja menekankan pada pencapaian tujuan akhir yang terbaik dan berdaya guna untuk
kebersamaan akibat dari suatu kepemimpinan.

Kami menyadari dari uraian di atas akan ada hal-hal yang memunculkan pandangan-
pandangan baru. Oleh sebab itu, kami sangat terbuka dengan segala saran yang tentunya
membangun sehingga makalah ini menjadi lebih l 1a 9ya k sebagai referensi kita dalam menjalankan
kepemimpinan di masa yang akan datang di Negara kita dengan cinta sepenuh hati.
Tiada gading yang tak retak karena retaknyalah nilai jualnya mahal. Tiada insan yang tak
khilaf karenanya berilah maaf janganlah maaf dijual mahal. Semoga setiap perjuangan kita diridhoi
oleh Tuhan Yang Maha Esa, amin.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Biner dkk, 2014, Perilaku Organisasi, Penerbit Alfabeta, Bandung

Bass, B.M. and Avolio, B.J., 1994, Improving Organizational Effectiveness through
Transformational Leadership, Sage, Thousand Oaks.

Bass, B.M., 1960, Leadership, Psychology and Organizational Behavior, Harper and Brothers, New
York.

Bennis, W.G. and Nanus, B., 1985, Leaders: The Strategies for Taking Charge, Harper and Row,
New York.

Bryman, A., 1992, Charisma and Leadership in Organizations, Sage, London.

Burns, J.M., 1978, Leadership, Harper and Row, New York.

Fiedler, F.E., 1967, A Theory of Leadership Effectiveness, McGraw-Hill, New York.

French, J. and Raven, B., 1967, 'The basis of social power', in D. Cartwright and A. Zander (eds.),
Group

21
 Kelompok II
PERBEDAAN KEPEMIMPINAN DAN MENEJER
KEPEMIMPINAN

BAB I
PENDAHUlAN

1.1. Latar Belakang

Manusia secara harfiah adalah khalifah/ pemimpin di muka bumi ini. Dengan dianugerahi
akal dan pikiran yang melebihi makhluk lainnya, Tuhan memercayakan semua urusan di muka
bumi kepada manusia mengingat derajatnya yang paling tinggi di antara semua makhluk. Tentu
saja keberadaanya cukup penting mengingat alam semesta ini perlu dijaga kelestariannya demi
kelangsungan hidup makhluk lainnya. Jika alam semesta ini berantakan, tentu saja yang
disalahkan adalah manusia. Manusia ikut bertanggung jawab karena sudah kodratnya kalau dia
pemimpin alam semesta ini.

Tidak hanya lingkungan yang harus diperhatikan tapi juga kehidupan sosial lainnya.
Manusia tidak akan bisa hidup sendiri dan pastinya akan membutuhkan orang lain. Untuk itulah
dibutuhkan sumber daya yang berjiwa pemimpin. Dengan berjiwa pemimpin kita dapat
mengelola diri, lingkungan, dan kehidupan sosial lebih baik. Terutama ketika kita mendapatkan
masalah yang cukup rumit dan pelik. Disinilah kearifan seorang pemimpin diperhitungkan.
Bagaimana ia bisa menyelesaikan persoalan tersebut agar bisa berjalan dengan baik.

Karena keberadaannya yang penting dan strategis, maka pemimpin sangat dibutuhkan.
Dalam arti pemimpin itu bukan orang yang memiliki gelar dan jabatan yang banyak melainkan
orang yang dapat memakmurkan diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar. Pada dasarnya
semua orang bisa menjadi pemimpin hanya saja yang benar-benar bisa memakmurkan atau
memberi perubahan belum tentu semua bisa melakukan. Untuk itulah konsep kepemimpinan
sangat penting demi mewujudkan kemakmuran alam semesta.

22
1.2. Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Beberapa
masalah tersebut antara lain:

•Apa Perbedaan pemimpin dan manajer?


•Apa saja syarat menjadi seorang Pemimpin?
•Apa perbedaan karakter pemimpin yang hebat dengan pemimpin lain?

1.3. Tujuan

•Untuk mengetahui perbedaan antara pemimpin dan manajer.

•Untuk mengetahui syarat menjadi pemimpin

•Untuk mengetahui perbedaaan karakter pemimpin yang hebat dengan pemimpin la

23
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PERBEDAAN ANTARA PEMIMPIN DAN MANAJER


Pemimpin bukanlah sebuah jabatan atau posisi di dalam sebuah perusahaan. Kamu
dapat melihat struktur organisasi perusahaan dan tidak akan menemukan kata pemimpin di
dalamnya.Pemimpin adalah sebuah karakter atau peran. Dengan kata lain, siapapun dapat
menjadi pemimpin atau memiliki sifat kepemimpinan.Tentu saja pemimpin yang hebat
umumnya memiliki posisi atau jabatan yang mentereng di perusahaan. Pemimpin kemudian
umumnya memiliki pengaruh yang besar di dalam perusahaan.

Berbeda dengan pemimpin, manajer adalah sebuah jabatan atau posisi. Manajer
umumnya memiliki peran untuk mengatur sistem organisasi perusahaan.Manajer dapat
dianggap sebagai gerbang ke tingkat yang lebih tinggi oleh para bawahannya. Para karyawan
umumnya akan lebih sering berbicara pada dan bertemu dengan manajer ketimbang
pemimpin yang memiliki jabatan lebih di atas.

2.2. PERBEDAAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Manajer cenderung mengambil keputusan berdasarkan data dan analisis yang telah
ada.Mereka mempertimbangkan konsekuensi praktis dan hasil yang paling efisien untuk
organisasi. Keputusan manajerial sering kali terfokus pada masalah sehari-hari dan
perencanaan jangka pendek.

Pemimpin, di sisi lain, mungkin lebih cenderung mengambil keputusan berdasarkan visi
jangka panjang dan nilai-nilai organisasi. Mereka bisa mengambil risiko yang lebih besar
jika itu mendukung pencapaian tujuan besar. Keputusan pemimpin sering dipengaruhi oleh
aspek-aspek emosional dan inspirasional.

24
2.3. GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan manajer sering lebih terstruktur dan terfokus pada


pengendalian. Mereka bekerja untuk memastikan tugas selesai sesuai dengan target
waktu dan anggaran. Gaya ini bisa lebih otoriter dalam situasi tertentu.

Gaya kepemimpinan pemimpin sering lebih kolaboratif dan memotivasi. Mereka


menciptakan lingkungan di mana anggota tim merasa didengar dan terinspirasi untuk
berpartisipasi aktif dalam mencapai tujuan bersama.

2.4. PENGEMBANGAN PRIBADI

Manajer sering lebih fokus pada pengembangan keterampilan teknis dan manajerial
mereka. Mereka berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
mengelola tugas dan sumber daya.

Pemimpin sering lebih berkomitmen pada pengembangan kepemimpinan pribadi


mereka, seperti kemampuan berkomunikasi, motivasi, dan mempengaruhi orang lain.
Mereka berorientasi pada pertumbuhan pribadi dan perkembangan tim.

2.5. TUGAS DAN PERAN

Salah satu perbedaan pemimpin dan manajer yang utama terdapat pada tugas dan
peran.Pemimpin membangun visi sementara manajer mewujudkan ide tersebut dengan
membuat rencana. Pemimpin perusahaan yang hebat adalah pemimpin yang memiliki
visi jauh ke depan. Ia dapat melihat hal-hal yang umumnya tidak dapat dilihat oleh
kebanyakan orang.Sementara itu, manajer yang hebat adalah manajer yang dapat
membuat rencana yang runut untuk mewujudkan visi dari pemimpin. Jika pemimpin
bertugas untuk membangun visi, maka manajer membangun tujuan untuk
mewujudkannya.

Seorang pemimpin tidak hanya harus berwibawa, tetapi juga mampu menguatkan
visi yang diemban. Lantaran memahami bahwa membangun personal branding
sangatlah penting, pemimpin cenderung melakukan banyak hal unik, berpikiran out of
25
the box, dan mendorong bawahannya untuk terus berkembang. Pemimpin juga tidak
takut untuk berinovasi dan mengambil risiko. Selain bertanggung
jawab, seorang manajer harus mempunyai pengetahuan luas, terampil, dan mampu
berkomunikasi. Tugasnya adalah mengatur dan mengintegrasi berbagai jenis variabel
ke dalam tujuan perusahaan. Seorang manajer harus bisa memimpin bawahannya serta
merencanakan, mengelola, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan manajemen.

Manajer memiliki peran dalam menentukan langkah yang harus diambil demi
mencapai tujuan perusahaan. Seorang manajer juga harus bisa memprediksi hasil dari
pilihan tersebut. Selain bertanggung jawab dalam pengelolaan dan koordinasi tim,
manajer juga harus memastikan bahwa kebijakan perusahaan berjalan sebagaimana
mestinya.Berbeda dengan pemimpin yang berani berinovasi, seorang manajer
cenderung menjalankan tugas secara formal sehingga selalu berpegang teguh pada hal-
hal yang sudah terbukti keberhasilannya. Seorang manajer lebih banyak meniru
kompetensi dan mencontoh perilaku serta gaya kepemimpinan orang lain. Alih-alih
mengambil risiko layaknya seorang pemimpin, seorang manajer justru meminimalisasi
risiko tersebut dengan cara menjalankan yang telah ada. Singkatnya, seorang manajer
akan berusaha mengendalikan situasi dan cenderung menghindari masalah.

26
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Baik manajer maupun pemimpin memainkan tanggung jawab yang berbeda. Masing-
masing dari mereka bergerak tidak hanya dengan tim tetapi juga dengan kerangka kerja
organisasi yang teratur dan memiliki bawahan. Membangun kolaborasi, meningkatkan
komunikasi, mengambil resiko dengan tujuan visi perusahaan sangat penting untuk alasan
ini.Memang menjadi seorang pemimpin bukanlah pekerjaan yang mudah berhasil, namun
begitulah hakikatnya. Setiap dari Anda yang pernah memiliki posisi kepemimpinan akan
dapat memahami hal ini. Tidak ada keraguan bahwa setiap perusahaan yang sukses memiliki
manajemen dan kepemimpinan terbaik.

Setiap pemimpin harus mengembangkan kemampuannya sendiri di samping perannya


sebagai karyawan. Karena sebenarnya tidak ada formula untuk kepemimpinan yang efektif.
Karena setiap karyawan memiliki kepribadiannya masing-masing, pemimpin dan manajer
harus menugaskan individu berdasarkan kemampuannya.Perusahaan bisa menawarkan
seluruh fasilitas sebagai pendongkrak kinerja pekerja. Menggunakan perangkat lunak SDM
yang berfokus pada produktivitas karyawan atau alat absensi online, misalnya. Karyawan
tidak hanya bekerja lebih efisien, tetapi bisnis juga mendapatkan keuntungan secara
konsisten.

3.2. Saran
Mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi untuk materi pembelajaran
dan diterapkan ketika memasuki lapangan pekerjaan dan dosen dapat menjadikan referensi
untuk bahan ajar kepada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Sudjendro, Herry. 2013. Teknik Dasar Telekomunikasi. Jakarta : Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik & Tenaga Kependidikan
https://greatnusa.com/artikel/perbedaan-pemimpin-dan-manajer

2
 Kelompok III
STRUKTUR KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan dan organisasi merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Istilah kepemimpinan sesungguhnya telah lama menjadi bahan
perbincangan oleh banyak orang ilmuan dan praktisi. Kepemimpinan seringkali diasosiasikan
dengan orang-orang yang dinamis dan kuat yang memimpin balatakan, mrngendalikan perusahaan
besar, atau menentukan arah suatu bangsa dan masyarakat. Agar terciptanya suatu organisasi yang
harmonis, maka manusia harus memiliki kelompok dalam suatu organisasi tertentu.
Terdapat pengertian yang lain yaitu;
kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya
atak ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang
pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan
sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi Lebih dari itu, kepemimpinan dan
peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian
organisasi.Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah katakan penting
effektifitas manajer

1.2 Rumusan Masalah


Dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat di katakan bahwa rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Organisasi dan Kepemimpinan ?
2. Apa itu Kepemimpinan dalam Organisasi ?
3. Struktur Kepemimpinan dalam Organisasi.
4. Apa fungsi Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah
1. Menjelaskan Konsep Dasar: Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan konsep dasar tentang
apa itu struktur kepemimpinan dalam konteks organisasi. Ini termasuk definisi struktur
kepemimpinan dan peran kunci yang dimainkannya dalam mengorganisir anggota organisasi.
2. Menganalisis Jenis-Jenis Struktur: Makalah ini akan menggali berbagai jenis struktur
kepemimpinan yang dapat ditemukan dalam organisasi, termasuk kepemimpinan formal,

3
informal, fungsional, berbasis proyek, dan lainnya. Tujuannya adalah memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang variasi dalam struktur kepemimpinan.
3. Dan untuk mennyelesaikan tugas makalah yang di berikan dosen.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Struktur Kepemimpinan


Struktur kepemimpinan dalam organisasi merujuk pada kerangka kerja atau tata letak hierarki
dan wewenang yang mengatur bagaimana keputusan dibuat, tugas dan tanggung jawab
didistribusikan, serta komunikasi diatur di antara anggota organisasi. Konsep ini adalah fondasi
yang membentuk landasan organisasi dan mempengaruhi cara sebuah entitas berfungsi. Struktur
kepemimpinan dapat mencakup pemimpin di berbagai tingkatan, mulai dari pemimpin tertinggi
seperti CEO hingga manajer departemen atau tim. Hal ini juga mencakup perbedaan antara
kepemimpinan formal yang ditentukan oleh hierarki organisasi dan kepemimpinan informal yang
muncul melalui pengaruh pribadi dan hubungan antar anggota organisasi. Selain itu, struktur
kepemimpinan dapat berubah seiring waktu sebagai respons terhadap perubahan dalam organisasi,
industri, atau lingkungan eksternal.
Pengertian Struktur Kepemimpinan
Struktur kepemimpinan adalah organisasi hierarkis atau kerangka kerja yang mengatur tugas,
tanggung jawab, dan otoritas pemimpin di dalam sebuah organisasi. Ini menentukan bagaimana
pemimpin di berbagai tingkatan dalam organisasi berinteraksi dan mengkoordinasikan aktivitas.
Struktur kepemimpinan mencakup penentuan siapa yang bertanggung jawab atas pengambilan
keputusan, siapa yang melaporkan kepada siapa, dan bagaimana alur komunikasi terjadi di seluruh
organisasi. Hal ini penting dalam mengarahkan tujuan dan sumber daya organisasi untuk mencapai
visi dan misi yang telah ditetapkan.

Peran Struktur Kepemimpinan dalam Organisasi


Struktur kepemimpinan dalam organisasi memiliki peran penting dalam mengoordinasikan
tugas, tanggung jawab, dan otoritas di seluruh entitas. Ini membantu dalam pengambilan keputusan
yang efisien dengan menentukan siapa yang memiliki kewenangan dan bagaimana alur
komunikasi berjalan. Struktur ini juga memungkinkan organisasi untuk menjalankan fungsi-fungsi
yang berbeda dan mendukung tujuan organisasi secara efektif. Selain itu, struktur kepemimpinan
membentuk norma-norma budaya organisasi melalui contoh yang ditetapkan oleh pemimpin dan
kebijakan yang diterapkan. Dengan demikian, peran struktur kepemimpinan sangat relevan dalam
membentuk identitas dan kinerja keseluruhan organisasi.
Hubungan Antara Struktur Kepemimpinan dan Budaya Organisasi
Hubungan antara struktur kepemimpinan dan budaya organisasi adalah erat terkait. Struktur
kepemimpinan yang dipilih dalam sebuah organisasi memengaruhi cara keputusan dibuat,
wewenang didistribusikan, dan komunikasi dilakukan. Ini pada gilirannya membentuk norma-

4
norma, nilai-nilai, dan perilaku yang menjadi bagian dari budaya organisasi. Sebagai contoh,
struktur kepemimpinan yang terbuka dan mendukung partisipasi anggota organisasi dapat
mendorong budaya inklusif dan kolaboratif. Sebaliknya, struktur kepemimpinan yang otoriter
mungkin menghasilkan budaya yang lebih hierarkis dan kurang partisipatif. Oleh karena itu,
pemahaman yang baik tentang hubungan antara struktur kepemimpinan dan budaya organisasi
penting untuk mengelola efektivitas organisasi dan membangun lingkungan yang mendukung
tujuan bersama.

2.2 Jenis-Jenis Struktur Kepemimpinan


A. Kepemimpinan Formal vs. Informal
Kepemimpinan formal dan informal adalah dua jenis kepemimpinan yang ada dalam
organisasi, dan keduanya memiliki karakteristik yang berbeda:

*Kepemimpinan Formal:*
1. *Hierarki yang Ditetapkan:* Kepemimpinan formal mengikuti struktur hierarkis yang
telah ditentukan dalam organisasi. Pemimpin formal memiliki posisi resmi dan otoritas
berdasarkan struktur organisasi.
2. *Wewenang Resmi:* Pemimpin formal memegang otoritas resmi untuk mengambil
keputusan, memberikan perintah, dan mengarahkan anggota organisasi. Otoritas mereka
biasanya tercantum dalam jabatan atau peran mereka.
3. *Kepemimpinan Terstruktur:* Kepemimpinan formal cenderung terstruktur dan
terorganisir dengan jelas. Peran dan tanggung jawab pemimpin formal telah ditetapkan
dengan baik.
4. *Komunikasi Formal:* Komunikasi dalam kepemimpinan formal mengikuti jalur
formal dalam hierarki organisasi. Informasi mengalir dari atas ke bawah dan dari bawah
ke atas sesuai dengan struktur.
5. *Kontrol dan Pertanggungjawaban:* Pemimpin formal bertanggung jawab atas
keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi. Mereka biasanya memiliki
alat kontrol dan prosedur evaluasi.
*Kepemimpinan Informal:*
1. *Pengaruh Personal:* Kepemimpinan informal muncul dari pengaruh pribadi,
keterampilan interpersonal, dan hubungan yang kuat di antara anggota organisasi.
Pemimpin informal tidak memiliki otoritas formal.
2. *Tidak Terbatas oleh Struktur:* Kepemimpinan informal tidak terikat oleh hierarki
organisasi. Ini bisa muncul di seluruh tingkatan organisasi tanpa memperhatikan jabatan
formal.\
3. *Kepemimpinan Fleksibel:* Pemimpin informal dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan dan situasi. Mereka cenderung lebih fleksibel daripada pemimpin formal.
4. *Komunikasi Tidak Resmi:* Komunikasi dalam kepemimpinan informal seringkali
bersifat tidak resmi dan lebih bebas. Informasi dapat mengalir secara horizontal, melintasi
berbagai tingkatan.
5. *Kontrol Kurang Jelas:* Pemimpin informal mungkin memiliki pengaruh besar, tetapi
kontrol dan tanggung jawab mereka tidak selalu terdefinisi dengan jelas. Kesuksesan atau

5
kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi mungkin tidak sepenuhnya dapat
diatribusikan kepada mereka.

Penting untuk diingat bahwa baik kepemimpinan formal maupun informal memiliki peran
dan dampaknya dalam organisasi. Kepemimpinan formal memberikan struktur dan
stabilitas, sementara kepemimpinan informal dapat membantu membangun hubungan
yang kuat dan memotivasi anggota tim. Kombinasi yang seimbang dari keduanya
seringkali ideal untuk kesuksesan organisasi.

B. Struktur Kepemimpinan Fungsional


Struktur kepemimpinan fungsional adalah salah satu jenis struktur organisasi di mana
pemimpin memiliki otoritas berdasarkan fungsi atau departemen tertentu dalam organisasi.
Berikut adalah beberapa materi yang menjelaskan struktur kepemimpinan fungsional:

1. *Definisi Struktur Kepemimpinan Fungsional:*


Struktur kepemimpinan fungsional adalah sistem organisasi di mana anggota organisasi
dikelompokkan berdasarkan fungsi atau tugas yang serupa. Pemimpin dalam struktur ini
memiliki otoritas atas departemen atau fungsi tertentu dalam organisasi.
2. *Contoh Fungsi Organisasi:*
Contoh departemen atau fungsi dalam struktur kepemimpinan fungsional termasuk
keuangan, pemasaran, produksi, sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, dan
lain-lain. Setiap departemen ini dipimpin oleh seorang pemimpin fungsional yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam area tersebut.
3. *Hierarki dalam Struktur Fungsional:*
Struktur ini sering memiliki hierarki yang jelas dengan pemimpin departemen di tingkat
atas hierarki, dan staf yang melaporkan kepada mereka. Ini menciptakan alur komunikasi
dan wewenang yang jelas dalam organisasi.
4. *Keuntungan Struktur Kepemimpinan Fungsional:*
- Spesialisasi: Mempungkinkan spesialisasi dalam setiap departemen karena pemimpin
memiliki pengetahuan yang mendalam tentang fungsi mereka.
- Pengambilan Keputusan Terfokus: Setiap pemimpin departemen dapat berkonsentrasi
pada pengambilan keputusan yang berkaitan dengan fungsi mereka, meningkatkan
efisiensi.
- Pengembangan Profesional: Mendorong pengembangan keterampilan dan pengetahuan
dalam departemen khusus.

5. *Tantangan Struktur Kepemimpinan Fungsional:*


- Kurangnya Koordinasi Antardepartemen: Terkadang, berbagai departemen dapat
bekerja secara terpisah dan kurang berkoordinasi, menghambat komunikasi lintas-fungsi.
- Kesulitan dalam Pengambilan Keputusan Lintas-fungsi: Keputusan yang
mempengaruhi lebih dari satu departemen dapat menjadi lebih kompleks untuk dibuat.
6. *Penerapan yang Efektif:*

6
- Pengaturan Kepemimpinan: Penting untuk memilih pemimpin departemen yang
berkualifikasi dan mampu berkomunikasi dengan baik di dalam tim mereka.
- Koordinasi: Diperlukan upaya aktif untuk memastikan kolaborasi dan koordinasi
antardepartemen.

Struktur kepemimpinan fungsional sering digunakan dalam organisasi yang membutuhkan


spesialisasi dalam fungsi-fungsi tertentu. Namun, penting untuk mengatasi tantangan yang
mungkin muncul, seperti kurangnya koordinasi lintas-fungsi, untuk memastikan
keseluruhan organisasi beroperasi secara efisien dan efektif.

C. Struktur Kepemimpinan Berbasis Proyek


Struktur kepemimpinan berbasis proyek adalah model organisasi di mana kepemimpinan
dan struktur organisasi dibentuk di sekitar proyek-proyek khusus yang sedang
berlangsung. Berikut adalah beberapa materi yang menjelaskan struktur kepemimpinan
berbasis proyek:

1. *Konsep Dasar Struktur Kepemimpinan Berbasis Proyek:*


Struktur kepemimpinan berbasis proyek adalah pendekatan organisasi yang
menempatkan fokus pada pengelolaan proyek-proyek individu sebagai unit inti dalam
organisasi. Pemimpin dalam struktur ini memiliki tanggung jawab utama untuk
mengarahkan, mengelola, dan mengkoordinasikan proyek-proyek tertentu.
2. *Unsur Kunci Struktur Ini:*
- *Manajer Proyek:* Setiap proyek memiliki seorang manajer proyek yang bertanggung
jawab atas pengelolaan keseluruhan proyek, termasuk anggaran, jadwal, dan sumber daya.
- *Tim Proyek:* Sebuah tim proyek terdiri dari anggota yang memiliki peran dan
tanggung jawab spesifik dalam menyelesaikan proyek tersebut.
- *Kepemimpinan Fleksibel:* Pemimpin proyek biasanya memiliki otoritas lebih besar
dalam hal proyek tertentu, tetapi mereka bisa berubah tergantung pada proyek berikutnya.

3. *Manfaat Struktur Kepemimpinan Berbasis Proyek:*


- *Fokus pada Tujuan:* Dalam struktur ini, semua energi dan sumber daya terfokus pada
mencapai tujuan proyek, yang dapat meningkatkan produktivitas.
- *Pengembangan Keterampilan:* Anggota tim proyek memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keterampilan dan pengalaman yang spesifik dengan fokus pada proyek
tertentu.
- *Fleksibilitas:* Organisasi dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan
dalam lingkungan atau prioritas bisnis dengan mengalihkan sumber daya ke proyek-proyek
yang berbeda.
4. *Tantangan Struktur Kepemimpinan Berbasis Proyek:*

7
- *Koordinasi Antarproyek:* Manajemen yang efisien dari berbagai proyek dalam
organisasi dapat menjadi tantangan, terutama jika ada proyek-proyek yang bersaing untuk
sumber daya yang sama.
- *Kesulitan Pengambilan Keputusan Strategis:* Pengambilan keputusan strategis
organisasi mungkin menjadi lebih kompleks karena perhatian terbagi di antara banyak
proyek.
5. *Penerapan yang Efektif:*
- *Manajemen Portofolio:* Organisasi perlu mempertimbangkan manajemen portofolio
yang baik untuk memilih dan mengelola proyek-proyek yang paling sesuai dengan tujuan
organisasi.
- *Keterampilan Manajemen Proyek:* Penting untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan manajemen proyek yang kuat di antara manajer proyek dan tim proyek.

Struktur kepemimpinan berbasis proyek dapat efektif dalam organisasi yang sering
beroperasi dengan proyek-proyek yang berbeda. Ini memungkinkan organisasi untuk fokus
pada pencapaian tujuan proyek dengan lebih efisien dan memberikan fleksibilitas dalam
menangani perubahan dan tantangan. Namun, manajemen yang cermat dan koordinasi
antarproyek yang baik diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam struktur ini.

2.3 Peran Pemimpin dalam Struktur Kepemimpinan


A. Peran Pemimpin Tertinggi (CEO/Direktur Eksekutif)
Peran seorang Pemimpin Tertinggi, yang sering disebut CEO (Chief Executive Officer)
atau Direktur Eksekutif, adalah salah satu peran paling penting dalam sebuah organisasi.
Berikut adalah materi tentang peran CEO dalam sebuah organisasi:

1. *Definisi Pemimpin Tertinggi (CEO):*


CEO adalah pemimpin tertinggi dalam organisasi, yang bertanggung jawab atas arah
strategis dan operasional perusahaan. Mereka memiliki otoritas tertinggi dalam mengambil
keputusan yang memengaruhi keseluruhan organisasi.

2. *Peran Utama CEO:*


- *Pengambil Keputusan Strategis:* CEO memiliki peran kunci dalam merumuskan dan
melaksanakan strategi jangka panjang organisasi. Mereka mengambil keputusan strategis
tentang arah bisnis dan pertumbuhan.
- *Pemimpin dan Motivator:* CEO adalah pemimpin utama dalam organisasi dan harus
dapat memotivasi, menginspirasi, dan membimbing tim eksekutif serta seluruh organisasi
untuk mencapai tujuan perusahaan.
- *Pengelolaan Risiko:* CEO bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengelola,
dan mengurangi risiko yang mungkin dihadapi oleh organisasi.

8
- *Representasi Eksternal:* CEO sering kali bertindak sebagai wajah eksternal
perusahaan, berinteraksi dengan pemegang saham, pelanggan, pemasok, dan pemangku
kepentingan lainnya.
3. *Hubungan dengan Dewan Direksi:*
CEO bekerja sama dengan dewan direksi, yang sering kali memiliki peran pengawasan
dan memberikan panduan strategis. CEO melaporkan kepada dewan direksi dan
berkolaborasi dengan mereka dalam mengambil keputusan penting.
4. *Kualifikasi CEO:*
- Latar belakang yang Kuat: CEO biasanya memiliki latar belakang yang kuat dalam
manajemen, bisnis, atau industri tertentu.
- Kemampuan Manajerial: Mereka harus memiliki keterampilan manajerial tingkat
tinggi, termasuk kepemimpinan, pengambilan keputusan, dan manajemen waktu.
- Visi dan Strategi: CEO harus memiliki visi yang kuat untuk masa depan perusahaan
dan kemampuan untuk merumuskan strategi yang efektif untuk mencapainya.
5. *Tantangan dalam Peran CEO:*
- Tekanan Kinerja: CEO seringkali berada di bawah tekanan tinggi untuk mencapai target
keuangan dan pertumbuhan organisasi.
- Mengatasi Perubahan: CEO harus dapat beradaptasi dengan cepat dengan perubahan
dalam lingkungan bisnis dan teknologi.
- Tanggung Jawab Luas: Peran CEO memiliki tanggung jawab yang sangat luas, dan
mereka harus dapat mengelola berbagai aspek bisnis.
6. *Kesimpulan:*
CEO adalah pemimpin tertinggi dalam organisasi yang memiliki peran kunci dalam
menentukan arah strategis, pertumbuhan, dan kinerja perusahaan. Peran ini memerlukan
kombinasi kualifikasi, keterampilan manajerial, dan kemampuan kepemimpinan yang kuat
untuk mencapai kesuksesan organisasi. CEO memiliki tanggung jawab besar dalam
mencapai tujuan jangka panjang perusahaan dan memastikan kelangsungan bisnis yang
berkelanjutan

B. Peran Pemimpin di Berbagai Tingkatan (Manajer, Supervisor,dll.)


Tingkatan kepemimpinan dalam organisasi, seperti manajer dan supervisor, memiliki
peran yang berbeda dalam mengelola dan mengarahkan anggota tim. Berikut adalah materi
singkat tentang peran pemimpin di berbagai tingkatan:
1. *Pemimpin Tertinggi (CEO/Direktur Eksekutif):*
- *Peran Utama:* Merumuskan visi dan strategi jangka panjang organisasi, mengambil
keputusan strategis, dan bertanggung jawab kepada dewan direksi.
- *Tanggung Jawab:* Membimbing tim eksekutif, menghadapi tantangan eksternal, dan
memastikan pencapaian tujuan organisasi.
2. *Manajer Tingkat Menengah:*
- *Peran Utama:* Mengelola departemen atau divisi tertentu dalam organisasi,
melaksanakan strategi organisasi, dan memastikan pencapaian target departemen.

9
- *Tanggung Jawab:* Membimbing tim manajerial, mengelola sumber daya departemen,
dan melaporkan kepada CEO atau pemimpin tingkat atas.
3. *Manajer Tingkat Rendah:*
- *Peran Utama:* Mengelola tim operasional sehari-hari, memastikan tugas dan
tanggung jawab harian terselesaikan, dan memotivasi anggota tim.
- *Tanggung Jawab:* Mengelola anggota tim, mengoptimalkan proses operasional, dan
melaporkan kepada manajer tingkat menengah.
4. *Supervisor/Atasan Langsung:*
- *Peran Utama:* Memantau dan mengarahkan pekerjaan anggota tim secara langsung,
memberikan arahan, umpan balik, dan pemecahan masalah.
- *Tanggung Jawab:* Memastikan tugas harian diselesaikan, memberikan bimbingan
langsung, dan melaporkan kepada manajer tingkat menengah.
5. *Pemimpin Tim/Grup:*
- *Peran Utama:* Memimpin dan mengkoordinasikan anggota tim atau kelompok dalam
mencapai tujuan tugas atau proyek tertentu.
- *Tanggung Jawab:* Memimpin tim, mengatur sumber daya, dan melaporkan kemajuan
kepada atasan langsung.
6. *Pemimpin Proyek:*
- *Peran Utama:* Mengelola proyek khusus, merencanakan, mengatur sumber daya,
memastikan pelaksanaan proyek sesuai jadwal dan anggaran.
- *Tanggung Jawab:* Memimpin tim proyek, berkomunikasi dengan pemangku
kepentingan, dan melaporkan kepada manajer tingkat atas atau pemimpin proyek senior.

Penting untuk diingat bahwa setiap tingkat kepemimpinan memiliki tanggung jawab yang
berbeda, tetapi semua tingkatan ini berperan dalam mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan. Kerjasama dan komunikasi yang efektif antar tingkat kepemimpinan sangat
penting untuk keberhasilan organisasi.

2.4 Dampak Teknologi pada Struktur Kepemimpinan


A. Teknologi Sebagai Alat Komunikasi
Teknologi telah memiliki dampak signifikan pada struktur kepemimpinan, terutama
dalam peran teknologi sebagai alat komunikasi. Berikut adalah materi tentang dampak
teknologi pada struktur kepemimpinan:

*1. Percepatan Komunikasi:*

10
Teknologi, seperti email, pesan instan, dan video konferensi, telah mempercepat
aliran informasi di dalam organisasi. Pemimpin dapat berkomunikasi dengan anggota
tim atau rekan kerja dalam hitungan detik, yang memungkinkan pengambilan
keputusan yang lebih cepat dan respons yang lebih responsif terhadap perubahan
situasi.
*2. Komunikasi Jarak Jauh:*
Teknologi telah memungkinkan pemimpin untuk berkomunikasi dengan anggota tim
yang berlokasi di berbagai lokasi geografis. Ini menghasilkan struktur organisasi yang
lebih terdistribusi, di mana anggota tim dapat bekerja dari jarak jauh, tetapi masih tetap
terhubung melalui alat komunikasi teknologi.
*3. Pengambilan Keputusan Berbasis Data:*
Kemajuan teknologi dalam analitika dan pengolahan data telah memungkinkan
pemimpin untuk mengakses informasi yang lebih baik. Hal ini memungkinkan
pengambilan keputusan yang lebih baik berdasarkan data dan analisis, daripada hanya
berdasarkan intuisi atau pengalaman.
*4. Pemantauan Kinerja:*
Teknologi memungkinkan pemimpin untuk memantau kinerja tim secara lebih
efisien. Sistem manajemen kinerja berbasis teknologi dapat memberikan informasi
real-time tentang produktivitas dan pencapaian tujuan.
*5. Komunikasi Terbuka dan Kolaborasi:*
Alat kolaborasi berbasis teknologi, seperti platform berbagi dokumen dan proyek,
memfasilitasi komunikasi terbuka di antara anggota tim. Pemimpin dapat dengan
mudah berbagi informasi, mengkoordinasikan proyek, dan memfasilitasi kolaborasi.
*6. Kepemimpinan Virtual:*
Teknologi telah memungkinkan perkembangan kepemimpinan virtual, di mana
pemimpin dapat mengarahkan tim yang tersebar di seluruh dunia tanpa perlu berada di
satu lokasi fisik. Ini memerlukan keterampilan kepemimpinan yang kuat dalam
memanfaatkan teknologi untuk menginspirasi dan membimbing tim.
*7. Tantangan Kepemimpinan Baru:*
Meskipun teknologi membawa banyak manfaat, juga ada tantangan baru. Pemimpin
harus menghadapi risiko seperti kelebihan informasi, perubahan cepat dalam teknologi,
dan perlindungan data.

Dalam keseluruhan, teknologi sebagai alat komunikasi telah mengubah cara pemimpin
berinteraksi, mengambil keputusan, dan mengelola tim. Pemimpin yang berhasil di era
teknologi ini harus mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam strategi
kepemimpinan mereka dan memanfaatkannya untuk mencapai tujuan organisasi
dengan lebih efektif.

B. Remote Work dan Struktur Kepemimpinan

11
Remote work, atau kerja jarak jauh, telah mengubah cara organisasi membangun dan
mempertahankan struktur kepemimpinan mereka. Berikut adalah materi tentang
hubungan antara remote work dan struktur kepemimpinan:

*1. Remote Work (Kerja Jarak Jauh):*


- Remote work merujuk pada praktik di mana anggota tim atau karyawan bekerja dari
lokasi yang berbeda secara fisik, biasanya dari rumah mereka sendiri atau tempat lain
di luar kantor pusat.
*2. Dampak Remote Work pada Struktur Kepemimpinan:*
- *Fleksibilitas dalam Lokasi:* Remote work memungkinkan organisasi untuk
memiliki anggota tim yang berlokasi di berbagai wilayah atau bahkan negara. Ini
mengubah dinamika kepemimpinan dengan memerlukan manajemen tim yang
tersebar.
- *Kepemimpinan Virtual:* Pemimpin perlu mengembangkan keterampilan
kepemimpinan virtual yang memungkinkan mereka untuk memotivasi, mengarahkan,
dan menginspirasi anggota tim yang bekerja dari jarak jauh.
- *Pengukuran Kinerja:* Evaluasi kinerja dalam remote work seringkali didasarkan
pada hasil dan output yang terukur, bukan hanya waktu yang dihabiskan di kantor.
Pemimpin perlu fokus pada hasil dan pencapaian tujuan.
- *Komunikasi Digital:* Remote work mengharuskan penggunaan komunikasi
digital yang efektif, seperti email, pesan instan, dan video konferensi. Pemimpin perlu
memastikan komunikasi terbuka dan jelas.
- *Manajemen Waktu:* Pemimpin perlu memastikan bahwa anggota tim yang
bekerja dari jarak jauh dapat mengatur waktu mereka sendiri dengan baik untuk
mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.
- *Kebijakan dan Panduan:* Organisasi perlu mengembangkan kebijakan dan
panduan yang jelas untuk remote work, termasuk ekspektasi, hak dan kewajiban, serta
pedoman etika kerja.
*3. Tantangan Remote Work dalam Struktur Kepemimpinan:*
- *Kurangnya Interaksi Fisik:* Kurangnya interaksi langsung dapat menghambat
pembentukan hubungan tim yang kuat dan pencapaian kerja yang efektif.
- *Kesulitan dalam Pengelolaan Kinerja:* Memantau dan mengelola kinerja anggota
tim yang bekerja dari jarak jauh dapat menjadi tantangan.
- *Isolasi dan Kesejahteraan Mental:* Anggota tim yang bekerja jarak jauh mungkin
menghadapi masalah isolasi sosial dan kesejahteraan mental. Pemimpin perlu
mendukung kesejahteraan anggota tim mereka.
- *Keamanan Data:* Pengelolaan keamanan data dan informasi organisasi saat
bekerja dari luar kantor menjadi lebih krusial.

*4. Kesimpulan:*
Remote work telah mengubah cara organisasi memandang dan melaksanakan
struktur kepemimpinan. Pemimpin yang sukses di era remote work adalah mereka yang

12
dapat mengadaptasi gaya kepemimpinan mereka, mengembangkan keterampilan
komunikasi digital, dan mendukung anggota tim dalam mengatasi tantangan kerja jarak
jauh.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah tentang struktur kepemimpinan dalam organisasi adalah bahwa
struktur kepemimpinan adalah elemen kunci dalam membentuk budaya dan kinerja organisasi.
Pemahaman yang mendalam tentang berbagai jenis struktur kepemimpinan, seperti struktur
fungsional, berbasis proyek, dan lainnya, membantu organisasi mengelola sumber daya dan
anggota tim dengan lebih efektif.
Struktur kepemimpinan yang dipilih harus selaras dengan tujuan dan kebutuhan organisasi,
serta mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan bisnis. Pentingnya
komunikasi, kolaborasi, dan adaptasi terus-menerus dalam konteks struktur kepemimpinan tidak
boleh diabaikan.
Dalam era teknologi dan remote work, pemimpin perlu mengembangkan keterampilan baru
dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat komunikasi, mengelola tim yang tersebar, dan
memantau kinerja dengan cara yang efisien. Dengan pemahaman yang baik tentang peran
pemimpin di berbagai tingkat organisasi dan kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan
baru, organisasi dapat mencapai keberhasilan jangka panjang dan membangun budaya yang
mendukung pertumbuhan dan inovasi.
13
3.2 Penutup

Penutup dari makalah tentang struktur kepemimpinan dalam organisasi adalah sebagai berikut:

Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, pemahaman yang baik tentang struktur
kepemimpinan dalam organisasi adalah kunci untuk kesuksesan jangka panjang. Struktur
kepemimpinan yang tepat dapat membantu organisasi mencapai tujuan, mengoptimalkan sumber
daya, dan membangun budaya yang mendukung inovasi dan pertumbuhan.

Dalam makalah ini, kami telah menjelaskan berbagai jenis struktur kepemimpinan, seperti struktur
fungsional, berbasis proyek, dan lainnya, serta peran pemimpin di berbagai tingkat organisasi.
Kami juga menyoroti dampak teknologi sebagai alat komunikasi dan tren remote work dalam
memengaruhi dinamika kepemimpinan.

Pentingnya adaptasi dan fleksibilitas dalam struktur kepemimpinan tidak bisa dilebih-lebihkan.
Organisasi yang mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis, teknologi, dan
kebutuhan anggota tim akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan.

Dengan kesadaran akan pentingnya struktur kepemimpinan yang efektif, serta kemauan untuk
terus belajar dan berkembang dalam peran kepemimpinan, organisasi dapat melangkah maju
menuju masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan. Kepemimpinan yang kuat dan tepat adalah
fondasi bagi kemajuan organisasi, dan ini adalah tantangan yang harus diterima dan dikuasai oleh
pemimpin masa depan.

14
 Kelompok IV
STRUKTUR KEPEMIMPINAN DALAM MASYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Kajian tentang kepemimpinan ini tetap menarik untuk didiskusikan karena
persoalan ini tidak lepas dari perjalanan kehidupan manusia. Bagi kaum muda, persoalan
kepemimpinan juga patut menjadi perhatian serius karena pemuda merupakan generasi penerus
bangsa, dan dipundaknya harapan kemajuan bangsa ini digantungkan. Ini merupakan posisi
strategis pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adhyaksa Dault menyatakan bahwa
ibarat mata rantai yang tergerai panjang, posisi generasi muda dalam masyarakat menempati
posisi mata rantai yang paling sentral dalam artian bahwa pemuda berperan sebagai pelestari
budaya. perjuangan, pelopor, perintis pembaharuan melalui karsa, karya, dan dedikasi. Bagi
manusia secara umum,persoalan kepemimpinan juga menjadi sangat penting karena diharapkan
mampu mengatur pola sosialisasi dan interaksi di antara mereka dan yang lebih penting lagi,
manusia dapat berharap dengan kepemimpinan agar mampu mengatur kehidupannya dengan
lebih baik. Kita bisa melihat jangankan manusia, makhluk-makhluk lain pun memiliki
kepemimpinan seperti binatang dan lain sebagainya. Pendek kata, ketika ada suatu komunitas,
maka diperlukan kepemimpinan bahkan dalam posisi dua orang pun tetap dibutuhkan seorang
pemimpin diantara mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan struktur kepemimpinan dalam masyarakat?
2. Bagaimana perkembangan struktur kepemimpinan dalam masyarakat?
3. Bagaimana fungsi, karakteristik dan tipe pemimpin dalam masyarakat?
4. Bagaimana contoh struktur kepemimpinan masyarakat di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam Masyarakat
2. Untuk identifikasi kepemimpinan
3. Untuk mengetahui fungsi kepemimpinan dalam masyarakat
4. Untuk mengetahui karakteristik pemimpin
5. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan

15
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu konsep abstrak, akan tetapi hasilnya nyata, kadangkala
kepemimpinan mengarah kepada seni, akan tetapi sering pula berkaitan dengan ilmu. Pada
kenyataannya kepemimpinan merupakan seni dan sekaligus ilmu. Pada kajian tentang
kepemimpinan ini, paling tidak ada tiga definisi, yaitu pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin.
Pada dasarnya tiga istilah tersebut berasal dari kata dasar yang sama yaitu pimpin, Akan tetapi
ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu. Oleh karena itu, seseorang dalam peran
normal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.
Pemimpin juga pada hakikatnya seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.Kekuasaan itu tersendiri berarti
kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan schubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakannya.
Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan
tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang. Oleh sebab itu, kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang
yang bukan pemimpin. Sementara itu, istilah pemimpin digunakan dalam konteks hasil
penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain
dengan berbagai cara,
B. Konsep Kepemimpinan dalam Masyarakat
1. Kepemimpinan sebagai fokus proses-proses kelompok Keunggulan seseorang atau beberapa
individu dalam mengontrol proses dari gejala-gejala sosial, Melihat kepemimpinan sebagai
sentralisasi usaha dalam diri seseorang sebagai cerminan kekuasaan dari keseluruhan.
Kecenderungan pemikiran dari definisi-definisi di atas sangat berpengaruh di dalam mengarahkan
perhatian terhadap pentingnya struktur kelompok.
2. Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan akibatnya Pemimpin adalah seorang individu
yang memiliki sifat dan karakter yang diinginkan oleh rakyatnya. Teori kepribadian cenderung
memandang kepemimpinan sebagai akibat pengaruh satu arah. Mengingat bahwa pimpinan
mungkin memiliki kualitas kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan para pengikutnya,
maka biasanya ahli teori pribadi lupa menyinggung karakteristik timbal balik atau reciprocal dan
interaksi dari atau dalam situasi kepemimpinan.

16
3. Kepemimpinan sebagai tindakan atau tingkah laku Tingkah laku kepemimpinan sebagai tingkah
laku yang akan menghasilkan tindakan orang lain searah dengan keinginannya dan tingkah laku
seorang individu dapat mengarahkan aktivitas kelompok.
4. Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi Kepemimpinan adalah pengelolaan manusia melalui
persuasi dan inspirasi daripada melalui pemaksaan langsung. Hal ini melibatkan penerapan
pengetahuan mengenai faktor manusia dalam memecahkan masalah yang konkrit.

5. Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan Proses menciptakan situasi sehingga para anggota
kelompok, termasuk pemimpin dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimal dalam
waktu dan kerja yang singkat.
C. Fungsi Pemimpin dalam Masyarakat
1. Fungsi utama dari pemimpin yaitu sebagai perencana, sebagai pembuat keputusan, sebagai ahli,
sebagai wakil kelompok, sebagai pengawas hubungan dalam kelompok, sebagai orang yang
mampu memberikan hadiah dan hukuman, sebagai penengah dan pendamai.
2. Fungsi pelengkap dari pemimpin yaitu sebagai model atau contoh, sebagai simbol kelompok,
sebagai pengganti tanggung jawab individu, sebagai orang yang mempunyai ideologi, sebagai
tokoh ayah, sebagai orang yang selalu dipersalahkan.
D. Struktur Kepemimpinan dalam Masyarakat
Struktur kepemimpinan dalam masyarakat dapat berbeda-beda tergantung pada budaya,
sistem politik, dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat. Namun, ada beberapa elemen
umum yang sering ditemui dalam struktur kepemimpinan masyarakat. Berikut adalah beberapa
struktur kepemimpinan yang umum terjadi: Kepemimpinan Tradisional: Kepemimpinan Adat:
Dalam masyarakat yang masih mengikuti tradisi adat, kepemimpinan sering diwariskan dari
generasi ke generasi. Kepala suku atau pemimpin adat memiliki peran penting dalam menjaga
tradisi dan tata nilai masyarakat. Kepemimpinan Politik: Sistem Demokrasi: Banyak negara
menerapkan sistem demokrasi di mana pemimpin dipilih melalui pemilihan umum. Presiden,
perdana menteri, dan anggota parlemen adalah contoh pemimpin politik dalam sistem ini. Sistem
Monarki: Beberapa negara masih memiliki sistem monarki di mana kepemimpinan diwariskan
dalam keluarga kerajaan. Pemerintahan Lokal: Di tingkat lokal, ada kepemimpinan dalam bentuk
wali kota, gubernur, atau kepala desa yang dipilih atau diangkat untuk mengurus urusan
pemerintahan di wilayah tertentu. Kepemimpinan Sosial: Kepemimpinan Agama: Dalam beberapa
masyarakat, pemimpin agama seperti imam, pendeta, atau rohaniwan memiliki pengaruh besar
dalam panduan moral dan spiritual masyarakat. Kepemimpinan Komunitas: Kelompok-kelompok
masyarakat seperti organisasi nirlaba, kelompok suku, atau komunitas lokal dapat memiliki
pemimpin yang memimpin dalam isu isu tertentu seperti lingkungan, pendidikan, atau
kesejahteraan sosial. Kepemimpinan Ekonomi: Kepemimpinan Bisnis: Dalam dunia bisnis, CEO,
pemilik perusahaan, atau direktur eksekutif memainkan peran penting dalam mengelola
perusahaan dan mengambil keputusan bisnis. Kepemimpinan Petani: Di beberapa masyarakat
agraris, pemimpin pertanian atau kepala petani dapat memiliki peran penting dalam pengelolaan

17
sumber daya alam. Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Pendidikan: Dalam dunia
pendidikan, kepala sekolah atau dekan universitas bertanggung jawab atas pengelolaan lembaga
pendidikan dan perkembangan siswa atau mahasiswa. Kepemimpinan Informal: Kepemimpinan
Keluarga: Dalam keluarga, orangtua atau tokoh-tokoh tertentu sering memainkan peran
kepemimpinan dalam membimbing dan mengambil keputusan bagi anggota keluarga.
Kepemimpinan Teman: Dalam kelompok teman atau sosial, ada individu yang mungkin secara
informal memimpin dan memengaruhi dinamika kelompok. Struktur kepemimpinan dalam
masyarakat bisa sangat kompleks dan bervariasi. Terkadang, beberapa jenis kepemimpinan
tersebut dapat saling tumpang tindih. Selain itu, perubahan sosial dan politik juga dapat
mempengaruhi bagaimana struktur kepemimpinan dalam masyarakat berkembang seiring waktu.
D. Tipe-tipe Kepemimpinan yang Berlaku di Masyarakat
Tipe kepemimpinan dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat dapat digolongkan dalam
lima tipe sebagai berikut:
1. Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya
sebagai berikut:
 Menganggap organisasi sebagai milik pribadi;

 Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi;

 Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;

 Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat;

 Terlalu tergantung kepada kekuasaan formilnya; .

Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur


pemaksaan dan punitif (bersifat menghukum).
2. Tipe Militeristis. Seorang pemimpin dengan tipe militeristis tidak berarti selalu seorang
pemimpin dari organisasi militer, Seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang
pemimpin yang memiliki ciri-ciri dalam kepemimpinannya sebagai berikut:
 Dalam menggerakan bawahannya lebih sering mempergunakan system perintah;

 Dalam menggerakan jabatannya bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya 
Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
 Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;

 Sukar menerima kritik dari bawahannya;

 Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

3) Tipe Paternalistis. Scorang pemimpin bertipe paternalistis memiliki ciri-ciri dalam


kepemimpinannya sebagai berikut:
 Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;

18
 Bersikap terlalu melindungi ( over protective ),

 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk ikut mengambil Keputusan

 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif

 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya;
 Sering bersikap maha tahu.

4.) Tipe Kharismatis Seorang pemimpin yang kharismatis mempunyai daya penarik yang amat
besar dan oleh karena itu pada umumnya memiliki pengikut dalam jumlah besar, meskipun para
pengikut tersebut sering tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin
tersebut. Sulit untuk mengetahui mengapa seseorang menjadi pemimpin yang kharismatis, karena
dari mana asalnya kharismanya memang sulit untuk ditelusuri Sering disebutkan bahwa pemimpin
yang kharismatis diberkahi kekuatan gaib.Kekayaan, profil, kesehatan tidak dapat dipergunakan
sebagai kriteria untuk kharisma.sebagai contoh:Gandhi bukanlah orang kaya yang atau pun
memiliki wajah yang tampan 5) Tipe Demokratis. Seorang pemimpin yang demokratis memiliki
ciri ciri dalam kepemimpinannya seabgai berikut :
 Dalam proses penggerakan bawahan melalui kritik tolak dari pendapat bahwamanusia adalah
makhluk yang termulia;
 Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan organisasi dengan ciri-ciri kepentingan
dan tujuan pribadi dari para bawahannya;
• Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya;
 Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan;

 Dengan ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepadabawahannya untuk berbuat


kesalahan yang kemudian di bandingkan dandiperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat
kesalahan yang sama, tetapi tetap berani untuk berbuat kesalahan yang lain;
 Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripada dia sendiri,

 Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai seorang pemimpin. Variasi yang
baik dari tipe-tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang demokratis sekaligus
kharismatis..
Dengan demikian keberadaan pemimpin memiliki legitimasi ganda karena dipilih dan
menerapkan pola kepemimpinan yang demokratis sekaligus memiliki kharisma di hadapan
masyarakatnya. Tetapi, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa seorang pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang dapat menerapkan berbagai macam tipe memimpin di atas sesuai dengan
kondisi dan situasi. Ada kalanya dia bertipe demokratis, tapi dalam kondisi dan situasi yang
menuntut dia harus tegas maka sah-sah saja apabila dia bertipe militeristis.
E. Struktur Kepemimpinan Masyarakat di Indonesia

19
Salah satu contoh dari struktur kepemimpinan masyarakat di indonesia yaitu sebagai berikut:
Struktur Kepemimpinan Masyarakat Suku Bangsa Acch Tatkala Acch masih diperintah seorang
Sultan (utamanya Sultan Iskandar Muda), terdapat urutan kesatuan teritorial Aceh dari yang
terkecil hingga terbesar sebagai berikut:
I. Gampong (atau, desa)
2. Mukim (kumpulan desa)
3. Daerah Ulee Balang (distrik)
4. Daerah Sagoe (kumpulan beberapa mukim)
5. Daerah Sultan (mungkin sama dengan kotaraja)
Secara politik, pemerintahan tertinggi dipegang oleh Sultan (kalau perempuan Sultana). Sultan
punya pembantu-pembantu yaitu Lakseumana selaku panglima perang, upah yang merupakan
kepala polisi selaku keamanan dalam negeri, dua orang sekretasi selaku pengurus surat-menyurat,
dan majelis selaku pengontrol jalannya pemerintahan.
1) Gampong. Gampong terdiri atas beberapa pejabat. Pertama adalah Keusyik atau kepala
gampong. Jabatan ini bersifat turun-temurun oleh Ulee Balang. Ia dapat dipecat oleh Ulee Balang.
Keusyik berkewajiban untuk:
(a) menjaga ketertiban, keamanan, dan adat gampong.
(b) memakmurkan gampong
(c) memberi keadilan dalam perselisihan warga.
2) Teungku Tengku atau lebih tepatnya Teungku Meunasah. Pejabat in bertindak selaku kepala
agama dalam gampong. Ia dipilih dan dapat dijabat oleh setiap orang yang paham agama Islam.
Jabatan ini tidak bersifat turun-temurun. Gelar 'teungku' biasanya pula disandangkan pada orang
laki-laki yang sudah menikah, Namun, dalam tata struktur ia biasanya merujuk pada pemimpin
agama Islam. Teungku berbeda dengan Teuku, karena Teuku lebih bernuansa ningrat atau
bangsawan, Ulee Balang dan turunannya menggunakan gelar Teuku.
3) Ureung Tua Ketiga adalah Ureung Tua. Di gampong biasanya ada majelis yang terdiri atas
beberapa orang yang tua-tua dan banyak pengalaman serta paham adat. Mereka merupakan wakil
rakyat dan dipilih dan ikut serta membicarakan kepentingan desa. Dengan demikian, gampong
mencirikan masyarakat demokratis yang mengkompromikan unsure agama dan unsure adat.
4) Mukim Mukim adalah suatu gabungan dari gampong-gampong dan merupakan kesatuan
hukum yang bercorak agama. Kepala mukim disebut imum. Imum mulanya pemimpin masjid dan
berarti pemimpin urusan agama. Lambat lain ia punya kekuasaan duniawi dalam pemerintahan
karena diangkat oleh Ulee Balang. Daerah Ulee Balang merupakan gabungan dari mukim-mukim.
Kepala beberapa mukim disebut Ulee Balang dan memegang jabatan secara turun-temurun dan
bersifat otonom.

20
5) Sagoe Daerah ini merupakan gabungan mukim-mukim juga, tetapi lebih luas dari daerah
Ulee Balang. Kepala sagoe disebut Panglima. Panglima merupakan penasehat Sultan, Dulu di
Aceh dikenal 3 buah Sagoe yaitu Sagi 22 (22 mukim), Sagi 25 (25 mukim) dan Sagi 26 (26
mukim).
6) Sultan Daerah sultan merasuki daerah Ulee Balang dan daerah Panglima Sagoe Bedanya,
daerah Ulee Balang ini lebih bersifat otonom dan daerah Panglima Sagoe ini merupakan daerah
yang berada langsung di bawah Sultan. Daerah- daerah Sultan yang tetap adalah sesuai dengan
batas-batas daerah Aceh sekarang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembahasan ini menyatakan bahwa ibarat mata rantai yang tergerai panjang. posisi generasi
muda dalam masyarakat menempati posisi mata rantai yang paling sentral dalam artian bahwa
pemuda berperan sebagai pelestari budaya, perjuangan, pelopor, perintis pembaharuan melalui
karsa, karya, dan dedikasi. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh olch
pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah
mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti
pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Kepemimpinan pada organisasi
informal merupakan salah satu aspek penting bagi organisasi informal yang selalu menjadi
determinan penting pula dalam pembahasan teori organisasi neo-klasik.
B. Saran
Kepemimpinan merupakan aspek penting yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin dalam
mengatur suatu organisasi atau bentuk lainnya. Kepemimpinan yang baik akan sangat berpengaruh
bagi kelangsungan suatu organisasi yang dipimpinnya

21
 Kelompok V
FAKTA PERMASALAHAN KEPEMIMPINAN
OGANISASI DAN MASYARAKAT BERBASIS DATA
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu
dikatakan organisasi adalah (wahana) kegiatan dari orang-orang yang bekerjasama
dalam usahanya mencapai tugas, wewenang dan tanggung jawabnya, hubungan dan
tata kerjanya. Pengertian yang demikian disebut organisasi yang bersifat statis, karena
sekedar hanya melihat kepada strukturnya. Disamping itu terdapat pengertian
organisasi yang dinamis. Pengertian organisasi ini dilihat dari sudut dinamikanya,
aktivitas atau tindakan dari pada tata hubungan yang terjadi dalam organisasi itu, baik
yang bersifat formal maupun yang bersifat informal misalnya aktivitas atau hubungan
antara atasan dan bawahan, tata hubungan antara sesama atasan dan sesama bawahan.
Berhasil atau tidaknya tujuan yang akan dicapai dalam organisasi, baik organisasi
pemerintah maupun non-pemerintah tergantung sepenuhnya kepada faktor
manusianya. Organisasi berisikan orang-orang yang mempuyai serangkaian aktivitas
yang jelas dan dilakukan secara berkelanjutan guna mencapai tujuan organisasi.
Semua tindakan yang diambil dalam setiap kegiatan diprakarsai dan ditentukan oleh
manusia yang menjadi anggota organisasi, dimana manusia sebagai pendukung utama
setiap organisasi apapun bentuk organisasi itu
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:


1. Apa pengertian dari Kepemimpinan?
2. Apa tujuan dilakukannya Kepemimpinan dalam organisasi berbasis data?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi Kepemimpinan?

C. Tujuan Pembuatan Makalah

1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kepemimpinan


2. Mengetahui apa aitu Kepemimpinan dan jenis-jenisnya
3. Menjelaskan Kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari

22
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses
perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan
bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang
perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi
hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk
bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai
memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong
perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin
sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Kepemimpinan lahir dari proses internal Seorang manager, pimpinan, supervisor, atau
apapun namanya juga manusia. Mereka tidak bisa luput dari berbagai macam
kesalahan. Jika kita saat ini memiliki kesempatan untuk menjadi pimpinan, ada
baiknya kita mempelajari masalah kepemimpinan seperti apa yang umumnya terjadi
di sebuah perusahaan, anda kita bisa menghindari kesalahan yang sama. Ataupun jika
memang sudah terjadi dan kita tidak menyadarinya, maka kita bisa segera
memperbaiki kesalahan kita. Sebab seperti kata seorang bijak, adalah baik belajar dari
kesalahan, namun yang terbaik tetap jika tanpa kesalahan Memecahkan masalah
artinya cara untuk mengetahui, mempelajari masalah agar bisa diselesaikan.

B. Tujuan dilakukannya kepemimpinan dalam organisasi berbasis data

1. Menggunakan data secara strategis:


Pemimpin yang menerapkan sistem kepemimpinan berbasis data dapat menggunakan
data secara strategis untuk pengambilan keputusan yang objektif
2. Memandu organisasi menuju kesuksesan bisnis:
Kepemimpinan berbasis data dapat membantu memandu organisasi menuju
kesuksesan bisnis dengan memanfaatkan data secara efektif
3. Menghadapi dinamika perubahan yang disruptif:

23
Kepemimpinan digital berbasis teknologi diperlukan dalam proses transformasi
digital yang tengah digalakkan pemerintah saat ini untuk mengawal perubahan,
pembuatan kebijakan, pemanfaatan teknologi, pengendalian, dan pengawasan.

4. Meningkatkan kinerja organisasi:


Kepemimpinan berbasis data dapat membantu meningkatkan kinerja organisasi
dengan memanfaatkan data secara efektif untuk pengambilan keputusan
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan

1. Faktor Kemampuan Personal:


Kemampuan personal adalah kombinasi antara potensi sejak pemimpin dilahirkan ke
dunia sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika seseorang lahir
dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika mendapatkan
perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak, ia hanya akan menjadi pemimpin yang
biasa dan standar.

2. Faktor Jabatan:
Jabatan adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki. Dua orang mempunyai
kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi satu mempunyai jabatan dan yang lain
tidak maka akan kalah pengaruh. Sama-sama mempunyai jabatan tetapi tingkatannya
tidak sama maka akan mempunya pengarauh yang berbeda.

3. Faktor Situasi dan Kondisi:


Situasi dan kondisi memilah dan memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia
hadir disaat yang tepat atau tidak. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
menjadi pemimpin, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
seseorang.

4. Harapan dan perilaku atasan:


Harapan dan perilaku atasan mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang.

5. Karakteristik Pribadi Pemimpin:

24
Kecerdasan dan motivasi tinggi dari dalam diri pribadi pemimpin akan
mempengaruhi gaya kepemimpinannya. Mereka umumnya memiliki tingkat
intelegensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan para anggota tim.

6. Kecakapan dan Pengalaman:


Kecakapan dan pengalaman mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang.

7. Harapan dan perilaku bawahan:


Harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.

8. Kebutuhan tugas:
Setiap tugas membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda.

9. Iklim dan budaya organisasi:


Iklim dan budaya organisasi mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang.

D. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki banyak fungsi yang penting dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Berikut adalah beberapa fungsi kepemimpinan yang perlu diketahui:
1. Mengarahkan dan Membimbing:
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk mengarahkan anggota tim atau
organisasi menuju tujuan yang telah ditetapkan. Mereka memberikan arahan dan
bimbingan agar anggota tim dapat bekerja secara efektif.

2. Pengambilan Keputusan:
Pemimpin seringkali harus membuat keputusan yang penting untuk kebaikan
organisasi. Keputusan ini bisa berkaitan dengan strategi, alokasi sumber daya, atau
solusi masalah yang muncul.

3. Motivasi:

25
Pemimpin memiliki peran dalam memotivasi anggota tim. Mereka dapat
menggunakan berbagai cara, seperti memberikan pengakuan atas prestasi,
memberikan tujuan yang jelas, atau menciptakan lingkungan kerja yang positif.

4. Delegasi:
Pemimpin harus mampu mendistribusikan tanggung jawab di antara anggota tim. Ini
membantu memaksimalkan efisiensi dan memungkinkan anggota tim untuk
berkembang.

5. Komunikasi:
Komunikasi yang efektif sangat penting dalam kepemimpinan. Pemimpin harus dapat
berkomunikasi dengan jelas, mendengarkan, dan menjelaskan visi serta tujuan kepada
anggota tim.

6. Pembinaan:
Seorang pemimpin juga berperan sebagai pembina, membantu anggota tim untuk
mengembangkan keterampilan dan potensi mereka.
7. Pemecahan Masalah:
Pemimpin seringkali dihadapkan pada tantangan dan masalah yang perlu dipecahkan.
Kemampuan pemimpin dalam mengatasi masalah ini dapat memengaruhi kesuksesan
organisasi.

Fungsi kepemimpinan ini dapat berbeda tergantung pada konteks dan jenis
organisasi, tetapi secara umum, pemimpin memiliki peran yang krusial dalam
mengarahkan, memotivasi, dan memastikan kelancaran operasi suatu kelompok atau
organisasi.Fungsi kepemimpinan sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi
dan memengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan. Kepemimpinan juga
berkaitan dengan mengarahkan anggota kelompok agar memiliki semangat yang
tinggi dan bekerja sebaik mungkin. Selain itu, kepemimpinan juga berkaitan dalam
mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi. Seorang
pemimpin yang baik harus mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan
baik, seperti memberikan arahan, bimbingan, serta contoh yang baik terhadap
anggota, mengukur kinerja, dan mengelola konflik.

26
E. Jenis-Jenis Kepemimpinan
Berikut adalah beberapa jenis kepemimpinan yang umum ditemukan dalam dunia
profesional:

1. Otoriter:
Pemimpin yang menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi dan
memperlakukan bawahan sebagai alat saja. Pemimpin jenis ini sering memaksa dan
mengancam.

2. Demokratis:
Pemimpin yang mampu membuat bawahannya bekerja dalam tim. Pemimpin
demokratis adalah orang yang terbuka terhadap kritik dan masukan dari siapapun,
selama sesuai dengan tujuan dan kemaslahatan bersama.

3. Delegatif:
Pemimpin yang memberikan wewenang pada para karyawan untuk mengambil
keputusan. Jenis kepemimpinan ini akan membuat para karyawan merasa terlibat dan
memiliki peran dalam perusahaan.

4. Transformasional:
Pemimpin yang mampu menginspirasi dan memotivasi bawahannya untuk mencapai
tujuan bersama. Pemimpin transformasional mampu menciptakan lingkungan kerja
yang positif dan membangun hubungan yang kuat dengan bawahannya.

5. Transaksional:
Pemimpin yang memberikan penghargaan atau hukuman kepada bawahannya
berdasarkan kinerja mereka. Pemimpin transaksional akan memberikan tugas kepada
bawahannya dan memberikan penghargaan jika tugas tersebut berhasil diselesaikan.

27
6. Karismatik:
Pemimpin yang mengedepankan nilai-nilai positif serta kepribadian yang kuat.
Pemimpin ini dapat menjadi contoh bagi para anggota tim dan mengajak mereka
menjadi lebih baik.

7. Situasional:

Pemimpin yang bertindak berdasarkan lingkungan dan situasi kerja. Pemimpin


situasional akan mengarahkan langsung, memberikan pelatihan kepada karyawan,
mendukung karyawan, dan melakukan delegasi.

8. Pembinaan:
Pemimpin yang mampu membina dan mengembangkan bawahannya. Pemimpin
pembinaan akan memberikan arahan dan bimbingan kepada bawahannya untuk
mencapai tujuan bersama.

9. Liberal:
Pemimpin yang memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk menyelesaikan
semua tugasnya demi kenyamanan anggota. Pemimpin liberal tidak akan menuntut
banyak kepada para karyawannya namun tetap mengawasi jalannya kerja sehari-hari.

10. Laissez-faire:
Pemimpin yang pasif dan seringkali menghindar diri dari tanggung jawab. Pemimpin
jenis ini membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri.

11. Militeristik:
Pemimpin yang bertipe militeristik cenderung memerintah dan memaksa bawahannya
untuk melakukan tugas-tugas yang diberikan. Pemimpin jenis ini seringkali
memperlakukan bawahan dengan keras dan otoriter.

28
F. Kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari

Kepemimpinan tidak hanya penting dalam lingkungan kerja, tetapi juga dalam
kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa contoh tujuan dan manfaat
kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Meningkatkan kemampuan untuk memimpin diri sendiri:
Sebelum dapat memimpin orang lain, seseorang harus dapat memimpin dirinya
sendiri terlebih dahulu. Kepemimpinan dapat membantu seseorang untuk menjadi
lebih bertanggung jawab dan berkomitmen pada keputusan yang diambil

2. Meningkatkan kemampuan untuk bekerja dalam tim:


Kepemimpinan dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih efektif dalam bekerja
dalam tim dan memimpin tim dengan baik

3. Meningkatkan kemampuan untuk mengambil keputusan:


Kepemimpinan dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih baik dalam
mengambil keputusan yang tepat dan obyektif

4. Meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah:


Kepemimpinan dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih baik dalam
menyelesaikan masalah dengan solusi yang cepat dan tepat

5. Meningkatkan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain:


Kepemimpinan dapat membantu seseorang untuk menjadi lebih baik dalam
mempengaruhi orang lain dengan cara yang positif dan efektif

29
BAB Ⅲ
PENUTUP
A. kesimpulan

Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap
ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan
ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang.Jika kita saat ini memiliki kesempatan untuk menjadi
pimpinan, ada baiknya kita mempelajari masalah kepemimpinan seperti apa yang
umumnya terjadi di sebuah perusahaan, anda kita bisa menghindari kesalahan yang
sama.Menggunakan data secara strategis: Pemimpin yang menerapkan sistem
kepemimpinan berbasis data dapat menggunakan data secara strategis untuk
pengambilan keputusan yang objektif. Menghadapi dinamika perubahan yang
disruptif: Kepemimpinan digital berbasis teknologi diperlukan dalam proses
transformasi digital yang tengah digalakkan pemerintah saat ini untuk mengawal

30
perubahan, pembuatan kebijakan, pemanfaatan teknologi, pengendalian, dan
pengawasan.
Meningkatkan kinerja organisasi: Kepemimpinan berbasis data dapat membantu
meningkatkan kinerja organisasi dengan memanfaatkan data secara efektif untuk
pengambilan keputusan.
Jika seseorang lahir dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika
mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak, ia hanya akan menjadi
pemimpin yang biasa dan standar.
Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi satu mempunyai
jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh.
Faktor Situasi dan Kondisi: Situasi dan kondisi memilah dan memilih kemampuan
para pemimpin, apakah ia hadir disaat yang tepat atau tidak.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi pemimpin, ada juga
faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan seseorang.
Iklim dan budaya organisasi: Iklim dan budaya organisasi mempengaruhi gaya
kepemimpinan seseorang.
Mengarahkan dan Membimbing: Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk
mengarahkan anggota tim atau organisasi menuju tujuan yang telah ditetapkan.

B. Saran

i. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan


pengetahuan terkait dengan kepemimpinan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Khususnya yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang
kepemimpinan(melakukan penelitian) maka perlu modifikasi variabel-variabel
independen baik menambah variabel atau menambah time series datanya. Sehingga
akan lebih objektif dan bervariasi dalam melakukan penelitian.
ii. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber maupun
referensi yang terkait dengan sarana prasarana pendidikan, maupun efektivitas proses
pembelajaran agar hasil penelitianya dapat lebih baik lagi.

31
iii. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkan diri dalam proses
pengambilan dan pengumpulan data, sehingga penelitian bisa dilakukan dengan lebih
baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Permasalahan+Kepemi
mpinan+Organisasi+dan+Masyarakat+Berbasis%C2%A0Data&btnG=

https://www.studocu.com/id/document/uin-alauddin-makassar/geometria-y-
trigonometria/pdf-lk-5-kepemimpinan-geeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee/18040162

32
https://www.google.com/search?q=kepemimpinan&oq=kepemimpinan&gs_lcrp=EgZ
jaHJvbWUyDwgAEEUYORiDARixAxiABDINCAEQABiDARixAxiABDIHCAIQ
ABiABDINCAMQABiDARixAxiABDIGCAQQABgDMgYIBRBFGDwyBggGEE
UYPTIGCAcQRRg80gEINDM5OWowajeoAgCwAgA&sourceid=chrome&ie=UTF-
8

https://www.google.com/search?q=fungsi+kepemimpinan&oq=fungsi+kepemimpina
n&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUyCwgAEEUYORhDGIoFMgcIARAAGIAEMgcIAhAAG
IAEMgcIAxAAGIAEMgcIBBAAGIAEMgcIBRAAGIAEMgcIBhAAGIAEMgcIBx
AAGIAEMgcICBAAGIAEMgcICRAAGIAE0gEJMTYyMjVqMGo5qAIAsAIA&so
urceid=chrome&ie=UTF-8

33
 Kelompok VI
Konsep dan Nilai-nilai KepemimpinanBerdasarkan Kearifan
Lokal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan kepemimpinan memang suatu hal yang menarik yang dapat dimulai dari sudut
pandang apa saja. Dari waktu ke waktu kepemimpinan selalu berkembang dan menjadi perhatian
serta bahan kajian. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Esensi kepemimpinan
pada suatu masyarakat, bangsa tentu memiliki ciri khas sesuai kearifan lokal yang tumbuh
berkembang pada suatu masyarakat, bangsa. Sehingga jenis,macam, ragam, corak kepemimpinan
tidak bisa diseragamkan satu sama lain.
Dalam ungkapan Batak-Toba hal itu disebut, “Asing dolok asing do sihaporna, Asing luat asing
do nang adatna” atau seperti peribahasa klasik,” lain lubuk lain ikannya” yang menunjukkan
bahwa ragam, jenis, macam, corak kepemimpinan bisa berbeda-beda pula. Dalam hal ini banyak
gaya, teori dan tipe kepemimpinan yang dapat dipelajari untuk kemudian diterapkan dalam
proses kepemimpinannya. Salah satu sumber pemebelajaran yang cukup baik adalah pola
kepemimpinan berdasarkan kearifan lokal Minangkabau. Sama dengan daerah lainnya,
Minangkabau juga memiliki local wisdom yang dapat dipedomani dan diambil nilai-nilai
ajarannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini dapat dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Apa yang yang dimaksud dengan konsep kepemimpinan?
2. Apa saja nilai-nilai kepemimpinan?
3. Bagaimanakah kepemimpinan berdasarkan kearifan lokal Batak dan Minangkabau?
4. Bagaimanakah relevansi sistem kepemimpinan tradisional terhadap pemilihan pemimpin
masyarakat kini?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang konsep kepemimpinan, nilai-nilai kepemimpinan, kepemimpinan berdasarkan kearifan
lokal Batak dan Minangkabau dan relevansi sistem kepemimpinan tradisional terhadap pemilihan
pemimpin masyarakat kini.

34
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu tindakan dalam bentuk mempengaruhi orang lain untuk mau dan
mampu bertindak, proses komunikasi untuk pengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok ke arah
pencapaian tujuan organisasi dalam suatu seni dan situasi tertentu, dan suatu proses agar mau
bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin merupakan pribadi yang disukai
dan menjadi teladan bagi masyarakat yang dipimpinnya sehingga tujuan bersama dapat tercapai.
Soekanto (2001:318) mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin atau leader
untuk mempengaruhi orang yang dipimpin atau pengikutnya. Sehingga orang lain tersebut
bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara
kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai
kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban
yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan
meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak
dari warga masyarakat

B. Nilai-nilai Kepemimpinan
Nilai-nilai kepemimpinan adalah sejumlah sifat-sifat utama yang harus dimiliki seorang
pemimpin agar kepemimpinannya dapat efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Liadwiristanti mengemukakan beberapa nilai kepemimpinan yang perlu dimiliki
seorang pemimpin antara lain adalah sebagai berikut
1. Integritas dan Moralitas
Integritas menyangkut mutu, sifat dan keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Moralitas
menyangkut ahlak, budi pekerti, susila dan ajaran tentang baik dan buruk. Jadi serang pemimpin
dituntut memiliki integritas dan moralitas yang baik sehingga dapat terlihat kewibawaan dan
kejujuranya.
2. Tanggung Jawab
Pemimpin harus bertanggungjawab atas apa yang dilakukan dan tidak dilakukannya untuk
mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi. Hal itu dibutuhkan karena
pemimpin merupakan tonggak anggotanya.

35
3. Visi Pemimpin
Kepemimpinan seorang pemimpin nyaris identik dengan visi kepemimpinannya. Visi adalah
arah kemana organisasi dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin.
Jika seorang pemimpin tidak memiliki visi dalam organisasinya, maka organisasi tersebut tidak
akan berjalan karena tidak ada tujuan yang ingin dicapai.
4. Kebijaksanaan
Kebijakasanaan juga merupakan kearifan seorang pemimpin dalam memutuskan sesuatu
sehingga keputusannya adil dan bijaksana. Kebijaksanaan memiliki makna lebih dari kepandaian
atau kecerdasan.
5. Keteladanan
Keteladanan seorang pemimpin adalah sikap dan tingkah laku yang dapat menjadi contoh bagi
orang-orang yang dipimpinnya. Keteladanan berkaitan erat dengan kehormatan, integritas, dan
moralitas pemimpin
6. Menjaga Kehormatan
Seorang pemimpin harus menjaga kehormatan baik dirinya, anggotanya, maupun organisasinya.
Dengan cara tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela. Hal tersebut perlu dilakukan
karena segala perbuatan pemimpin dapat menjadi contoh bagi anggotanya.
7. Beriman
Beriman berarti meyakini bahwa Tuhan itu ada. Hal tersebut sangat penting karena pemimpin
adalah manusia biasa dengan semua keterbatasannya secara fisik, pikiran dan akal budi sehingga
banyak masalah yang tidak akan mampu dipecahkan dengan kemampuannya sendiri. Oleh
karena itu seorang pemimpin harus memiliki iman yang kuat dan beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
8. Kemampuan Berkomunikasi
Antara pemimpin dan yang dipimpin terdapat suatu ikatan kuat sebagai satu keutuhan dan
memiliki ketergantungan satu sama lain. Untuk mencapai hal tersebut maka seorang pemimpin
harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Sehingga mampu membangun
komunikasi dengan orang-orang yang dipimpinnya secara efektif dan efisien.
9. Komitmen Meningkatkan Kualitas SDM
Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai
penggerak untuk mencapai tujuan organisasi itu. SDM juga

36
merupakan faktor strategis dan penentu dalam kemajuan organisasi. Seorang pemimpin harus
memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan kualitas SDM, jika ingin organisasinya tetap
bertahaan dan berjalan.

C. Kepemimpinan Berdasarkan Kearifan Lokal


Kearifan lokal atau local wisdom amerupakan ide-ide atau gagasan lokal pada suatu tempat yang
bersifat bijaksana dan bernilai baik yang tumbuh dan berkembang serta menjadi pedoman bagi
masyarakatnya. Kearifan lokal adalah produk masyarakat masa lalu yang kemudian menjadi
unggulannya, yang digunakan secara terus menerus sehingga menjadi pegangan bagi masyarakat
setempat. Biasanya kearifan lokal menjadi sumber ilmu pengetahuan, sebagai dasar dalam
menetapkan kebijakan dan terintegrasi dalam kehidupan masyarakatnya. Kearifan lokal juga
diartikan sebagai suatu kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu daerah yang berpedoman
pada filosofi, nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional.
Menurut Wagiran, Ruang lingkup kearifan lokal dapat dibagi menjadi delapan, yaitu
1) Norma-norma lokal yang dikembangkan berupa pantangan dan kewajiban.
2) Ritual dan tradisi masyarakat serta makna dibaliknya.
3) Lagu-lagu rakyat, legenda, mitos dan cerita rakyat yang biasanya mengandung pelajaran
atau pesan-pesan tertentu.
4) Informasi data dan pengetahuan yang terhimpun pada diri sesepuh masyarakat, tetua adat,
pemimpin spiritual.
5) Manuskrip dan kitab-kitab suci yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat.
6) Cara komunitas lokal dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari.
7) Alat-bahan yang dipergunakan untuk kebutuhan tertentu.
8) Kondisi sumber daya alam atau lingkungan yang biasa dimanfaatkan dalam penghidupan
masyarakat sehari-hari.

1. Kepemimpinan Menurut Kearifan lokal Suku Batak


Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia, berdasarkan sensus dari
Badan Pusat Statistik pada tahun 2010. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk
mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan
Pantai Timur di Provinsi Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah
Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak/Dairi,

37
Simalungun, dan Toba. Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah
Sumatera Utara.
Wilayah pada masyarakat batak tradisional terdiri atas beberapa tingkatan yaitu: Huta,
Lumban/Horja dan Bius, tiap tingkatan dipimpin oleh seseorang yang disebut Raja dan
mempunyai tugas tanggung jawab dan fungsi masing-masing.
J.C. Vergouwen mendefenisikan makna huta (kampung) bagi orang Batak Toba sebagai: “sebuah
dunia kecil yang tertutup, satu kesatuan yang hidup dan terdiri dari sekelompok kecil orang yang
terikat satu sama lain secara alami, dan sudah lama hidup di tempat ini, tempat anak-anak
mereka lahir, tempat yang diharapkan menjadi kuburan mereka sendiri. Huta (kampung)
merupakan tempat tinggal dari orang Batak yang berasal dari satu nenek moyang (satu ompu)
dengan atau tanpa boru. Marga pendiri huta disebut marga raja (marga tano). Marga lain yang
tinggal di huta dinamakan marga boru, mereka tidak mempunyai hak atas tanah. Huta didirikan
oleh satu marga raja dan di dalam setiap huta Batak terdapat raja huta yaitu seorang dari pendiri
huta.
Horja adalah struktur dan organisasi wilayah yang terdiri dari beberapa wilayah huta, di mana
pimpinan horja dinamakan raja parjolo (terdepan) yang didampingi oleh beberapa raja partahi
(perencana). Dalam masyarakat Batak, pesta horja hanya dilaksanakan oleh mereka yang
semarga.
Bius adalah struktur wilayah dari sistem pemerintahan Harajaon Batak dengan wilayah tertentu
dan mempunyai rakyat serta pemerintahan. Bius adalah tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi
dalam masyarakat Batak Toba dan pemerintahan bius sangat bersatu dengan agama dan adat.
Wilayah bius terdiri dari beberapa horja. Kepala dan pimpinan bius disebut sebagai raja doli.
Pimpinan tertinggi dalam birokrasi tradisional Batak Toba di setiap wilayah disebut raja. Raja
adalah seorang pemimpin, penganyom, dan pemersatu rakyat. Pemimpin memiliki kedudukan,
kuasa dan wibawa yang khas yang berimplikasi terhadap hubungannya dengan rakyat dan dalam
pengambilan keputusan. Kekhasan tersebut didasarkan atas nilai budaya kerohanian dan
kemasyarakatan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsep raja bagi masyarakat Batak Toba bukan
sebagai kepala pemerintahan, namun lebih berkaitan dengan tanggung jawab, oleh karena itu raja
adalah seorang yang disegani, dihormati dan dipatuhi.
Semua posisi fungsional dalam kehidupan masyarakat dan status sosial dalam struktur relasional
budaya Batak Toba selalu disebut raja. Dalam struktur kultural relasional hal itu disebut Dalihan
Na Tolu, yang terdiri dari unsur kekeluargaan Batak:

dongan tubu, hula-hula, dan boru. Ketiga unsur relasi kultural ini disebut raja, sehingga ada raja
ni dongan tubu (raja dari teman semarga), raja ni hula-hula (raja dari pihak marga perempuan),
dan raja ni boru (raja dari keluarga yang beristerikan semarga pihak laki- laki). Ada juga raja ni
dongan sahuta (raja teman sekampung), bahkan raja na ginokkon atau raja na ro (raja dari
undangan atau raja yang diundang). Penyebutan raja juga dikenal kepada pelaksana tugas-tugas
fungsional yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, ada raja parhobas (raja pelayan),

38
ada raja bondar (raja tali air atau irigasi), bahkan ada nama seseorang raja napogos (raja yang
miskin). Di kalangan masyarakat Batak juga dikenal sebutan tangko raja (mencuri ala raja,
secara raja). Dari pemakaian kata raja di sini jelas menunjukkan sifat perilaku
(pangalaho/karakter) yang dimiliki seseorang.
Penyebutan raja terhadap pelaksana tugas-tugas fungsional dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Batak Toba merupakan hal yang lumrah, karena yang dituntut dan yang diharapkan
dari seorang pelaksana tugas fungsional adalah; karakternya, perilakunya, dalam bersikap dan
bertindak, berkomunikasi dan berpikir tentang tugas yang diembannya. Dalam pemahaman raja
sesuai dengan budaya Batak, peranan dan fungsinya tidak ada hubungannya dengan kekuasaan
politis, struktur dan hierarki kepemimpinan. Raja yang dikenal dan dipahami dalam budaya
Batak bukanlah raja politis. Dengan demikian, seorang raja, apa pun status sosialnya dan tugas
apa pun yang diemban dan dilakukannya, haruslah seorang yang memiliki sahala, wibawa, dan
terhormat. Raja na marsahala (raja yang memiliki sahala), adalah raja yang berwibawa, bijak,
memiliki otoritas spiritual, sehingga menjadi contoh dan panutan di tengah masyarakat.
Kriteria seseorang yang memiliki sahala, bijaksana dalam bertindak, adil terhadap semua orang,
pengayom dan penggembala masyarakat, solider, pemerhati, dan siap memberi pertolongan
kepada orang lain, memberi tumpangan, menjamu makan setiap tamu yang datang dan menjadi
pembimbing dalam kehidupan. Dengan kata lain, seorang yang memiliki sahala adalah bila ia
menjadi panutan, tau sitiruon jala siihuthonon, dalam kehidupan sehari-hari. Apabila ia memiliki
kriteria seperti itu, maka ia disebut, diakui, dan dipatuhi sebagai seorang raja. Jadi, kerajaannya
tidak bersifat politis, tetapi berdasarkan pada karakter dan perilakunya dalam kehidupan
masyarakat.
Secara umum sistem pemerintahan Tradisional Batak ini lebih banyak dilihat dari sudut
kejiawaan yang berhikmat. Hukum lahir memang kuat tetapi ikatan yang paling mendasar adalah
dari segi kerohanian yang dianggap Spritual. Dalam kehidupan orang

batak toba lahir nya anak laki laki merupakan lahirnya harapan penerus kepemimpinan “ marga
“, karena dalam kepemimpinan adat batak toba seorang laki laki yang akan menjadi pemimpin
dalam acara acara adat tertentu.mHarus memenuhi syarat “harajaon“ yang memiliki kriteria
syarat moral. Masyarakat sudah mulai melakukakan penggemblengan bibit, bebet, bobot pada
keturunannya. Masyarakat batak sangat menjunjung tinggi adatnya, untuk masyarakat batak
sebelum lahir kedunia pun sudah melakoni acara adat sampai seorang batak tersebut menjadi
tulang pun masih ada serangkaian acara adatnya.

2. Kepemimpinan Menurut Kearifan Lokal Minangkabau


Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat
Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi daerah Sumatera Barat, separuh daratan
Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh,
dan juga Negeri Sembilan di Malaysia.

39
Pemimpin menurut adat Minangkabau hanya ditinggikan sarantiang dan didahulukan salangkah
sehingga masyarakat masih bisa menjangkaunya dengan tangan dan masih dapat
mengingatkannya.
Syarat-syarat seseorang dipilih menjadi seorang pemimpin adalah memenuhi 4 sifat Nabi.
Pertama Siddiq, yaitu benar dan tidak merubah yang benar kepada yang salah. Kedua Tablig,
yaitu seorang pemimpin menyampaikan hukum syarak (agama) kepada seluruh rakyat atau kaum
kerabatnya, Ketiga : Amanah, yaitu memegang teguh kepercayaan yang telah diterima untuk
digunakan sepenuhnya pada masyarkat yang dipimpin, Keempat : Fathanah, yaitu cerdik dan
kuat dalam bekerja sehingga memberikan manfaat yang terbaik bagi masyarakat yang
dipimpinnya. Kemudian juga dapat menyelesaikan benang kusut atau permasalahan yang timbul
di tengah-tengah masyarakat. selain itu seorang seorang pemimpin juga harus mempunyai
loyalitas yang tinggi terhadap kaum, suku, anak kemenakan dan nagari, Berilmu pengetahuan
tentang adat dan agama dan lain lain, Adil dalam memimpin anak kemenakan dan keluarga,
Berani dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kebathilan, Taat menjalankan ajaran agama
dan adat, Tidak cacat moral dimata masyarakat dalam nagari.
Martabat seorang pemimpin di Minangkabau adalah Pertama, berakal dan kuat pendirian. Kedua,
berilmu, berpaham, berma’rifat wujud yakin, tawakal pada Allah. Ketiga, kaya dan miskin pada
hati dan kebenaran. Kempat, murah dan mahal pada laku

dan perangai yang berpatutan. Kelima, hemat dan cermat, mengenai awal dan akhir. Keenam,
ingat dan ahli pada adat.
Beberapa prinsip-prinsip kepemimpinan yang berasal dari kearifan lokal Minangkabau untuk
membentuk masyarakat yang kuat dan berkarakter, antara lain adalah
1) Kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka panghulu, panghulu barajo ka mufakat,
mufakat barajo ka nan bana : yaitu menegakkan kebenaran sesuai peraturan
2) Hilang nan ka mancari, anyuik ka maminteh, luluih nan ka manyalami : yaitu perhatian
yang besar pada masyarakat
3) Indak lamak karano santan, indak kuniang karano kunyik : yaitu berpendirian dan
berprinsip
4) Kato putuih, biang tabuak : yaitu bijaksana dalam mengambil keputusan,
5) Tinggi tampak jauah, gadang tampak ampia : yaitu dapat menempatkan diri
6) Bahari abih babadan litak, rantau jauah diulangi, rantau dakek dikana : yaitu senang dekat
dengan masyarakat
7) Bakato baiyo, bajalan bamolah, duduak surang basampik-sampik, duduak basamo
balapang-lapang : yaitu mengutamakan musyawarah
8) Kapai tampek batanyo, pulang tampek babarito : yaitu menjadi tumpuan masyarakat

40
9) Manimbang samo barek, maukua samo panjang, mamanggang samo merah : yaitu
bertindak adil
10) Tibo diparuik indak dikampihkan, tibo di dado indak dibusuangkan, tibo di mato indak
dipiciangkan : yaitu memperlakukan sama semua orang
11) Baalam laweh bapadang lapang : yaitu penyabar dan bisa menerima kritik
12) Didahulukan salangkah, ditinggikan sarantiang, dianjuang tinggi, diamba gadang : yaitu
dekat dengan masyarakat, jaraknya hanya selangkah
13) Singkek mauleh, lamah manahua, kurang manukuak, senteang mambilai : yaitu
dapat memberi bantuan
14) Kusuik ka manyalasai, karuah mampajaniah : yaitu dapat menyelesaikan masalah
15) Pusek jalo pumpunan ikan, bukik timbunan kabuik, taluak timbunan kapa : yaitu menjadi
tempat berpegang bagi masyarakat.
Perpaduan pola kepemiminan moderen dengan pola kepemimpinan tradisional Minangkabau
sangat diperlukan dalam memimpin, terutama di daerah dan di tengah- tengah masyarakat
Sumatera Barat.

3. Relevansi Sistem Kepemimpinan Tradisional Terhadap Pemilihan Pemimpin Masyarakat


Kini
Pemilihan pemimpin merupakan sebuah aktivitas politik dari masyakarat. Menurut Max Weber
ada empat alasan utama yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas politik, yakni:
1) Rasional nilai, yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan secara rasional akan nilai-
nilai suatu kelompok
2) Emosional efektif, yaitu alasan yang didasarkan atas kebencian atau sukacita terhadap
suatu ide organisasi, partai atau individu
3) Tradisional, didasarkan atas penerimaan norma tingkah laku Individu atau tradisi tertentu
dari suatu kelompok sosial
4) Rasional instrumental, yaitu alasan yang didasarkan atas kalkulasi untung rugi secara
ekonomi
Karakteristik sosial dan pengelompokkan-pengelompokkan sosial, usia, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, latar belakang, kegiatan-kegiatan dalam kelompok formal dan informal dan lainnya
memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku memilih seseorang.
Kelompok-kelompok sosial itu memiliki peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan
orientasi seseorang. Dalam banyak penelitian faktor agama, aspek geografis (kedaerahan) dan
faktor kelas atau status ekonomi (khususnya di negara-negara maju) memang mempunyai
korelasi nyata dengan perilaku pemilih.

41
Hak konstitusional masyarakat dalam memilih pasca reformasi mendapatkan tempat yang sangat
terhormat, namun pada era reformasi terjadi perubahan perilaku pemilih yaitu munculnya
pemilih sosiologis yang semakin kuat. Dalam perhelatan pemilukada dan pemilu, masyarakat
lebih cenderung memilih berdasarkan preferensi tertentu yang berbasis primordial, bahkan tidak
sedikit di ranah lokal/daerah politik identitas tidak terelakkan dalam kontestasi politik.
Masyarakat cenderung memilih dengan melihat latar belakang calon kandidiat yang didasarkan
pada ikatan suku/etnis, ras, agama, golongan, lebih utama dibandingkan dengan melihat rekam
jejak, visi misi dan program calon.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah suatu tindakan dalam bentuk mempengaruhi orang lain untuk mau dan
mampu bertindak, proses komunikasi untuk pengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok ke arah
pencapaian tujuan organisasi dalam suatu seni dan situasi tertentu, dan suatu proses agar mau
bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum sistem pemerintahan tradisional Batak dan Minangkabau lebih banyak dilihat dari
sudut pandang adat dan agama.
Masyarakat cenderung memilih dengan melihat latar belakang calon kandidiat yang didasarkan
pada ikatan suku/etnis, ras, agama, golongan, lebih utama dibandingkan dengan melihat rekam
jejak, visi misi dan program calon.

B. Saran
Penulis menyarankan pembaca untuk mencari informasi mengenai Konsep dan Nilai- nilai
Kepemimpinan Berdasarkan Kearifan Lokal dari berbagai sumber guna memperbanyak dan
memperlengkap wawasan dan ilmu pengetahuan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Bacaan Ananda, Azwar. 2012. “Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Pendidikan Karakter
Bangsa dan Strategi Pembelajaran Nilai” . Padang : Universitas Negeri Padang (UNP) Press
Bennis, Waren, Menjadi Pemimpin Efektif, Terjemahan Anna W Bangun Jakarta PT Alex Media
Komputerindo 1994
Corine. 2017. Kehidupan Politik Suatu Keresidenan di Sumatera&Tapanuli. Jakarta:
Pepustakaan Populer $ramedia
Fred. 2008. “Organizational Behavor”.Mc Graw Hill: New York. p.281
Gibson, Invancevich, Donnelly, Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, alih Bahasa Nunuk
Adiarni, Jakarta: Binarupa
M.S., Amir. 2007. ”Adat Minangkabau” : Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang. Jakarta :
PT.Mutiara Sumber

43
Widya. Mulyasa, H.E. 2013. ”Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013” . Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya Offset

44
 Kelompok VII
GAYA-GAYA KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI
ВАВ І
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gaya kepemimpinan telah menjadi perhatian utama dalam studi manajemen dan organisasi selama
berabad-abad. Dalam sejarah, pemimpin ditentukan oleh kepemilikan kekuasaan, hierarki, dan
kepatuhan. Namun, pandangan tentang kepemimpinan telah berkembang seiring berjalannya
waktu, dari pemimpin yang otoriter hingga pemimpin yang fokus pada tim partisipasi dan
pengembangan.
Gaya kepemimpinan merupakan salah satu cara bagi seorang pemimpin untuk mempengaruhi
bawahannya yang dapat dilihat dari pola tingkah laku dan atau kepribadiannya. Gaya
kepemimpinan merupakan faktor lingkungan intern yang sangat jelas akan memengaruhi
perumusan kebijaksanaan.
Gaya kepemimpinan dalam organisasi merupakan hal yang penting dan utama untuk berjalannya
suatu organisasi. Setiap individu memiliki keterbatasan, dan gaya kepemimpinan yang tepat dapat
membantu mengatasi keterbatasan tersebut. Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi
kinerja pegawai, motivasi, semangat kerja, dan pencapaian tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan
yang tepat dalam suatu organisasi akan mengantarkan organisasi itu dalam menuju kepada
peningkatan kinerja.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi gaya kepemimpinan ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan?
3. Apa saja macam-macam gaya kepemimpinan?
4. Apa saja peran gaya kepemimpinan dalam keberhasilan organisasi?
5. Bagaimana cara memilih gaya kepemimpinan yang cocok dalam berorganisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai penyelesaian tugas Mata Kuliah Kepemimpinan
2. Mengetahui pengertian Gaya kepemimpinan
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan
4. Mengetahui macam-macam gaya kepemimpinan

45
5. Mengetahui peran gaya kepemimpinan dalam keberhasilan organisasi
6. Mengetahui gaya kepemimpinan yang cocok dalam berorganisasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan mengacu pada pendekatan perilaku yang digunakan oleh pemimpin dalam
memengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan anggotanya. Setiap jenis gaya kepemimpinan
menentukan cara pemimpin dalam menerapkan rencana dan strategi untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan sekaligus memperhatikan harapan para pemangku kepentingan (stakeholder) serta
kesejahteraan dan keamanan anggota timnya.
Kepemimpinan yang efektif lebih banyak bergantung pada gaya kepemimpinan. Kemampuan
seorang pemimpin dalam mengambil kendali dan keputusan sangatlah penting. Selain itu,
seorang pemimpin perlu mengetahui gaya kepemimpinan yang efektif dan cocok diterapkan pada
organisasi atau situasi tertentu supaya mencapai keberhasilan. Intinya, memahami gaya
kepemimpinan membantu seorang pemimpin dalam mengambil kepemilikan, kontrol, dan
tanggung jawab terhadap ukuran dan lingkup tugas yang dihadapi.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan
Ada tiga faktor yang memengaruhi gaya kepemimpinan seseorang dalam memimpin anggota
timnya, yaitu:
1. Karakteristik pribadi pemimpin.
2. Kecakapan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang pemimpin.
3. Situasi dan kondisi yang berbeda akan membentuk gaya kepemimpinan yang berbeda
pula.

2.3 Macam-macam Gaya Kepemimpinan

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis


Macam gaya kepemimpinan yang pertama adalah gaya kepemimpinan otokratis. Gaya
kepemimpinan otokratis atau otoriter memusatkan kekuasaan penuh pada pemimpin. Biasanya,
para bawahan atau anggota tidak diberikan kebebasan untuk menentukan tujuan mereka sendiri.
Dalam arti, keputusan pemimpin bersifat mutlak, tidak bisa diganggu gugat, dan anggotanya
tidak diberi kesempatan berpendapat.

46
Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan, kebijakan, peraturan, dan
prosedur apa pun di perusahaan/organisasi. Terkadang, gaya kepemimpinan ini bisa berjalan
sukses, jika memang pemimpin punya pengalaman dan keterampilan maksimal. Namun,
kepemimpinan seperti ini juga bisa menjadi bumerang karena kemungkinan besar bawahannya
menjadi 'jengah'. Apalagi di zaman modern sekarang, kepemimpinan otokratis tidak relevan lagi
untuk diterapkan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Macam gaya kepemimpinan yang selanjutnya adalah gaya kepemimpinan demokratis. Dalam
konsep kepemimpinan demokratis, anak buah (bawahan) mempunyai peranan penting dan
dilibatkan dalam setiap keputusan. Setiap bawahan diberikan tugas dari atasan sesuai dengan
kemampuan atau keahlian masing-masing. Kreativitas, kejujuran, usaha, dan tanggung jawab,
sangat terlihat jelas lewat gaya kepemimpinan yang satu ini. Komunikasi yang terjalin dari gaya
kepemimpinan ini bersifat dua arah, di mana setiap bawahan dapat menyampaikan masukan jika
diperlukan. Sosok pemimpin dengan gaya kepemimpinan demokratis akan disegani oleh
bawahan, bahkan difavoritkan.
3. Gaya Kepemimpinan Birokrasi

Macam gaya kepemimpinan yang selanjutnya adalah gaya kepemimpinan birokrasi. Di sini,
pemimpin tidak hanya bertugas sebagai atasan, tapi juga harus memastikan bahwa semua aturan
dipatuhi oleh karyawan. Kepemimpinan birokrasi ini cukup efektif untuk memantau hasil kerja
rutin dari para karyawan. Jadi, sekiranya ada karyawan yang malas-malasan atau tidak
menunjukkan kinerja baik, atasan bisa segera mengambil sikap.
4. Gaya Kepemimpinan Karismatik
Macam gaya kepemimpinan yang selanjutnya adalah gaya kepemimpinan karismatik. Kata
'karisma' yang berasal dari bahasa Yunani sebagai suatu sifat tertentu dari seseorang. Karisma
dipandang sebagai kemampuan atau kualitas istimewa manusia yang tidak dimiliki oleh orang
dewasa. Berdasarkan hal itu, pemimpin yang baik adalah seseorang yang memiliki karisma di
dalam dirinya. Seorang pemimpin karismatik memiliki rasa kepercayaan diri yang kuat, sehingga
mampu memengaruhi anak buahnya. Dengan pembawaan seperti itu, pemimpin karismatik akan
membuat orang kagum, yakin, dan benar-benar percaya.
5. Gaya Kepemimpinan Inovatif
Macam gaya kepemimpinan yang selanjutnya adalah gaya kepemimpinan inovatif. Setiap
organisasi maupun perusahaan selalu membutuhkan inovasi berkelanjutan. Untuk mencapai hal
tersebut, sangat diperlukan sosok pemimpin dengan pribadi yang inovatif pula. Pasalnya, itu
nanti akan berpengaruh pada bagaimana cara ia memimpin organisasi atau perusahaan. Inilah
yang dikenal dengan gaya kepemimpinan inovatif atau innovative leadership style.
Gaya kepemimpinan inovatif lebih mengarah pada perusahaan yang memproduksi produk,
layanan, dan jasa. Tipe pemimpin seperti ini akan mengarahkan setiap karyawan memiliki ide-

47
ide segar demi kemajuan perusahaan. Di sisi lain, ia akan menerapkan prinsip trial and error dan
berani mengambil risiko apa pun dalam setiap keputusan.
6. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Macam gaya kepemimpinan yang selanjutnya adalah gaya kepemimpinan partisipatif. Partisipatif
merupakan gaya kepemimpinan yang mengarah pada kepercayaan dan loyalitas dari bawahan ke
pemimpin. Dalam hal ini, baik pimpinan maupun bawahan akan terlibat bersama menentukan
kebijakan dan aturan lainnya.

7. Gaya Kepemimpinan Transaksional


Macam gaya kepemimpinan yang selanjutnya adalah gaya kepemimpinan transaksional. Gaya
kepemimpinan transaksional mengutamakan berbagai kesepakatan antara pimpinan dan
anggotanya. Bentuk kesepakatan tersebut berupa reward (hadiah/penghargaan) dan punishment
(hukuman/sanksi). Kesepakatan ini akan 'memancing' semangat para anggota bekerja sebaik-
baiknya untuk memperoleh penghargaan. Sementara, bagi mereka yang tidak sanggup mencapai
tujuan, maka harus siap menerima segala bentuk sanksi.
8. Gaya Kepemimpinan Delegatif
Macam gaya kepemimpinan yang selanjutnya adalah gaya kepemimpinan delegatif. Hampir
mirip dengan gaya kepemimpinan demokratis, di mana seorang atasan memberi kepercayaan
pada tim yang ia pimpin. Dari sini, dapat terlihat bagaimana cara pemimpin meningkatkan
kerjasama antara dirinya dan anggota tim dalam menyelesaikan tugas. Sembari bekerja sama,
pemimpin tipe ini bisa sekaligus mengawasi jalannya sistem agar tidak 'kebablasan'. Umumnya,
cara memimpin seperti ini ditemukan pada perusahaan start-up yang masih berkembang.
9. Gaya Kepemimpinan Situasional

Macam gaya kepemimpinan yang selanjutnya adalah gaya kepemimpinan situasional. Seperti
namanya, gaya kepemimpinan situasional menekankan pada pengaruh lingkungan dan situasi.
Dalam penerapannya, gaya kepemimpinan situasional terbagi menjadi 2 (dua) teori, antara lain:
A. Teori kepemimpinan Hersey dan Blanchard
=> Model kepemimpinan ini pertama kali diterbitkan pada 1969. Ada empat gaya kepemimpinan
dari teori ini. Di antaranya, gaya bercerita, gaya penjualan, gaya berpartisipasi, dan gaya
mendelegasikan.
B. Teori kepemimpinan SLII Blanchard
=> Untuk model SLII Blanchard ini, ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatian, yakni
pengarahan, pembinaan, pendukung, dan delegasi.

48
10. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Macam gaya kepemimpinan yang selanjutnya adalah gaya kepemimpinan transformasional.
Secara sederhana, kepemimpinan transformasional diartikan sebagi proses mengubah dan
mentransformasikan individu menuju perubahan. Di dalamnya, pemimpin terlibat untuk
memenuhi kebutuhan para karyawan agar kualitas mereka semakin meningkat.
Terdapat empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional, yang dikenal sebutan 4 I,
yaitu:
a. Idealized influence: pemimpin merupakan sosok ideal sebagai panutan yang dipercaya
dan dihormati.
b. Inspirational motivation: pemimpin dapat memotivasi seluruh karyawan dan mendukung
semangat tim.
c. Intellectual Stimulation: pemimpin dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi pada
karyawan.
d. Individual consideration: pemimpin bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi para
karyawan.
2.4 Peran Gaya Kepemimpinan dalam Keberhasilan Organisasi
Gaya kepemimpinan yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi.
Berikut ini beberapa uraian penting yang menunjukkan peran gaya kepemimpinan dalam
mencapai tujuan organisasi.
1. Pentingnya Gaya Kepemimpinan dalam Manajemen Organisasi
Gaya kepemimpinan yang efektif sangat penting dalam manajemen organisasi. Seorang
pemimpin yang baik dapat memotivasi karyawan untuk bekerja lebih produktif dan mencapai
target yang ditetapkan. Pemimpin yang tepat juga meningkatkan komunikasi dan kerja sama
antaranggota tim sehingga memperkuat keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
2. Kaitan Antara Gaya Kepemimpinan dan Budaya Kerja
Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap budaya kerja di suatu organisasi. Seorang pemimpin
yang menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat akan memperkuat nilai dan norma yang
dipegang teguh oleh sebuah organisasi. Alhasil, mereka bisa meningkatkan rasa kebersamaan
dan keterlibatan karyawan dalam mencapai tujuan organisasi.
3. Manfaat Memiliki Gaya Kepemimpinan yang Tepat
Memiliki gaya kepemimpinan yang tepat dapat memberikan banyak manfaat bagi organisasi.
Pemimpin yang baik dapat meningkatkan motivasi, kepercayaan, dan kinerja karyawan sehingga
menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif. Selain itu, pemimpin yang tepat

49
juga dapat meminimalkan konflik dan meningkatkan efektivitas tim dalam mencapai tujuan
organisasi.
2.5 Cara Memilih Gaya Kepemimpinan yang Cocok dalam Berorganisasi
Mengetahui gaya kepemimpinan mana yang paling cocok untuk Anda adalah bagian dari
menjadi pemimpin yang baik. Mengembangkan gaya dengan kemampuan untuk memperluas ke
gaya lain sesuai situasi dapat membantu meningkatkan efektivitas kepemimpinan Anda. Berikut
ini cara memilih gaya kepemimpinan yang harus Anda terapkan dalam organisasi adalah:
1. Kenali Diri Anda
Mulailah dengan meningkatkan kesadaran Anda tentang gaya kepemimpinan dominan Anda.
Anda dapat melakukan ini dengan meminta kolega tepercaya untuk menjelaskan kekuatan gaya
kepemimpinan Anda. Anda juga dapat mengikuti penilaian gaya kepemimpinan.
2. Pahami Gaya yang Berbeda
Kenali repertoar gaya kepemimpinan yang dapat bekerja paling baik untuk situasi tertentu.
Keterampilan baru apa yang perlu Anda kembangkan?
3. Latihan Menjadikan Seorang Pemimpin
Bersikaplah tulus dengan pendekatan apa pun yang Anda gunakan. Beralih dari gaya
kepemimpinan dominan ke gaya kepemimpinan lain mungkin menantang pada awalnya.
Praktikkan perilaku baru hingga menjadi alami. Dengan kata lain, jangan gunakan gaya
kepemimpinan yang berbeda sebagai pendekatan "tunjuk-dan-klik".
4. Kembangkan Ketangkasan Kepemimpinan Anda
Gaya kepemimpinan tradisional masih relevan di tempat kerja saat ini, tetapi mereka mungkin
perlu dikombinasikan dengan pendekatan baru sejalan dengan definisi kepemimpinan untuk abad
ke

50
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
seorang pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan yang tepat serta sesuai kondisi
dan situasi yang dihadapinya. Seorang pemimpin juga perlu mengenal dirinya sendiri terlebih
dahulu sebelum menentukan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kepribadiannya. Bukan
hanya gaya kepemimpinan, seorang pemimpin juga perlu memiliki karakter seorang pemimpin
yang sesungguhnya (terbaik) supaya lebih efektif dalam mengarahkan anggota tim.
3.2 Saran
Kami berharap makalah tentang gaya gaya kepemimpinan dalam organisasi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi para calon pendidik dan teknisi. Saran dari kami
adalah agar para calon pendidik dan teknisi nantinya dapat menjadi pendidik dana teknisi yang
professional. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca.

51
DAFTAR PUSTAKA

https://greatnusa.com/artikel/gaya-kepemimpinan/
https://www.liputan6.com/hot/read/4589668/10-macam-gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi-
dilengkapi-pengertian-dan-cara-memilihnya?page=3

52
 Kelompok VIII
IMPLEMENTASI GAYA GAYA KEPEMIMPINAN DALAM
PENYELESAIAN PERMASALAHAN ORGANISASI
ВАВ І
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu organisasi, faktor kepemimpinan memegang peranan yang penting karena
pemimpin itulah yang akan menggerakkan dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan
dan sekaligus merupakan tugas yang tidak mudah. Tidak mudah, karena harus memahami setiap
perilaku bawahan yang berbeda-beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa sehingga bisa
memberikan pengabdian dan partisipasinya kepada organisasi secara efektif dan efesien. Dengan
kata lain, bahwa sukses tidaknya usaha pencapain tujuan organisasi di tentukan oleh kualitas
kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan dapat dianggap “modalitas” dalam kepemimpinan, dalam arti sebagai cara-
cara yang disenangi dan digunakan oleh seseorang sebagai wahana untuk menjalankan
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan ini dikembangkan setiap saat dan yang dipelajari oleh
pihak lain untuk mengeal atau menilai kepemimpinan seseorang. Namun demikian, gaya
kepemimpinan seseorang tidaklah bersifat jauh (fixed).

Demikian, perlunya implementasi gaya kepemimpinan seorang pemimpin pada suatu organisasi
atau perusahaan. Gaya kepemimpinan adalah hal yang penting diperhatikan. Gaya
kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, memotivasi, dan
membuat orang lain mampu berkontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi.
Sedangkan istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau
tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing atau
menuntun dan kata benda “pemimpin” yaitu orang yang berfungsi memimpin atau yang
membimbing atau menuntun.

Terry (1960), menganggap kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruh orang agar
bekerja dengan rela untuk mencapai tujuan bersama. Adapun Bass dan Stogdill (1990),
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas suatu kelompok
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

53
Anoraga (1992), menemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi
pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk
menggerakan orangorang agar penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti
kehendak pimpinan itu.

Ada bermacam-macam pengertian mengenai kepemimpinan yang diberikan oleh para ahli.
Namun, pada intinya, kepemimpinan adalah suatu proses kegiatan seseorang untuk
menggerakkan orang lain dengan memimpin, membimbing, mempengaruhi orang lain, untuk
melakukan sesuatu agar dicapai hasil yang diharapakan

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari kepemimpinan
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kepemimpinan
3. Implementasi gaya-gaya kepemimpinan dalam penyelesaikan permasalahan organisasi

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya adalah unuk:
1. Mengetahui pengertian dari kepemimpinan
2. Mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi kepemimpinan

3. Mengetahui Implementasi gaya-gaya kepemimpinan dalam penyelesaikan permasalahan


organisasi

54
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Secara harfiah kepemimpinan atau leadership berarti adalah sifat, kapasitas dan kemampuan
seseorang dalam memimpin. Beberapa pengertian kepemimpinan Menurut para ahli:
● Charteris-Black (2007), definisi dari kepemimpinan adalah “leadership is process
whereby an individual influence a group of individuals to achieve a common goal”.
Kepemimpinan adalah sifat dan nilai yang dimiliki oleh seorang leader.
● Miftah Thoha, menjelaskan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perseorangan maupun
kelompok.
● Hadari, memandang kepemimpinan dari dua konteks, struktural dan nonstruktural. Dalam
konteks struktural kepemimpinan diartika sebagai proses pemberian motivasi agar orang-orang
yang dipimpin melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
Adapun dalam konteks nonstruktural kepemimpinan dapat diartikan sebgai proses memengaruhi
pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengerahkan semua fasilitas untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama.
● Tanembaum dan Massarik menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses atau
fungsi sebagai suatu peran yang memerintah
● Harold Kontz menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh, seni atau proses
memengaruhi orang sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan
kemauan dan antusias.
Maka dari beberapa defenisi para ahli yang disampaikan diatas dapat kita simpulkan bahwa
kepemimpian merupakan usaha untuk memengaruhi orang lain dengan memberikan motivasi dan
arahan agar bekerja sama dengan kita dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

55
2.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan

Menurut Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan


adalah
1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader).
2. Adanya orang lain yang dipimpin
3. Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan
mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam
organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Davis menyimpulkan ada empat faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan dalam organisasi, yaitu :
● Kecerdasan : seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan yang melebihi para
anggotanya
● Kematangan dan keluasan sosial(Social manutary and breadth) : seorang pemimpin
biasanya memiliki emosi yang stabil, matang, memiliki aktivitas dan pandangan yang ckup
matang
● Motivasi dalam dan dorongan prestasi(Inner motivation and achievement drives) : dalam
diri seorang pemimpin harus mempunyai motivasi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan
● Hubungan manusiawi : pemimpin harus bisa mengenali dan menghargai para anggotanya
Menurut Greece, di dalam suatu organisasi, hubungan antara bawahan dengan pimpinan bersifat
saling mempengaruhi.
2.3 Implementasi Gaya-gaya Kepemimpinan Dalam Penyelesaian Permasalahan
Organisasi
Dalam kepemimpinanan pada umumnya menjelaskan tentang bagaimana seseorang menjadi
pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang sesuai dalam kepemimpinannya serta syarat-syarat apa

56
saja yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. Pada sub-bab ini khusus membahas
tentang implementasi Gaya kepemimpinan dalam menyelesaikan permasalahan organisasi. Gaya
kepemimpinan sendiri merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya yang
dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian. Pemimpin merupakan seseorang
yang memiliki suatu program dan yang berperilaku secara bersama-sama dengan anggota
kelompok dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu. Kepemimpinan mempunyai peranan
sebagai kekuatan dinamik yang mendorong, memotivasi, dan mengoordinasikan perusahaan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi gaya kepemimpianan adalah
perilaku seorang pemimpin untuk melaksanakan bagaimana gaya-gaya kepemimpinan tersebut
bekerja dalam menyelesaikan permasalahan dalam suatu organisasi.

a. Implementasi Gaya Kepemimpinan Demokratis Dalam Menyelesaikan Permasalahan


organisasi
Gaya kepemimpinan demokratis adalah Kepemimpinan yang berorientasi pada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Dalam gaya kepemimpinan
demokratis, anggota organisasi/kelompok diberikan kebebasan dalam mengutarakan pendapat,
ide ataupun gagasan. Atasan lebih menonjolkan kesederajatan dan sering melakukan interaksi,
konsultasi atau musyawarah dengan bawahan sebelum mengambil keputusan.

b. Implementasi Gaya Kepemimpinan Konsultatif Dalam Menyelesaikan Permasalahan


organisasi
Gaya kepemimpinan konsultatif adalah gaya kepemimpinan yang suka berdiskusi dengan
bawahan sebelum membuat keputusan. Tetapi, mereka tetap mempertahankan otoritas
pengambilan keputusan akhir. Keterlibatan bawahan dalam hal ini sangat besar dalam proses
pengambilan keputusan hingga apapun yang ditentukan oleh atasan. Jika dalam gaya
kepemimpinan demokratis peran bawahan menjadi sangat penting karena memiliki derajat yang
sama besarnya dengan atasan dalam mengambil keputusan. Sementara dalam gaya
kepemimpinan konsultatif ini, peran bawahan juga tetap cukup besar, namun sifatnya hanya
menjadi konsultan bagi atasan.

c. Implementasi Gaya Kepemimpinan Delegator Dalam Menyelesaikan Permasalahan


organisasi
Gaya kepemimpinan delegator atau delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan dimana
pemimpin lebih sering terlihat sedang berada di kursi belakang dari tim kerja yang dibentuk
olehnya, baik dalam menyelesaikan pekerjaan maupun dalam pengambilan sebuah keputusan.
Para bawahan dituntut untuk membereskan masalah sesuai dengan cara mereka dan termasuk
tenggat waktu mereka sendiri gaya kepemimpinan seperti ini digunakan untuk membuat
keputusan dan bekerja sama.

57
d. Implementasi Gaya Kepemimpinan Instruktif Dalam Menyelesaikan Permasalahan
organisasi
Gaya kepemimpinan instruktif adalah gaya yang menekankan instruksi atau pengarahan
langsung dari atasan kepada bawahannya. Biasanya sifat instruksi atau pengarahan itu sendiri
sangat spesifik. Seperti tugas apa yang harus dilakukan, bagaimana hingga kapan harus
dilakukan. Inisiatif pemecahan masalah dan pengambilan keputusan semata-mata dilakukan oleh
pemimpin
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diumumkan oleh pemimpin, dan pelaksanaanya
diawasi secara ketat oleh pemimpin

e. Implementasi Gaya Kepemimpinan Otokratis Dalam Menyelesaikan Permasalahan


organisasi
Gaya kepemimpinan otokratis, juga dikenal sebagai kepemimpinan otoriter, adalah gaya
manajemen di mana satu pemimpin memegang kekuasaan untuk membuat keputusan tanpa
masukan dari orang lain. Pemimpin sangat dominan dalam setiap pengambilan keputusan dan
setiap kebijakan, peraturan, prosedur diambil dari idenya sendiri. Kepemimpinan jenis ini
memusatkan kekuasaan pada dirinya sendiri.

f. Implementasi Gaya Kepemimpinan Partisipatif Dalam Menyelesaikan Permasalahan


organisasi
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gaya kepemimpinan yang mana pemimpin berinisiatif
untuk melibatkan setiap anggota timnya dalam pengambilan keputusan. Pemimpin mengajak dan
memberi kesempatan agar setiap bawahannya terlibat aktif dan sama-sama mengambil peran.
Sharing dalam pemecahan masalah dengan bawahan dengan melakukan konsultasi dengan
bawahan sebelum membuat keputusan. Kepemimpinan partisipatif berhubungan dengan
pengunaan berbagai prosedur keputusan yang memperbolehkan pengaruh oranglain
mempengaruhi keputusan pemimpin.

g. Implementasi Gaya Kepemimpinan Situasional Dalam Menyelesaikan Permasalahan


organisasi
kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-
beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya. Menerapkan jenis kepemimpinan
situasional lebih sering menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap
perkembangan para anggota yakni sejauh mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap
tugas. Gaya kepemimpinan situasional mencoba mengkombinasikan proses kepemimpinan

58
dengan situasi dan kondisi yang ada. Setidaknya ada 4 gaya yang diterapkan oleh pemimpin jenis
ini, diantaranya:
● Telling-Directing (memberitahu, menunjukkan, memimpin, menetapkan),
● Selling-Coaching (menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk),
● Participating-Supporting (mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama),
● Delegating (mendelegasi, pengamatan, mengawasi, penyelesaian).

h. Implementasi Gaya Kepemimpinan Birokratis Dalam Menyelesaikan Permasalahan


organisasi
Gaya kepemimpinan birokratis adalah gaya memimpin yang mengacu pada peraturan. Tanda-
tanda yang paling mudah dikenali dari seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan
birokratis adalah perilaku taat prosedur. Ketaatan ini tidak hanya berlaku untuk dirinya sebagai
atasan namun juga untuk bawahan yang berada dalam kepemimpinannya. Keputusan yang
diambil biasanya berpusat pada atasan. Semua keputusan yang dibuat dan berkaitan dengan
pekerjaan akan ditentukan oleh atasan.

i. Gaya Kepemimpinan Permisif


Gaya Kepemimpinan Permisif merupakan pemimpin yang tidak mempunyai pendirian yang
kuat, sikapnya serba boleh. Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahannya, sehingga
bawahan tidak mempunyai pegangan yang kuat terhadap suatu permasalahan.

59
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

• Kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan


berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya.
• Gaya kepemimpinan birokratis adalah gaya memimpin yang mengacu pada peraturan.
• Gaya Kepemimpinan Permisif merupakan pemimpin yang tidak mempunyai pendirian
yang kuat, sikapnya serba boleh.

3.2 Saran

Berdasarkan penulisan makalah ini, maka penulis menyampaikan beberapa saran yaitu,
mahasiswa sebaiknya mengambil materi dari sumer-sumber terpercaya baik berupa buku, jurnal
maupun website yang jelas dalam penulisan setiap makalah maupun karya ilmiah lainnya. Dan

60
kami sebagai penyusun juga masih menganggap bahwa makalah kami masih belum sempurna,
maka dari itu kami mohon untuk pembaca memberi kritik dan saran terhadap makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

Lumban Gaol, N. T. (2017). Teori dan Implementasi Gaya Kepemimpinan Kepala `Sekolah.
Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, 4(2), 213.

https://doi.org/10.24246/j.jk.2017.v4.i2.p213-219

https://salamadian.com/teori-model-jenis-macam-gaya-kepemimpinan/

https://www.finansialku.com/gaya-kepemimpinan-dalam-organisasi-teori-kepemimpinan/

61
 Kelompok IX
PERAN PEMIMPIN DALAM PENDELEGASIAN WEWENANG
KEPEMIMPINAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu masalah yang paling populer dewasa ini adalah masalah kepemimpinan.
Pentingnya manajemen merupakan salah satu alat dalam kehidupan suatu organisasi, terutama
dalam bidang kehidupan manusia selalu mendapat perhatian khusus. Dalam hal ini selalu dititik
beratkan kepada pimpinan. Pimpinanlah yang merupakan motor penggerak dari sesuatu usaha atau
kegiatan. Pimpinan tersebut harus mampu melaksanakan fungsi- fungsi manajemen, terutama
dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan yang dapat mempermudah pencapaian tujuan
dari organisasi itu secara efektif dan efisien.Seperti yang kita ketahui dalam suatu organisasi atau
kelompok memerlukan seorang pemimpin yang baik. Yang dapat berfungsi sebagai Planing,
organization, actuating, controlling.

Dunia yang sudah sangat maju kini, kita sangat harus sangat bisa bersaing dalam berbagai hal,
contohnya tentang manajemen yakni salah satu nya wewenang, wewenang ialah sesuatu sikap
untuk mengatur dan memberi pengarahan kepada bawahan, wewenang yang harus dimiliki
pemimpin ialah wewenang yang sangat-sangat baik dalam hal apapun, melatar belakangi
pembuatan makalah yang berjudul “Peran Pemimpin dalam Pendelegasian Wewenang” yakni
ingin mempelajari dan memperdalam tentang ilmu manajemen khususnya tentang pendelegasian
wewenang.

62
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa itu Delegasi?
3. Bagaimana pendapat para ahli tentang delegasi?
4. Apasaja kegiatan ketika delegasi dilakukan?
5. Manfaat pendelegasian wewenang?
6. Apa itu delegasi pemimpin?
7. Apas aja peran pemimpin dalam pendelegasian wewenang?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah yang berjudul “Peran Pemimpin dalam Pendelegasian
Wewenang” ini adalah untuk memperdalam ilmu kepemimpinan, untuk mengetahui bagaimana
seluk beluk tentang ilmu kepemimpinan.

1.4 Manfaat
Kita dapat belajar bersama dan dapat memahami akan penting nya pemimpin dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya bagi penyusun sendiri dapat lebih memahami Apa itu wewenang dan
tanggung j

63
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Delegasi, Pendelegasian, Delegasi wewenang dan, Kepemimpinan


Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Pendelegasian adalah pelimpahan
kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang
sifatnya rutinitas sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat
menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang manajer.

Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya / bawahannya


untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu
bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat
melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan
hal-hal yang didelegasikan kepadanya, (Manulang,1988) Pendelegasian merupakan proses
penugasan, wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan. (Sujak, 1990)

Delegasai wewenang adalah proses yang paling fundamental dalam organisasi, sebab
pimpinan tak kan sanggup melakukan segala sesuatu dan membuat setiap keputusan.
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar
menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi
wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang


lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan yang
diinginkan pihak lainnya.

64
2.2 Pendelegasian Wewenang Pendapat Para Ahli
Ralph C Davis

Delegation of Authority is merely the phase of the process in wich Authorityof assigned
function is released to position to be exercise by their incumbent.

Artinya;

Pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses ketika penyerahan wewenang,
berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan pertanggungjawaban.

Malayu S.P. Hasibuan

Pendelegasian wewenang adalah memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang oleh


delegator kepada delegate untuk dikerjakannya atas namadelegator.

2.4 Kegiatan Terjadi Ketika Delegasi Dilakukan


a. Pendelegasian menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan.
b. Pendelegasian melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai ujuan
atau tugas.
c. Penerimaan delegasi, yang menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab.
d. Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang
dicapai.

2.5 Manfaat Pendelegasian Wewenang


1. Pemimpin memiliki banyak kesempatan untuk mencari dan menerima peningkatan
tanggungjawab dari tingkatan manajer yang tinggi
2. Memberikan keputusan yang lebih baik
3. Pelimpahan yang efektif mempercepat pembuatan keputusan
4. Melatih bawahan memikul tanggungjawab, melakukan penilaian dan
meningkatkan keyakinan diri serta kesediaan untuk berinisiatif

65
2.6 Delegasi Pemimpin
a. Seorang pemimpin menghadapi lebih banyak pekerjaan lebih dari normal
dapat dilaksanakan oleh 1 (satu) orang.
b. Mendelegasikan kekuasaan merupakan langkah penting untuk mengembangkan
para bawahan.
c. Kelancaran organisasi diperlukan oleh suatu perusahaan, apabila para manajer
berhalangan, tugas-tugasnya dapat dilaksanakan orang lain.
d. Mendelegasikan wewenang adalah anak kunci organisasi.

2.7 Peran Pemimpin dalam Pendelegasian Wewenang


 Menetapkan atau memberi tanggung jawab kepada seseorang. Hal ini
menimbulkan agar seseorang bertanggung jawab dengan tugas sekaligus untuk
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
 Memberikan wewenang untuk berbuat sesuatu. Yaitu hak melakukan sesuatu
dengan berbagai cara yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang diberikan.
 Membuat suatu pertanggung jawaban yang berkewajiban secara langsung dan
menyelesaikan tugas yang sudah disepakati.

66
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran pemimpin adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya / bawahannya
untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu
bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat
melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal-
hal yang didelegasikan.

3.2 Saran
Melalui pembahasan Peran Pemimpin dalam Pendelegasian Wewenang ini, diharapkan
agar kita mengetahui atau memahami arti pendelegasian, wewenang, dan peran pemimpin dan
dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

67
DAFTAR
PUSTAKA

http://putrik943.blogspot.com/2016/01/tugas-makalah-kelompok-kepemimpinan.html
https://www.google.com/search?q=peran+pemimpin+dalam+suatu+pendelegasian+wewenan
g&oq=peran+&aqs=chrome.1.69i57j35i39l2j69i59j69i60l2.10336j0j4&sourceid=chrome&ie
=UTF-8
https://blingjamong.files.wordpress.com/2014/02/leader.jpg
https://blingjamong.files.wordpress.com/2014/02/leader.jpg

68
 Kelompok X
Peran Pemimpin Dalam Pengambilan keputusan Dan
Kebijakan Organisasi
ВАВ І
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia
selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok
baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tidak
mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah
saling menghormati & menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur
adalah impian setiap insan. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding
makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah & memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah
manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Jika manusia berjiwa
pemimpin, maka akan dapat mengelola.

1.2 Rumusan Masalah


1. Menjelaskan pengertian Peran kepemimpinan.
2. Menjelaskan bagaimana pengambilan keputusan
3. Menjelaskan Langkah-langkah pengambilan keputusan
4. Bagaimana Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu peran kepemimpinan
2. Untuk mengetahui bagaimana pengambilan keputusan
3. Untuk mengetahui langkah-langkah pengambilan keputusan
4. Untuk mengetahui peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan

69
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peran Kepemimpinan


Sebelum membahas tentang pembagian peran kepemimpinan terlebih dahulu kita
akan memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah
adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah
pencapaian tujuan. Dalam pengertian lain kepemimpinan adalah kemampuan dan
keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk
mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian
rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam
pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan pengertian peran adalah perilaku yang diatur dan
diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan
dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Beberapa
peran/fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan
bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat – manfaat
tersebut antara lain :
a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk
memutuskan apa yang akan dilakukan
b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan – keputusan yang
berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui
c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan
dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :
1. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan
darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
2. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan – kegiatan
yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan penentukan prosedur – prosedur yang
diperlukan.
Setiap rencana yang baik akan berisi :
a. Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami

b. Penggunaan sumber – sumber enam M s7e0cara tepat


c. Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut
2. Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu
mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini
memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat
berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan.
Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam
maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul,
baik yang kecil maupun yang besar.

3. Fungsi pengembangan loyalitas


Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga unutk para
pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini,
seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata,maupun
tingkah laku sehari – hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak
pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan –hambatan
dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung
menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah
dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan
keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan,
komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya.
Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya
agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya.
Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat
diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan
dihargai oleh pemimpinnya.
Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan
terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah
sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang
setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi fungsi ini sebaikbaiknya, seorang
71
pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai
sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada mereka.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik,
antara lain:
1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau
penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang
bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan dan
perkembangan
5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau
menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.

2.2 Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi
manajemen.. Misalnya, saat manajer merencanakan, mengelola, mengontrol, mereka
membuat keputusan. Akan tetapi, ahli teori klasik tidak menjelaskan pengambilan keputusan
tersebut secara umum. Pelopor teori manajemen seperti Fayol dan Urwick membahas
pengambilan keputusan mengenai pengaruhnya pada delegasi dan otoritas, sementara bapak
manajemen-Frederick W. Taylor- hanya menyinggung metode ilmiah sebagai pendekatan
untuk pengambilan keputusan. Seperti kebanyakan aspek teori organisasi modern, analisis
awal pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada Chester Barnard. Dalam The Functions of
the Exec Barnard memberikan analisis komprehensif mengenai pengambilan keputusan
menyatakan "Proses keputusan merupakan teknik untuk mempersempit pilihan."
Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakterbagi seorang
pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil baik atau
buruk tidak hanya dinilai setelah konsekuensinya terjadi, melainkan melalui berbagai
pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu
bentuk kepemimpinan, sehingga:
1. Teori keputusan adalah merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan
menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, di sini keputusan lebih bersifat perspektif
daripada deskriptif.
2. Pengambilan keputusan adalah proses mental di mana seorang manajer memperoleh
dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk
menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer secara individual dan
dalam tim, mengatur, dan mengawasi, terutama 7i2n formasi bisnisnya.
3. Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan
untuk mengatasi masalah (Yulidawati, 2019)
Apabila dihubungkan dengan perilaku organisasi, ada dua teori pengambilan keputusan,
yaitu:
1. Teori Pengambilan Keputusan yang Bersifat Normatif
Teori ini sering pula disebut teori preskriptif, karena menurut teori ini proses pengambilan
keputusan harus diatur dengan prosedur dan ketentuan tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa
bila prosedur diikuti dengan baik, keuntungan akan lebih besar dan biaya akan berkurang atau
mencegah kerugian. Teori ini didasarkan atas 3 (tiga) asumsi, yaitu:
1. Bahwa manusia adalah mahluk ekonomis yang selalu berusaha untuk memaksimasi
sesuatu, seperti keuntungan, penghasilan, dan kepuasan.
2. Bahwa si pengambil keputusan adalah orang yang mempunyai pengetahuan yang
lengkap, yang tidak saja mengetahui tentang pilihan yang tersedia, tetapi juga segala
konsekuensinya.
3. Bahwa si pengambil keputusan mempunyai daftar urutan kesenangan yang dapat
mengurutkan konsekuensi yang mereka senangi.
2. Teori Pengambilan Keputusan yang Bersifat Perilaku
Teori ini sering pula disebut teori deskriptif, karena mencoba membahas proses pengambilan
keputusan menurut nyatanya atau menurut apa dari bagaimana proses tersebut berlangsung.
Teori ini bukan mendasarkarkan pengambilan keputusan pada pentingnya ketentuan atau
prosedur tertentu dan juga bukan pada tujuan pengambilan keputusan. Seperti halnya dengan
teori normatif, teori ini pun didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu:
1. Bahwa si pengambil keputusan adalah seorang administrator yang lebih berusaha
mencari kepuasan dari pada mencari keuntungan.
2. Bahwa manusia tidak akan mampu menemukan kemungkinan atau altematif-
alternatif, hasilnya, dan kerugiannya. Atau mereka selalu bergerak dalam batas rasionalitas.
3. Bahwa proses penemuan (altematif) selalu berurutan, sehingga setiap penganalisisan
atas suatu alternatif akan memengaruhi proses pemilihan alternatif (Indrawijaya, 2010)
2.3 Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan

Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin terikat pada suatu tempat, situasi, orang dan
waktu tertentu. Masalah dalam pengambilan keputusan senantiasa dihubungkan dengan
tujuan yang jelas. Jenis-jenis masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin berdasarkan
intensitas masalah dapat digolongkan menjadi masalah yang sederhana dan masalah yang
komplek. Masalah yang sederhana ialah masalah yang mengandung ciri-ciri : kecil, berdiri
sendiri dan tidak/kurang mempunyai kaitan dengan masalah lain. Pemecahannya biasanya
tidak memerlukan pemikiran yang luas tetapi cukup dilakukan secara individual, yang
umumnya didasarkan kepada pengalaman, informasi yang sederhana dan wewenang yang
73
melekat pada jabatan.
Masalah yang komplek yaitu masalah yang mempunyai ciri-ciri : besar, tidak berdiri sendiri
sendiri, berkaitan dengan masalah-masalah lain, dan, mempunyai akibat yang luas.
Pemecahannya umumnya dilakukan bersamaan antara pimpinan dengan stafnya.Dilihat dari
faktor penyebabnya, masalah yang dihadapi dapat berupa masalah yang jelas penyebabnya
(structure problem) dan masalah yang tidak. Jelas penyebabnya (unstructured problem).
Masalah yang jelas penyebabnya, faktor penyebabnya jelas. bersifat rutin dan biasanya
timbul berulang-ulang, sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan proses pengambilan
keputusan yang bercorak rutin dan dibakukan. Proses pengambilan keputusannya pada
dasarnya telah ditentukan langkah-langkah tertentu, relatif mudah untuk memperhitungkan
hasil serta akibat-akibatnya.
Masalah yang tidak jelas penyebabnya yaitu masalah yang timbul sebagai kasus yang
menyimpang dari masalah organisasl yang bersifat umum, faktor penyebabnya tidak jelas.
Tehnik pengambilan keputusannya disebut non-programmed decision making technique,
dimana diperlukan informasi tambahan, analisa, daya cipta, pertimbangan serta penilaian
kasus.Pengambilan keputusan antara lain juga diartikan sebagai suatu tehnik memecahkan
suatu masalah dengan mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa ada 7 langkahyang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan
mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Langkah-langkah itu adalah (Siagian SP, 2008) :
Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan
masalah yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
1. Mengumpulkan fakta dan data yang relevant;
2. Mengolah fakta dan data tersebut;
3. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
4. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang;
5. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan;
6. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah
diambil.
Keenam langkah tersebut seolah-olah mudah untuk diambil, akan tetapi dalam kenyataannya
yang telah diuji melalui berbagai eksperimen dan penelitian, pengambilan ketujuh langkah itu
tidaklah mudah. Implikasinya ialah setiap pimpinan harus terus berusaha untuk meningkatkan
kemampuannya mempergunakan tehnik-tehnik ilmiah dimaksud.
2.4 Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam setiap
pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab
terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak
mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
Di lain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan karakterbagi
seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil
bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya. Melainkan melalui berbagai
pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan penga7m4 bilan keputusan merupakan salah satu
bentuk kepemimpinan, sehingga
• Teori keputusan meupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis
situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif
daripada deskriptif
• Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer memperoleh
dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk
menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan
dalam tim, mengatur dan mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya
• Pengambilan keputusan adalah proses memlih di antara alternatif-alternatif tindakan
untuk mengatasi masalah.

75
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa peran pemimpin sangat penting dalam
pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi. Pemimpin harus memiliki kemampuan
untuk memodifikasi perilaku, memahami dan memberi motivasi, memahami proses persepsi,
dan pembentukan komunikasi yang efektif. Selain itu, pemimpin juga harus memiliki
keterampilan berpikir logis, kritis, dan bertindak secara bijaksana agar keputusan yang
diambil merupakan alternatif yang tepat. Dalam pengambilan keputusan, pemimpin juga
harus memiliki sikap objektivitas, keberanian mengambil risiko, keuletan, dan ketelitian
terhadap data-data yang dijadikan bahan untuk memutuskan kebijakan yang akan ditetapkan
dalam organisasi. Implikasi interaksionisme simbolik juga dapat membantu pemimpin dalam
memahami dan menempatkan diri di antara individu lainnya dalam lingkungan organisasi.

3.2 SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis mengakui bahwa masih terdapat kekurangan
yang perlu diperbaiki. Penulis bertekad untuk mencapai kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, namun, disadari bahwa pengetahuan penulis masih terbatas. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran yang konstruktif dari para pembaca sebagai dasar
evaluasi untuk perbaikan selanjutnya. Dengan mendapatkan masukan dari berbagai sumber,
penulis akan terus mengembangkan makalah ini menjadi karya tulis yang lebih bermanfaat
bagi banyak orang.

76
DAFTAR PUSTAKA

Nihayah, Inni. "Peran Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan." Universitas Islam Negeri
(UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jl. Jend. Sudirman No. 30 Ciceri, Kota Serang,
Provinsi Banten, 42118.

Diningrum Citraningsih, & Hanifah Noviandari. (2022). Interaksionisme Simbolik: Peran


Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan.

77

Anda mungkin juga menyukai