Anda di halaman 1dari 29

Konsep Harta

Dalam Akuntansi Syari’ah

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. Aulya Shafa Dini (01031181924003)


2. Annisa Luthfiyah (01031281924047)
3. Cindy Caroline Maha Putri (01031281924051)
4. Dessvi Ramadina (01031281924066)
5. Ibtisam Salsabila Ramadhanti (01031281924187)
6. Meilia Rantika (01031281924203)
7. Qaanita Fadhilah Iskandar (01031181924206)
8. Raden Ayu Donna Fransiska (01031181924001)
9. Sabella Putri Fahrodika (01031181924014)
10. Septia Rahayu (01031281924038)

Dosen pembimbing:

FerdinantAdhitama, SE., M.Si., Ak

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”Konsep Harta Akuntansi Syariah “ tepat waktu.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas daridosen kami pada mata kuliah Akuntansi
Syariah. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang ” Konsep Harta Akuntansi Syariah “. Kami mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada Bapak/Ibu selaku dosen matakuliah Akuntansi Syariah. kami juga
mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Indralaya, 20 November 2020,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... II
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... III
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................................. 3
ISI................................................................................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN HARTA DALAM ISLAM ................................................................................................. 3
B. PEMBAGIAN HARTA .......................................................................................................................... 5
C. KONSEP HARTA ................................................................................................................................. 8
D. HAKIKAT HAK MILIK DALAM ISLAM ................................................................................................ 11
E. KEPEMILIKAN HARTA DALAM ISLAM .............................................................................................. 12
F. ZAKAT HARTA .................................................................................................................................. 16
G. ETIKA TERHADAP HARTA................................................................................................................. 20
PENUTUP ..................................................................................................................................................... 25
Kesimpulan.............................................................................................................................................. 25
Saran ....................................................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 26

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Islam memandang keinginan manusia untuk memperoleh, memiliki, dan memanfaatkan


harta sebagai sesuatu yang lazim, dan urgen. Harta diperoleh, dimiliki, dan dimanfaatkan
manusia untuk memenuhi hajat hidupnya, baik bersifat materi maupun non materi. Manusia
berusaha sesuai dengan naluri dan kecenderungan untuk mendapatkan harta.

Al-Qur’an memandang harta sebagai sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada
Khaliq-Nya, bukan tujuan utama yang dicari dalam kehidupan. Dengan keberadaan harta,
manusia diharapkan memiliki sikap derma yang memperkokoh sifat kemanusiannya. Jika
sikap derma ini berkembang, maka akan mengantarkan manusia kepada derajat yang mulia,
baik di sisi Tuhan maupun terhadap sesam manusia.

Oleh karena itu, harta dalam perspektif Al-Qur’an sangat menarik untuk dibahas lebih
lanjut dalam makalah ini baik dalam hubungannya kepada sang Khaliq, maupun harta yang
bersifat materi maupun non materi.

Harta merupakan komponen pokok dalam kehidupan manusia, unsur dlaruri yang tidak urg
ditinggalkan begitu saja. Dengan harta, manusia dapat memenuhi segala kebutuhannya, baik
yang bersifat materi atau immateri. Dalam kerangka memenuhi kebutuhan tersebut, terjadilah
hubungan horizontal antarmanusia (mu’amalah), karena pada dasarnya tidak ada manusia
yang sempurna dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, akan tetapi saling membutuhkan
dan terkait dengan manusia lainnya.

Dalam konteks tersebut, harta hadir sebagai objek transaksi, harta yang dijadikan objek
dalam transaksi jual beli, sewa-menyewa, partnership (kontrak kerja sama), atau transaksi
ekonomi lainnya. Selain itu, dilihat dari karakteristik dasarnya (nature), harta juga dijadikan
sebagai objek kepemilikan, kecuali terdapat yang menghalanginya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan harta?


2. Apa saja pembagian harta?
3. Bagaimana konsep Harta dalam islam?
4. Apa hakikat dari hak milik dalam islam?
5. Bagaimana kepemilikan harta dalam islam?
6. Apa saja yang termasuk dalam zakat harta?
7. Bagaimana Etika dalam penggunaan Harta?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari harta


2. Untuk mengetahui pembagian harta terdiri dari apa saja
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep harta dalam islam
4. Untuk mengetahui hakikat hak milik
5. Untuk mengetahui bagaimana kepemilikan harta dalam islam
6. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam zakat harta
7. Untuk mengetahui bagaiman etika dalam penggunaan Harta

2
BAB II
ISI

A. PENGERTIAN HARTA DALAM ISLAM

1. Pengertian Harta Menurut Bahasa

Harta secara terminology bahasa Arab disebut al Mal , yang merupakan akar kata
dari lafadz ‫ مال – مييل – ميال‬yang berarti condong, cenderung, dan miring. Oleh sebab itu
manusia itu cenderung ingin memiliki dan menguasai harta. Sedangkan menurut
pengertian etimologi adalah sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh manusia, baik berupa
benda yang tampak seperti emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun manfaat
dari barang seperti kendaraan, pakaian, dan tempat tinggal.

2. Pengertian Harta dalam al-Qur’an:

“ Dijadikan indah dalam (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga) ”. (Ali Imron 3: 14).
Jadi, secara umum dalam pandangan al-Qur’an, harta adalah segala sesuatu yang
disenangi manusia seperti emas, perak, kuda pilihan, hewan ternak, sawah ladang dan
lain sebagainya yang kesemuanya itu diperlukan untuk memenuhi hajat hidup. Menurut
al-Qur’an, harta menjadi baik bila digunakan sesuai petunjuk Ilahi, dan sebaliknya akan
menjadi buruk bila penggunaannya tidak sesuai dengan petunjuk-Nya

“ Dijadikan indah dalam (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga) ”. (Ali Imron 3: 14).
Jadi, secara umum dalam pandangan al-Qur’an, harta adalah segala sesuatu yang
disenangi manusia seperti emas, perak, kuda pilihan, hewan ternak, sawah ladang dan

3
lain sebagainya yang kesemuanya itu diperlukan untuk memenuhi hajat hidup. Menurut
al-Qur’an, harta menjadi baik bila digunakan sesuai petunjuk Ilahi, dan sebaliknya akan
menjadi buruk bila penggunaannya tidak sesuai dengan petunjuk-Nya.

3. Pengertian Harta menurut al-Sunnah

Rasulullah SAW bersabda: “ Sebaik-sebaiknya harta ialah yang berada pada orang salih
”. (HR. Bukhari dan Muslim). Dari hadis ini dapat diketahui bahwa mal/harta sebagai
milik pribadi menjadi nikmat bila digunakan untuk kebaikan semisal dengan kebaikan
orang salih yang menggunakan harta tersebut. Namun demikian, keberadaan harta bukan
menjadi tujuan hidup. Karenanya, pemilik harta diharapkan tidak lupa mengabdi kepada
Allah.

Secara sederhana harta dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bernilai ‫كلذىقيمةمالية‬
. Ulama Hanafiyah mendefinisakan harta dengan segala sesuatu yang dapat diambil,
disimpan dan dapat dimanfaatkan. Sesuatu yang tidak disimpan atau dipelihara secara nyata
seperti ilmu, kesehatan, kemuliaan, kecerdasaan, udara, panas matahari, cahaya bulan, tidak
dapat dikatakan harta. Sedangkan sesuatu yang tidak dapat dimanfaatkan seperti daging yang
sudah busuk dan sebaginya tidak dapat dikatakan harta, atau bermanfaat tetapi menurut
kebiasaan tidak diperhitungkan manusia karena jumlahnya yang sedikit sehingga tidak bisa
dimanfaatkan, seperti segenggam tanah, setetes air, dan sebagainya.

Pada dasarnya di dalam Islam, bumi dan segalaisinya adalah harta milik Allah, sesuai
dengan firman Allah di surat Al-Maidah ayat 17 dan 120 yang artinya:

Al Maidah (4): 17. ”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”

Al Maidah (4): 120. “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya; dan Dia Maha Kuas aatas segala sesuatu.”

Menurut ayat-ayat tersebut di atas, pada hakikatnya harta itu milik Allah, manusia
hanya menguasainya/ mengurus dan mengambil manfaat dari padanya, selama diamanahkan

4
Allah kepadanya. Penggunaan harta itu harus sesuai dengan yang diatur Allah di dalam
perintah-perintah-Nya seperti pada firman Allah yaitu:

Al Hadid (57): 7. ”Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.”

AnNuur (24): 33. ”Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu”

B. PEMBAGIAN HARTA

Menurut para fuqahaharta harta terdiri dari beberapa bagian, tiap-tiap bagian memiliki
ciri khusus dan hukumnya tersendiri, pembagian harta tersebutdiantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Mal Mutaqawwimdan Ghair Mutaqawim

a) Mal Mutaqawwim yaitu sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut syara’.
Harta yang termasuk mutaqqawim ini ialah semua harta yang baik jenisnya maupun
cara memperolehnya dan pengunaannya. Misalnya,kerbau halal dimakan oleh umat
Islam, tetapi kerbau tersebut disembelih tidak sah menuru syara’, misalnya dipukul
hingga mati, maka daging kerbau tersebut tidak bisa dimanfaatkan karena cara
penyembelihannya batal menurut syara’.
b) Harta Ghair Mutaqawim yaitu sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut
syara’. Harta ghair mutaqawim ialah kebalikan dari harta mutaqawim, yakni yang
tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara
pengunaannya. Misalnya babi termasuk harta Gahir mutaqawim, karena jenisnya.

2. Mal Mistli dan Mal Qimi

a) Harta Mistli yaitu benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan-kesatuannya,


dalam arti dapat berdiri sebagiannya ditempat yang lain tanpa ada perbedaan yang
perlu dinilai.

5
b) Harta Qimi yaitu benda-benda yang kurang dalam kesatuan-kesatuaanya, karenanya
tidak dapat berdiri sebagian ditempat sebagian yang lainnya tanpa ada
perbedaan.Dengan kata lain harta mistli adalah harta yang jenisnya diperoleh dipasar
secara terpisah, dan qimi adalah harta yang jenis sulit didapat dipasar, bisa diperoleh
tapi jenis berbeda, kecuali dalam nilai harganya. Misalnya seseorang membeli senjata
api dari rusia akan kesulitan mencari imbangannya di Indonesia, bahkan mungkin
tidak ada. Maka senjata api Rusia di Indonesia termasuk harta qimi, tetapi harta
tersebut di Rusia termasuk harta mistli karena barang ini tidak sulit untuk diperoleh.
harta yang disebut qimi dan mistli bersifat sangat relative dan kondisional, artinya
bisa saja disuatu tempat atau Negara yang satunya menyebut qimi dan ditempat yang
lain menyebut sebagai harta mistli.

3. Harta Istihlak dan Harta Isti’mal


a) Harta istihlak yaitu sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaannya dan manfaatnya
secara biasa, kecuali dengan menghabiskannya. Harta istihlak terbagi dua, ada yang
istihlak hakiki dan istihlak haqiqi. Harta istihlak hakiki ialah suatu benda yang
menjadi harta yang secara jelas nyata zatnya habis sekali digunakan. Misalnya korek
api, bila dibakar maka habislah harta yang berupa kayu itu.Istihlak haquqi ialah harta
yang sudah habis nilainya bila telah digunakan, tetapi zatnya masih tetap ada.
Misalnya uang yang digunakan untuk membayar utang, dipandang habis menurut
hukum walaupun uang tersebut masih utuh, hanya pindah kepemilikannya.
b) Harta Isti’mal yaitu sesuatu yang bias digunakan berulang kali danmaterinya tetap
terpelihara.
4. Harta Manqul dan Harta Ghair Manqul
a) Harta Manqul yaitu segala harta yang dapat dipindahkan(bergerak) dari satu tempat
ke tempat yang lain. Seperti emas,perak, perunggu, pakaian, kendaraan dan lain-lain.
b) Harta Ghair manqul yaitu sesuatu yang tidak bias dipindahkan dan dibawa dari satu
tempat ketempat yang lain. Seperti kebun,rumah, pabrik, sawah dan yang lainnya
yang termasuk ghair manqul karena tidak dapat dipindahkan, dalam hukum
perdatapositif digunakan istilah benda bergerak dan benda tetap.

6
5. Harta Ain dan HartaDayn.
a) Harta ain ialah harta yang berbentuk benda, seperti rumah,pakaian, beras, kendaraan
(mobil) dan yang lainnya.
b) Harta dayn yaitu sesuatu yang berada dalam tangung jawab.Seperti uang berada
dalam tangung jawab seseorang.
6. Mal al-ain dan Mal al-naf’i(manfaat)
a) Harta ain yaitu benda yang memiliki nilai dan bentuk (berwujud),misalnya rumah,
ternak dan yang lainnya.
b) Harta nafi’Iialaha’radlyang berangsur-rangsur tumbuh menurutperkembangan masa,
oleh karena itumal al-naf’itidak berwujuddan tidak mungkin disimpan.
7. HartaMamluk, Mubah, Mahjur
a) Harta Mamluk ialah sesuatu yang masuk kebawah milik, milikperorangan maupun
milik badan hukum, seperti pemerintah danyayasan.
b) Harta Mubah ialah sesuatu yang pada asalnya bukan milikseseorang, seperti air pada
mata air, binatang buruan darat, laut,pohon-pohon dihutan dan buah-buahannya.
c) Harta Mahjur ialah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiridan memberikan
kepada orang lain menurut syari’at, adakalanyabenda itu benda wakaf ataupun benda
yang dikhususkan untuk masyarakat umum, seperti jalan raya, mesjid-mejid,
kuburan-kuburan dan lainnya.
8. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
a) Harta yang dapat dibagi (mal qabil li al-qismah) ialah harta yangtidak menimbulkan
suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itudibagi-bagi, misalnya beras,tepung.
b) Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabil li al-qismah) ialahharta yang
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabilaharta tersebut dibagi-bagi,
misalnya gelas, kursi, meja, mesin danyang lainnya.

9. Harta pokok dan harta hasil (buah)


Harta pokok ialah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.Harta pokok
disebut juga modal, misalnya uang emas dan yanglainnya, contoh harta pokok dan harta
hasil seperti bulu dombadihasilkan dari domba, maka domba merupakan harta

7
pokokdanbulunya merupakan harta hasil, atau kerbau yang beranak, anaknyadianggap
sebagai tsamarah dan induknya yang melahirkannya disebutharta pokok.
10.Harta Khas dan Am
a) Harta Khas ialah harta pribadi yang tidak bersekutu dengan yanglain, tidak boleh
diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b) Harta Am ialah harta milik umum (bersama)yang boleh diambil manfaatnya. Atau
harta yang boleh diambil manfaatnya olehseseorang atau kelompok akan tetapi
dilarang menguasainya secarapribadi

C. KONSEP HARTA

1. Unsur-Unsur Harta

Menurut para fuqaha, harta dalam perspektif Islam terdiri dari dua unsur ;

Pertama, unsur ‘aniyyah yaitu bahwa harta itu ada wujudnya dalam kenyataan (a’yun).
Manfaat sebuah rumah yang dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi termasuk milik
atau hak.

Kedua, unsur ‘urf. Unsur ‘urf ialah segala sesuatu yang dipandang harta oleh
seluruh manusia atau oleh sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu
kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat yang bersifat madiyyah maupun
ma’nawiyyah.

2. Kedudukan Dan Fungsi Harta Dalam Islam

Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan
di dunia ini, sehingga oleh para ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan ke dalam
salah satu adhdharuriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas agama,
jiwa, akal, keturunan, dan harta. Atas dasar itu, mempertahankan harta dari segala upaya
yang dilakukan orang lain dengan cara yang tidak sah merupakan perbuatan terpuji dan
dilindungi oleh syara’. Dalam kaitannya dengan ini, Allah SWT., menetapkan hukuman
potong tangan bagi pencuri sebagaimana difirmankan-Nya dalam QS. Al-Maidah [5]: 38

8
“ Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan atas apa yang telah mereka perbuat dan sebagai siksaan dari
Allah ” (QS. Al-Maidah [5]: 38).

Kebebasan seseorang untuk memiliki dan memanfaatkan hartanya adalah sebatas


yang direstui oleh syara’. Oleh sebab itu, dalam pemilikan dan penggunaan harta, di
samping untuk kemaslahatan pribadi pemilik harta, juga harus dapat memberikan
manfaat dan kemaslahatan untuk orang lain. Inilah di antaranya fungsi sosial dari harta
itu, karena suatu harta sebenarnya adalah milik Allah SWT., yang dititipkan kepada
manusia.

Di samping itu, penggunaan harta dalam Islam harus senantiasa dalam rangka
pengabdian kepada Allah SWT., dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah SWT. Pemanfaatan harta pribadi, seperti ditegaskan terdahulu tidak
boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi sosial
dalam rangka membantu sesama manusia. Dalam kaitannya dengan ini Rasulullah SAW.,
menasihatkan “ Sesungguhnya pada setiap harta seseorang itu terdapat hak (orang
lain) selain zakat ” (HR. At-Tirmizi).

Di samping itu, Rasulullah SAW., juga melarang membuang-buang harta


sebagaimana yang terdapat dalam sabda beliau “ Rasulullah SAW., melarang membuang-
buang harta ” (HR. Imam Bukhari dan Muslim). Sabda Rasulullah SAW., ini
mengandung arti bahwa sekalipun seseorang telah memiliki harta yang berlimpah, ia
tidak boleh dan tidak berhak membuang atau menghambur-hamburkan hartanya, sebab di
dalam hartanya itu terkait hak-hak orang lain yang memerlukannya. Kaitanya dengan itu,
seseorang yang memubazir-kan hartanya, menurut ulama fiqh, boleh ditetapkan sebagai
seseorang yang berada di bawah pengampuan (al-hajr). Dalam konteks inilah Allah
SWT., berfirman dalam QS. An-Nisa’ [4]: 5

“ Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya,19
harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah
kepada mereka kata-kata yang baik ” (QS. An-Nisa’ [4]: 5).

9
Sementara itu, harta memiliki berbagai macam fungsi dalam pandangan Islam, di
antaranya:

a) Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab ibadah


memerlukan alat-alat, seperti kain untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat,
bekal materi untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, shadaqah, hibah, dan
seterusnya.
b) Untuk meningkatkan keimanan (ketakwaan) kepada Allah SWT., sebab kefakiran
cenderung mendekatkan diri kepada kekufuran, sehingga kepemilikan harta
dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
c) Untuk meneruskan kehidupan dari satu generasi kepada generasi berikutnya,
sebagaimana firman Allah SWT., dalam QS. An-Nisa’[4]: 9,
“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
di belakang mereka anakanak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar ” (QS.
AnNisa’[4]: 9).
d) Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan kehidupan
akhirat, seperti sabda Nabi SAW.,
“ Bukanlah orang yang baik, yang meninggalkan masalah dunia untuk masalah
akhirat, dan yang meninggalkan masalah akhirat untuk urusan dunia, sehingga
seimbang antara keduanya, karena masalah dunia adalah menyampaikan
manusia kepada kemaslahatan akhirat ” (HR. Imam Bukhari).
e) Untuk menegakkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, karena menuntut ilmu
tanpa modal akan terasa sulit, misalnya, seseorang tidak bisa kuliah di perguruan
tinggi bila ia tidak memiliki biaya.

f) Untuk memutarkan (men-tasharruf-kan) peranan-peranan kehidupan, yakni dengan


adanya pembantu (khadam) dan tuan. Adanya orang kaya dan miskin yang saling
membutuhkan sehingga terciptalah masyarakat yang harmonis dan berkecukupan

10
D. HAKIKAT HAK MILIK DALAM ISLAM

Kata “hak milik” berasal dari bahasa Arab ai haqq dan Al milk. Secara etimologis ai
haqq artinya milik,ketetapan,dan kepastian. Sementara Al milk diartikan sebagai penguasaan
terhadap sesuatu, sesuatu yang dimiliki (harta). Hubungan seseorang dengan suatu harta yang
diakui oleh syarak yang menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta
tersebut,sehingga ia dapat melakukan tindakan hukum terhadap harta tersebut.

Menurut Syeh Ali Al Khafifi (ahli fiqih Mesir) mengartikan hak sebagai kemaslahatan
yang diperoleh secara syarak. sedangkan Mustafa Ahmad Az Zarqa (ahli fiqih Syuriah)
mendefinisikan hak sebagai suatu kekhususan yang padanya ditetapkan syarak suatu
kekuasaan.adapun Ibnu Nu-jaim (ahli fiqih mazhab Hanafi) mendefinisikan hak sebagai
suatu kekhususan yang terlindung.

Islam memiliki pandangan yang khas tentang harta. Harta pada hakikatnya adalah
milik Allah Swt dan harta yang dipunyai oleh manusia sesungguhnya merupakan pemberian
Allah yang dikuasakan kepadanya. Oleh karena itu sudah semestinya bila pemanfaatan dan
pembelanjaan harta sesuai dengan aturan-aturan Allah pula. Allah adalah pemilik mutlak atau
pemilik sebenarnya dari seluruh harta kekayaan. Ia adalah pencipta alam semesta dan ia pula
yang Maha Memilikinya. Kalimat tauhid laa ilaaha illlallah (tiada Tuhan selain Allah) juga
mengandung pengertian, tidak ada pemilik mutlak atas seluruh ciptaan kecuali Allah SWT.

Allah Swt yang menjadi pemilik mutlak, maka menjadi hak-Nya pula untuk
memberikannya kepada siapa saja tanpa memandang golongan atau kelas yang dikehendaki-
Nya, dan menjadi hak-Nya pula untuk merenggut harta tersebut dari siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Allah Swt juga yang menentukan seseorang menjadi kaya dan Allah juga
yang memutuskan seseorang menjadi miskin.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah Ayat 284 yang artinya :

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi.
Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka

11
Allah mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa saja yang
dikehendaki-Nya dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Baqarah (2) : 284).

Dan juga firman Allah dalam QS Al Maidah ayat 120 yang artinya :

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya, dan
Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS Al Maidah (5) : 120 )

Dari kedua ayat di atas menunjukkan bahwa hanya Allah-lah yang mutlak dan berhak
mengatur segala jenis harta yangada dalam kehidupan ini. Jadi bukan manusia yang menjadi
pemilik mutlak seperti pada sistem ekonomi kapitalis.

E. KEPEMILIKAN HARTA DALAM ISLAM

Dalam masalah kepemilikan, individu, masyarakat dan negara sebagai subyek


ekonomi mempunyai hak-hak kepemilikan tersendiri yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
syariah. Islam membagi konsep kepemilikan menjadi :kepemilikan individu (private
property); kepemilikan public (collective property); dan kepemilikan negara (state property).

a. Kepemilikan Individu(private property)


Kepemilikan individu adalah hak individu yang diakui syariah dimana dengan hak
tersebut seseorang dapat memiliki kekayaan yang bergerak maupun tidak bergerak. Hak ini
dilindungi dan dibatasi oleh hukum syariah dan ada kontrol. Selain itu seseorang akhirnya
dapat memiliki otoritas untuk mengelola kekayaan yang dimilikinya, dengan tetap
berpegang pada batas-batas yang telah ditentukan oleh syari. ketetapan barang atau jasa
yang dibolehkan dimiliki dan yang tidak. Allah telah memberikan kreteria sesuatu dengan
halal dan haram. Di sisi lain tentang tatacara perolehan harta yang dibolehkan dan yang
tidak, bisa melalui: sebab-sebab kepemilikan harta dan sebab-sebab pengembangan harta.
Dalam upaya memperoleh kekayaan atau mengembangkan kekayaan tersebut, hukum
syara telah menetapkan rambu-rambu yang tegas terhadap proses terjadinya kepemilikan
individu, hal itu untuk menghindari adanya kesewenang-wenangan dan adanya monopoli
kepemilikan pada individu tertentu. Adapaun cara-cara atau sebab-sebab terjadinya
kepemilikan pada seseorang, yaitu dengan10: 1) Bekerja; meliputi aktivitas menghidupkan
tanah mati, menggali kandungan bumi, berburu, makelar, menjadi

12
1) Bekerja ; meliputi aktivitas menghidupkan tanah mati, menggali kandungan bumi,
berburu, makelar, menjadipesero dengan andil tenaga atau menjadi mudharib,
musaqah (mengairi lahan), dan menjadi ajir (pekerja) dalam akad ijarah.
2) Pewarisan
3) Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup
4) Harta pemberian Negara yang diberikan kepada rakyat
5) Perolehan seseorang atas harta tanpa mengeluarkan harta atau tenaga. Sebab
kepemilikan yang kelima ini meliputi: harta yang diperoleh karena hubungan pribadi
seperti hibah dan hadiah atau wasiat; harta yang diperoleh sebagai ganti rugi dari
kemudharatan yang menimpa seseorang seperti diyat; mahar berikut harta yang
diperoleh melalui akad nikah; luqathah (barang temuan di jalan).

Hukum syariah juga membatasi pemanfaatan harta dalam hal: menghambur-


hamburkan harta di jalan yang terlarang seperti melakukan aktifitas suap, memberikan
riba/bunga, membeli barang dan jasa yang diharamkan seperti miras/pelacuran. Melarang
transaksi dengan cara: penipuan, pemalsuan, mencuri timbangan/ ukuran. Dan juga
melarang aktifitas yang dapat merugikan orang lain seperti menimbun barang untuk
spekulasi. Islam juga menuntunkan prioritas pemanfaatan harta milik individu, bahwa
pertama-tama harta harus dimanfaatkan untuk perkara yang wajib seperti untuk member
nafkah keluarga, membayar zakat, menunaikan haji,membayar utang dan lain-lain.
Berikutnya dimanfaatkan untuk pembelanjaan yang disunahkan seperti sedekah, hadiah.
Baru kemudian yang mubah.

Aturan Islam juga berbicara tentang bagaimana sesorang akan mengembangkan


harta. Antara lain dengan jalan yang sah seperti jual beli, kerja sama usaha (syarikah)
yang Islami dalam bidang pertanian, perindustrian maupun perdagangan dan jasa. Dan
juga larangan pengembangan harta seperti memungut riba, judi, dan investasi di bidang
yang haram seperti membuka rumah bordil, diskotik dan lain-lain.

b. Kepemilikan Publik (collective property)

Kepemilikan publik adalah seluruh kekayaan yang telah ditetapkan kepemilikannya


oleh Allah bagi kaum muslim sehingga kekayaan tersebut menjadi milik bersama kaum

13
muslim. Individu-individu dibolehkan mengambil manfaat dari kekayaan tersebut, namun
terlarang memilikinya secara pribadi. Ada tiga jenis kepemilikan publik:

1) Sarana umum yang diperlukan oleh seluruh warga Negara untuk keperluan
sehari-hari seperti air, saluran irigasi, hutan, sumber energy, pembangkit listrik
dll.
2) Kekayaan yang aslinya terlarang bagi individu untuk memilikinya seperti jalan
umum, laut, sungai, danau, teluk, selat, kanal, lapangan, masjid dll.
3) Barang tambang (sumber daya alam) yang jumlahnya melimpah, baik
berbentuk padat (seperti emas atau besi), cair (seperti minyak bumi), atau gas
(seperti gas alam).

Seperti dalam hadith riwayat Abu Dawud dan Ibn Majah, Kaum muslim berserikat
dalam tiga hal, yaitu air, padang rumput dan api.

Hak pengelolaan kepemilikan publik (collective property) ada pada masyarakat


secara umum yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh negara karena negara adalah
wakil rakyat. Negara harus mengelola harta milik umum itu secara professional dan
efisien, meskipun negara memiliki hak untuk mengelola milik umum, ia tidak boleh
memberikan hak tersebut kepada individu tertentu. Milik umum harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat luas.

Pemanfaatan kepemilikan umum dilakukan dengan dua cara yaitu: pertama: jika
memungkinkan, individu dapat mengelolanya maka individu tersebut hanya
diperkenankan sekedar mengambil manfaat barang-barang itu dan bukan memilikinya.
Umpama memanfaatkan secara langsung milik umum seperti air, jalan umum dll. Kedua,
jika tidak mudah bagi individu untuk mengambil manfaat secara langsung seperti gas dan
minyak bumi, maka negara harus memproduksinya sebagai wakil dari rakyat untuk
kemudianhasilnya diberikan secara cuma-cuma kepada seluruh rakyat, atau jika dijual
hasilnya dimasukkan ke kas negara untuk kepentingan rakyat.

14
c. Kepemilikan Negara (state property)

Kepemilikan negara adalah harta yang ditetapkan Allah menjadi hak seluruh
kaum Muslim. Wewenang pengelolaannya diserahkan kepada Khalifah sesuai dengan
pandangannya. Harta milik negara ini mencakup jizyah, kharaj, ghanimah, fa’i, warisan
yang tidak ada ahli warisnya, khumûs rikaz dan luqathah, harta orang murtad, harta
ghulul penguasa dan pegawai negara, dan denda sanksi pidana; juga termasuk harta milik
negara berupa padang pasir, gunung, pantai dan tanah mati yang belum ada pemiliknya,
ashshawafi, marafiq, dan semua bangunan yang didirikan oleh negara dengan
menggunakan harta baitul mal.

Syari’ (Allah) telah memberikan kepada negara kewenangan untuk mengatur


urusan kaum muslimin, memperoleh kemaslahatan mereka, memenuhi kebutuhan
mereka, sesuai dengan ijtihadnya dalam memperoleh kebaikan dan kemaslahatan. Maka
pemerintah harus mengelola harta-harta milik negara semaksimal mungkin agar
pendapatan baitul mal bertambah, dan dapat dimanfaatkan kaum muslim, sehingga milik
negara tidak sia-sia, hilang manfaatnya dan pendapatannya terputus.

Rasulullah SAW dan para khalifah setelah beliau mengelola harta milik negara,
dan mengaturnya dalam rangka meraih kemaslahatan bagi Islam dan kaum muslimin,
pengelolaan harta milik Negara bukan berarti Negara berubah menjadi pedagang,
produsen, atau pengusaha, sehingga, Negara melakukan aktivitas layaknya seorang
pedagang, produsen atau pengusaha. Negara tetap sebagai hanya sebagai regulator. oleh
karena itu rakyat juga diberi hak untuk mengelola harta, meraih kamaslahatan mereka
dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan mereka. jadi, tujuan pokoknya adalah pengaturan
bukan mencari keuntungan.

Milik negara adalah harta yang merupakan hak seluruh kaum muslim yang
pengelolaannya menjadi wewenang khalifah semisal harta fai, kharaj, jizyah dan
sebagainya. Sebagai pihak yang memiliki wewenang, ia bisa saja mengkhususkannya
kepada sebagian kaum muslim, sesuai dengan kebijakannya. Makna pengelolaan oleh
pemerintah ini adalah adanya kekuasaan yang dimiliki khalifah untuk mengelolanya.

15
Termasuk dalam hal ini adalah padang pasir, gunung, pantai, tanah mati yang
tidak dihidupkan secara individual, semua tanah di tempat terbuka yang tidak bertuan
yang ditetapkan oleh pemerintah/kepala negara menjadi milik bait al-mal dan setiap
bangunan yang dibangun oleh negara dan dananya berasal dari bait al-mal.

Meskipun harta milik umum dan milik negara pengelolaannya dilakukan negara,
keduanya berbeda. Harta milik umum pada dasarnya tidak boleh diberikan negara kepada
siapapun, meskipun negara dapat membolehkan orang-orang untuk mengambil
manfaatnya. Adapun terhadap milik negara, pemerintah berhak untuk memberikan harta
tersebut kepada individu tertentu sesuai dengan kebijakannya.

F. ZAKAT HARTA
Istilah zakat mal diambil dari kata berbahasa Arab “maal” yang artinya harta. Zakat
Harta (mal) adalah jenis zakat yang dikeluarkan individu maupun lembaga atas
harta/penghasilan yang diperolehnya dengan syarat dan ketentuan yang sudah ditetapkan
Sebagian ulama berpendapat bahwa zakat mal wajib dikeluarkan oleh mereka yang hartanya
sudah memenuhi nisab selama 1 tahun.

1. Syarat-syarat Kekayaan yang Wajib Zakat


a. Milik Penuh (Almilkuttam)
Yaitu harta tersebut berada dalam control dan kekuasaanya secarapenuh, dan dapat
diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan
yang dibenarkan menurut syariat islam, seperti :usaha, warisan, pemberian Negara atau
orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan
cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus
dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang ber hak atau ahli
warisnya.
b. Berkembang
Yaitu :harta tersebut dapat bertambah atau berkembang bila diusahakan atau mempunyai
potensi untuk berkembang.

16
c. Cukup Nishab
Artinya harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan
syara'.sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat

d. Lebih Dari KebutuhanPokok (Alhajatulashliyah)


Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga
yang menjadi tanggungannya, untuk kelangsungan hidupnya.Artinya apabila kebutuhan
tersebu ttidak terpenuhi yang bersangkutan tidak dapat hidup layak.Kebutuhan tersebut
sepertik ebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum (KHM), minsalnya belanja
sehari-hari, pakaian, rumah, kesehatan, pendidikan, dsb.
e. Bebas dari hutang
Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishab yang harus dibayar
pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat), maka harta tersebut terbebas
dari zakat.
f. Berlalu satu tahun (Al-Haul)
Maksudnya adalah bahwa pemilikan harta tersebut sudah berlalu satu tahun.Persyaratan
ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan dan perniagaan.Sedang hasil pertanian,
buah-buahan dan rikaz (barangtemuan) tidak ada syarat haul.

2. Harta(maal) yang Wajib Zakat


a) Emas Dan Perak

Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tamban gelok,
juga sering dijadikan perhiasan.Emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku
dari waktu kewaktu.Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang (potensial)
berkembang.Oleh karena syara' mewajibkan zakat atas keduanya, baik berupa uang,
leburan logam, bejana, souvenir, ukiran atau yang lain.
Termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah mata uang yang berlaku pada
waktu itu di masing-masing negara.Oleh karena segala bentuk penyimpanan uang
seperti tabungan, deposito, cek, saham atau surat berharga lainnya, termasuk kedalam
kategori emas dan perak. sehingga penentuan nishab dan besarnya zakat disetarakan
dengan emas danperak

17
Demikian juga pada harta kekayaan lainnya, seperti rumah, villa, kendaraan, tanah,
dll.Yang melebihi keperluan menurut syara' atau dibeli/dibangun dengan tujuan
menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat di uangkan.

Pada emas dan perak atau lainnya yang berbentuk perhiasan, asal tidak berlebihan,
maka tidak diwajibkan zakat atas barang-barang tersebut.

b) Binatang ternak

Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing,
domba) dan unggas (ayam, itik, burung).

c) Hasil pertanian

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai


ekonomis.seperti biji-bijian,umbi-umbian,sayur-mayur,buah-buahan,dedaunan dlll.

d) Harta perniagaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam


berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan,
dll.Perniagaan tersebut di usahakan secara perorangan atau perserikatan seperti CV,
PT, Koperasi, dsb.

e) Ma-din dan KekayaanLaut


Ma'din (hasiltambang) adalah benda-benda yang terdapat di dalam perut bumi dan
memiliki nilai ekonomis seperti emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak
bumi, batu-bara, dll.
Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut seperti mutiara,
ambar, marjan, dll
f) Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan harta
karun. Termasuk didalamny aharta yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku
sebagai pemiliknya

18
3. Macam-macam Zakat Hartadan Cara Menghitungnya
a) Zakat penghasilan
Penghasilan yang diterima setiap bulan dari bekerja wajib dibayarkan zakatnya agar
semakin berkah.Pembayaran zakat ini dilakukan setiap bulan, setelah menerima gaji.
Nisab atau batas jumlah penghasilan yang wajib dibayarkan zakatnya setara dengan 85
gram emas per satu tahun gaji.Jika sudah mencapai atau melewati nisab, besarnya zakat
yang dibayara dalah 2,5%.Jika harga emas saat ini adalah Rp663 ribu, maka 85 gram
emas setara dengan Rp56.355.000.
Contoh menghitung zakat penghasilan dengan kalkulator zakat :
Putri mendapat gaji bulanan sebesar Rp5 juta dari tempatnya bekerja.Jika dihitung total
penghasilan selama setahun maka jumlahnya adalah Rp60 juta. Jumlah ini sudah melebih
inisab, maka Putri wajib membayar zakat sebesar Rp125 ribu per bulan.
b) Zakat emas dan perak
Zakat harta berikutnya adalah zakat emas dan perak, dihitung berdasarkan kepemilikan
emas, perak atau logam mulia lainnya.Nisab zakat mal untuk emas adalah 85 gram,
sementara perak 595 gram.Jika sudah mencapai nisab, nilai wajib zakatnya sebesar 2,5%.
Berbeda dengan zakat penghasilan, zakat mal dibayarkan setahun sekali.Jadi jumlah
logam mulia dihitung totalnya selama setahun.

Contoh Menghitung zakat emas dan perak dengan kalkulator zakat:

Total emas yang dimiliki Rully dalam setahun adalah 100 gram. Berati Ini sudah
melewati nisab sehingga wajib dikenakan zakatnya.Jika harga per gram emas Rp663 ribu,
maka nilai 100 gram emas setara dengan Rp663 juta.Besarnya zakat mal yang wajib
dibayarkan Rully adalah 2,5% dari Rp663 juta yaitu sebesar Rp1.657.500 per tahun.

c) Zakat saham

Harta yang dimilik itiap orang tidak harus selalu berupa uang dan logam mulia, ada
beberapa yang berbentuk saham.Mengeluarkan zakat berdasarkan jumlah saham juga ada
aturannya.

19
Nisab zakat saham adalah 85 gram emas dengan besar zakat 2,5% dari nilai saham
tersebut. Pembayarannya sama seperti zakat mal, dilakukan setiap setahun sekali.

Jumlah saham dinyatakan dalam satuan lot. Satu lot setara dengan 100 lembar surat
saham.

Contoh cara menghitung zakat saham dengan kalkulator zakat

Vita memiliki total asset sebesar Rp200 juta selama setahun. Jumlah ini sudah melebihi
nisab 85 gram emas, sehingga wajib dibayarkan zakatnya sebesar 2,5% yaitu Rp5
juta.untuk mengubah angka Rp5 juta kedalam satuan lot, bagi dengan harga saham per
lembar.Hasilnya adalah 77,52 lot atau bias dibulatkan menjadi 78 lot. Berarti, jumlah
zakat saham yang wajib dibayarkan Vita adalah 78 lot.

d) Zakat perdagangan
Nisab zakat perdagangan adalah 85 gram emas, dibayarkan setiap satu tahun sekali
dengan besaran 2,5%. Harta hasil perdagangan yang wajib dikenakan zakat adalah
penghasilan bersih setelah dikurangi utang.

Contoh Menghitung zakat perdagangandengankalkulator zakat

Arifina memiliki asset usaha sebesar Rp200 juta dengan utang jangka pendek senilai
Rp70 juta.Maka zakat perdagangan yang wajib dibayarkan adalah 2,5% dari asset bersih
sebesar Rp130 juta, yaitu sejumlah Rp3.250.000

G. PEMBAGIAN HARTA

Allah Swt, telah menganugerahkan manusia dengan segala kemampuan mental dan
fisik serta dunia dan semesta dengan segala sumber daya yang melimpah-ruah. Itulah
sebabnya, sungguh disayangkan dan sebuah ironi jika umat Islam gagal memainkan perannya
dalam memanfaatkan segala kemampuan nya dan mengeksploitasi sumberdaya-sumberdaya
alam tersebut sehingga gagal mendapatkan kemakmuran dan kejayaan sebagai mana
dijanjikan Allah Swt.

20
Kehadiran harta benda tidak bisa dicapai oleh seseorang kecuali dengan usaha yang
kuat, karena itu Allah Swt, menerangkan tentang harta tersebut, dan sebagai karunia dari
Allah Swt, dan mengajak umat manusia untuk berusaha dalam menggapainya

۟ ُ‫ض َوٱبتَغ‬
ِ َّ ‫وا مِ ن فَض ِل‬
‫ٱَّلل َوٱ‬ ۟ ‫صلَ ٰوة ُ فَٱنتَش ُِر‬
ِ ‫وا فِى ٱْلَر‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ ُ‫ِيرا فَإِذَا ق‬
ِ ‫ض َي‬ ً ‫ٱَّلل َكث‬ ۟ ‫لَّ َعلَّ ُكم تُف ِل ُحونَ ذ ُك ُر‬
َ َّ ‫وا‬

Fa iżā quḍiyatiṣ-ṣalātu fantasyirụ fil-arḍi wabtagụ min faḍlillāhi ważkurullāha kaṡīral


la'allakum tufliḥụn

Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Menurut para fuqahaharta terdiri dari beberapa bagian, tiap-tiap bagianmemiliki ciri
khusus dan hukumnya tersendiri, pembagian harta tersebutdiantaranya adalah sebagai berikut
:

1. Mal Mutaqawwimdan Ghair Mutaqawim

a) Mal Mutaqawwim yaitu sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut syara’.
Harta yang termasuk mutaqqawim ini ialah semua harta yang baik jenisnya maupun
cara memperolehnya dan pengunaannya. Misalnya,kerbau halal dimakan oleh umat
Islam, tetapi kerbau tersebut disembelih tidak sah menuru syara’, misalnya dipukul
hingga mati, maka daging kerbau tersebut tidak bisa dimanfaatkan karena cara
penyembelihannya batal menurut syara’.
b) Harta Ghair Mutaqawim yaitu sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut
syara’. Harta ghair mutaqawim ialah kebalikan dari harta mutaqawim, yakni yang
tidak boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara
pengunaannya. Misalnya babi termasuk harta Gahir mutaqawim, karena jenisnya.

2. Mal Mistli dan Mal Qimi

a) Harta Mistli yaitu benda-benda yang ada persamaan dalam kesatuan-kesatuannya,


dalam arti dapat berdiri sebagiannya ditempat yang lain tanpa ada perbedaan yang
perlu dinilai.

21
b) Harta Qimi yaitu benda-benda yang kurang dalam kesatuan-kesatuaanya, karenanya
tidak dapat berdiri sebagian ditempat sebagian yang lainnya tanpa ada
perbedaan.Dengan kata lain harta mistli adalah harta yang jenisnya diperoleh dipasar
secara terpisah, dan qimi adalah harta yang jenis sulit didapat dipasar, bisa diperoleh
tapi jenis berbeda, kecuali dalam nilai harganya. Misalnya seseorang membeli senjata
api dari rusia akan kesulitan mencari imbangannya di Indonesia, bahkan mungkin
tidak ada. Maka senjata api Rusia di Indonesia termasuk harta qimi, tetapi harta
tersebut di Rusia termasuk harta mistli karena barang ini tidak sulit untuk diperoleh.
harta yang disebut qimi dan mistli bersifat sangat relative dan kondisional, artinya
bisa saja disuatu tempat atau Negara yang satunya menyebut qimi dan ditempat yang
lain menyebut sebagai harta mistli.

3. Harta Istihlak dan Harta Isti’mal


a) Harta istihlak yaitu sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaannya dan manfaatnya
secara biasa, kecuali dengan menghabiskannya. Harta istihlak terbagi dua, ada yang
istihlak hakiki dan istihlak haqiqi. Harta istihlak hakiki ialah suatu benda yang
menjadi harta yang secara jelas nyata zatnya habis sekali digunakan. Misalnya korek
api, bila dibakar maka habislah harta yang berupa kayu itu.Istihlak haquqi ialah harta
yang sudah habis nilainya bila telah digunakan, tetapi zatnya masih tetap ada.
Misalnya uang yang digunakan untuk membayar utang, dipandang habis menurut
hukum walaupun uang tersebut masih utuh, hanya pindah kepemilikannya.
b) Harta Isti’mal yaitu sesuatu yang bias digunakan berulang kali danmaterinya tetap
terpelihara.

4. Harta Manqul dan Harta Ghair Manqul


a) Harta Manqul yaitu segala harta yang dapat dipindahkan(bergerak) dari satu tempat
ke tempat yang lain. Seperti emas,perak, perunggu, pakaian, kendaraan dan lain-lain.
b) Harta Ghair manqul yaitu sesuatu yang tidak bias dipindahkan dan dibawa dari satu
tempat ketempat yang lain. Seperti kebun,rumah, pabrik, sawah dan yang lainnya
yang termasuk ghair manqul karena tidak dapat dipindahkan, dalam hukum
perdatapositif digunakan istilah benda bergerak dan benda tetap.

22
5. Harta Ain dan HartaDayn.
a) Harta ain ialah harta yang berbentuk benda, seperti rumah,pakaian, beras, kendaraan
(mobil) dan yang lainnya.
b) Harta dayn yaitu sesuatu yang berada dalam tangung jawab.Seperti uang berada
dalam tangung jawab seseorang.

6. Mal al-ain dan Mal al-naf’i(manfaat)


a) Harta ain yaitu benda yang memiliki nilai dan bentuk (berwujud),misalnya rumah,
ternak dan yang lainnya.
b) b.Harta nafi’Iialaha’radlyang berangsur-rangsur tumbuh menurutperkembangan
masa, oleh karena itumal al-naf’itidak berwujuddan tidak mungkin disimpan.

7. HartaMamluk, Mubah, Mahjur


a) Harta Mamluk ialah sesuatu yang masuk kebawah milik, milikperorangan maupun
milik badan hukum, seperti pemerintah danyayasan.
b) Harta Mubah ialah sesuatu yang pada asalnya bukan milikseseorang, seperti air pada
mata air, binatang buruan darat, laut,pohon-pohon dihutan dan buah-buahannya.
c) Harta Mahjur ialah sesuatu yang tidak dibolehkan dimiliki sendiridan memberikan
kepada orang lain menurut syari’at, adakalanyabenda itu benda wakaf ataupun benda
yang dikhususkan untuk masyarakat umum, seperti jalan raya, mesjid-mejid,
kuburan-kuburan dan lainnya.

8. Harta yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi


a) Harta yang dapat dibagi (mal qabil li al-qismah) ialah harta yangtidak menimbulkan
suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itudibagi-bagi, misalnya beras,tepung.
b) Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabil li al-qismah) ialahharta yang
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabilaharta tersebut dibagi-bagi,
misalnya gelas, kursi, meja, mesin danyang lainnya.

23
9. Harta pokok dan harta hasil (buah)
Harta pokok ialah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.Harta pokok
disebut juga modal, misalnya uang emas dan yanglainnya, contoh harta pokok dan harta
hasil seperti bulu dombadihasilkan dari domba, maka domba merupakan harta
pokokdanbulunya merupakan harta hasil, atau kerbau yang beranak, anaknyadianggap
sebagai tsamarah dan induknya yang melahirkannya disebutharta pokok.

10.Harta Khas dan Am


a) Harta Khas ialah harta pribadi yang tidak bersekutu dengan yanglain, tidak boleh
diambil manfaatnya tanpa disetujui pemiliknya.
b) Harta Am ialah harta milik umum (bersama)yang boleh diambil manfaatnya. Atau
harta yang boleh diambil manfaatnya olehseseorang atau kelompok akan tetapi
dilarang menguasainya secarapribadi

24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini,
sehingga oleh para ulama ushul fiqh persoalan harta dimasukkan ke dalam salah satu ad-
daruriyyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas, agama, jiwa, akal, keturunan,
dan harta. Atas dasar itu, mempertahankan harta dari segala upaya yang dilakukan orang lain
dengan cara yang tidak sah, termasuk ke dalam kelompok yang mendasar dalam Islam.

Sekalipun seseorang diberi Allah memiliki harta, baik banyak atau sedikit, tidak boleh berlaku
sewenang-wenang dalam menggunakan hartanya itu. Kebebasan seseorang untuk memiliki dan
memanfaatkan hartanya adalah sebatas yang diperbolehkan oleh syara’. Oleh sebab itu, dalam
pemilikan dan penggunaan harta, disamping untuk kemaslahatan pribadi, juga harus dapat
memberikan manfaat dan kemaslahatan pada orang lain. Inilah di antara fungsi sosial dari harta
itu, karena suatu harta sebenarnya adalah milik Allah yang dititipkan ke tangan-tangan manusia.

Manusia tidak memiliki harta secara mutlak karena harta sebagai titipan sehingga dalam
pandangan tentang harta, terdapat hak-hak orang lain. Konsekuensi logis dari hal itu Adalah
adanya kewajiban bagi manusia untuk mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan
ibadah lainnya

Saran

Sebagai seorang individu di bidang ekonomi keuangan, mahasiswa diharapkan mengetahui


tentang hak dan kepemilikan harta dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
dan paham akan arti harta serta Fungsi dari harta sendiri yakni untuk menyempurnakan
pelaksanaan ibadah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah, selain itu untuk
menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat. Agar hidup lebih
bermanfaat nantinya selayaknya kita sebagai mahkluk ciptaan Allah yang telah diberi akal
memanfaatkan Harta dengan sebaik-baiknya

25
DAFTAR PUSTAKA
Palupi, W. P. (2013). HARTA DALAM ISLAM (Peran Harta Dalam Pengembangan Aktivitas Bisnis
Islami). At-Tahdzib: Jurnal Studi Islam dan Muamalah, 1(2), 154-171

Rusdan, R. (2017). KONSEP HARTA (AL-MAAL) DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. El-Hikam, 10(2),
365-403..

https://www.muisumut.com/blog/2019/10/01/konsep-harta-dan-uang-fikih-mumalah-bag-2/

http://repository.uin-suska.ac.id/2055/1/2011
https://tafsirweb.com/10910-quran-surat-al-jumuah-ayat-10

https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/adzkiya/article/download/1281/1

http://repository.uin-suska.ac.id/2055/1/2011_2011258.pdf

https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952816893#:~:text=Menurut%20Islam%20
harta%20pada%20hakikatnya,untuk%20memanfaatkan%20serta%20mengembangkan%20harta

https://www.idntimes.com/life/inspiration/dian-arthasalina/macam-zakat-harta/8

https://www.globalzakat.id/tentang/zakat-maal

https://blog.kitabisa.com/zakat-mal-pengertian-syarat-dan-cara-menghitungnya/

26

Anda mungkin juga menyukai