Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
KEPANJEN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi seseorang atau
populasi untuk menjadi sakit atau seha. Pandera mengkategorikan faktor resiko kesehatan antara lain
genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan lingkungan. Jika seseorang
dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome negatif.
Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau psikososial. Populasi rawan atau rentan merupakan
kelompok-kelompok sosial yang memiliki peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima
pelayanan kesehatan. Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan
perundangundangan yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat implementasinya sangat
beragam. Sebagian undang-undang sangat lemah pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak
memberi manfaat bagi masyarakat. Disamping itu, terdapat peraturan perundang-undangan yang
belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan bagi
perlindungan kelompok rentan.
Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas di negeri ini memerlukan
tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-kepentingan mereka melalui penegakan
hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak asasi orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat
kelompok rentan belum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan
diri dan keluarganya, serta secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
2. Apa etiologi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
3. Manifestasi Kliniks dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
4. Patofisiologi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
5. Phatway dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
6. Penatalaksanaan Medis dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
7. Pengkajian dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
8. Diagnosa Keperawatan dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
9. Intervensi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
10. Implementasi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
11. Evaluasi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
2. Untuk mengetahui etiologi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
3. Untuk mengetahui Manifestasi Kliniks dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
5. Untuk mengetahui Phatway dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan
terlantar?
7. Untuk mengetahui Pengkajian dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
8. Untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan
terlantar?
9. Untuk mengetahui Intervensi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
10. Untuk mengetahui Implementasi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
11. Untuk mengetahui Evaluasi dari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar?
D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini semoga bisa menambahkan wawasan mahasiswa SI Keperawatan dalam
mempelajari populasi rentan kecacatan dan populasi rentan terlantar.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
Kelompok masyarakat berisiko tinggi, karena berada dalam situasi dan kondisi yang kurang memiliki
kemampuan mempersiapkan diri dalam menghadapi risiko bencana atau ancaman bencana.
Penekanan pada “berisiko tinggi” karena kelompok jenis ini akan menanggung dampak terbesar dari
munculnya risiko bencana atau akan terdampak oleh sebuah ancaman bencana dibanding kelompok
masyarakat lain. Bahkan, dalam situasi normal saja, kelompok rentan sudah mesti dilihat menghadapi
risiko karena keterbatasan tertentu yang dimilikinya. Kelompok rentan ini bisa ada di dalam setiap
wilayah tertentu, suku, ras, dan agama, yang eksistensinya bisa saja disebabkan oleh kebijakan
pembangunan yang tidak adil, kepercayaan terhadap tradisi, agama dan kepercayaan tertentu yang
mendskriminasikannya.
Adapun penjelasan tiap golongan menurut ketentuan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
1. Cacat fisik
Cacat fisik adalah kelainan fisik, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan bagi penyandangnya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Jenis-jenis cacat
fisik meliputi:Cacat tubuh yaitu:
a. Cacat yang terjadi karena anggota tubuh tidak lengkap. Ketidaklengkapan ini merupakan
bawaan dari lahir, kecelakaan, maupun akibat penyakit yang menyebabkan terganggunya
mobilitas yang bersangkutan, misalnya: amputasi tangan, paraplegia, kecacatan tulang,
cerebral palsu.
b. Cacat rungu wicara yaitu: Kecacatan sebagai akibat hilangnya atau terganggunya fungsi
pendengaran dan atau fungsi bicara baik disebabkan oleh kelahiran, kecelakaan maupun
penyakit. Jenis kecacatan ini terdiri dari:
1) Cacat rungu dan wicara
2) cacat rungu
3) cacat wicara
c. Cacat netra yaitu: Cacat yang dialami seseorang sehingga terhambat mobilitas gerak yang
disebabkan oleh hilang atau berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran
2. Cacat Mental
a. Cacat mental retardasi adalah kecacatan karena seseorang yang perkembangan mentalnya
(IQ) tidak sejalan dengan pertumbuhan usia biologisnya.
b. Eks psikotik adalah kecacatan seseorang yang pernah mengalami gangguan jiwa.
3. Cacat Fisik dan Mental
Cacat ini juga disebut cacat ganda. Artinya seseorang memiliki kelainan pada fisik dan mentalnya
C. Manifestasi Kliniks
Mengemukakan bahwa standar kehidupan yang rendah ini secara langsung mempengaruhi tingkat
kesehatan, kehidupan moral dan rasa percaya diri mereka yang tergolong orang miskin. Mereka
diwarnai oleh mentalitas yang mendambakan pola kehidupan bebas tanpa diikat oleh norma-norma
sosial yang ada sehingga dengan pola pikir yang demikian mereka serasa bebas untuk memenuhi
setiap kehendaknya misalkan: kawin tanpa harus mengurus surat nikah, dengan begitu pun masyarakat
tidak ada yang menggunjingnya sebagai kumpul kebo. Kemiskinan sebagai realitas pada kaum tuna
wisma sebenarnya bukan sesuatu yang dikehendakinya. Unsur keterpaksaan lebih menunjukkan unsur
relevansinya. Hal-hal yang melatar belakangi tuna wisma atau gelandangan disebabkan faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi: malas, tidak mau bekerja keras, mental yang tidak kuat,
sedangkan faktor eksternal yaitu: faktor ekonomi, geografi, sosial, pendidikan, kultural, lingkungan, dan
agama.
D. Patofisiologi
E. Phatway
F. Penatalaksanaan
G. Pengkajian
1. Kasus
Rw di dalam desa X memiliki 666 jiwa, terdiri dari 44 keluarga yang terdiri 20 orang balita 75
orang anak, 102 orang remaja, 380 orang dewasa, dan 45 orang lansia. Berdasarkan data
yang didapat bahwa masyarakat wilayah desa X memiliki pendpatan dibawah Rp.
1.000.000 /bulan, dengan mayoritas masyarakat bekerja sebagai serabutan. Dengan
masyarakat tercatat 48% orang dewasa yang mengalami sebagai gelandangan, 15% remaja
mengalami mental rendah, 10% balita yang mengalammi disabilitas fisik. Hal ini disebabkan
oleh factor ekonomi, pendidikan rendah dan juga kurangnya pelayanan kesehatan seperti
kader yang kurang aktif dalam menjalani program puskesmas dan kurang aktifnya
masyarakat dalam menjalani pelayanan masyarakat dikarang taruna. Masyarakat kurang
peduli terhadap agregat gelandangan, disabilitas fisik beserta keluarga tidak mengizinkan
keluarganya yang menglami mental rendah untuk keluar rumah. Daerah tempat tinggal
masyrakat wilayah desa X terkenal kumuh karena kurangnya kesadaran masyarakt akan
kebersihan.
2. Pengkajian
a. Dimensi fisik
1. Usia
Rw di dalam desa X memiliki 666 jiwa, terdiri dari 44 keluarga yang terdiri 20 orang
balita 75 orang anak, 102 orang remaja, 380 orang dewasa, dan 45 orang lansia
2. Fungsi fisiolgis
Dari data yang didapatkan masyarakat tercatat 48% orang dewasa yang mengalami
sebagai gelandangan, 15% remaja mengalami mental rendah, 10% balita yang
mengalammi disabilitas fisik
3. Dimensi fisik lingkungan
Daerah tempat tinggal masyrakat wilayah desa X terkenal kumuh karena kurangnya
kesadaran masyarakt akan kebersihan
4. Dimensi sosial
Masyarakat desa X banyak yang memiliki pindidikan rendah dan ekonomi rendah
serta kurangnya pelayanan kesehatan seperti kader yang kurang aktif dalam
menjalani program dipuskesmas dan kurang aktifnya masyarakat dalam menjalani
pelayanan masyarakat dikarang taruna.
5. Dimensi prilaku
Masyarakat kurang peduli terhadap agregat gelandangan, disabilitas fisik beserta
keluarga tidak mengizinkan keluarganya yang menglami mental rendah untuk keluar
rumah
6. Dimensi kesehatan
kurangnya pelayanan kesehatan seperti kader yang kurang aktif dalam menjalani
program dipuskesmas.
H. Analisa data
I. Diagnosa Keperawatan
1. Masalah tingkat pengetahuan yang rendah
2. Masalah kesenjangan ekonomi pada resiko rentan gelandangan
J. Skoring diagnosa
1 Sifat masalah 1/2 Bila tidak segera diatasi tidak aka ada
pelayanan progam kesehatan yang
baik
Kemungkinan masalah dapat diubah 1 Penyelesaian masalah dapat
dikurangi tetapi bertahap karena tidak
mudah untuk mengubah prilaku
manusia yang dalam kasus ini adalah
permasalahannya adalah kurangnya
kesadaran masyarkat dan pelayanan
kesehatan
Pontesial masalah untuk dicegah 3 Masalah ini dapat di atasi dengan
memotivasi pihak kader puskesmas
2 dan karang taruna terhadap
Menjolnya masalah
pelayanan kesehatan
Masalah ini dapat diatasi jika adanya
program pembinan dan pelatihan
kesehatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA