Anda di halaman 1dari 34

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. MOREEN INDONESIA

5 Juli 2018

HYGIENE INDUSTRI

Disusun oleh:
Kelompok 1
dr. Affandi Zulkarnain dr. Jayanti Manda sari
dr. Angela Meike Indrayani dr. Josephine
dr. April Baby dr. Kurniadi Indra
dr. Audie Christopher dr. Marojaham Pandiangan
dr. Bergembira Ginting dr. Meki Karolina
dr. Cyndra Dwi Septiana Eris dr. Patricia Meilroviane Sudrajat
dr. Devia Irine Putri dr. Peniel Hutabarat
dr. Dicky Lesmana dr. Rizky Ade Putra
dr. Ernest Sumitro Anggrek dr. Rizkiana Malik
dr. Imam Cahyono dr. Yulianita

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

KEMENTERIAN TENAGA KERJA RI.

PERIODE 2 – 7 Juli 2018

JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dewasa ini, kita mengetahui bahwa industri di dunia berkembang dengan sangat
pesat. Kita tidak dapat menutup mata bahwa dunia industri merupakan dunia yang
menggunakan banyak sekali sumber daya berupa manusia. Manusia adalah makhluk yang
tidak luput dari suatu kecelakaan dalam melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, penting sekali
penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam sebuah perusahaan yang
merupakan suatu keharusan guna meminimalisir kejadian kecelakaan kerja.
Faktor-faktor K3 sangat mempengaruhit efisiensi produksi dari suatu perusahaan
industri sehingga dapat mempengaruhi tingkat pencapaian produktivitasnya. Pada dasarnya
tujuan K3 adalah melindungi hak keselamatan para tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan
dan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kebijakan terkait penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) melibatkan unsur manajemen,
tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah,
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta terciptanya lingkungan kerja yang
aman, efisien, dan produktif. Salah satu caranya adalah menciptakan perusahaan yang
hygiene agar lingkungan kerja menjadi aman, nyaman, dan sehat.
Hygiene perusahaan adalah suatu upaya pemeliharaan lingkungan kerja (fisik, kimia,
biologi, dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan. Upaya ini terutama dilakukan dalam hal
pengamatan, pengumpulan data, merencanakan, dan melaksanakan pengawasan terhadap
segala kemungkinan gangguan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan.
Dengan demikian, sasaran kegiatan perusahaan adalah lingkungan kerja dan lingkungan
perusahaan. Penyehatan lingkungan kerja dan perusahaan merupakan upaya pencegahan
timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan proses produksi perusahaan.
Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan dan
Kerja (SMK3) dan hygiene perusahaan sebagai bentuk upaya pencegahan timbulnya penyakit
akibat kerja dan pencemaran lingkungan akibat proses produksi perusahaan, maka pada hari
Kamis, 5 Juli 2018 telah dilakukan kunjungan ke sebuah perusahaan yang terletak di daerah
Cakung, yaitu PT. Moreen Indonesia. Kunjungan perusahaan bagi tim penyusun ini lebih
difokuskan untuk :

1
1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT.
Moreen Indonesia
2. Mengidentifikasi potensi bahaya faktor fisik, kima, dan biologis di PT. Moreen
Indonesia
3. Mengetahui pengelolaan limbah industri di PT. Moreen Indonesia
Selanjutnya, dilakukan analisis masalah terhadap data-data yang diperoleh di
lapangan dan kemudian dilakukan upaya alternatif pemecahan masalah yang ada di PT.
Moreen Indonesia. Diharapkan alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan dalam proses
tersebut dapat diterapkan kepada seluruh karyawan yang terlibat sehingga dapat mengurangi
potensi adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna memaksimalkan kinerja para
karyawan.

1.2 DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja


2. UU No. 3 Tahun 1969 tentang persetujuan konvensi organisasi perburuhan
international No. 120 mengenai higine dalam perniagaan dan kantor-kantor
3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Bahan Kimia
Berbahaya.
4. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja.
5. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan dan
kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
6. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86 dimana
dikatakan bahwa pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja.
7. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 tentang tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
8. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 86 tentang hak setiap buruh atau pekerja untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
9. UU No. 13 Tahun 2003 pasal 87 tentang setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.
10. PP No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan SMK3

2
1.3 PROFIL PERUSAHAAN
1. Nama Perusahaan: PT. Moreen Indonesia
2. Alamat: Jl. Raya Penggilingan PIK, Block D, No. 1-5 Cakung, Jakarta Timur, Kode Pos
13940
4. Sektor usaha: Gas stove, dies, jig & automotive component manufacturing
5. Telepon: 0214608553 / 02146825124
6. Fax-mail: 02146824583
7. Email: marketing@moreen.co.id
8. Luas tanah: 1500 m2
9. Luas bangunan: 1000 m2
10. Tahun berdiri: 2010
11. Direktur: Isnendar Andriansyah
12. Manager: Mulioto
13. Jumlah karyawan: 87 orang
14. Customers
PT. Yutaka Manufacturing Indonesia
15. Dokter perusahaan: 0
16. Hari kerja: Senin – Minggu
17. Jam Kerja Karyawan:
- Shift I : 07.00 - 15.00 (8 jam)
- Shift II : 15.00 - 23.00 (8 jam)
- Shift III : 23.00 - 07.00 (8 jam)
1 minggu setiap pekerja mendapat 5 shift dan sewaktu - waktu dapat lembur bila
orderan meningkat.
Setiap 2,5 jam pekerja mendapat istirahat selama 10 - 15 menit.
18. Jaminan Asuransi Kesehatan: BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang
menanggung pekerja dan keluarga pekerja
19. Pelayanan kesehatan:
- Perusahaan tidak memiliki dokter perusahaan dan tidak memiliki klinik
perusahaan
- Perusahaan bekerjasama dengan Puskesmas terdekat dan klinik langganan
terdekat (lebih percaya terhadap klinik)
- Perusahaan memiliki kelembagaan P2K3
20. Sertifikasi: ISO 9000 tahun 2015

3
1.4 ALUR PRODUKSI
Raw Material

Inspeksi

Mulai Produksi

Tandem Progresif

Blanking

Bending

Piercing

Single Part

Welding

Component

Inspeksi

Delivery

1.5 LANDASAN TEORI


A. Hygiene Industri
Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mengajarkan tata cara untuk
mempertahankan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial untuk mencapai tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi, serta sebagai suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta
lingkungannya.

4
B. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja
Beberapa faktor mempengaruhi kesehatan kerja daripada tenaga kerja antara lain
faktor fisik, faktor biologis, faktor kimia, sanitasi industri, dan pengolahan limbah.
Faktor Fisik
1) Bising:
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang
merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
 Jenis kebisingan:
- Kebisingan terus-menerus: dihasilkan oleh mesin-mesin yang berputar;
- Kebisingan terputus-putus: seperti suara pesawat terbang di udara;
- Kebisingan menghentak: seperti suara dentuman meriam, bom meledak.
 Akibat kebisingan:

Tipe Uraian
Perubahan ambang batas sementara
Kehilangan
akibat kebisingan, perubahan ambang
pendengaran
Akibat batas permanen akibat kebisingan
lahiriah Rasa tidak nyaman atau stress meningkat,
Akibat fisiologis tekanan darah meningkat, sakit kepala,
bunyi dering
Gangguan
Kejengkelan, kebingungan
emosional
Gangguan tidur atau istirahat, hilang
Gangguan
Akibat konsentrasi waktu bekerja, membaca dan
gaya hidup
psikologis sebagainya.
Merintangi kemampuan mendengarkan
Gangguan
TV, radio, percakapan, telpon dan
pendengaran
sebagainya.

Kebisingan yang dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan


penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu, yaitu 85 dB (A)
(Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011). Agar kebisingan tidak mengganggu
kesehatan atau membahayakan, perlu diambil tindakan seperti penggunaan
peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan,
penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak
ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak
mengganggu kesehatan atau membahayakan.

5
2) Getaran:
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media
dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin
atau alat dijalankan dengan motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis.
 Jenis getaran:
- Getaran seluruh tubuh, mempunyai frekuensi 1-80 Hz;
- Vibrasi segmental, dapat memapari tubuh pekerja seperti lengan dan
tangan. Getaran ini mempunyai frekuensi 5 – 1500 Hz.

3) Iklim dan Suhu:


Seorang tenaga kerja akan mampu bekerja secara efisien dan produktif bila
lingkungan tempat kerjanya nyaman. Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah
24°C-26°C. Bila iklim kerja panas dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam
bekerja dan gangguan kesehatan.

4) Pencahayaan:
 Sifat-sifat pencahayaan yang baik:
- Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan;
- Pencegahan kesilauan;
- Arah sinar;
- Warna;
- Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan.
 Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan:
- Iritasi, mata berair dan mata merah
- Penglihatan rangkap
- Sakit kepala
- Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas terhadap kontras
warna juga kecepatan pandangan
- Akomodasi dan konvergensi menurun

6
 Intensitas cahaya di ruang kerja adalah sebagai berikut.
Tingkat
Jenis
pencahayaan Keterangan
Kegiatan
minimal (Lux)
Ruang penyimpanan dan ruang
Pekerjaan
peralatan/instalasi yang
kasar & tidak 100
memerlukan pekerjaan yang
terus-menerus
kontinyu
Pekerjaan
Pekerjaan dengan mesin dan
kasar dan 200
perakitan kasar
terus-menerus
Pekerjaan kantor/administrasi,
Pekerjaan rutin 300 ruang kontrol dan pekerjaan mesin
dan perakitan atau penyusun
Pembuatan gambar atau bekerja
Pekerjaan agak dengan mesin kantor pekerja
500
halus pemeriksaan atau pekerjaan dengan
mesin
Pemilihan warna, pemrosesan,
Pekerjaan
1000 tekstil, pekerjaan mesin halus dan
halus
perakitan halus
1500
Mengukir dengan tangan, pekerjaan
Pekerjaan amat (tidak
mesin dan perakitan yang sangat
halus menimbulkan
halus
bayangan)
3000
Pekerjaan (tidak Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
detail menimbulkan sangat halus
bayangan)

 Beberapa hal yang dapat menurunkan intensitas penerangan:


- Adanya debu atau kotoran pada bola lampu;
- Bola lampu yang sudah lama;
- Kotornya kaca jendela, untuk penerangan alami;
- Perubahan letak barang-barang.

Faktor Biologis
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah Kepres No.
22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point) penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan
yang memiliki resiko kontaminan khusus.

7
Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Faktor
biologis dapat dikategorikan menjadi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis, asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan hewan
invertebrata (protozoa, ascaris).
 Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:
1. Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)
2. Ingesti/ saluran pencernaan
3. Kontak dengan kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, mulut.
 Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan:
1. Administrasi kontrol seperti administrasi kesehatan awal karyawan baru,
pemeriksaaan kesehatan secara berkala bagi karyawan lama;
2. Dilarang makan dan minum di area produksi;
3. Menjaga kebersihan kebersihan perseorangan/individu;
4. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu
yang mengandung organisme patogen dengan cara menutupi hidung dan mulut
dengan tujuan untuk menghindari debu respirabel (< 10 mikrometer);
5. Menggunakan sarung tangan yang menutupi sampai siku saat menuangkan
bahan baku;
6. Desinfeksi secara teratur terhadap lantai, dinding dan peralatan produksi.
7. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu kali
setiap bulan;
8. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin;
9. Menggunakan alas kaki dan baju khusus dalam area produksi untuk
menghindari kontaminasi mikroorganisme dari luar;
10. Sebelum dan sesudah bekerja dalam area produksi diharuskan mencuci tangan
di air mengalir dan sabun;

8
11. Pengontrolan suhu dan kelembaban udara dengan menggunakan pendingin
ruangan untuk menekan pertumbuhan dari mikroorganisme;
12. Melakukan pengolahan terhadap limbah produksi.

Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan mencegah
penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari. Salah satunya kantin
atau tempat makan para pekerja berada di ruangan tertutup sehingga lalat tidak dapat
keluar masuk dan hinggap pada makanan pekerja.

Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja. Bahan
kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan campurannya yang
bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu terdapat di setiap proses industri.
Paparan terhadap zat-zat kimia tertentu di tempat kerja dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Untuk
memahami faktor kimia di tempat kerja, seorang ahli K3 harus memiliki pengetahuan
tentang efek toksik dan sifat dari suatu zat kimia. Identifikasi zat kimia berbahaya
dapat dilakukan dengan melihat pelabelan bahan kimia dan Material Safety Data
Sheet (MSDS).

1) Klasifikasi (berdasarkan bentuknya):


 Partikulat, yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di
udara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan
jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagai suspensi di udara. Bentuk ini
memiliki ukuran 0.02-500µm. Yang termasuk dalam bentuk partikulat
diantaranya adalah sebagai berikut.
- Debu: merupakan suspensi partikel benda padat di udara. Butiran debu ini
dihasilkan oleh pekerjaan mekanisasi, seperti pekerjaan yang berkaitan
dengan gerinda, pemboran, pemecahan, dan penghancuran material padat.
Ukuran debu dapat bervariasi mulai dari yang dapat terlihat dengan mata
telanjang (50µm) sampai dengan yang tidak terlihat. Partikel debu yang
berukuran kurang dari 10µm dapat membahayakan kesehatan karena dapat

9
terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, dan yang berukuran 0.5 – 4 µm
dapat terdeposit pada alveolus paru, seperti debu kapas, silica, dan asbes.
- Fume: adalah partikel-partikel benda padat hasil kondensasi bahan-bahan
dari bentuk uap, biasanya terjadi setelah penguapan dari logam cair. Uap
dari logam cair terkondensasi menjadi partikel-partikel padat di dalam
ruangan logam cair tersebut, misalnya pada pekerjaan penyolderan,
pengelasan, atau peleburan logam. Contoh: metal fume pada peleburan
logam seperti ZnO dan PbO.
- Kabut (fog): adalah sebaran partikel-partikel cair di udara sebagai hasil
proses kondensasi dari bentuk uap atau gas melalui proses electroplanting
dan penyemprotan di mana cairan tersebar, terpercik atau menjadi busa
partikel buih yang sangat kecil. Contoh: kabut minyak yang dihasilkan
selama operasi memotong dan gerinda.
- Asap (smoke): adalah partikel-partikel karbon yang mempunyai ukuran
kurang dari 0.5µm dan bercampur dengan senyawa hidrolarbon sebagai
hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar, seperti hasil
pembakaran batubara.
- Smog: adalah bentuk suspense antara smoke dan fog bersama di udara.
Smog terdapat pada pekerjaan pembuihan.

 Non Partikulat
- Gas adalah molekul dalam udara yang menempati ruang yang tertutup dan
dapat diubah menjadi cairan atau keadaan padat dengan pengaruh dari
gabungan kenaikan tekanan dan pengurangan suhu. Gas dapat berdifusi
dengan cara menjalar atau menyebar. Contoh : bahan seperti oksigen,
nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan
normal, dapat diubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu
dan penambahan tekanan.
- Uap adalah bentuk gas dari suatu bahan yang dalam keadaan normal
berbentuk padat atau cairan pada suhu dan tekanan ruang. Uap dapat
dirubah kembali menjadi padat atau cair dengan menambah tekanan atau
menurunkan suhu. Bahan-bahan yang memiliki titik didih yang rendah

10
lebih mudah menguap dari pada yang memiliki titik didih yang tinggi.
Contoh bentuk uap adalah uap air, uap minyak, uap merkuri, uap toluen.

2) Pengaruh Fisiologis dan Patologis Bahan Kimia:


 Bahan kimia iritatif adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi atau
menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh
yang terkena biasanya kulit, mata, dan saluran pernapasan.
- Iritasi melalui kulit  apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu
dengan kulit, bahan itu akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai
pelindung. Keadaan ini disebut dermatitis (peradangan kulit).
- Iritasi melalui mata  kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia
dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai
kerusakan permanen.
- Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa
bercak-bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar apabila
terkena pada daerah saluran pernapasan bagian atas (hidung dan
kerongkongan).
 Bahan kimia bersifat asfiksian merupakan bahan kimia yang dapat
menyebabkan asfiksia, yaitu keadaan sesak napas dihubungkan dengan
gangguan proses oksigensi dalam jaringan tubuh, sehingga menimbulkan
sensasi tercekik dan dapat menyebabkan kematian. Terdapat dua jenis
asfiksia, yakni:
- Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini berhubungan
dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan didominasi oleh gas
seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen atau helium yang
kadar tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup.
- Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada
situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan
mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan zat
asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida, nitrogen, propan, argon,
dan metana.

11
 Bahan kimia bersifat zat pembius dapat mehilangkan kesadaran dan mati rasa.
Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu
seperti ethyl dan prophyl alcohol (aliphatic alcohol), dan methylethyl keton
(aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat
menekan susunan syaraf pusat.
 Bahan kimia beracun/toksin merupakan bahan kimia yang dalam kosentrasi
relatif sedikit dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan
menyebabkan kematian. Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan
sistemik dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari
tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat
menyebar keseluruh tubuh. Contoh bahan kimia toksin antara lain pestisida,
benzene, dan sianida.
 Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa
menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan tumor
(benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru
muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun.
Bahan kimia seperti arsenic, asbestos, kromium, nikel dapat menyebabkan
kanker paru-paru.
 Bahan kimia fibrotic merupakan bahan kimia yang bila masuk ke dalam tubuh
dapat menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik, seperti pneumoconiosis.
Pneumoconiosis adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya
partikel-partikel debu halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan
adanya reaksi dari jaringan paru dan membentuk jaringan fibrotik.
Contoh bahan-bahan yang menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline
silica, asbestos, talc, batubara dan beryllium.

3) Pengukuran:Untuk mengetahui kondisi real tentang kadar kontaminan kimiawi di


tempat kerja, maka perlu dilakukan pengukuran/pengujian terhadap faktor kimia
yang memapari tempat tersebut dengan cara pengambilan sample yang
selanjutnya akan dianalisa. Dalam melakukan pengukuran pada lingkungan kerja
diperlukan pengambilan sample yang dapat dilakukan secara terus menerus dalam
kurun waktu tertentu yang pada prinsipnya harus representatif dalam 8 jam kerja.
Metode yang digunakan antara lain Standar Nasional Indonesia (SNI), NIOSH,

12
AIHA, dan lain-lain. Beberapa instrument analisis yang digunakan dalam
pengujian faktor kimia adalah AAS untuk analisis kadar logam, GC untuk kadar
hidrokarbon, spectrophotometer UV/Vis untuk analisis gas organic, dan X-Ray
deffractometer. Nilai Ambang Batas (NAB), diatur berdasarkan surat edaran
Permenakertrans No.13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor kimia dan faktor
fisikadi tempat kerja.Kategori nilai ambang batas:
 NAB rata-rata selama jam kerja
 NAB pemaparan singkat
 NAB tertinggi
4) Pengendalian: Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti:
 Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
 Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang
dibuat oleh suatu perusahaan, berisikan antara lain kandungan/komposisi, sifat
fisik dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai
NAB, efek terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama
keracunana, alamat dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
 Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,
melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di
bidang kimia.
 Prinsip pengendalian bahan kimia di lungkungan kerja dilakukan dengan
tahapan sebaai berikut:
- Pengendalian secara teknis
a. Substitusi
b. Isolasi
c. Ventilasi (alamiah dan buatan)
- Pengendalian administrasi
a. Pemilihan bahan produksi potensi bahaya serendah mungkin
b. Labelling. Telah dijelaskan sebelumnya.

13
c. Penyimpanan bahan sesuai dengan kelompok sifat dan besar potensi
bahaya
d. Penanganan limbah dan sampah kimia secara khusus dan benar.
Dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya adalah
keputusan menteri tenaga kerja RI, No.Kep.187/MEN/1999.

Sanitasi Industri
Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:
 Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan;
 Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP);
 Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja dan
lingkungan sekitar perusahaan;
 Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan adalah, konsumen
terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan makanan;
 Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat meningkatkan mutu
dan umur simpan produk, mengurangi komplain dari konsumen;
 Mengurangi biaya recall.
 Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan hygiene pekerja
yang terlibat.

Sanitasi industri meliputi:


1) Water supply: Suplai air dibagi menjadi dua berdasarkan penggunaannya, yaitu:
 Domestik  untuk karyawan, makan, minum, dll
 Proses produksi
2) Pembuangan kotoran dan sampah: Sampah dibagi menjadi dua, yaitu:
 Domestik  berasal dari karyawan, bukan dari proses produksi
 Sampah industri  padat, cair
Sampah ini memerlukan manajemen khusus dalam pengelolaannya.Sampah dapat
diolah kembali untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ataupun sudah tidak
bisa dimanfaatkan lagi dan dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak
berbahaya dan mudah terurai.

14
3) Sanitasi makanan: Sanitasi makanan memegang peranan penting dalam proses
produksi. Sanitasi makanan berhubungan langsung kepada tenaga kerja ataupun
proses produksi dalam industri pangan. Sanitasi makanan merupakan usaha
pencegahan penyakit, dapat menjadi pertimbangan ekonomi dalam penyediaan
makanan dan merupakan pencegahan penyakit yang efektif. Hal–hal yang
diperhatikan dalam sanitasi makanan adalah:
 Kebersihan makanan  penyediaan bahan makanan, pengolahan makanan,
pengangkutan bahan makanan dan penyajian makanan
 Kebersihan peralatan
 Kebersihan fasilitas
 Kantin dan ruang makan
 Keracunan makanan
4) Pencegahan dan pembasmian vektor dan roden: Vektor adalah binatang yang
berperan dalam pemindahan penyakit dari sumbernya ke manusia. Contoh-contoh
vektor seperti tikus, lalat, nyamuk, kecoa, kutu dan lain-lain. Masing-masing
vektor membawa penyakit tertentu dan dapat mengenai tenaga kerja, sehingga
dapat menurunkan produktivitas. Pengendalian vektor dapat dilakukan oleh pihak
perusahaan sendiri ataupun memakai jasa pengendalian vektor profesional.
5) Penyediaan fasilitas kebersihan: Fasilitas kebersihan merupakan hal yang mutlak
harus tersedia dalam industri. Memgang peranan penting dalam proses produksi.
Fasilitas kebersihan menjamin tenaga kerja untuk menjalankan fungsi-fungsi
biologis seperti buang air kecil, buang air besar, makan, tempat ganti pakaian, dan
lain-lain. Hal – hal yang termasuk fasilitas kebersihan, yaitu:
 WC (kakus)  memenuhi syarat-syarat wc sehat, jumlah wc sebanding
dengan jumlah pekerja.
 Tempat cuci.
 Tempat mandi  membersihkan badan sebelum pulang.
 Tempat baju kerja (locker)  tempat ganti pakaian sebelum dan sesudah
kerja.
 Ruang makan dan kantin  memenuhi syarat – syarat rumah makan sehat
atau kantin sehat.

15
Pengolahan Limbah
Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Peraturan yang
mengatur mengenai pengolahan limbah diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal No.
1 Th. 1995 tentang: Tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan
limbah bahan berbahaya dan beracun. Limbah industri tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi 2 jenis yaitu yang memiliki nilai ekonomis berupa limbah yang dengan
melakukan proses lanjut akan memberi nilai tambah, serta limbah yang tidak
mempunyai nilai ekonomis berupa limbah yang diolah dalam bentuk proses apapun
tidak dapat memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat mempermudah sistem
pembuangan.

Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya ditempatkan
pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan jenisnya serta apakah
termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang bukan termasuk B3 perlu dipilah
lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa langsung dibakar atau dikubur. Yang termasuk
kedalam limbah B3 adalah limbah industri yang mengandung bahan pencemar yang
bersifat racun dan berbahaya, dimana limah B3 tersebut merupakan bahan dalam
jumlah sedikit tetapi mempunyai potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup
dan sumber daya.Limbah cair yang dihasilkan industri harus diolah terlebih dahulu
sesuai dengan spesifikasinya.Kontainer tempat menampung limbah yang termasuk
kategori B3 tidak boleh bocor, sampah tidak boleh tercecer pada waktu pengumpulan
dan penyimpanan sementara sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir B3. Secara
umum, pengolahan limbah industri dapat dilakukan melalui 3 proses, yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika:
 Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan secara
gravitasi.
 Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan aliran
udara yang dimasukkan kedalam sistim.
 Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar minyak dari
aliran limbah dengan menggunakan prinsip dasar perbedaan spesifitas
gravities anatara air dan minyak yang dibuang.

16
2) Proses pengolahan secara kimiawi:
 Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata menjadi
gumpalan-gumpalan yang cukup besar.
 Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa dalam air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
 Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah kedalam
reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi yang sangat
tinggi.
 Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme dimasukkan
kedalam beberapa media.
 Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan dangkal
untuk mengolah air limbah dengan menggunakan proses alami dengan
melibatkan ganggang dan bakteri.
 Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa
microbial aktif dalam lapisan sludge.
Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal
dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut.
Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani pencemaran udara oleh limbah gas
dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.
1) Mengontrol Emisi Gas Buang:
 Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan
hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas
sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran bahan bakar
dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber);
 Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan
berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena
filter basah juga digunakan untuk menghilangkan materi partikulat;
 Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon
monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat
dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter)
untuk menyempurnakan pembakaran;

17
 Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi
kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan
bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan
polutan.
2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan:
 Filter Udara:
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack,
agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja
yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap
diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus
segera diganti dengan yang baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung
pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu
banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya
 Pengendap Siklon:
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang
ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip
kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas
buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon
sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.Ukuran partikel /
debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 µ - 40 µ. Makin
besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
 Filter Basah:
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja
filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari
bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka
debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah
digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut
menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan:
 Pegendap Sistem Gravitasi:
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang
ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 µ atau lebih. Cara kerja alat

18
ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat
yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan
kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah
akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung
pada dimensi alatnya.
 Pengendap Elektrostatik:
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor
dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah
aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara
yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.Alat pengendap elektrostatik ini
menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25-100 kv.
Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan
positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder,
sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan
yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat
silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah-olah mengalami ionisasi.
Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif
dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang
menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih
akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

19
BAB II
PELAKSANAAN

2.1.TANGGAL DAN WAKTU PELAKSANAAN


Dilakukan pengamatan pada hari Kamis, 5 Juli 2018 pukul 09.00-10.00 WIB oleh
Kelompok I Hygiene Industri.

2.2.LOKASI PENGAMATAN
PT. Moreen Indonesia yang beralamtakan di Jl. Raya Penggilingan PIK, Blok D,
No. 1-5 Cakung, Jakarta Timur, Kode Pos 13940.

20
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pengamatan dilakukan di PT. Moreen Indonesia adalah sebagai berikut:

3.1. FAKTOR FISIK

1) Bising
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, dan wawancara dengan manager
perusahaan PT. Moreen Indonesia. Jenis kebisingan dari mesin – mesin produksi
berupa kebisingan yang kontinu. Paparan bising di tempat kerja kurang lebih 8 jam
pada 1 shift. Tidak ada pengukuran berkala untuk kebisingan di perusahaan ini,
namun secara kualitatif kebisingan di tempat kerja cukup tinggi, karena untuk
mendengar percakapan di dalam tempat bekerja saja cukup sulit. Para pekerja telah
diberikan APD berupa ear plug setiap 1 bulan, namun dari hasil pengamatan, tidak
semua pekerja menggunakan ear plug. Kebanyakan dari para pekerja merasa tidak
nyaman bila bekerja harus menggunakan ear plug.

2) Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, penerangan di tempat kerja PT.
Moreen Indonesia secara kualitatif cukup memadai pada siang hari karena adanya
cahaya matahari yang masuk melalui ventilasi, namun pada malam hari kurang
memadai karena seharusnya untuk produksi material yang membutuhkan ketelitian
tinggi harus terang. Di tempat kerja yang kami temukan ada 16 buah lampu dengan
jarak antara lampu dan medan pekerjaan cukup jauh sehingga untuk penerangan di
satu area kerja menjadi kurang, walau memang pada beberapa alat memiliki lampu
tersendiri. Tidak dilakukan pengukuran pencahayaan pada perusahaan ini secara
berkala. Menurut pengamatan yang kami lakukan secara langsung, para pekerja tidak
tampak mengalami gangguan dalam hal pencahayaan/penerangan di tempat kerja
mereka.

3) Getaran
Beberapa alat yang digunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan di PT. Moreen
Indonesia berpotensi menimbulkan getaran di dalam penggunaannya oleh para

21
pekerja. Salah satunya adalah alat-alat pada proses tandem yang mampu
menimbulkan getaran pada tangan pekerjanya, dan pada proses delivery yang
menimbulkan getaran pada seluruh tubuh. Untuk pengamanannya, pekerja diberikan
sarung tangan, namun ketebalan sarung tangan yang digunakan tidak sesuai standar.
Pada dudukan alat delivery juga tidak diberikan dudukan sebagai peredam getaran.
Tidak dilakukan pengukuran getaran pada perusahaan ini secara berkala. Pada
pengamatan langsung, para pekerja tidak mengeluhkan masalah getaran yang
ditimbulkan oleh alat-alat tersebut.

4) Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, tempat kerja di PT. Moreen Indonesia
cukup panas. Untuk mengatasi suhu yang cukup panas, dipasanglah kipas angin di
berbagai sudut. Tidak ada pengukuran iklim kerja dalam perusahaan ini secara
berkala. Dari pengamatan yang dilakukan tempat produksi para pekerja terlihat tidak
mengalami masalah yang berkaitan dengan iklim kerja di tempat mereka bekerja.

3.2. FAKTOR KIMIA

a) Debu
Sumber debu pada PT. Moreen Indonesia terutama terdapat pada proses welding
bahan baku. Pekerja welding hanya menggunakan masker berupa kain yang tidak
standar, sehingga berisiko untuk menghirup debu dari proses welding. Pabrik
memiliki ventilasi yang cukup. Penggunaan kipas juga bermaksud untuk mengurai
debu, jumlah kipas yang terpasang 8 buah yang dilakukan pengecekan secara
berkala setiap 2 bulan sekali.

b) Gas
Dari hasil pengamatan, ada penggunaan gas kimia berupa Mixed Argon yang
digunakan dalam proses welding. Proses welding dilakukan oleh robot sehingga
mengurangi risiko terhirup gas Argon, namun pekerja welding berada pada jarak
yang cukup dekat dengan robot. Pekerja welding hanya menggunakan masker
berupa kain yang tidak standar sehingga berisiko untuk menghirup gas Argon.
Ventilasi ruangan cukup.

22
c) Bahan Kimia
Dari pengamatan secara langsung, tidak ada penggunaan bahan kimia dalam proses
pembuatan barang di PT. Moreen Indonesia.

3.3. FAKTOR BIOLOGI

Berdasarkan pengamatan secara langsung, tidak ada faktor biologi yang bermakna
pada PT. Moreen Indonesia yang bermakna yang dapat menyebabkan penyakit di tempat
kerja.

3.4. KEBERSIHAN

Dari hasil kunjungan ke PT. Moreen Indonesia didapatkan tempat kerja yang tidak
bersih karena ditemukan sampah di sekitaran tempat kerja berupa masker dan plastik walau
terdapat 3 tong sampah di tempat kerja. Untuk WC pekerja tersedia 3 buah yang bisa diakses
dari dalam tempat kerja, sedangkan 1 WC untuk tamu dapat diakses melalui pintu keluar
terlebih dahulu. Namun kebersihan WC masih kurang diperhatikan dan tidak terdapat sabun
antiseptik. Jumlah WC yang berjumlah 3 telah mencukupi karena jumlah tenaga kerja selama
1 shift sebanyak 15-16 pekerja.
Ruang makan tidak tersedia di dalam tempat kerja dan tidak ada kantin khusus buat
pekerja, namun di seberang jalan tempat kerja terdapat warung. Jadi saat istirahat biasanya
hampir seluruh pekerja pergi ke warung untuk sekedar membeli makanan atau minuman
sambil istirahat sesaat. Karena letak warung yang dipinggir jalan jadi kebersihan makanan
semestinya harus diperhatikan sebab rawan terkontaminasi debu.

3.5. PETUGAS HYGIENE INDUSTRI

Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, tidak ada petugas hygiene industri
secara khusus yang mengatur dan mengharuskan seluruh tenaga kerja untuk menjaga
kebersihan diri baik dalam mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja maupun makan.

3.6. PENGOLAHAN LIMBAH

Limbah industri yang dihasilkan dari proses penghasilan produk oleh PT. Moreen
Indonesia berupa limbah padat yang bukan termasuk golongan limbah B3 (beracun dan

23
berbahaya), namun demikian limbah tersebut belum diolah secara benar. Seharusnya
disediakan tempat khusus untuk menampung dan pemusnahan serta pembuangan limbah
seharusnya memiliki berita acaranya dan tercatat dalam dokumen perusahaan. Dalam kasus
ini, PT. Moreen Indonesia membawa limbah padatnya kepada pihak ketiga ke Madura
untuk peleburan kembali.

24
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

4.1 Pemecahan Masalah Perusahaan


No. Unit Kerja Hasil Pengamatan Dampak yang Upaya Standar/PP Pemecahan
Terjadi Perusahaan Masalah

1. Faktor Fisik Permenakertrans No.


13/MEN/X/2011
- Bising Tidak ada pengukuran Jika hal ini dibiarkan, Perusahaan 1. Melakukan
berkala untuk para pekerja dapat membagian pengukuran berkala
kebisingan sejak menderita gangguan earplug setiap 4 terhadap kebisingan.
perusahaan ini pendengaran. bulan kepada 2. Sebaiknya
didirikan. Dari hasil karyawan. diperketat aturan
pengamatan, penggunaan APD.
diperkirakan intensitas 3. Karyawan
bunyi yang dihasilkan sebaiknya saling
dari mesin press sekitar mengingatkan satu
±110 dB. Dari sama lain untuk
pengamatan tidak masalah
semua pekerja penggunaan APD.
menggunakan ear plug. 4. Kemudian baiknya

25
Ketika ditanyakan perusahaan
alasan tidak memasukan materi
menggunakan, APD disetiap
dikarenakan rasa tidak brieffing mulai kerja
nyaman. atau menempelkan
poster penggunaan
ear plug.
- Pencahayaan Tidak ada pengukuran Pencahayaan yang Perusahaan sudah 1. Dilakukan
berkala untuk menilai kurang dapat menyediakan pengujian berkala
cukup tidaknya menimbulkan beberapa lampu untuk intensitas
pencahayaan di kelelahan pada mata perusahaan dan pencahayaan baik
lingkungan kerja yang dapat ventilasi sebagai saat shift pagi dan
perusahaan. Terdapat meningkatkan potensi sumber shift malam,
16 lampu tipe TL kecelakaan kerja pencahayaan. diberikan lampu
yangb pada siang hari tambahan saat
tidak di hidupkan bekerja, serta rutin
semuanya. Berdasarkan dilakukan
pengakuan petugas maintenance dan
penanggungjawab pada pembersihan
malam hari semu lampu perusahaan.
lampu dihidupkan.

26
- Getaran Pekerja mesin bagian Jika dibiarkan terus- Perusahaan Penggunaan APD
produksi tandem menerus akan memberikan APD berupa sarung tangan
memiliki risiko faktor menyebabkan berupa sarung terstandarisasi
getaran dan APD yang kelelahan yang lebih tangan Dilakukan pemeriksaan
digunakan bukan cepat dan gangguan terhadap getaran secara
sarung tangan standar seperti CTS dan berkala
Renaud Syndrome. Penegasan aturan untuk
menggunakan APD
- Iklim Kerja Iklim kerja di pabrik Jika terlalu panas Perusahaan Menambah kipas angin
cukup panas tempat bekerja maka menaruh beberapa tambahan di area kerja
akan mudah terjadi kipas angin di dan selalu
dehidrasi pada para beberapa sudut menjadwalkan
bekerja dan tempat kerja maintenance alat
menimbulkan masalah Dilakukan pemeriksaan
lain yang parah bila terhadap iklim kerja
berkepanjangan (syok, secara berkala
gangguan ginjal, Mengingatkan pekerja
gangguan kulit, dll) untuk minum lebih
sering
2. Faktor Kimia - Permenakertrans
No. 13/MEN/X/2011

27
- Keputusan menteri
tenaga kerja RI,
No.Kep.187/MEN/1
999
- Debu Pada pengamatan Bila debu terhirup dan Perusahaan Penegasan aturan untuk
didapatkan debu yang terkena mata maka memberikan APD menggunakan APD
dihasilkan dari proses dapat menyebabkan berupa masker Dilakukan pengukuran
welding yang masalah pernapasan kepada pekerja terhadap kadar debu
dikerjakan oleh robot dan keluhan mata welding secara berkala
merah atau gangguan
penglihatan
- Gas Pada pengamatan Bila terhirup gas Perusahaan Penegasan aturan untuk
didapatkan adanya Argon tersebut dalam memberikan APD menggunakan APD
penggunaan gas Argon waktu yang lama, akan berupa masker Dilakukan pengecekan
Mixed pada proses menimbulkan masalah kepada pekerja kadar gas Argon secara
welding . Berdasarkan pernapasan dan pada welding berkala
hasil wawancara, mata.
dikatakan bahwa
pekerja bagian welding
mengalami keluhan
perih pada mata jika

28
terpapar gas dari proses
pengelasan.
Para pekerja hanya
memakai masker kain
yang tidak standar
walaupun sebenarnya
perusahaan telah
menyediakan masker
khusus. Alasan tidak
memakai karena rasa
tidak nyaman yang
ditimbulkan.
- Bahan Kimia - - - - -

3. Faktor Biologi - - - Kepres No. 22/1993 -

4. Kebersihan Didapatkan tempat Menyebabkan Disediakan 3 buah Permenkes No. 70 Menambah tong
kerja yang tidak bersih lingkungan kerja yang tong sampah Th. 2016 sampah di setiap sudut
karena ditemukan tidak kondusif karena Menegaskan untuk
sampah di sekitaran kotor menjaga kebersihan
tempat kerja berupa agar kesehatan dapat
masker dan plastik terjaga
Tidak terdapat kantin Risiko makanan luar Menyarankan untuk

29
makanan sehat yang terkontaminasi bekerjasama dengan
sehingga pegawai sehingga dapat catering sehat
makan di warung menyebabkan
sekitar gangguan cerna
5. Petugas Hygiene Tidak didapatkan Hygiene perusahaan - Permenkes No. 70 Mengangkat petugas
Industri petugas hygiene yang menjadi sulit untuk Th. 2016 hygiene industri
khusus. Kamar mandi dikontrol
hanya dibersihkan satu
kali sehari.
6. Pengolahan Didapatkan limbah Limbah padat tersebut Mengangkut Keputusan Kepala Terus bekerjasama
Limbah padat dari proses dapat terhirup oleh limbah padat ke Bapedal No. 1 Th. dengan pusat
produksi berupa saluran napas dan Madura. 1995 pengolahan limbah
kumpulan debu besi. dapat menybebabkan setempat untuk
Sedangkan sisa besi gangguan saluran merecycle limbah padat
tidak terpakai akan napas tersebut
dikumpulkan
perminggunya untuk
dilebur kembali di
Madura.

30
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

PT. Moreen Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang komponen
otomotif dengan sistem semi otomatis yaitu tenaga mesin dan tenaga manusia. Seluruh cara
penggunaan mesin telah dicantumkan SOP. Secara umum, penatalaksanaan sistem K3 di
perusahaan tersebut dari penilaian hygiene industri masih belum berjalan dengan baik.
Tingkat sanitasi dan hygiene yang rendah dalam perusahaan ini perlu ditingkatkan agar dapat
menjaga kesehatan para pekerjanya.
Berdasarkan pengamatan dalam bidang hygiene industri yang telah dilakukan ke PT.
Moreen Indonesia didapatkan adanya faktor risiko baik dibidang fisika dan kimia, selain itu
juga kebersihan juga masih belum terjaga. Masalah lain yang ditemukan yaitu tidak adanya
petugas khusus untuk hygiene industri yang menyebabkan pengawasan hygiene perusahaan
belum terjaga dengan baik. Untuk pengendalian risiko faktor-faktor dari perusahaan tersebut
juga masih kurang baik yang dapat dilihat dari pengadaaan dan penggunaan APD yang masih
kurang baik.

5.2 SARAN

1) Memberi penyuluhan berkala tentang Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja terutama
terkait lima faktor yang dibahas diatas kepada tenaga kerja mengenai pemaparan faktor
tersebut dan dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan. Penyuluhan dapat dilakukan
dengan bekerja sama dengan dokter di Puskesmas wilayah untuk melakukan penyuluhan
kepada para tenaga kerja mengenai Self-Hygiene.
2) Menegaskan pentingnya penerapan K3 kepada para pekerja.
3) Mengadakan maintenance gedung dan peralatan secara berkala.
4) Melakukan pengukuran faktor-faktor bahaya secara berkala.

32
BAB VI
PENUTUP

Demikian laporan kunjungan perusahaan mengenai hygiene industri di PT. Moreen


Indonesia ini kami buat. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, baik
dalam teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Semoga
apa yang tertuang di dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya pada
umumnya dan PT. Moreen Indonesia sendiri agar dapat lebih meningkatkan lagi penerapan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) dan hygiene industri di
lingkungan kerjanya sehingga dapat menjamin kesehatan dan keselamatan para pekerjanya
dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

33

Anda mungkin juga menyukai