STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. Z
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 59 tahun
d. Pekerjaan : IRT
e. Pendidikan : Tamat SMP
f. Alamat : Jl. KH. M. Saleh, Pasir Panjang
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : 2 orang anak
c. Status ekonomi keluarga : Mampu
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di sebuah rumah panggung dengan ukuran ± 8 x 6
meter dengan atap kayu. Mempunyai 3 kamar. Masing-masing kamar
mempunyai ventilasi yang cukup untuk pencahayaan dan pertukaran
udara. Mempunyai 1 ruang makan yang bergabung dengan dapur.
Mempunyai 1 kamar mandi dengan WC jongkok. Sumber air berasal
dari air PDAM. Dan air minum dari air galon isi ulang.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama dengan dua orang anak, suami pasien telah
meninggal dunia sejak 5 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien bekerja
mengurus rumah. Anak pertama bekerja sebagai guru, dan anak kedua
masih kuliah.
1
IV. Keluhan Utama :
Sakit kepala sejak + 3 hari yang lalu.
2
VII. Riwayat Kebiasaan
- Suka mengkonsumsi kopi
- Suka makan-makanan asin dan berlemak
- Jarang berolahraga
Bentuk : normocephal
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), atropi papil (-)
Leher : pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2o, kaku kuduk (-)
Thoraks
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi : Sonor
3
Auskustasi : Suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, venektasi (-), jaringan parut (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar lien
tidak teraba, ballottement -/-, ketok CVA -/-
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Superior : Akral hangat +/+, edema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, edema -/-
X. Diagnosis Kerja
Hipertensi essensial derajat II
XII. Manajemen
a. Promotif :
- Mengatur pola makan yang benar dengan cara makan 3 kali sehari
dengan menu : Nasi, Lauk (ikan/ ayam/ telur/ tahu/ tempe), sayur
4
(bayam/ kangkung/ wortel), dan buah ( jeruk/ apel/ pisang/ pepaya)
ditambah dengan susu minimal satu kali sehari.
- Membatasi asupan garam dengan cara memisahkan masakan yang
akan dikonsumsi pasien dengan makanan yang dikonsumsi keluarga
sehingga jumlah garam yang dikonsumsi pasien bisa dikurangi dan
ditakar sesuai aturan yaitu maksimal ½ sendok makan dalam sehari.
- Menyarankan untuk berolah raga secara teratur sebanyak 2-3 kali
seminggu selama ± 30 menit
b. Preventif :
- Jangan tidur larut malam
- Hindari stress berlebihan
- Kurangi aktivitas yang terlalu berat, jangan terlalu capek.
- Tidak boleh merokok dan minum alkohol
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Istirahat yang cukup, tidur selama 8-9 jam
Mengonsumsi makanan yang bergizi
Olahraga secara teratur 2-3 kali dalam seminggu selama ± 30 menit
Diet rendah garam
Farmakologi
- Amlodipin tab 10 mg 1 x sehari
- Paracetamol tab 500mg 3x sehari (jika sakit kepala)
Obat Tradisional
Pegagan (Centella asiatica)
Segenggam daun pegagan, dimasukan ke dalam panci bersama satu gelas
air. Setelah itu rebus sampai mendidih. Selanjutnya saring ainya dan beri
campuran madu, aduk sampai rata. Minum secara rutin sehari 2 kali.
d. Disability Limitation
Jelaskan pada pasien bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan, hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan
5
pembuluh darah menjadi kaku lama-kelamaan bisa tersumbat bahkan bisa
pecah sehingga dapat menyebabkan stroke bahkan kematian, sehingga
pasien harus tetap mengkonsumsi obat antihipertensinya secara rutin dan
teratur, serta tetap kontrol ke Puskesmas bila obat habis.
e. Rehabilitatif
Menjelaskan agar pasien teratur minum obat antihipertensi dan
memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan
kerja sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk
datang secara berkala.
6
Resep puskesmas Resep ilmiah
Pro : Pro :
Alamat : Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
Pro : Pro :
Alamat : Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik dan sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1 Hipertensi sering disebut
sebagai the silent disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1
Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darah perifer.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi essensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk
membedakan dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).1,2
2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai
hampir 50 juta orang di Amerika serikat dan hampir 1 miliar orang diseluruh
dunia. Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga
bertambah. Lebih dari separuh orang berusia di atas 65 tahun menderita
hipertensi. Pengendalian tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 %
dari seluruh penderita hipertensi.2,3
2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitr 90% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya,seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek
dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor
8
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok serta
polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing,
feokromasitoma, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,
pemakaian obat-obatan seperti, kortikosteroid, simpatomimetik amin
(efedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin, amfetamin), siklosporin dan
eritropoitin dan lain-lain.
9
2.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.1,3
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume
sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas
pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu
oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat
stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3
10
Perjalanan penyakit hipertensi essensial berkembang dari hipertensi yang
kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
asimptomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi
dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil,
jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai
dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah
jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana
tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun
dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3
11
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai
risiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti
stroke,serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal
2.7 Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal
kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.3,5
Anamnesis
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
12
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
d. Gejala sistem saraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah u rin berkurang )
f. Gejala sistem kardiovaskular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem
paru, nyeri dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pielonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua
lengan, mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah
jantung kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas.
Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising
jantung dan ronki paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan
kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu
dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah
disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International
(ISH), maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).3
13
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula
darah dan elektrolit.
Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thoraks.
Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan
gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan
tekanan darah adalah:1,3,4,5
• Mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
• Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik.
• Mengurangi rokok
2.Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi
dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi
ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,dan
lansia.1,2,3,4,5
Diuretik
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan
14
darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik
menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan
tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Penghambat adrenergik
Terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetolol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem
saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan
cara meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan adalah beta-
blocker, yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang
pernah mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang
cepat- angina pektoris (nyeri dada) - sakit kepala migren.
Angiotensin converting enzyme inhibitor
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat
ini efektif diberikan kepada:- orang kulit putih- usia muda- penderita gagal
jantung - penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh
penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik- pria yang menderita
impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-bloker
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang
mirip dengan ACE-inhibitor.
2.9 Komplikasi
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang
mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:3
15
BAB III
ANALISIS KASUS
16
e. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit
Adapun faktor yang menimbulkan penyakit hipertensi pada pasien ini
terdiri dari 2 faktor yakni faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak
dapat dimodifikasi. Dimana faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor
genetik dan umur, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah gaya hidup
yang kurang sehat. Seperti tidak mengatur pola makan dengan benar, kurangnya
berolahraga dan riwayat merokok lama di masa muda.
17
f. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pola perilaku hidup
bersih dan sehat dan menerapkannya di dalam rumah tangga.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Hirlan. 2006. Hipertensi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
5. Sudoyo Aru, Setiyohadi, Alwi Idrus, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I. Edisi IV FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 599-
603, 616-617.
6. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/241381-differential
tanggal 20 Maret 2018.
19