Anda di halaman 1dari 19

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. Z
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 59 tahun
d. Pekerjaan : IRT
e. Pendidikan : Tamat SMP
f. Alamat : Jl. KH. M. Saleh, Pasir Panjang
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak/saudara : 2 orang anak
c. Status ekonomi keluarga : Mampu
d. Kondisi Rumah :
Pasien tinggal di sebuah rumah panggung dengan ukuran ± 8 x 6
meter dengan atap kayu. Mempunyai 3 kamar. Masing-masing kamar
mempunyai ventilasi yang cukup untuk pencahayaan dan pertukaran
udara. Mempunyai 1 ruang makan yang bergabung dengan dapur.
Mempunyai 1 kamar mandi dengan WC jongkok. Sumber air berasal
dari air PDAM. Dan air minum dari air galon isi ulang.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga :
Pasien tinggal bersama dengan dua orang anak, suami pasien telah
meninggal dunia sejak 5 tahun yang lalu. Sehari-hari pasien bekerja
mengurus rumah. Anak pertama bekerja sebagai guru, dan anak kedua
masih kuliah.

III. Aspek Psikologis di Keluarga :


Pasien merupakan seorang ibu yang sabar dan dekat dengan keluarganya.
Hubungan pasien dengan keluarganya baik.

1
IV. Keluhan Utama :
Sakit kepala sejak + 3 hari yang lalu.

V. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang berobat ke Posbindu dengan keluhan sakit kepala
sejak 3 hari yang lalu. Sakit kepala terjadi hilang timbul, diseluruh bagian
kepala, lama keluhan kira-kira 3 menit, dalam sehari dapat terjadi > 3 kali
serangan, keluhan dirasakan semakin memberat jika pasien kelelahan dan
membaik jika pasien beristirahat atau tidur.
Keluhan ini membuat kepala pasien terasa berat dan menjalar
hingga ke leher. Selain sakit kepala, selama seminggu belakangan ini
pasien merasa lehernya sering tegang atau kaku dan sulit tidur.
Sebelumnya pasien memang sering merasakan keluhan yang sama sejak 3
minggu terakhir.
BAK normal dan BAB normal tidak ada keluhan. Pasien hanya
berobat ke Puskesmas bila ada keluhan saja. Keluhan demam (-), mual (-),
muntah (-), pusing berputar (-), telinga berdenging (-), nyeri pinggang (-),
pingsan (-), kelemahan pada anggota badan (-), bicara pelo (-), nyeri dada
(-), jantung berdebar (+), sesak nafas (-), sering kencing dimalam hari (-),
sering lapar (-), sering haus (-).

VI. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


- Riwayat hipertensi diakui, diketahui sejak + 3 minggu yang lalu dengan
tekanan darah saat didiagnosa menderita hipertensi 160/100 mmhg,
mengkonsumsi obat anti hipertensi tidak rutin, pasien mendapat obat
amlodipin 5 mg yang diminum 1 kali sehari.
- Riwayat diabetes melitus disangkal.
- Riwayat stroke disangkal
- Riwayat keluarga hipertensi tidak ada

2
VII. Riwayat Kebiasaan
- Suka mengkonsumsi kopi
- Suka makan-makanan asin dan berlemak
- Jarang berolahraga

VIII. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan Umum
 Keadaan sakit : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Suhu : 36,7°C
 Tekanan darah : 150/90 mmHg
 Nadi : 88 x/menit
 Pernafasan : 22 x/menit
Ekstremitas :
Superior : CRT<2 detik
Inferior : CRT<2 detik
Kepala :

Bentuk : normocephal

Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil

isokor, reflex cahaya +/+

Telinga : Serumen -/-, nyeri tekan tragus -/-

Hidung : Sekret -/-, Epistaksis -/-

Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), atropi papil (-)

Leher : pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2o, kaku kuduk (-)

Thoraks

Paru :
 Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
 Palpasi : Fremitus kiri dan kanan normal
 Perkusi : Sonor

3
 Auskustasi : Suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba, tidak kuat angkat
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, venektasi (-), jaringan parut (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar lien
tidak teraba, ballottement -/-, ketok CVA -/-
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Superior : Akral hangat +/+, edema -/-
Inferior : Akral hangat +/+, edema -/-

IX. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan


Pemeriksaan Anjuran : Profil Lipid, GDP

X. Diagnosis Kerja
Hipertensi essensial derajat II

XI. Diagnosis Banding


Tension headache

XII. Manajemen
a. Promotif :
- Mengatur pola makan yang benar dengan cara makan 3 kali sehari
dengan menu : Nasi, Lauk (ikan/ ayam/ telur/ tahu/ tempe), sayur

4
(bayam/ kangkung/ wortel), dan buah ( jeruk/ apel/ pisang/ pepaya)
ditambah dengan susu minimal satu kali sehari.
- Membatasi asupan garam dengan cara memisahkan masakan yang
akan dikonsumsi pasien dengan makanan yang dikonsumsi keluarga
sehingga jumlah garam yang dikonsumsi pasien bisa dikurangi dan
ditakar sesuai aturan yaitu maksimal ½ sendok makan dalam sehari.
- Menyarankan untuk berolah raga secara teratur sebanyak 2-3 kali
seminggu selama ± 30 menit
b. Preventif :
- Jangan tidur larut malam
- Hindari stress berlebihan
- Kurangi aktivitas yang terlalu berat, jangan terlalu capek.
- Tidak boleh merokok dan minum alkohol
c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Istirahat yang cukup, tidur selama 8-9 jam
 Mengonsumsi makanan yang bergizi
 Olahraga secara teratur 2-3 kali dalam seminggu selama ± 30 menit
 Diet rendah garam
Farmakologi
- Amlodipin tab 10 mg 1 x sehari
- Paracetamol tab 500mg 3x sehari (jika sakit kepala)
Obat Tradisional
Pegagan (Centella asiatica)
Segenggam daun pegagan, dimasukan ke dalam panci bersama satu gelas
air. Setelah itu rebus sampai mendidih. Selanjutnya saring ainya dan beri
campuran madu, aduk sampai rata. Minum secara rutin sehari 2 kali.

d. Disability Limitation
Jelaskan pada pasien bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan, hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan

5
pembuluh darah menjadi kaku lama-kelamaan bisa tersumbat bahkan bisa
pecah sehingga dapat menyebabkan stroke bahkan kematian, sehingga
pasien harus tetap mengkonsumsi obat antihipertensinya secara rutin dan
teratur, serta tetap kontrol ke Puskesmas bila obat habis.

e. Rehabilitatif
Menjelaskan agar pasien teratur minum obat antihipertensi dan
memantau tekanan darah pasien secara rutin. Hal ini dilakukan dengan
kerja sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran dokter untuk
datang secara berkala.

6
Resep puskesmas Resep ilmiah

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang

(0741) - 572284 (0741) - 572284

dr. Jambi, ………… dr. Jambi, …………

Pro : Pro :

Alamat : Alamat :

Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang

(0741) - 572284 (0741) - 572284

dr. Jambi, ………… dr. Jambi, …………

Pro : Pro :

Alamat : Alamat :

Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistolik dan sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1 Hipertensi sering disebut
sebagai the silent disease karena penderita umumnya tidak mengetahui dirinya
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.1
Hipertensi yang lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darah perifer.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi essensial. Beberapa penulis memilih istilah hipertensi primer, untuk
membedakan dengan hipertensi sekunder (diketahui penyebabnya).1,2

2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai
hampir 50 juta orang di Amerika serikat dan hampir 1 miliar orang diseluruh
dunia. Meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien hipertensi juga
bertambah. Lebih dari separuh orang berusia di atas 65 tahun menderita
hipertensi. Pengendalian tekanan darah penderita hipertensi hanya mencapai 34 %
dari seluruh penderita hipertensi.2,3

2.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :3
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitr 90% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya,seperti genetik, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek
dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor

8
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok serta
polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindroma cushing,
feokromasitoma, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,
pemakaian obat-obatan seperti, kortikosteroid, simpatomimetik amin
(efedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin, amfetamin), siklosporin dan
eritropoitin dan lain-lain.

2.4 Faktor – Faktor Risiko


Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.1,2,3
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Genetik.
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Etnis
5. Penyakit Ginjal
6. Obat-obatan
7. Preeklampsi pada kehamilan
8. Keracunan timbal akut
b. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan
1. Stress
2. Obesitas
3. Nutrisi
4. Merokok
5. Kurang olahraga

9
2.5 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,
renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
aksi utama.1,3
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.1,3
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.1,3
Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume
sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas
pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu
oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat
stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.1,3

10
Perjalanan penyakit hipertensi essensial berkembang dari hipertensi yang
kadang- kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode
asimptomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi
dengan komplikasi, dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil,
jantung, ginjal, retina dan susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai
dari prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah
jantung) kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana
tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun
dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun.1,3

2.6 Gejala Klinis


Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang
lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi
disebut sebagai silent killer karena dua hal, yaitu:1,2,3,4,5
 Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah , dan sakit
kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi.
Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.

11
 Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai
risiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti
stroke,serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;


meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). berikut beberapa gejala hipertensi :
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Mual
 Muntah
 Sesak nafas
 Gelisah
 Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata, jantung dan ginjal.
 Sering buang air kecil terutama di malam hari
 Telinga berdenging.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan


bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.7 Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal
kita sudah dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.3,5
Anamnesis
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.

12
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
d. Gejala sistem saraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah u rin berkurang )
f. Gejala sistem kardiovaskular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem
paru, nyeri dada).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pielonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah di kedua
lengan, mencari kerusakan organ sasaran (retinopati, gangguan neurologi, payah
jantung kongestif, diseksi aorta). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas.
Auskultasi untuk mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising
jantung dan ronki paru. Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan
kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu
dicari penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.5
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah
disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi International
(ISH), maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).3

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

13
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula
darah dan elektrolit.
 Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thoraks.
 Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.

2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi.
Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan
gaya hidup. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan
tekanan darah adalah:1,3,4,5
• Mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk;
• Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension)
yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik.
• Mengurangi rokok

2.Terapi farmakologi
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah
melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi
dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi
ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik,dan
lansia.1,2,3,4,5
Diuretik
Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan
mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan

14
darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik
menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan
tambahan kalium atau obat penahan kalium.
Penghambat adrenergik
Terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetolol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem
saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan
cara meningkatkan tekanan darah.Yang paling sering digunakan adalah beta-
blocker, yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda- penderita yang
pernah mengalami serangan jantung- penderita dengan denyut jantung yang
cepat- angina pektoris (nyeri dada) - sakit kepala migren.
Angiotensin converting enzyme inhibitor
Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat
ini efektif diberikan kepada:- orang kulit putih- usia muda- penderita gagal
jantung - penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh
penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik- pria yang menderita
impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. Angiotensin-II-bloker
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang
mirip dengan ACE-inhibitor.

2.9 Komplikasi
Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang
mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu:3

No. Sistem organ Komplikasi

1. Jantung Infark miokard, Angina pectoris, Gagal jantung


kongestif
2. System saraf pusat Stroke, Ensefalopati hipertensif

3. Ginjal Gagal ginjal kronis

4. Mata Retinopati hipertensif

15
BAB III
ANALISIS KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


Keadaan rumah pasien tergolong kurang bersih namun cukup rapi. Sarana
rumah tersedia seperti ventilasi udara, dan lantai berdebu, lantai diberi terpal dan
tidak licin. Jamban leher angsa, air bersih tersedia dan halaman rumah yang
terawat. Penyakit yang diderita oleh pasien tidak memiliki hubungan dengan
keadaan rumah dan lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan aspek keadaan di keluarga


Pasien tinggal bersama dengan dua orang anak dirumah, suami pasien
telah meninggal dunia sejak 5 tahun yang lalu. Pasien masih bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Keluarga pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Salah satu
faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi adalah herediter. Namun
tidak ada faktor herediter dalam kasus ini.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Pasien dan keluarga masih sering mengonsumsi makanan yang
mengandung lemak dan makanan yang asin. Di rumah pasien juga sering
memasak dengan bahan penyedap. Keadaan ini dapat menimbulkan penyempitan
pembuluh darah sistemik yang berakibat pada peningkatan tekanan darah pada
pasien dan bahkan pada anggota keluarga lainnya. Ada hubungan.

d. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis


Penyebab hipertensi terbagi 2 yaitu hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder. Pada pasien ini penyebab hipertensi tidak diketahui atau sering disebut
hipertensi esensial. Dimana hipertensi ini dialami sekitar 90% kasus.

16
e. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit
Adapun faktor yang menimbulkan penyakit hipertensi pada pasien ini
terdiri dari 2 faktor yakni faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak
dapat dimodifikasi. Dimana faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor
genetik dan umur, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi adalah gaya hidup
yang kurang sehat. Seperti tidak mengatur pola makan dengan benar, kurangnya
berolahraga dan riwayat merokok lama di masa muda.

f. Analisis untuk menghindari faktor memperberat dan penularan


penyakit:
Untuk menghindari faktor yang memperberat yaitu dengan memodifikasi
gaya hidup yang sehat seperti mengatur pola makan dengan benar, hindari makan
yang mengandung garam dan berlema, hindari stres, olah raga yang teratur. Selain
itu pasien juga kontrol teratur, periksa tekanan darah secara rutin serta
mengkonsumsi obat yang teratur.

Rencana Promosi Dan Pendidikan Kesehatan Kepada Pasien Dan Kepada


Keluarga
a. Memberikan pengetahuan dan bahaya tentang penyakit hipertensi
yang dapat berkembang menjadi berbagai penyakit seperti stroke dan
infark miokard.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tanda dan gejala timbulnya
hipertensi.
c. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi baik yang tidak dapat
dimodifikasi maupun yang dapat dimodifikasi.
d. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien yang telah
didiagnosa menderita hipertensi harus mengonsumsi obat
antihipertensi seumur hidup untuk mencegah timbulnya komplikasi.
e. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bagaimana pencegahan
hipertensi.

17
f. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pola perilaku hidup
bersih dan sehat dan menerapkannya di dalam rumah tangga.

Rencana Edukasi Penyakit Kepada Pasien dan Kepada Keluarga


 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini tidak diketahui
penyebabnya.
 Namum ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya:
- Faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor genetik dan umur.
- Faktor yang dapat dimodifikasi yaitu gaya hidup.
Faktor gaya hidup merupakan faktor yang dapat dimodifikasi seperti
olah raga yang cukup, berfikir positif, hindari stress dan mengatur pola
makanan dengan benar yakni makan makanan yang rendah kolesterol,
diet rendah garam.

Anjuran-Anjuran Promosi Kesehatan Penting yang Dapat Memberi


Semangat/Mempercepat Penyembuhan Pada Pasien
Pasien diberi nasehat bahwa hipertensi itu merupakan penyakit yang
berbahaya bila dibiarkan. Hipertensi bila dibiarkan dapat menyebabkan pembuluh
darah menjadi kaku dan bisa tersumbat bahkan bisa pecah sehingga dapat
menyebabkan komplikasi seperti stroke bahkan kematian.
Oleh karena itu pasien dianjurkan :
 Mengatur pola makan yang benar dengan cara makan 3 kali sehari dengan
menu : Nasi, Lauk (ikan/ ayam/ telur/ tahu/ tempe), sayur (bayam/
kangkung/ wortel), dan buah ( jeruk/ apel/ pisang/ pepaya) ditambah
dengan susu minimal satu kali sehari. Membatasi asupan garam dengan
cara memisahkan masakan yang akan dikonsumsi pasien dengan makanan
yang dikonsumsi keluarga sehingga jumlah garam yang dikonsumsi pasien
bisa dikurangi dan ditakar sesuai aturan
 Mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin
 Jika klinis memberat, ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut
 Olahraga secara teratur 2-3 kali dalam seminggu selama ± 30 menit

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Hirlan. 2006. Hipertensi, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.

3. Kaplan Norman M. Hipertensive Crisis. In : Flynn T Joseph. Kaplan


clinical hypertensive. 9 ed. Williams Wilkins, 2006. Chapter 8.

4. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam:


Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia:
Elsevier Saunders, 2005.p 528-529.

5. Sudoyo Aru, Setiyohadi, Alwi Idrus, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I. Edisi IV FKUI. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 599-
603, 616-617.
6. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/241381-differential
tanggal 20 Maret 2018.

19

Anda mungkin juga menyukai