Anda di halaman 1dari 247

Seorang laki-laki, usia 40 tahun, datang dengan keluhan

mulut mencong ke kiri sejak 2 hari yang lalu, mata kanan


sulit ditutup, dan alis kanan tidak dapat diangkat. PF
tanda vital dalam batas normal. St neurologis parese N.
VII perifer sinistra.
Terapi medikamentosa pada kasus ini?

1 A.
B.
C.
Ibuprofen
Piracetam
Prednison
D. Aspilet
E. Piroxicam
C. PREDNISO
N
• KEYWORDS:
• Laki-laki, 40 tahun
• Mulut mencong ke kiri sejak 2 hari yang lalu
• Mata kanan sulit ditutup
• Alis kanan tidak dapat diangkat
• PF tanda vital dalam batas normal
• St neurologis parese N. VII perifer sinistra.
TAT LAKSANA BELL’S
ATujuan PALSY
pengobatan:
kerusakan N.VII.
memperbaiki fungsi dan mengurangi

Pengobatan inisial
- • Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk
pengobatan Bells’ palsy
• Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi
saraf kranial, jika diberikan pada onset awal
• Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6
hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari
• Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari
selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg
- oral 5 kali/hari.
Lindungi mata
• Perawatan mata: lubrikasi okular topikal (artifisial air mata pada siang
hari) dapat mencegah corneal exposure.
- Fisioterapi atau akupunktur : dapat mempercepat perbaikan
dan menurunkan sequele
Sumber: Acuan PPK Neurologi PERDOSSI, 2016
Seorang laki-laki, 25 tahun, datang dengan keluhan demam tinggi sejak 5
hari SMRS. Mual (+), muntah (+), Sebelumnya
mengeluhkan sakit telinga kanan hingga keluar cairan dan bengkak di
belakang telinga kanan. Tanda vital tekanan dari
130/80, Nadi 100x/m, Suhu 39.5, RR 20x/m. Kaku kuduk (+). Dokter
akan melakukan pemeriksaan pungsi lumbal.
Temuan hasil pemeriksaan LCS yang paling mungkin adalah?

2 A.
MN
B.
Warna keruh, protein menurun, glukosa menurun, leukosit meningkat
Warna xanthochrome, protein menurun, glukosa menurun,

leukosit PMN meningkat


C. Warna keruh, protein meningkat, glukosa menurun, leukosit meningkat
PMN Warna bening, protein menurun, glukosa tetap, leukosit dan MN
D. tidak ada
PMN Warna bening, protein tetap, glukosa tetap, leukosit PMN
E.
meningkat
C. WARNA KERUH, PROTEIN
MENINGKAT, GLUKOSA
MENURUN,
LEUKOSIT PMN MENINGKAT
KEYWORDS:
• Laki-laki, 25 tahun
• Demam tinggi 5 hari SMRS
• Mual (+), muntah (+), sebelumnya mengeluhkan sakit
telinga kanan hingga keluar cairan dan bengkak di
belakang telinga kanan.
• Tanda vital tekanan dari 130/80, Nadi 100x/m, Suhu
39.5, RR 20x/m. Kaku kuduk (+)
• Pemeriksaan pungsi lumbal
DIAGNOSIS INFEK SSP
BANDING
Klinis/Lab Ensefalitis Mening Bakterial Meningitis TBC
SIMeningitis Virus Ensefalopati
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/Kronik
Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari
Kejang Umum/fokal umum umum umum Umum
Penuru Somnolen- apatis Variasi, apatis- Cm-apatis Apatis-
nan sopor sopor somnolen
Kesadar +/- +/- ++/- - -
an
Lambat cepat lambat cepat Cepat/
Paresis
lambat
Perbaikan
kesadaran Tdk dapat ++/- TBC/riw. kontak - Ekstra
Etiologi SSP
diidentifikasi
Terapi Simptomatik Antibiotik tuberkulostatik Simptomatik Atasi
Sumber: Medscape
penyakit
TEMUA LC PADA INFEK SSP
N MeningitisS
Bacterial Viral
Meningitis SI viral
TBC Meningitis Encephalitis Encephalopathy

Tekanan ↑↑ Normal/↑ ↑ ↑ ↑

Makros. Keruh Jernih Xantokrom Jernih Jernih

Leukosit >1000 10-1000 500-1000 10-500 <10

PMN (%) +++ + + + +

MN (%) + +++ +++ ++ -

Protein ↑↑ Normal/↑ ↑ Normal Normal

Glukosa ↓↓ Normal ↓↓ Normal Normal

Gram / Rapid Positif Negatif Negatif Negatif Negatif


Sumber: Medscape
test
Sumber: Medscape
Seorang pria, usia 40 tahun, dibawa ke IGD dengan GCS 1-1-5.
1 jam SMRS pasien mengalami kecelakaan lalu lintas saat naik
sepeda motor. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah
110/70, nadi 114 kali/menit, respirasi 30 kali/menit, tanda
rangsang meningeal (-), pinpoint pupil (+), refleks patologis
babinski (+).
Jika terdapat herniasi otak pada pasien ini maka herniasi

3
sudah sampai ke…

A. Medula oblongata
B. Mesensefalon
C. Pons
D. Subkorteks serebri
E. Korteks serebri
C. PONS
KEYWORDS:
• Seorang pria, 40 tahun, penurunan kesadaran
GCS 1-1-15
• Post KLL 1 jam sebelumnya
• PF: TD 110/70, nadi 114x/menit, respirasi 30x/menit,
pinpoint pupil (+), refleks patologis babinski (+)
EFE HERNIASI PUPI
K
• RefleksPADA
Babinski (+)  lesi UMN L

Sumber: Netter Atlas


Seorang laki-laki, usia 28 tahun, kecelakaan jatuh dari motor.
Saat terjatuh, bahu kirinya membentur trotoar. Dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan jari-jari bisa digerakkan bebas,
tapi lengan dan bahu tidak bisa digerakan.
Apa diagnosis pasien tersebut?

A. Erb palsy

4
B. Carpal Tunnel Syndrome
C. Drop hand
D. Klumpke palsy
E. Guyon Canal Syndrome
A. ER PALS
B Y
KEYWORDS:
• Laki-laki, 28 tahun
• Post KLL jatuh dari motor dengan bahu kiri
membentur trotoar  riwayat trauma (+)
• Jari-jari bisa digerakkan bebas, tapi lengan dan
bahu tidak bisa digerakan
CEDERA SARAF PERIFER
• Drop wrist/drop hand  cedera n. radialis
• Claw hand  cedera n. ulnaris
• Ape thumb  cedera n. medianus
• Pointing index  cedera n. medianus
• Winging scapula  cedera n. thoracodorsalis
• Drop foot  cedera n. poplitea lateralis
CEDERA PLEKSUS
BRACHIALIS
• Erb-Duchenne Palsy
• Lesi Pleksus pada C5-6
• Penyebabnya antara lain:
–Trauma Lahir (traksi bahu pada bayi sungsang, traksi kepala
pada distosia bahu )
–Jatuh kepala dengan lateralisasi maksimal

• Sikap:
–Lengan atas : adduksi + internal rotasi
–Lengan bawah : ekstensi + pronasi
–Tangan : fleksi POLICEMAN’S TIP HAND,
–Jari : normal
WAITER’S TIP HAND
POLICEMAN’ TI HAND
S P

Sumber: JAMAnetwork, 2001


CEDERA PLEKSUS
BRACHIALIS
• Klumpke-Dejerine Palsy
• Lesi Pleksus pada C8-T1
• Penyebabnya antara lain:
–Elevasi bahu/overekstensi (traksi kepala pada presentasi
kepala, lengan tertinggal pada persalinan sungsang)
dapat
–Jatuh dari pohon mendadak (masih
berpegangan/bergantung)

• Sikap:
–Lengan atas : normal
–Lengan bawah : fleksi ringan
–Tangan : dorsofleksi + claw hand
–Jari : ekstensi
KLUMPKE- PALS
DEJERINE Y

Sumber: Journal of Hand Surgery, 2013


Seorang laki-laki, 35 tahun, mengeluh lemah pada lengan kiri.
Pasien pernah mengalami kecelakaan motor 1 bulan yang
lalu. Pada PF kesadaran dan TTV dalam batas normal,
ditemukan atrofi m.brachioradialis sinistra dan tangan kiritidak
bisa dorsofleksi.
Kelainan pada kasus ini terdapat pada?

5
A. n. radialis
B. n. ulnaris
C. n. medianus
D. Pleksus brachialis
E. n. axillaris
A. N. RADIALI
S
KEYWORDS:
• Laki-laki, 35 tahun
• Lemah pada lengan kiri
• Riwayat KLL motor 1 bulan yang lalu
• Kesadaran dan TTV dalam batas normal
• Atrofi m.brachioradialis sinistra (+), dorsofleksi
manus sinistra (-) drop hand
CEDERA NERVUS
RADIALIS
• Penyebabnya antara lain:
• Axilla : aneurisma pembuluh darah axilla, crutch palsy
• Bahu : fraktur proksimal humerus, dislokasi bahu
• Sulcus spiralis : fraktur corpus humerus, Saturday night palsy,
syringe palsy
• Antara sulcus spiralis dan epicondilus lateralis  fraktur
humerus, fraktur supracondilar, fraktur epicondilus
lateralis, cedera penetrasi
• Siku : fraktur caput radii, fraktur monteggia, dislokasi elbow
posterior

Sumber: American Association of Orthopaedic Surgeons, 2009


CEDERA NERVUS
RADIALIS
• Sikap:
–Tergantung letak cedera
Daerah atas axilla:
• Kelemahan lengan atas  ekstensi dan fleksi (-) ec
kelemahan m. triceps brachii dan m. brachioradialis
• Kelemahan otot ekstensor wrist dan jari  wrist drop
dan finger drop
• Kelemahan abduktor longus dan otot otot ekstensor
Lesi sekitar humerus:
• Gangguan m. brachioradialis dan m. extensor carpi
radialis longus
Gangguan sensoris pada daerah inervasi n. radialis
Sumber: American Association of Orthopaedic Surgeons, 2009
Tn. Wisnu, 29 tahun, datang dibawa keluarga karena
percobaan bunuh diri, pasien sering merasa sedih dan
murung, pasien tidak lagi bekerja sejak 2 minggu yang lalu.
Dari pemeriksaan status mental didapatkan hasil pasien tidak
merasa melihat bayangan atau mendengar suara tanpa
sumber, isi pikir realistih, pasien tampak tidak memiliki minat,
serta tidak bertenaga. Apa terapi paling tepat yang

6
diberikan kepada pasien ini ?

A. Amitriptilin
B. Gabapentin
C. Fluoxetine
D. Haloperidol
E. Trifluoperazine
C. Fluoxetine
KEYWORDS
:• 2 minggu tidak bekerja
• Percobaan bunuh diri
• Pasien sering murung dan sedih
• Pemeriksaan status mental didapatkan hasil pasien tidak
merasa melihat bayangan atau mendengar suara tanpa
sumber, isi pikir realistih, pasien tampak tidak memiliki
minat, serta tidak bertenaga
 Mengarah ke Depresi
Episode Depresif
• Gejala Utama :
• Afek depresif
• Anhedonia  kehilangan minat dan kegembiraan
• Anergia  hilangnya energi (mudah lelah)
• Gejala Lainnya :
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
• Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
• Pandangan masa depan yang suram
• Gagasan/perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
• Tidur terganggu
• Nafsu makan berkurang
• 2 minggu untuk penegakkan diagnosis
Sumber:
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) DSM
IV-TR
Tatalaksana Gangguan Depresi
• Tatalaksana utama adalah
pemeberian obat Antidepresan
Mekanisme kerja obat ini :

• Menghambat re-uptake
neurotransmitter aminergik
(noradrenaline, serotonin,
dopamine)
• Menghambat penghancuran
neurotransmitter oleh enzim
“monoamine oxidase”

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Obat-obat Antidepresan
Golongan Nama Generik Sediaan Dosis Anjuran Warna Sediaan
Amitriptilin 25 mg 75 - 150 mg/h Merah
Imipramin 25 mg 75 - 150 mg/h
Trisiklik (TCA) Clomipramine 25 mg 75 - 150 mg/h
Tianeptine 12,5 mg 25 - 50 mg/h
Opipramol

tab (10, 25, 50, 75 mg)


Maprotiline drops 2% 50 ml ampul 75 - 150 mg/h
Tetrasiklik 25 mg/5 ml

Mianserin tab (10, 30 mg) 30 - 60 mg/h


Amoxapine 100 mg 200-300 mg/h
MAOI- Meclobemide 300 - 600 mg/h
Reversible 150 mg
Trazodone Tidak ada
Atypical Tianeptine 12,5 mg 25 - 50 mg/h
Mirtazapine 30 mg 15 - 45 mg/h
Sertraline 50 mg 50 -100 mg/h Putih

Caps ( 10-20mg, Caps (Putih, hijau


Fluoxetine 20 mg), Caplet 20 mg 20 - 40 mg/h
tosca)
SSRI
Fluvoxamine tab (50, 100 mg) 50 - 100 mg/h
Paroxetine 20 mg 20 - 40 mg/h
Citalopram 20 mg 20 - 60 mg/h

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Pemilihan Obat Antidepresan
• Obat Antidepresan memiliki efek primer yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan
terutama pada efek sekunder (efek samping)
• Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada sindrom depresi ringan dan
sedang yang datang berobat jalan pada faskes umum, pemilihan obat antidepresan
sebaiknya mengikuti step care :
• Step 1 = Golongan SSRI
• Step 2 = Golongan Trisikilik
• Step 3 + Golongan Tetrasiklik / atypical / MAOI-Reversible

• Pertama menggunakan golongan SSRI  efek samping minimal, spektrum efek anti depresi luas,
dan gejala putus obat sangat minimal, dan lethal dose yang sangat tinggi
Setelah menggunakan dosis adekuat sekitar 3 bulan tidak efektif, bisa berganti ke
• trisiklik  efek sampingnya lebih besar, tp spektrum anti depresinya luas
jika masih belum efektif bisa berganti ke golongan MAOI-Reversible  efek samping
• lebih ringan disbanding trisiklik, tp spektrum anti depresi yang sempit
Pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period” guna
• mencegah Serotonin Malignant Syndrome

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Pemilihan Obat Antidepresan
• Obat Antidepresan memiliki efek primer yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan
terutama pada efek sekunder (efek samping)
• Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada sindrom depresi ringan dan
sedang yang datang berobat jalan pada faskes umum, pemilihan obat antidepresan
sebaiknya mengikuti step care :
• Step 1 = Golongan SSRI
• Step 2 = Golongan Trisikilik
• Step 3 + Golongan Tetrasiklik / atypical / MAOI-Reversible

• Pertama menggunakan golongan SSRI  efek samping minimal, spektrum efek anti depresi luas,
dan gejala putus obat sangat minimal, dan lethal dose yang sangat tinggi
Setelah menggunakan dosis adekuat sekitar 3 bulan tidak efektif, bisa berganti ke
• trisiklik  efek sampingnya lebih besar, tp spektrum anti depresinya luas
jika masih belum efektif bisa berganti ke golongan MAOI-Reversible  efek samping
• lebih ringan disbanding trisiklik, tp spektrum anti depresi yang sempit
Pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period” guna
• mencegah Serotonin Malignant Syndrome

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Pasien perempuan dengan keluhan penampilan afek
depresi, tampak anhedonia,dan anergia, dan tidak percaya
diri, tidak tahu masa depannya sekarang akan bagaimana,
tidak dapat tidur setrta tidak mau makan. Mencoba bunuh
diri tetapi tidak berhasil. Gejala sudah berlangsung > 2
minggu. Dulu pernah seperti ini tetapi didahalui kondisi ceria.
Sekarang pasien masih ingin bunuh diri. Terapi yang tepat

7
pada kasus di atas?

A. Haloperidon
B. Risperidon
C. Diazepam
D. Amitriptiline
E. Gabapentin
D. Amitriptilin
KEYWORDS
:• Afek depresi, anhedonia, anergia
• Percobaan bunuh diri
• Dulu pernah mengalami hal seperti ini, tetapi sebelumnya sudah
pernah ceria.
 Mengarah ke Depresi
Episode Depresif
• Gejala Utama :
• Afek depresif
• Anhedonia  kehilangan minat dan kegembiraan
• Anergia  hilangnya energi (mudah lelah)
• Gejala Lainnya :
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
• Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
• Pandangan masa depan yang suram
• Gagasan/perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
• Tidur terganggu
• Nafsu makan berkurang
• 2 minggu untuk penegakkan diagnosis
Sumber:
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III) DSM
IV-TR
Obat-obat Antidepresan
Golongan Nama Generik Sediaan Dosis Anjuran Warna Sediaan
Amitriptilin 25 mg 75 - 150 mg/h Merah
Imipramin 25 mg 75 - 150 mg/h
Trisiklik (TCA) Clomipramine 25 mg 75 - 150 mg/h
Tianeptine 12,5 mg 25 - 50 mg/h
Opipramol

tab (10, 25, 50, 75 mg)


Maprotiline drops 2% 50 ml ampul 75 - 150 mg/h
Tetrasiklik 25 mg/5 ml

Mianserin tab (10, 30 mg) 30 - 60 mg/h


Amoxapine 100 mg 200-300 mg/h
MAOI- Meclobemide 300 - 600 mg/h
Reversible 150 mg
Trazodone Tidak ada
Atypical Tianeptine 12,5 mg 25 - 50 mg/h
Mirtazapine 30 mg 15 - 45 mg/h
Sertraline 50 mg 50 -100 mg/h Putih

Caps ( 10-20mg, Caps (Putih, hijau


Fluoxetine 20 mg), Caplet 20 mg 20 - 40 mg/h
tosca)
SSRI
Fluvoxamine tab (50, 100 mg) 50 - 100 mg/h
Paroxetine 20 mg 20 - 40 mg/h
Citalopram 20 mg 20 - 60 mg/h

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Pemilihan Obat Antidepresan
• Obat Antidepresan memiliki efek primer yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan
terutama pada efek sekunder (efek samping)
• Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada sindrom depresi ringan dan
sedang yang datang berobat jalan pada faskes umum, pemilihan obat antidepresan
sebaiknya mengikuti step care :
• Step 1 = Golongan SSRI
• Step 2 = Golongan Trisikilik
• Step 3 + Golongan Tetrasiklik / atypical / MAOI-Reversible

• Pertama menggunakan golongan SSRI  efek samping minimal, spektrum efek anti depresi luas,
dan gejala putus obat sangat minimal, dan lethal dose yang sangat tinggi
Setelah menggunakan dosis adekuat sekitar 3 bulan tidak efektif, bisa berganti ke
• trisiklik  efek sampingnya lebih besar, tp spektrum anti depresinya luas
jika masih belum efektif bisa berganti ke golongan MAOI-Reversible  efek samping
• lebih ringan disbanding trisiklik, tp spektrum anti depresi yang sempit
Pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period” guna
• mencegah Serotonin Malignant Syndrome

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Pemilihan Obat Antidepresan
• Obat Antidepresan memiliki efek primer yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan
terutama pada efek sekunder (efek samping)
• Mengingat profil efek sampingnya, untuk penggunaan pada sindrom depresi ringan dan
sedang yang datang berobat jalan pada faskes umum, pemilihan obat antidepresan
sebaiknya mengikuti step care :
• Step 1 = Golongan SSRI
• Step 2 = Golongan Trisikilik
• Step 3 + Golongan Tetrasiklik / atypical / MAOI-Reversible

• Pertama menggunakan golongan SSRI  efek samping minimal, spektrum efek anti depresi luas,
dan gejala putus obat sangat minimal, dan lethal dose yang sangat tinggi
Setelah menggunakan dosis adekuat sekitar 3 bulan tidak efektif, bisa berganti ke
• trisiklik  efek sampingnya lebih besar, tp spektrum anti depresinya luas
jika masih belum efektif bisa berganti ke golongan MAOI-Reversible  efek samping
• lebih ringan disbanding trisiklik, tp spektrum anti depresi yang sempit
Pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period” guna
• mencegah Serotonin Malignant Syndrome

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Ny. Ainun, 25 tahun datang ke klinik dengan keluhan mudah
merasa lelah dan mengantuk jika sedang bekerja ataupun
sedang dirumah, setiap hari, selama1,5 bulan terakhir. Pasien
sehari hari tidur pukul 22.00 dan bangun pukul 06.00, namun
pasien masih merasa badan terasa berat, mulut kering, dan
tidak bersemangat. Pasien seing kali mengeluhkan jika sekitar
pukull 09.00 atau 10.00 mata terasa mengantuk sekali dan

8
lemas. Diagnosis apa yg tepat untuk kasus diatas?

A. Insomnia
B. Parasomnia
C. Hipersomnia
D. Katapleksi
E. Narkolepsi
C. Hipersomnia
KEYWORDS
:• Mudah lelah dan mengantuk
• Setiap hari, selama 1 bulan terakhir
• Tidur cepat dan bangun juga sudah cukup
• Pagi hari pasien merasa mengantuk  sleep
attacks
Gangguan Tidu (F51)
r Dyssomnia Parasomnia
Insomnia Hypersomnia Gangguan Jadwal Peristiwa episodik
Tidur-jaga abnormal yang
terjadi pada saat tidur
Kriteria Waktu Minimal 3 kali / 1 Setiap hari dalam Setiap hari dalam
minggu selama 1 waktu 1 bulan waktu 1 bulan
bulan
Penemuan Klinis • Sulit masuk tidur/ • Sleep attacks • Pola tidur-jaga
mempertahank an/ • Tidak ada gejala dari individu tidak
kualitas tidur yg tambahan seirama dengan
buruk narcolepsy atau pola tidur-jaga
• Preokupasi tidak bukti klinis sleep apnoe yang normal
bisa tidur • Tidak ada gejala • Insomnia pada
• Ketidak puasan neurologis waktu orang tidur,
baik kualitas/ hypersomnia
kuantitas tidur waku orang jaga
• Ketidak puasan
baik kualitas/
kuantitas tidur

Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Setelah melihat pertengkaran orang tuanya dengan mata
kepalanya sendiri, seorang wanita muda mengalami
kebutaan tiba-tiba, tetapi ia tidak tampak seperti putus asa
dengan keadaannya sekarang. Lalu dia biawa keluarganya
ke dokter, dan dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan
bahwa pupil dapat bereaksi dengan rangsangan cahaya,
dan dia juga merasakan nyeri jika iya tersandung. Orang tua

9
pasien, yang sedang berada ditengah-tengah perceraian,
menyingkirkan perbedaan pendapat mereka dan focus
terhadap keadaan anak perempuannya. Diagnosis yang
paling tepat pada keadaan wanita ini adalah ?

A. Body Dysmorphic Disorder


B. Malingering
C. Gangguan Somatisasi
D. Gangguan Konversi
E. Gangguan kepribadian Histerionik
D. Gangguan Konversi
KEYWORDS
:• Wanita muda mengalami kebutaan tiba-tiba
• Setelah melihat pertengkaran orang tuanya 
Stressor
• Pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pupil dapat bereaksi
dengan rangsangan cahaya, dan dia juga merasakan nyeri
jika iya tersandung
Gangguan Konversi (Disosiatif)
• Gejala utama  kehilangan dari integrasi normal
(dibawah kendali kesadaran)
• Ingatan masa lalu
• Kesadaran identitas dan peng-indera-an segera
• Kontrol terhadap gerakan tubuh
• Gambaran sesuai dengan keluhan
• Tidak ada bukti gangguan fisik
• Bukti penyebab psikologi  kejadian stressful

Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Gangguan Konversi (Disosiatif)
Gangguan
Konversi

Amnesia Ggn. Trans dan Ggn. Motorik Konvulsi Anestesia dan


Fugue Disosiatif Stupor Disosiatif Kehilangan
Disosiatif Kesurupan Disosiatif Disosiatif
Sonsorik
Disosiatif

Hilangnya
Hilangnya daya Melakukan Kehilangan Ketidakmampuan
gerakan volunteer
ingat (total atau perjalanan tertentu + identitas diri dan menggerakan Mirip
dan respon luar Anestesi kulit dan
parsial mengenai ciri ciri amnesia kesadaran thd sebagian atau kejang
thd rangsang luar gangguan
kejadian stressful disosiatif lingkungan seluruh anggota epilepsi
gerak penglihatan

Pada kasus terdapat kejadian stressful dan pasien tersebut mengalami


gangguan penglihatan

Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)


Seorang sekretaris berusia 34 tahun, selalu menaiki tangga 12
tingkat untuk mencapai kantornya, karena ia selalu merasa
ketakutan terjebak di dalam lift. Apakah diagnosis yang
sesuai dengan keadaan pasien di atas ?

A. Fobia Sosial
B. Gangguan Panik

10
C. Gangguan Cemas Menyeluruh
D. Fobia Spesifik
E. Agorafobia
D. Fobia Spesifik
KEYWORDS
:• Selalu menaiki tangga untuk menuju kantor 
menghindari ketakutan
• Takut akan terjabak di lift  ketakutan yang
abnormal terhadap sesuatu yang spesifik

• mengarah ke ketakutan akan ruangan yang


sempit  Claustrophobia
Gangguan Anxietas Fobik
Agorafobia Fobia Sosial Fobia Khas

Kunci (House Bound) • Keluar dari Situasi spesifik


lingkungan keluarga
• Center of attention
Pencetus Pergi : keluar rumah, Situasi sosial tertentu, Terbatas pada
sendiri, bertemu banyak misalkan tampil di objek/situasi tertentu
orang depan umum yang
kemungkinan dinilai
orang lain
Kriteria Kejadian Takut, dengan Takut, dengan Takut, dengan beragam ciri fisik
beragam ciri fisik beragam ciri fisik fisiologis ( Otonom ↑)
fisiologis ( Otonom ↑) fisiologis ( Otonom ↑) jika ada/terpapar jika
ada/terpapar jika ada/terpapar pencetus pencetus
pencetus
Pembagian • Agorafobia dgn - Tidak terhitung
panic banyaknya
Agorafobia tanpa
panik

Sumber:
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Fobia Spesifik
• Berdasarkan DSM IV-TR,
fobia spesifik dibagi 4
spesifikasi utama
• Tipe binatang
• Tipe lingkungan (Ketinggian,
air, badai)
• Tipe luka injeksi pengambilan
darah
• Tipe situasional (pesawat,

• tempat tertutup, lift)


Tipe lain (penyakit, tercekik,
tokoh dengan pakaian
seperti badut)
Sumber:
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III), DSM IV-TR
Ny. Vina, 25 tahun, seorang penjaga perpustakaan muda,
selalu merasa malu dan takut jika bertemu dengan orang
sejak kecil. Dia susah mencari teman dan jika melakukan
kontak sosial dengan orang lain, dia masih merasa malu dan
cemas. Dia tidak pernah datang ke pesta dan meminta
untuk bekerja di bagian yang jarang bertemu dengan orang
lain di perpustakaan tersebut, walaupun ini menyebabkan

11
dia mendapatkan gaji yang kecil. Dia tidak dapat melihat
pelanggannya tanpa malu dan dia yakin mereka dengan
melihat dia sebagai seorang yang inkompeten dan ceroboh.
Gangguan Kepribadian apa yang sesuai dengan kondisi
pasien ini ?

A. Skizotipal
B. Menghindar
C. Dependen
D. Skizoid
E. Paranoid
B. Menghindar
KEYWORDS
:• Merasa malu dan takut jika bertemu dengan
orang sejak kecil
• Susah mencari teman dan jika melakukan kontak
sosial dengan orang lain
• Tidak pernah datang ke pesta dan meminta
untuk bekerja di bagian yang jarang bertemu
dengan orang lain di perpustakaan tersebut
• Dia yakin mereka dengan melihat dia sebagai
seorang yang inkompeten dan ceroboh
Gangguan Kepribadian
• Tidak ada gangguan organik
• Memenuhi kriteria :
• Disharmoni sikap dan perilaku yang berat
• Pola perilaku abnormal berlangsung lama
• Pola perilaku abnormal bersifat pervasive (mendalam) dan
maladaptif
• Manifestasi muncul pada masa kanak atau remaja hingga
dewasa
• Gangguan menyebabkan penderitaan pribadi
• Ganguan ini juga mempengaruhi pekerjaan dan kinerja
sosial

Untuk budaya berbeda, dapat dihubungkan dengan
norma khas
Sumber:
Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Gangguan Kepribadian Cluster C
Obsesif-Kompulsif
Menghindar Dependen
(Anankastik)
• Menjauhi aktivitas yg • Tidak dapat mengambil • Perfeksionis berhubungan dengan
keputusan sendiri • Preokupasi terhadap kontak interpersonal  •
Membutuhkan orang lain detil, peraturan, jadwal takut dikritik untuk
melanjutkan • Selalu berusaha
• Berhubungan dengan aktivitas mendominasi jika berada orang yang ia
suka • Merasa tidak berguna jika dalam suatu kelompok
• Preokupasi perasaan sedang sendiri
dikritik atau dipermalukan

Sumber : DSM IV-TR


Sdr. Heru, 25 tahun, ditangkap oleh satpam setelah
dilaporkan melakukan tindakan asusila terhadap
penumpang kereta perempuan. Dia suka menggosok-
gosokkan alat kelaminnya di pantat perempuan terutama
jika keadaan di kereta sedang penuh. Hal ini diakuinya
karena membuat dia terasa terpuaskan jika melakukan hal
tersebut. Kondisi apakah yang paling tepat pada laki-laki ini

12
?

A. Fetishism
B. Transvestic Fetishism
C. Voyeurism
D. Exhibitionism
E. Frotteurism
E. Frotteurism
KEYWORDS
:• Menggosok-gosokan alat kelaminnya di pantat
wanita muda
• Hal ini membuat terpuaskan
Paraphilia
• Paraphilia ada suatu penyimpangan rangsangan
seksual dari perilaku seksual normal, hal ini dilakukan
sebagian orang untuk meningkatkan gairah atau
• mendapatkan kepuasan seksual.
Orang-orang ini dapat mengalami kenikmatan
seksual, tetapi terhambat untuk menanggapi
• rangsangan yang biasanya dianggap erotis.
Paraphilias dapat berkisar dari perilaku yang “hampir
normal” ke perilaku yang bersifat merusak atau
menyakiti diri sendiri atau ke orang lain atau
pasangannya, dan akhirnya perilaku ini yang
dianggap mengancam masyarakat pada umumnya
Jenis-Jenis Paraphilia
Sumber: DSM IV-TR
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010

Paraphilia Pengertian

Memperlihatkan alat kelaminnya dihadapan orang


Exhibitionism lain yang berbeda jenis kelaminnya

mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat


dan menggunakan barang mati
Fetishism dari jenis kelamin yang berbeda (ex :
Celana dalam, bra) Frotteurism
Menggunakan barang serta berperilaku dari jenis
Sadism-
kelamin yang berbeda (cross- dressing) --> laki- Masochism
Transvestic Fetishism laki menggunakan celana dalam atau bra
perempuan

menggesekkan alat kelamin ke tubuh lawan jenis


Frotteurism tanpa meminta izin lawan jenis tersebut

menyukai anak dibawah 13 tahun, dengan pelaku


Pedophilia berusia > 16 tahun, dan 5 tahun lebih tua dari
anak kecil tersebut

Sadism : mendapatkan kepuasan dengan


Sexual Sadism menyiksa orang lain

Sexual Masochism Masochism : mendapatkan kepuasaan dengan Voyeurism


disiksa atau disakiti
Transvestic
Mengintip seseorang yang sedang telanjang
Voyeurism
atau berhubungan seksual
Fetishism
Sdr. Yogi, 21 tahun sudah beberapa tahun ini melakukan
masturbasi dengan cara menunjukkan alat kelaminnya
hadapan perempuan yang tidak dikenal. Hal ini dilakukan
untuk memuaskan hasrat seksualnya. Dia mengaku tidak
berani melakukannya kembali dalam waktu yang cukup
lama karena takut tertangkap oleh pihak berwajib karena
melakukan tindakan yang tidak senonoh tersebut. Tetapi

13
akhir-akhir ini tidak dapat menahan untuk melakukannya
kembali. Keadaan yang paling sesuai pada laki-laki ini
adalah ?

A. Fetihism
B. Transvestic Fetishism
C. Voyeurism
D. Exhibitionism
E. Frotteurism
D. Exhibitionism
KEYWORDS
:• Menunjukkan alat kelaminnya hadapan
perempuan yang tidak dikenal
• Hal ini membuat terpuaskan
Paraphilia
• Paraphilia ada suatu penyimpangan rangsangan
seksual dari perilaku seksual normal, hal ini dilakukan
sebagian orang untuk meningkatkan gairah atau
• mendapatkan kepuasan seksual.
Orang-orang ini dapat mengalami kenikmatan
seksual, tetapi terhambat untuk menanggapi
• rangsangan yang biasanya dianggap erotis.
Paraphilias dapat berkisar dari perilaku yang “hampir
normal” ke perilaku yang bersifat merusak atau
menyakiti diri sendiri atau ke orang lain atau
pasangannya, dan akhirnya perilaku ini yang
dianggap mengancam masyarakat pada umumnya
Jenis-Jenis Paraphilia
Sumber: DSM IV-TR
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010

Paraphilia Pengertian

Memperlihatkan alat kelaminnya dihadapan orang


Exhibitionism lain yang berbeda jenis kelaminnya

mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat


dan menggunakan barang mati
Fetishism dari jenis kelamin yang berbeda (ex :
Celana dalam, bra) Frotteurism
Menggunakan barang serta berperilaku dari jenis
Sadism-
kelamin yang berbeda (cross- dressing) --> laki- Masochism
Transvestic Fetishism laki menggunakan celana dalam atau bra
perempuan

Menggesekkan alat kelamin ke tubuh lawan jenis


Frotteurism tanpa meminta izin lawan jenis tersebut

menyukai anak dibawah 13 tahun, dengan pelaku


Pedophilia berusia > 16 tahun, dan 5 tahun lebih tua dari
anak kecil tersebut

Sadism : mendapatkan kepuasan dengan


Sexual Sadism menyiksa orang lain

Sexual Masochism Masochism : mendapatkan kepuasaan dengan Voyeurism


disiksa atau disakiti
Transvestic
Mengintip seseorang yang sedang telanjang
Voyeurism
atau berhubungan seksual
Fetishism
Ny. Hanin, 30 tahun, dianr oleh keluarganya dengan keluhan
tangan gemetar tidak dapat dikontrol sejak 2 minggu yang
lalu, keluhan ini juga tampak seperti sedang melintir-
melintirkan jari, dan disertai mulut yang bergerak sendiri. 1
tahun sebelumnya pasien didiagnosis oleh dokter mengalami
gangguan jiwa berat dan diberikan obat haloperidol. Terapi
apakah yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala

14
pada pasien tersebut ?

A. Clozapin
B. Methampyron
C. Trifluoperazine
D. Chlorpromazine
E. Trihexyphenidyl
E. Trihexyphenidyl
KEYWORDS
:• Tangan gemetar tidak dapat dikontrol
• Sedang melintir-melintirkan jari
• Mulut yang bergerak sendiri
• 1 tahun sebelumnya pasien didiagnosis oleh dokter
mengalami gangguan jiwa berat dan diberikan obat
haloperidol
• Mengarah ke Neuroleptic-Induced Parkinsonism
Dopamine Pathway
• Untuk mengetahui kerja dari obat- obatan
antipsikotik, maka perlu dipahami
dopamine pathway
• Mesolimbic
• Mesocortical
• Nigrostriatal
• Tuberoinfundibular
• Berdasarkan penelitian bahwa pasien
dengan schizophrenia memiliki kadar
dopamine yang tinggi terutama pada
reseptor dopamine D2  obat
antipsikotik tipikal memblokir reseptor
D2  efek samping ggn extrapiramidal
besar
Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
DSM IV-TR
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Obat Antipsikotik Tipikal vs
Atipikal
Tipikal Atipikal
Blokade reseptor D2 Blokade reseptor 5HT2 (serotonin), D4,
dan D2 (tetapi lemah)
Efek samping besar  gangguan Efek samping kecil  blockade
extrapyramidal dan reseptor D2 lemah hyperprolactinemia
(blokade reseptor
D2)
Efektif untuk gejala positif, Efektif untuk gejala positif dan negatif,
memperburuk gejala negatif terutama tidak memperburuk gejala
negatif
Efektif terhadap pasien yang tidak
mempan terhadap obat tipikal
Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
DSM IV-TR
Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Efek Samping Pemberian Obat
Antipsikotik
Distonia Akut Parkinsonism Akathisia
• Muncul dalam beberapa hari - • Muncul dalam beberapa hari - • Muncul dalam beberapa hari
minggu setelah minggu setelah - minggu setelah
pemberian/penaikan dosis pemberian/penaikan dosis pemberian/penaikan dosis
antipsikotik antipsikotik antipsikotik
• Posisi abnormal kepala dan leher • Tremor parkinsonisme (tremor
• Keluhan subjektif kegelisahan
dalam hubungannnya dengan kasar, ritmik, terjadi saat istirahat
• Menggerakkan atau
tubuh (retrokolis, tortikolis) yang mengenai anggota gerak, mengayunkan kaki yang
• Spasme otot rahang (trismus, kepala, mulut, atau lidah
menganga, menyeringai) dapat berupa tremor fokal resah
• Disfagia, gangguan berbicara, perioral seperti gerakan • Menggoyangkan kaki saat
atau bernafas (spasme laring- mengecap, mengunyah, atau berdiri
faring, disfonia) menggulung pil. • Berjalan bolak-balik untuk
• Penebalan lidah atau bicara • Rigiditas menghilangkan kegelisahan
cadel akibat lidah hipertonik • Akinesia (penurunan ekspresi • Tidak dapat duduk atau
atau membesar (makroglosia wajah, gerak-gerik, bicara, atau berdiri selama sekurangnya
atau disartria) gerakan tubuh spontan) beberapa menit
• Penonjolan lidah atau disfungsi
lidah
Mata deviasi ke atas, ke bawah, ke arah
samping (krisis okulogirik)
Posisi abnormal anggota gerak distal
atau batang tubuh.

Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ. DSM
IV-TR
Terapi Gangguan Extrapiramidal
Golongan Generik Dosis Sehari Indikasi
Sumber:
0,5-2 mg PO (3 kali
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi
Benztropine sehari); 1-2 mg IM / Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ. DSM
IV IV-TR
distonia akut, Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan
2-6 mg PO (3 kali
Biperiden parkinsonism,aki Sadock (Eidisi 2); Benjamin J. Sadock,
sehari); 2 mg IM / IV
Antikolinergik nesia, akathisia Virginia A. Sadock; EGC; 2010
2,5-5 mg PO (2-4 kali
Procyclidine
sehari)
2-5 mg PO (3 kali
Trihexyphenidyl
sehari)
50-100 mg PO (2-4 Rabbit
Orphenodrine
kali sehari); 60 mg IV Syndrome

distonia akut,
25 mg PO (4 kali parkinsonism,aki
Diphenhydramine
sehari); 25 mg IM/IV nesia, akathisia,
Antihistamin rabbit syndrome

parkinsonism,
Amantadine 100-200 mg PO (2
akinesia, Rabbit
kali sehari) Syndrome
I2-Adrenergik Antagonis 20-40 mg PO (3 kali
Propranolol Akathisia, tremor
sehari)
I1-Adrenergik Antagonis 0,1 mg PO (e kali
Clonidine Akathisia
Sehari)
1 mg PO (2 kali Akathisia,
Clonazepam
sehari) distonia akut
1 mg PO (3 kali
Benzodiazepine Lorazepam
sehari)
20-40 mg PO (4 kali Tardive
Buspirone
sehari) dyskinesia
1200-1600 mg PO Tardive
Vitamin E
IU/hari dyskinesia
Tn. Danu, 30 tahun, terancam akan dipecat oleh bosnya
karena dia selalu datang terlambat ke kantor. Setelah
dilakukan wawancara, dia mengaku bahwa dia selalu tidak
tenang ketika keluar dari kamar mandi, selalu mengecek
ulang berulang kali apakah keran air sudah mati, bahkan jika
dihitung bisa sampai 10 kali bolak-balik ke kamar mandi. Jika
dia tidak melakukan hal ini, dia tidak akan tenang.

15
Neurotransmitter yang berpengaruh pada kelainan ini adalah
?

A. Norepinephrine
B. Dopamine
C. Acetylcholine
D. Serotonin
E. Histamine
D. Serotonin
KEYWORDS
:• Selalu tidak tenang ketika keluar dari kamar
mandi
• Mengecek ulang berulang kali apakah keran air
sudah mati, bahkan jika dihitung bisa sampai 10
kali bolak-balik ke kamar mandi  melakukan
• kegiatan repetitif
• tidak melakukan hal ini,tidak akan tenang
Kasus di atas mengarah ke gangguan Obsesif
Kompulsif
Gangguan Obsesif Kompulsif
• Harus ada gejala obsesif / kompulsif / keduanya
• Setiap hari selama 2 minggu
• Menyebabkan distress yang bemakna
• Gejala Obsesif
• Disadari dari pikiran atau impuls diri sendiri
• Ada 1 pikiran atau tindakan yang tidak dapat dilawan
• Memeberikan perasaan lega atau ketenangan
• Pengulangan yang tidak menyenangkan
Sumber: Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
Gangguan Obsesif Kompulsif
• Pola :
• Kontaminasi (berhubungan dengan kotoran)
• Keraguan yang berlebihan (patologis)
• Pikiran Intrusif
• Simetris atau detail
• Tatalaksana pada pasien dengan gangguan ini :
dengan psikoterapi serta pemberian
farmakoterapi (SSRI  Fluoxetin)
Buku Ajar: Psikiatri (Edisi 2): Silvia D. Elvira; Balai Penerbit FK UI, 2013
Neurotransmitter pada Gangguan
Obsesif Kompulsif
• Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa
disregulasi dari serotonin berhubungan
dengan munculnya gangguan obsesif
kompulsif
• Serotonin tidak banyak yang masuk
kedalam neuron post synapse. Banyak
yang berada di celah synapse dan
banyak yang ditarik kembali ke neuron
pre synapse

Penelitian terdahulu melihat dari LCS
ditemukan banyak metabolit serotonin
pada pasien OCD  dan setelah
diberikan obat clomipramine kadar
metabolit serotonin menurun dalam LCS
Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ.
DSM IV-TR
Terapi pada Pasien Gangguan
Obsesif Kompulsif
• Secara patofisiologi pasien
gangguan obsesif kompulsif
terjadi karena disregulasi
• serotonin.
Terapi terbaik adalah kombinasi
antara terapi perilaku +
• farmakoterapi
Farmakoterapi pada pasien
obsesif kompulsif adalah obat
• antidepresan gol. SSRI (Fluoxetine,
Sertraline, Fluvoxamine)
Clomipramine (antidepresan Sumber:
Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Edisi Ketiga), Dr. Rusdi
tetrasiklik/trisiklik) juga dapat Maslim, Sp. KJ.
DSM IV-TR
digunakan sebagai obat Buku Ajar Psikiatri Klinis: Kaplan dan Sadock (Eidisi 2);
Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock; EGC; 2010
Gangguan Obsesif Kompulsif
seorang wanita 15 thn setelah memeriksakan
kehamilannya trrnyata positif, tetapi pasien tdk
menghendaki kehamilannya, pasien datang ke klinik utk
aborsi namun dokter menolak. Tetapi dokter yang
bersangkutan memberitahukan tempat dimana tdp klinik
yg dapat melakukan praktek aborsi, setalah beberap
abulan kasus ini di proses oleh pihak berwajib, termasuk

16 pelanggaran apakah yang

a. pidana
dilakukan dokter

b. perdata
c. administratif negara
d. disiplin kedokteran
e. kode etik kedokteran
A. Pidana

KEYWORD
A. seorang wanita 15 thn setelah memeriksakan
kehamilannya trrnyata positif, tetapi pasien tdk
menghendaki kehamilannya
B. pasien datang ke klinik utk aborsi namun dokter
menolak. Tetapi dokter yang bersangkutan
memberitahukan tempat dimana tdp klinik yg
dapat melakukan praktek aborsi
Pembahasan
Berdasarkan KUHP pasal 283mengenai
Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara
menggugurkan kandungan kepada anak dibawah
usia 17 tahun/dibawah umur

Berdasarkan KUHP tersebut dapat disimpulkan


kasus ini merupakan kasus pidana
Perempuan 18 thn diculik dari kampus, 2 hari setelah itu
ditemukan mayat perempuan mengapung di sungai
tidak jauh dari kampus. Mayat sudah busuk. Korban
dibawa ke rumah sakit dan dilakukan pemeriksaan demi
kepentingan visum. Dari hasil pemeriksaan ditemukan,
mayat sudah mulai menggembung, terdapat beberapa
luka lecet pada tungkai dan pada leher ditemukan

17 bekas luka yang sudah mulai menghitam. Pada


pemeriksaan getah paru tidak ditemukan tumbuhan air,
pada selaput dara ditemukan robekan sampai ke dasar.
Apakah kemungkinan sebab kematian korban tersebut?

a. Kekerasan tumpul pada seluruh tubuh


b. Kekerasan tumpul pada leher
c. Perkosaan
d. Mati lemas
e. Tenggelam
D. Mati Lemas

KEYWORD
A. terdapat beberapa luka lecet pada tungkai
dan pada leher ditemukan bekas luka yang
sudah mulai menghitam.
B. Pada pemeriksaan getah paru tidak ditemukan
tumbuhan air
MEKANISME
KEMATIAN
• Sumbatan jalan nafas
Jerat yang menutup jalan napas →sumbatan jalan
nafas + tekanan pada arteri → anoksik anoksia
otak→hilangnya kesadaran
• Syok karena reflek vagal
Kompresi corpus caroticus →rangsangan pada reseptor
nervus vagus →reflek vaso-vagal--> penghentian
rangsang ritmik dari nodus SA
→bradikardi + cardiac arrest
• Fraktur dan dislokasi tulang vertebra cervicalis
→penusukan medula oblongata oleh dens opis
tropius
• Kompresi pada arteri karotis
Oklusi bilateral pada arteri karotisgangguan
kesadaran
Seorang dokter menerima pasien baru di UGD. Dari peme
riksaan pasien didiagnosa menderita tuberkolosis. Dokter
muda pun menceritakan diagnose pasien tersebut saat
makan di kantin. Keluarga pasien pun mendengar hal ters
ebut dan melaporkan dokter muda ke polisi.
Apa yang mendasari terjadinya pelaporan tersebut

18 a.
b.
c.
Terjadi kerugian moril pada pasien
Terjadi kerugian materil pada pasien
Pencemaran nama baik pasien
d. Pencemaran nama baik keluarga pasien
e. Pembocoran rahasia kedokteran
E. Pembocoran Rahasia
Kedokteran
• KEYWORD
A. Dokter muda pun menceritakan diagnose
pasien tersebut saat makan di kantin.
B. Keluarga pasien pun mendengar hal tersebut dan
melaporkan dokter muda ke polisi.
Pembahasan
• PP No. 10 tahun 1966 mengenai kewajiban dokter
untuk menyimpan rahasia kedokteran
• Pasal 1 tentang rahasia kedokteran yaitu
segala sesuatu yang diketahui pada waktu
atau selama melakukan pekerjaan di lapangan
kedokteran
• Pasal 2 mengenai daya berlakunya wajib
simpan rahasia kedokteran
• Pasal 3 tentang subyek yang menyimpan rahasia
kedokteran
• KUHP pasal 32 mengenai mereka yang membuka
rahasia pekerjaan maupun rahasia jabatan
Pada suatu kasus terorisme pemboman, dengan
dugaan pelaku seorang laki laki 17 tahun. Korban
mengalami luka parah diwajah dan dada
sehingga sulit dikenali. Penyidik meminta tes DNA.
Sampel yang tidak bisa dijadikan pembanding
adalah

19
a. Orangtua
b. Kakek dan nenek
c. Paman dan bibi
d. Anak
e. Istri
E. Istr
i

KEYWORD
A. Korban mengalami luka parah diwajah dan
dada sehingga sulit dikenali.
B. Penyidik meminta tes DNA.
Sampel yang bisa digunakan sebagai pembanding
adalah kerabat dengan hubungan darah. Pada
kasus ini, istri korban tidak memiliki hubungan darah
dengan korban sehingga tidak dapat digunakan.
Seorang narapidana usia 28 tahun yang berusaha kabur
dari penjara mendapat tembakan pada perut dan keluar
pada pinggang kiri. Narapida tersebut dibawa ke RSUD
kota semarang dan dilakukan perawatan. Setelah
perawatan 2 hari kondisi napi tersebut semakin memburuk
sehingga meninggal dunia. Jenazah kemudian dibawa ke
RSUP dr. Kariadi semarang untuk dilakukan otopsi. Pada

20
pemeriksaan luka tembak masuk hanya didapatkan cincin
lecet dan lubang luka. Pada pemeriksaan yang
menunjukkan bahwa luka diperut merupakan luka tembak
masuk adalah
a. Ukuran lebih kecil dari ukuran luka
b. Ukuran lebih besar dari ukuran luka
c. Bentuk tidak beraturan
d. Tidak terdapat cincin lecet
e. Pakaian tidak ikut terkena
B. Ukuran lebih kecil dari ukuran
luka

KEYWORD
A. Seorang narapidana usia 28 tahun yang
berusaha kabur dari penjara mendapat
tembakan pada perut dan keluar pada
pinggang kiri
B. Pada pemeriksaan luka tembak masuk hanya
didapatkan cincin lecet dan lubang luka.
Luka Tembak Masuk dan Keluar

LUKA TEMBAK MASUK (LTM)


Seorang laki-laki 24 tahun ditemukan tewas meninggal di kos
dalam posisi terlentang dilantai.
Dari pemeriksaan luar didapatkan luka robek pada sela jari. Pe meriksaan
kelenjar getah bening leher kanan dan kiri dengan ukuran terbesar 6x4x3
cm dan 3x2x1 cm yang terfiksir. Jenazah mempunyai riwayat suka batuk-
batuk sebelumnya.
Kemudian keluarga meminta untuk dilakukan otopsi.

21 Teknik pengangkatan organ


jenazah di atas adalah
yang paling tepat dilakukan pada

a. Virchow
b. Rokitanski
c. Lenule
d. Ghon
e. Modifikasi
lenule
D. Ghon

KEYWORD
A. Pemeriksaan kelenjar getah bening leher kanan
dan kiri dengan
ukuran terbesar 6x4x3 cm dan 3x2x1 cm yang
terfiksir
B. Jenazah mempunyai riwayat suka batuk-batuk
sebelumnya.
Tekhnik Ghon
ORGAN-ORGAN DALAM DIKELUARKAN
SEBAGAI KUMPULAN ORGAN: BLOK THORAK,
BLOK INTESTINAL, BLOK COELIAC, BLOK
UROGENITAL
Dilakukan tekhnik ini karena kemungkinan pasien
memiliki riwayat TB
Sebuah tengkorak manusia ditemukan di kebun kopi
Ungaran. Polisi kemudian membawa tengkorak tersebut
ke bagian kedokterak Forensik dan Medikolegal FK Undip RSUP dr
Kariadi Semarang untuk dilakukan identifikasi. Dari pemeriksaan
didapatkan dahi curam dan kurang membundar, tonjolan supraorbital
besar, orbital

22
berbentuk segiempat, processus mastoideus besar. Sudah didapatkan
obliterasi sutura lamdoidea.
Apakah bagian tulang lain yang bisa digunakan untuk
mengetahui jenis kelamin

a. Processus mentalis
b. Protuberentia occipitalis eksterna
c. Arcus zygomaticus
d. Protuberentia occipitalis interna
e. Os vomer
C. Arcus Zygomaticus

KEYWORD
A. Dari pemeriksaan didapatkan dahi curam dan
kurang membundar, tonjolan supraorbital besar,
orbital berbentuk segiempat, processus
mastoideus besar. Sudah didapatkan obliterasi
sutura lamdoidea.
Seorang wanita ditemukan tewas dikos-kosan beserta janin
dan plasenta. Dari pemeriksaan luar didapatkan conjuctiva
dan kulit tampak pucat, fundus uteri diatas simphisis,striae gravidarum,
payudara tegang dan kencang, dinding perut kendor dan robekan pada
perineum. Polisi kemudian melakukan penyelidikan pada tersangka
yaitu pacar
korban dan didapatkan ketrangan bahwa aborsi dilakukan sang pacar

23 tersebut atas persetujuan korban. Jika kematian


jenazah diatas dalam jangka waktu sedang (moderate),
maka kemungkinan penyebabnya adalah

a. Vagal refleks
b. Emboli udara
c. Pendarahan
d. Sepsis
e. Gagal ginjal
akut
C. Perdarahan

KEYWORD
A. Dokter diminta mempromosikan produk.
B. Dokter tersebut berhati-hati dalam hal ini karena tidak
berani mempromosikan sesuatu yang belum diuji
kebenarannya
Patofisiologi perdarahan

WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
Seorang kakek ditemukan meninggal di belakang stasiun.
Jenazah kemudian dilakukan pemeriksaan luar. Kemudian
dilakukan pemeriksaan pada pukul 19.00 WIB tidak didapatkan tanda-
tanda kekerasan tajam maupun tumpul, lebam mayat pada tengkuk,
punggung, pinggang, warna merah keunguan, hilang dengan penekanan,
kaku mayat
pada kelopak mata dan rahang mudah dilawan, pembusu

24 kan belum ada. Kemungkinan


as adalah
waktu kematian jenazah diat

a. Pukul 16.00-17.00
b. Pukul 14.00-15.00
c. Pukul 12.00-13.00
d. Pukul 10.00-11.00
e. Pukul 08.00-09.00
A. Pukul 16.00-17.00

KEYWORD
A. Jenazah dilakukan pemeriksaan pada pukul
19.00 WIB
B. lebam mayat pada tengkuk, punggung,
pinggang, warna merah keunguan, hilang
dengan penekanan, kaku mayat
pada kelopak mata dan rahang mudah
dilawan, pembusukan belum ada.
Pada kasus ini lebam mayat hilang dengan penekanan (<6-

12 jam), kaku mayat otot kecil mudah digerakan (2 jam),


dan pembusukan belum terjadi (<24 jam) perkiraan 2-3
jam sebelum kejadian
Seorang laki-laki ditemukan tewas di kali dengan beberapa
luka di tubuhnya. Polisi menduga adanya suatu tindakan
pidana. Korban kemudian dilakukan otopsi. Dari pemeriksaan luar
didapatkan buih halus berwarna kemerahan keluar dari hidung dan mulut,
luka robek pada kepala dan wajah, dan darah keluar dari lubang telinga
yang bertambah banyak saat
dimiringkan, memar dan luka lecet pada anggota gerak atas kanan dan kiri,

25 serta didapatka adanya sperma dan feses


pada celana dalam korban. Apakah mekanisme yang terjadi
jika ternyata pasien tenggelam di dalam air tawar?

a. Hemokonsentrasi
b. Hemodilusi
c. Hemokromogen
d. Hemodifusi
e. Hemoimbibisi
B. Hemodilusi

KEYWORD
A. Seorang laki-laki ditemukan tewas di kali
dengan beberapa luka di tubuhnya
B. mekanisme yang terjadi jika ternyata pasien
tenggelam di dalam air tawar
Tipe II A ( tenggelam di air tawar ) :

• Air masuk alveoli Kadar NaCl darah >


kadar NaCl air tawar osmosis air ke
dlm darah hemodilusi  eritrosit
pecah Ion K keluar  hiperkalemi 
atrium fibrilasi (kadar NaCl jantung
kanan > jantung kiri)
Berikut adalah hasil uji statistik hubungan antara
kebiasaan memakan sate dengan angka kejadian Ca
Nasofaring dengan menggunakan metode case control.
CA NASOFARING
Positif Negatif
KEBIASAAN Iya 150 100
MAKAN SATE Tidak 50 200

26 Berapa Odds Rationya?


A. (150*200)/(50*100)
B. (150/(150+100))/(50/(50+200))
C. (50*100)/(150*200)
D. (50/(50+200))/(150+(150+100))
E. (150/(150+100))
A. (150*200)/(50*100)
KEYWORDS:
• Case Control
• Odds Ratio

 OR= ad/bc= (150*200)/(50*100)


CASE CONTRO
L
Penyakit
Positif Negatif
Faktor (+) (a) (b)
Risiko (-) (c) (d)
Interpretasi
Odds Ratio= ad/bc
OR = 1 , faktor risiko bersifat netral;
risiko kelompok terpajan sama
dengan kelompok tidak terpajan.
• OR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1
 faktor risiko menyebabkan sakit
• OR < 1 ; Confient Interval (CI) < 
faktor risiko mencegah sakit

Sumber: Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2008. Dasar- Dasar


Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
COHOR
T
Penyakit
Positif Negatif
Faktor (+) (a) (b)
Risiko (-) (c) (d)
Interpretasi
Relative Risk
RR = 1 , faktor risiko bersifat netral;
(RR)=
(a/a + b)/ (c/c + d) risiko kelompok terpajan sama
dengan kelompok tidak terpajan.
Insiden Risk ( IR )= RR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1 ,
faktor risiko menyebabkan sakit
a/ (a+b) • RR < 1 ; Confient Interval (CI) < 1 ,
faktor risiko mencegah sakit

Sumber: Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2008. Dasar- Dasar


Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
CROSS SECTIONA
L
Penyakit
Positif Negatif
Faktor (+) (a) (b)
Risiko (-) (c) (d)
Interpretasi
Prevalency Risk (PR)=
PR = 1 , faktor risiko bersifat netral;
(a/a + b)/ (c/c + d) risiko kelompok terpajan sama
dengan kelompok tidak terpajan.
PR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1 ,
faktor risiko menyebabkan sakit
• PR < 1 ; Confient Interval (CI) < 1 ,
faktor risiko mencegah sakit

Sumber: Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2008. Dasar- Dasar


Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
Berikut adalah hasil uji statistik hubungan antara
kebiasaan meminum susu sapi dengan angka kejadian
Asma pada anak dengan menggunakan metode cohort.
ASMA
Positif Negatif
KEBIASAAN Iya 350 150
MINUM SUSU Tidak 200 300

27
SAPI
Berapa Relative Risknya?
A. (350*300)/(150*200)
B. (350/(350+150))/(200/(200+300))
C. (150*200)/(350*300)
D. (200/(200+200))/(350+(350+300))
E. (350/(350+150))
B.
(350/(350+150))/(200/(200+300))
KEYWORDS:
• Cohort
• Relative Risk

RR= (a/a + b)/ (c/c + d)


RR= (350/(350+150))/(200/(200+300))
CASE CONTRO
L
Penyakit
Positif Negatif
Faktor (+) (a) (b)
Risiko (-) (c) (d)
Interpretasi
Odds Ratio= ad/bc
OR = 1 , faktor risiko bersifat netral;
risiko kelompok terpajan sama
dengan kelompok tidak terpajan.
• OR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1
 faktor risiko menyebabkan sakit
• OR < 1 ; Confient Interval (CI) < 
faktor risiko mencegah sakit

Sumber: Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2008. Dasar- Dasar


Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
COHOR
T
Penyakit
Positif Negatif
Faktor (+) (a) (b)
Risiko (-) (c) (d)
Interpretasi
Relative Risk
RR = 1 , faktor risiko bersifat netral;
(RR)=
(a/a + b)/ (c/c + d) risiko kelompok terpajan sama
dengan kelompok tidak terpajan.
Insiden Risk ( IR )= RR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1 ,
faktor risiko menyebabkan sakit
a/ (a+b) • RR < 1 ; Confient Interval (CI) < 1 ,
faktor risiko mencegah sakit

Sumber: Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2008. Dasar- Dasar


Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
CROSS SECTIONA
L
Penyakit
Positif Negatif
Faktor (+) (a) (b)
Risiko (-) (c) (d)
Interpretasi
Prevalency Risk (PR)=
PR = 1 , faktor risiko bersifat netral;
(a/a + b)/ (c/c + d) risiko kelompok terpajan sama
dengan kelompok tidak terpajan.
PR > 1 ; Confient Interval (CI) > 1 ,
faktor risiko menyebabkan sakit
• PR < 1 ; Confient Interval (CI) < 1 ,
faktor risiko mencegah sakit

Sumber: Sastroasmoro, Sudigdo dan Ismael, Sofyan. 2008. Dasar- Dasar


Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
Seorang dokter ingin meneliti tentang pengaruh
hubungan antara kadar gula dengan kadar kolesterol
dalam darah. Namun pada penelitian ini terdapat pasien
yang merokok sehingga menganggu baik kadar gula
maupun kadar kolesterol dalam darah. Merokok
merupakan variabel?
A. Bebas

28 B. Terikat
C. Intervening
D. Confounding
E. Kontrol
D. CONFOUNDING
KEYWORDS:
• Meroko mengganggu kadar gula (variabel
bebas) dan kadar kolesterol darah (variabel
terikat)

 Variabel perancu (Confounding)


SKEM VARIABE
A L
Variabel Perancu
(Confouding)

Variabel
Variabel Antara Variabel
Bebas (Intervenin Terikat
g)
Sumber: Sastroasmoro, S. Sofyan I. (2014). DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto
JENIS-JENIS
VARIABEL
• Variabel bebas atau independent variables
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lainnya, yaitu
variable terikat.
• Variabel terikat atau dependent variabel
• Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya tergantung dari nilai vaiabel lainnya.
• Variabel perancu (confounding variable)
Variabel perancu merupakan variabel yang berhubungan variabel bebas dan variabel
terikat, tetapi bukan variable antara.

Variabel antara (Intervening)
variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat
• diamati dan diukur.
Variabel Kontrol
variabel yang dikendalikan / dibuat konstan sehingga pengaruh variabel Independen/
variabel bebas terhadap variabel dependen/ variabel tergantung, tidak dapat
dipengaruhi
Sumber: oleh faktor
Sastroasmoro, luar yangI.tidak
S. Sofyan ditelitiDasarDasar Metodologi Penelitian Klinis
(2014).
Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto
Seorang dokter puskesmas di Desa X ingin
mengetahui 10 besar penyakit terbanyak di
wilayah kerjanya. Dokter tersebut ingin melakukan
distribusi penyakit. Apa jenis penelitian yang paling
tepat?
A. Eksperimental

29
B. Analitik
C. Case Control
D. Deskriptif
E. Cohort
D. DESKRIPT
IF
KEYWORDS:
• Distribusi data

 Deskriptif
DESAI PENELITI
N AN
Laboratorium
Experimental Hewan
interve nsi
Manusia
Deskriptif Case report
(tanpa Case series
Papara n alami pembanding)
Case study
Observasional Analitik
Cross-sectional
Dengan Case control
Kelompok
pembanding

Sumber: Sastroasmoro, S. Sofyan I. (2014). DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis


Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto
DESAIN
PENELITIAN
• Rancangan Penelitian Deskriptif: digunakan untuk
menggambarkan besarnya masalah dan distribusi
• data (variabel Orang, Tempat, Waktu)
Rancangan penelitian Analitik: digunakan untuk
mengetahui hubungan sebab akibat antara dua
variabel secara observasional, dimana bentuk
• hubungan dapat: perbedaan, hubungan atau
pengaruh
Rancangan Penelitian Eskperimen: digunakan untuk
mengetahui hubungan sebab akibat antara dua
Sumber: Sastroasmoro, S. Sofyan I. (2014). DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis
variabel,
Edisi dimana
ke-5. Jakarta: sebabnya merupakan intervensi
Sagung Seto
peneliti
DESAI PENELITI ANALITI
N AN K
CROSS SECTIONAL CASE CONTROL COHORT
•Waktu singkat •Retrospektif (Meninjau ke •Prospektif(diikuti) &
•Faktor Risiko dan Penyakit belakang) retrospektif (Meninjau ke
dianalisa secara BERSAMAAN •Subyek biasanya digolongkan belakang, ex: rekam medis)
saat itu juga menjadi kelompok sakit dan sehat •Ada Durasi Waktu
•Faktor Risiko yang pertama lalu dicari faktor risiko ke belakang •Semua subyek berawal
diketahui baru Penyakit •Artinya penyakit diketahui dari kondisi sehat
•Hubungan kausal paling pertama baru Faktor Risiko •Kendala etik (+)
lemah •Hubungan kausal >kuat •Waktu lama
•Hubungan kausal diukur dr cross sectional •Hubungan kausal diukur
dengan Prevalensi Risk •Kendala etik (-) dengan Relative Risk
•Hubungan kausal diukur
dengan Odds ratio

Sumber: Sastroasmoro, S. Sofyan I. (2014). DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis


Edisi ke-5. Jakarta: Sagung Seto
Prinsip BPJS dimana peserta mampu membantu peserta
yang kurang mampu, peserta berisiko rendah membantu
yang berisiko tinggi dan peserta sehat membantu yang
sakit. Sesuai uraian diatas, prinsip BPJ yang diterapkan
adalah? S
A. Nirlaba
B. Portabilitas

30 C. Dana Amanat
D. Kegotongroyongan
E. Kepesertaan wajib
D. KEGOTONGROYONGA
N
KEYWORDS:
• Peserta mampu membantu yang kurang mampu
• Peserta yang sehat membantu yang sakit
• Peserta berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi

 Prinsip Kegotongroyongan
UU No 40/2004 TENTANG SISTE
JAMINAN SOSIA NASIONAM
L L
1. Kemanusiaan 1. Jaminan Kesehatan .1. Kegotong-royongan

5 Program

9 Prinsip
3 Azas
2. Manfaat
3. Keadilan sosial bagi
(BPJS Kesehatan)
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
2. Nirlaba
3. Keterbukaan
seluruh rakyat indonesia 3. Jaminan Hari Tua 4. Kehati-hatian
4. Jaminan Pensiun 5. Akuntabilitas
5. Jaminan Kematian 6. Portabilias
(BPJS Ketenagakerjaan 7. Kepesertaan Wajib
8. Dana Amanat
9. Hasil Pengelolaan dana
digunakan seluruhnya
untuk
pengembangan program
dan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta
Sumber: UU No 40/2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
9 PRINSI BPJ
P S

Sumber: Buku Pegangan Sosialisasi JKN dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
www.depkes.go.id/resources/download/jkn/buku-pegangan-sosialisasi-jkn.pdf
Di Puskesmas A diketahui angka capain imunisasi
rendah. Lalu dilakukan analisis penyebab masalah
oleh dokter puskesmas. Menurut metode analisis
masalah, metode yang mungkin digunakan dokter untuk
menganalisis penyebab masalah adalah?
A. Metode Fishbone

31
B. Curah Pendapat
C. Hanlon Kuantitatif
D. Hanlon Kualitatif
E. Delbeq
A. METOD FIS BONE
E H
KEYWORDS:
• Analisis Penyebab Masalah

 Fish Bone
METOD ANALISI MASALA
E S H

Mencari Mencari Menentukan


Menentukan Mencari
Menentukan Prioritas alternatif prioritas
Prioritas Penyebab
Masalah Penyebab pemecaha pemecahan
Masalah Masalah
Masalah n masalah
masalah

Sumber: Sukiarno, E. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. 2013. Balai Pelatihan
Kesehatan Semarang
METOD ANALISI MASALA
E S H

Sumber: Sukiarno, E. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. 2013.


Balai Pelatihan Kesehatan Semarang
METOD HANLO KUANTITAT :
E N
PRIORITAS IF
MASALAH
Tujuan
1. Identifikasi faktor-faktor luar yg dapat
diikutsertakan dalam proses penentuan masalah
2. Mengelompokkan faktor-faktor yg ada dan
memberikan bobot kepada kelompok faktor tersebut
Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan
3. nilai sesuai dengan kebutuhannya

Sumber: Sukiarno, E. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. 2013.


Balai Pelatihan Kesehatan Semarang
METOD FIS BONE UNTU
E
ANALISIHPENYEBA KMASALA
S B HKurang motivasi
MAN MONEY

Dan terampil
Dana alokasi
Dalam sosialisasi
Kurang
ASI Ekslusif

Beban tugas
Terlalu berat Cakupan Bayi
Mendapat ASI
Ekslusif rendah

Blm ada
P1 : blm ada
SOP utk keg
jdw penyul
ASI eksklu
P2 : tdk ada keg
sif
penyul klp sec
berkala
P3 : kurang leng-
kapnya lap PROSES METHOD
dari kader

Sumber: Sukiarno, E. Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. 2013.


Balai Pelatihan Kesehatan Semarang
Di puskesmas A terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit Difteri. Lalu dokter
puskesmas melakukan pelaporan ke Dinkes setempat.
Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 yang bukan termasuk KLB
adalah?
A. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya
tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah
B. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga)
kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut

32
jenis penyakitnya
C. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu
jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
D. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 2 (dua)
kurun waktu berturut-turut
E. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya
D. PENINGKATAN KEJADIAN
KESAKITAN TERUS-MENERUS
SELAMA
2 (DUA) KURUN BERTURUT-TURUT
KEYWORDS:
• Permenkes 1501 Tahun 2010
• KLB
 PENINGKATAN KEJADIAN KESAKITAN
TERUS-
MENERUS SELAMA 2 (DUA) KURUN BERTURUT-
TURUT
KRITERIA KEJADIAN LUAR
BIASA
(KLB) MENURUT PERMENKES
1)
1501
Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
pada suatu daerah
2)

TAHUN 2010
Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
3) atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya
4)
Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun
5) sebelumnya
Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
6) kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
per bulan pada tahun sebelumnya
Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
7)
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama
Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
Sumber: Permenkes
menunjukkan 1501dua
kenaikan Tahun 2010
kali atau tentang
lebih Kriteria
dibanding Kejadian
satu periode Luar Biasa
sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama
Di suatu desa di wilayah kerja puskesmas dokter A
diketahui angka kematian Angka kematian bayi tinggi
dan angka PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi) tinggi, Infrastruktur (tenaga, sarana, dana
kurang) dan selama 3 tahun berturut-turut tidak
mencapai target UCI (Universal Child Imunization).
Sebagai dokter puskesmas tindakan imunisasi tambahan

33 yang diperlukan oleh dokter A adalah?


A. Crash Program
B. Pekan Imunisasi Nasional
C. Sub PIN
D. Backlog Fighting
E. Imunisasi akibat Kejadian Luar Biasa
A. CRASH
PROGRAM
KEYWORDS:
• AKB tinggi dan angka PD3I tinggi
• Infrastruktur kuranga
• Desa selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai target
UCI (Universal Child Imunization).

 Crash Program
IMUNISAS TAMBAHA
I N
•Anak 1-3 Tahun tidak mencapai UCI selama 2 tahun berturut- turut
Back Log Fighting

•Intervensi cepat cegah KLB, tidak capai UCI 3 tahun berturut- turut, IMR
Crash Program dan PD3I tinggi, infrastruktur jelek

Outbreak Response •Penanggulangan KLB


Immunization
Pekan Imunisasi
•Percepat pemutus siklus hidup virus polio
Nasional
(PIN)
Sub PIN •2x imunisasi polio (interval 1 bln), serentak pada anak < 1 rtahun

Catch Campaign Campak •Vaksinasi semua anak usia <15 tahun pada suatu waktu

Sumber: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42


TAHUN
2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI
CRASH PROGRAM
• Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang
memerlukan intervensi secara cepat untuk
mencegah terjadinya KLB (kejadian luar biasa).
• Pemilihan lokasi crash program didasarkan atas
beberapa kriteria, yaitu:
• Angka kematian bayi tinggi dan angka PD3I (penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi) tinggi
• Infrastruktur (tenaga, sarana, dana kurang)
• Desa selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai
target UCI (Universal Child Imunization).
Sumber: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42
TAHUN
2013 TENTANG PENYELENGGARAAN
IMUNISASI
BACKLOG
FIGHTING
• Merupakan upaya aktif dalam melengkapi imunisasi dasar
pada anak yang berumur 1-3 tahun.

Sasaran utama dari backlog fihgting adalah desa atau
kelurahan yang belum mencapai desa UCI selama dua tahun
• berturut-turut.
Universal child imunization (UCI) adalah tercapainya imunisasi
• dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita
usia subur dan anak sekolah tingkat dasar.
• Imunisasi lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BC, 3 dosis DPT, 4
• dosis Polio, 3 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak.
Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak
sekolah
Sumber: tingkat MENTERI
PERATURAN dasar meliputi 1 dosisREPUBLIK
KESEHATAN DT, 1 dosis
INDONESIA NOMOR 42
campak dan 2 dosis TT
TAHUN
2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IMUNISASI
Seorang laki-laki 28 tahun mengalami kecelakaan
lalu lintas saat mengendarai motor. Pasien juga
memiliki kartu BPJS dan jasa raharja. Diketahui
biaya pengobatan pasien lebih dari 10 juta. Yang
menanggung biaya pengobatan pasien adalah?
A. Jasa Raharja

34
B. BPJS
C. Jasa Raharja dan BPJS
D. Pembayaran Mandiri
E. Ditanggung RS
C. JASA RAHARJA DAN
BPJS
KEYWORDS:
• Kecelakaan saat mengendarai motor
• Punya kartu Jasa Raharja dan BPJS
• Biaya pengobatan lebih dari 10 juta

 Jasa Raharja dan BPJS


BAGAN KLAI ASURANSI
M Sumber: PERJANJIAN
KERJASAMA NOMOR :
SKEB/6/2013 dan
NOMOR : 285/KTR/VIII-
04/1213 ANTARA PT.
JASA RAHARJA
(PERSERO) & PT.
ASKES (PERSERO)
TENTANG PETUNJUK
TEKNIS
PENYELENGGARAAN
KOORDINASI
MANFAAT DALAM
IMPLEMENTASI
JAMINAN SOSIAL
BIDANG KESEHATAN
DAN BIDANG
KECELAKAAN LALU
PERJANJIAN KERJASAMA
NOMOR :
SKEB/6/2013 dan NOMOR :
PERJANJIAN KERJASAMA NOMOR : SKEB/6/2013 dan NOMOR : 285/KTR/VIII-
285/KTR/VIII-04/1213
04/1213 ANTARA PT. JASA RAHARJA (PERSERO) & PT. ASKES (PERSERO)
• TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KOORDINASI MANFAAT DALAM
• IMPLEMENTASI JAMINAN SOSIAL BIDANG KESEHATAN DAN BIDANG
a. KECELAKAAN LALU LINTAS
Pasal 4 :
JASA RAHARJA bertindak sebagai Penjamin Pertama bagi Peserta BPJS
b. Kesehatan yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang terjamin oleh JASA
RAHARJA sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan
lalu lintas
• ASKES/BPJS Kesehatan bertindak sebagai Penjamin Kedua bagi Peserta
BPJS Kesehatan yang mengalami kecelakaan lalu lintas yang terjamin oleh
JASA RAHARJA atas nilai selebihnya yang tidak ditanggung oleh program
jaminan kecelakaan lalu lintas
PASAL 5: Koordinasi manfaat oleh JASA RAHARJA dan ASKES/BPJS Kesehatan
diselenggarakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing dan
sesuai dengan syarat dan ketentuan yang diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku • Prinsip Penjaminan dalam proses
Di Indonesia telah terjadi Flu Burung di banyak
tempat beberapa tahun yang lalu. Lalu ditetapkan
sebagai wabah flu burung. Yang memiliki
wewenang menetapkan wabah adalah?
A. Menteri Kesehatan
B. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

35
C. Dokter
D. Puskesmas
E. Kepala Puskesmas
A. MENTE KESEHATA
RI N
KEYWORD
S:
• Wabah
 Menurut UU No. 4 tahun 1984 yang menentukan
Wabah adalah menteri kesehatan
UU NO. 4 TAHU 1984 TENTANG
WABAH PENYAKIT N
MENULAR
• Dalam UU No. 4 Tahun 1984 disebutkan, menteri
menetapkan daerah tertentu dalam wilayah
Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah
wabah.

SUMBER: UU 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT


NO. MENULAR
PERATURAN MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR
•1501/MENKES/PER/X/2010
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010
TENTANG JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU
YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA
PENANGGULANGAN

Pasal 7 (1) Kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan provinsi,
atau Menteri dapat menetapkan daerah dalam
keadaan KLB, apabila suatu daerah memenuhi
salah satu kriteria sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6.
Pasien perempuan, usia 32 tahun sedang dalam perawatan
di RS karena infeksi saluran kemih. Setelah diberikan obat
melalui intravena, pasien mengeluhkan sesak napas, gatal-
gatal, dada berdebar, dan mual. Pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran kompos mentis, pasien tampak
gelisah, TD 80/60 mmHg, nadi 128 kali/menit, lemah, RR 32
kali/menit, suhu 36,8C. Tampak urtikaria dan terdengar

36
stridor. Apa tatalaksana yang paling tepat pada kasus ini?
A. Pemberian antibiotik intravena
B. RL 20 cc/kgBB secepatnya
C. Injeksi adrenalin 0,3 mg, IM
D. Injeksi deksametasone 1 mg, IM
E. Injeksi dopamine 5 µg/kgBB/menit, IV
C. INJEKSI ADRENALIN MG, IM
0,3
KEYWORDS
:• Pasien perempuan, 32 tahun
• Sesak napas, gatal-gatal, dada berdebar, dan mual setelah
diberikan obat melalui intravena
• PF: kesadaran kompos mentis, pasien tampak gelisah, TD
80/60 mmHg, nadi 128x/m, lemah, RR 32x/m, suhu 36,8C.
Tampak urtikaria dan terdengar stridor
MACAM-MACAM SYOK
Syok hipovolemik: diakibatkan oleh hilangnya cairan
a) Takikardia, hipotensi
b) Penyebab: muntah, diare, malnutrisi
• Syok hemoragik: doakibatkan oleh hilangnya darah
a) Takikardia, hipotensi
b) Setiap pasien KLL harus dicurigai syok hemoragik
c) Pasien cedera kepala tidak dapat menyebabkan syok
hemoragik
• Syok anafilaktik: ada riwayat alergi
• Syok sepsis: ada riwayat infeksi
• Syok neurogenik: biasa didahului trauma
a) Bradikardia, hipotensi (gejala parasimpatis)

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


MACAM-MACAM SYO
K

WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
MACAM-MACAM SYO
K
SYOK
•ANAFILAKTIK
Reaksi hipersensitivitas tipe I (IgE)
• Terjadi sistemik di seluruh tubuh
• Sistem saluran napas  hiperaktivitas bronkus, edema laring
Sistem kardiovaskular  perubahan vaskuler, vasodilatasi sistemik
• Sistem saluran cerna  mual, muntah, diare
• Mata  angioedema, konjungtivitis
• Kulit  urtikaria, angioedema
SYO ANAFILAKT
K IK

Sumber: http://science.unctv.org/content/peanut-solution-0
TATALAKSAN SYO
A K
ANAFILAKTI
K

Sumber: Working Group of Resuscitation Council


(UK). Emergency Treatment of Anaphylactic
Reactions: Guidelines for Health Providers. 2008
SYO ANAFILAKT
K IK
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
Pasien laki-laki, usia 35 tahun, datang ke IGD dengan
keluhan mata kanan terkena cairan pembersih WC saat
sedang bekerja. Pada pemeriksaan didapatkan visus
menurun, kemosis konjungtiva, injeksi konjungtiva, kornea
edema. Urutan penatalaksanaan yang tepat adalah...
A. Irigasi – debridemen – salep mata
B. Irigasi – debridemen – awasi TIO

37
C. Irigasi – debridemen – siklopegik
D. Tetes pantokain – irigasi – debridemen – manajemen TIO
E. Tetes pantokain – irigasi – debridemen – siklopegik –
antibiotik salep
E. TETES PANTOKAIN-IRIGASI-
DEBRIDEMEN-
SIKLOPEGIK-ANTIBIOTIK SALEP
KEYWORDS : 35 tahun
• Pasien laki-laki,
• Mata kanan terkena cairan pembersih WC saat sedang bekerja
• PF: visus menurun, kemosis konjungtiva, injeksi konjungtiva,
kornea edema
TRAUMA MATA
KIMIAWI Trauma basa:
•Trauma
Terjadiasam
koagulasi protein epitel • Biasanya lebih berat daripada
kornea  kekeruhan kornea. trauma asam.
Biasanya kerusakan hanya pada • Bahan basa memiliki 2 sifat,
bagian superfisial saja.
yaitu hidrofilik dan lipofilik 
• Bahan kimia bersifat asam: dapat secara cepat untuk
asam sulfat, air accu, asam penetrasi sel membran dan
sulfit, asam hidroklorida, zat masuk ke bilik mata depan
pemutih, asam asetat, asam bahkan sampai retina. Terjadi
nitrat, asam kromat, asam
hidroflorida penghancuran jaringan
kolagen kornea. Bahan kimia
basa bersifat koagulasi sel dan
• terjadi proses saponifikasi
disertai dengan dehidrasi.
Bahan kimia bersifat basa:
NaOH, CaOH, amoniak, freon/
bahan pendingin lemari es,
TRAUMA KIMIAWI
MATA
•Klasifikasi
Derajat 1:(derajat
kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat
keparahan):
baik)
• Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat <1/3 iskemik limbus (prognosis baik)
• Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran
iris tidak jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang
baik)
• Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik > ½ limbus
(prognosis sangat buruk)
TATALAKSANA TRAUMA KIMIAWI
MATA
•Emergensi:
Irigasi: larutan normal saline (atau yang setara) selama 15-30 menit s/d
pH mata normal (7,3) minimal 2 liter. Dimana untuk
mengoptimalkan kenyamanan pasien dan keefektifan dalam
irigasi, umumnya diberikan anestesia topikal (Pantokain).
• Double eversi pada kelopak mata: memindahkan material yang terdapat pada
bola mata, menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra,
konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks
Debridemen: pada daerah epitel kornea yang mengalami

nekrotik sehingga dapat terjadi reepitelisasi pada kornea
Lanjutan:
Bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tears (air
mata buatan)
Sumber: Chemical (Alkali and Acid) Injury of the Conjunctiva
and Cornea. American Academy of Opthalmology. Updated on
Feb, 17th, 2017

WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
TATALAKSANA TRAUMA KIMIAWI
MATA
•Medikamentosa:
Steroid: me↓ inflamasi dan infiltrasi neutrofil, menghambat penyembuhan
stroma dengan me ↓ sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas.
Maka steroid hanya diberikan secara inisial dan ditappering off selama 7-10
hari. Dexamethasone 0,1% ED dan Prednisolone 0,1% ED diberikan setiap 2
jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolone IV 50-
200 mg.
Sikloplegik: mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.
• Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
Asam askorbat: mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan me↑
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh
• fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam.
untuk dosis sistemik dapat diberikan sampai dosis 2 gram.
TATALAKSANA TRAUMA KIMIAWI
MATA
•Medikamentosa:
Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor: me↓ tekanan intraokular
dan risiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral
yaitu asetazolamide (Diamox) 500 mg.
• Antibiotik: sebagai profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.
Tertasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas
neutrofil dan me↓ pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara
topikal dan sistemik (Doksisiklin
100 mg)
• Asam hyaluronik: membantu proses reepitelisasi kornea dan menstabilkan
barier fisiologis. Asam sitrat menghambat aktivitas neutrofil dan me↓
respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama
10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7
hari setelah trauma.
Pasien perempuan, usia 28 tahun, datang ke IGD RS
dengan keluhan pembengkakan pada mata dan bibir,
disertai benjolan dan kemerahan di tubuh yang gatal serta
menyengat, setelah 15 menit mengonsumsi obat anti nyeri
yang diberikan oleh kakak pasien. Suara serak, kesulitan
menelan, maupun sesak napas disangkal. Lemah seluruh
tubuh juga itu disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

38
TD 110/80mmHg, nadi 86 kali/menit, reguler, kuat, isi cukup,
RR 20 kali/menit, suhu 36,8C. Pada kepala tampak area
periorbital bilateral, perioral, dan bibir bengkak; mukosa
mulut dan nasal dalam batas normal. Pada lengan dan
tungkai bilateral serta dada tampak urtikaria multipel.
Apakah penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini?
A. Antihistamin
B. Adrenalin
C. Steroid
D. Anti inflamasi
E. Beta-2 agonis
A.
ANTIHISTAMIN
•KEYWORDS
Pasien perempuan,
: 28 tahun
• Pembengkakan pada mata dan bibir
• Disertai benjolan dan kemerahan di tubuh, gatal (+) menyengat, (+)
setelah 15 menit mengonsumsi obat anti nyeri yang diberikan oleh
kakak pasien
• Suara serak, kesulitan menelan, maupun sesak napas (-) 
ancaman obstruksi saluran napas tidak ada
• PF: TTV dalam batas normal  eksklusi syok anafilaktik
• Area periorbital bilateral, perioral, dan bibir bengkak 
angioedema
• Pada lengan dan tungkai bilateral serta dada tampak urtikaria
multipel
ANGIOEDEM
A
• Reaksi kulit dna mukosa dengan
patofisiologi serupa dengan
urtikaria
• Pembengkakan kulit dan membran
mukosa yang terjadi
mendadak (1-2 jam) dan akan
hilang dengan sendirinya dalam
waktu singkat

Sumber: www.dermnetnz.org/reactions/angioedema.html
ANGIOEDEM
A
Perbedaan antara angioedema dan urtikaria
Parameter Angioedema Urtikaria
Jaringan yg terlibat Jaringan bawah dermis: Epidermis dan dermis
subkutan dan submukosa
Organ yg terlibat Kulit, mukosa: terutama Hanya
kulit palpebra dan bibir
Durasi Sementara, biasanya 1-2 hari Sementara;, biasanya <
24 jam
PF Bengkak kemerahan pada Plak eritematosa berupa
jaringan bawah kulit biduran pada permukaan
kulit
Gejala Gatal +/- Gatal +
Nyeri + nyeri tekan + Nyeri jarang

Sumber: www.dermnetnz.org/reactions/angioedema.html
PENYEBAB
ANGIOEDEMA
Acute allergic angioedema Angioedema idiopatik
• Onset 1-2 jam pasca paparan Kronik; rekuren; kemungkinan
• Alergi makanan: kacang, autoimun
seafood, susu, telur Angioedema herediter
• Obat: penisilin, NSAID, sulfa, • Autosomal dominan; sangat
vaksin jarang
• Agen radiokontras Venom
• dari serangga Karet lateks

Reaksi obat non-alergi
Onset beberapa hari-bulan pasca
paparan
• ACE inhibitor

Sumber: www.dermnetnz.org/reactions/angioedema.html
GEJALA
ANGIOEDEMA
• Bengkak periorbital dan perioral
(++)
• Mukosa saluran napas, lidah,
dan genital bisa terlibat
• Mukosa GIT  nyeri perut
•Acute
Hampir selaluangioedema
allergic terjadi bersamaan
dengan urtikaria
• Mereda dalam 1-3 hari
• Berulang jika terpapar ulang
Reaksi obat non-alergi
ACE inhibitor  angioedema
tanpa urtikaria

Sumber: www.dermnetnz.org/reactions/angioedema.html
TATALAKSAN
A
Antihistamin

WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
TATALAKSAN
A
•Antihistamin
1st line bila tanpa gejala anafilaktik
• Difenhidramin 25-50 mg IV; anak 1
mg/kg IV
• Steroid  2nd line karena onset
lambat; terutama untuk mencegah rebound
Pasien laki-laki, usia 32 tahun, datang ke IGD RS setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam SMRS. Pasien
membuka mata dengan respon nyeri, dapat melokalisasi
nyeri, dan hanya mengeluarkan erangan ketika dirangsang
nyeri. Berapakah nilai GCS pasien tersebut?
A. E2M4V1
B. E2M4V2

39
C. E2M5V1
D. E2M5V2
E. E2M5V3
D. E2M5V2
KEYWORDS
:• Pasien laki-laki, 32 tahun
• Mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam SMRS
• Pasien membuka mata dengan respon nyeri, dapat melokalisasi
nyeri, dan hanya mengeluarkan erangan ketika dirangsang nyeri
GLASGOW COMA SCAL (GCS)
E
GLASGOW COMA SCAL (GCS)
E
Pasien laki-laki, usia 28 tahun, dibawa oleh keluarganya ke
IGD RS setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 30 menit
SMRS. Pasien mengeluhkan sesak dan nyeri pada dada
kanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70
mmHg, nadi 112 kali/menit, RR 34 kali/menit, dan suhu
36,8C. Pada dada kanan ditemukan bunyi napas melemah
dan tampak gerak napas paradoksal. Pada foto thoraks

40
menunjukkan adanya gambaran radiolusen di paru kanan
dan terdapat fraktur iga multipel (iga 4-7 kanan).
Kemungkinan diagnosisnya adalah…
A. Ruptur diafragma
B. Hematotoraks
C. Hematopneumotoraks
D. Flail chest
E. Tension pneumotoraks
D. FLAIL
CHEST
KEYWORDS
:• Pasien laki-laki, 28 tahun
• Sesak dan nyeri pada dada kanan setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas 30 menit SMRS
• PF: TD 110/70 mmHg, nadi 112x/m, RR 34x/m, suhu 36,8C. Pada
dada kanan ditemukan bunyi napas melemah dan tampak gerak
napas paradoksal
• Ro thoraks: gambaran radiolusen di paru kanan dan terdapat
fraktur iga multipel (iga 4-7 kanan)
DIAGNOSIS ETIOLOGI TANDA DAN GEJALA
Hematotoraks Laserasi pembuluh darah di • Ansitas/gelisah, takipnea, tanda-tanda syok,
kavum toraks takikardia, froty/bloody sputum
• Suara napas menghilang pada tempat yang
terkena, vena leher mendatar, perkusi dada
pekak
Simpel pneumotoraks Trauma tumpul spontan • Jejas di jaringan paru sehingga menyebabkan
udara bocor ke dalam rongga dada
• Nyeri dada, dyspnea, takipnea
• Suara napas menghilang/menurun, perkusi
dada hipersonor
Open pneumotoraks Luka penetrasi di area • Luka penetrasi menyebabkan udara dari
luar toraks masuk ke dalam rongga pleura
• Dyspnea, nyeri tajam, emfisema subkutis
• Suara napas menurun/menghilang
• Red bubbles saat ekshalasi pada luka penetrasi
• Sucking chest wound
Tension Udara yang terkumpul di • Tampak sakit berat, ansietas/gelisah
pneumotoraks rongga pleura tidak dapat • Dyspnea, takipnea, takikardia, distensi vena
keluar lagi (mekanisme jugularis, hipotensi, deviasi trakea
pentil) • Penggunaan otot-otot bantu napas, suara
napas menghilang, perkusi hipersonor
DIAGNOSIS ETIOLOGI TANDA DAN GEJALA
Flail chest Fraktur segmental tulang • Nyeri saat bernapas
iga, melibatkan minimal 3 • Pernapasan paradoksal
tulang iga
Efusi pleura CHF, pneumonia, • Sesak, batuk, nyeri dada yang disebabkan
oleh keganasan, TB paru, emboli iritasi pleura
paru • Perkusi pekak, fremitus taktil menurun,
pergerakan dinding dada tertinggal pada
area yang terkena
Pneumonia Infeksi, inflamasi Demam, dyspnea, batuk, ronki
FLAIL
•CHEST
Gerakan paradoksal pada dinding dada
akibat fraktur iga multipel yang berurutan
(misal iga 4-7). Dengan demikian
terbentuk
segmen bebas yang dapat tertarik ke
dalam saat inspirasi (paradoks: karena
dinding dada seharusnya
bergerak keluar/mengembang saat
ekspirasi)
• Pemeriksaan: X-ray
• Tatalaksana:
• Bedah:
• rutin
Stabili
sasi
penyakit yang mendasari misal
bedah
Multipel Myeloma
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
 Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
FLAIL CHEST
• Beberapa tulang iga
• Beberapa garis fraktur pada 1 tulang
iga
• Sehingga ada bagian dari dinding
dada yang bergerak
secara independen

The first rib is often fractured posteriorly


(black arrows). If multiple rib fractures occur
along the midlateral (red
arrows) or anterior chest wall (blue
arrows), a flail chest (dotted black
lines) may result
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/433779
FLAI CHES
L T

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


FLAI CHES
L T

Pernapasan paradoksal

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


FLAI CHES
L T

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


TATALAKSANA FLAIL
•CHEST
ABC’s dengan c-spine control sesuai indikasi
• Analgesik kuat
• Intercostal blocks
• Hindari analgesik narkotik
• Ventilasi membaik  tidal volume ↑, oksigen darah ↑
• Ventilasi tekanan positif
• Hindari barotrauma
• Chest tubes bila dibutuhkan
• Perbaiki posisi pasien
• Posisikan pasien pada posisi yang paling nyaman dan
membantu mengurangi nyeri  miring pada sisi yang terkena
• Aggressive pulmonary toilet
• Surgical fixation  rarely needed
• Rawat inap  24 hours observasion
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
Pasien laki-laki, usia 60 tahun, dibawa ke IGD RS dengan
keluhan berdebar-debar sejak 30 menit yang lalu. Pasien
juga merasa badan lemas dan keringat yang bercucuran.
Diketahui pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10
tahun yang lalu dan rutin menggunakan insulin. Pagi ini
pasien menyuntikkan insulin namun lupa sarapan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, TD

41
100/70 mmHg, nadi 102 kali/menit, RR 22 kali/menit, dan
suhu 37,2C. Pada pemeriksaan GDS didapatkan 50 mg/dl.
Apakah tatalaksana yang tepat diberikan pada pasien?
A. Bolus dextrose 40% 20 cc IV
B. Bolus dextrose 40% 30 cc IV
C. Bolus dextrose 20% 50 cc IV
D. Bolus NaCl 0,9% 1 L secepatnya
E. Bolus RL 1 L secepatnya
C. BOLU DEXTROS 20% 50 CC
IV S E
KEYWORDS
:• Pasien laki-laki, 60 tahun
• Berdebar-debar sejak 30 menit yang lalu
• Disertai badan lemas dan keringat yang bercucuran
• Memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu
dan rutin menggunakan insulin
• PF: kesadaran kompos mentis, TD 100/70 mmHg, nadi 102
kali/menit, RR 22 kali/menit, dan suhu 37,2C
• GDS 50 mg/dl

 Diagnosis: Hipoglikemia
HIPOGLIKEM
IA
HIPOGLIKEM
IA Tanda dan gejala hipoglikemia:
Gejala yang menandakan Manifestasi neuroglikopenia
Whipple’s Triad
hipoglikemia • Perubahan perilaku
Konsentrasi gula darah yang • Kebingungan, lemah
rendah (diukur secara presisi)
• Kejang, penurunan kesadaran
• Gejala tersebut hilang setelah
kadar gula darah meningkat Manifestasi otonom (= gejala
adrenergik dan kolinergik)
Tiga penyebab hipoglikemia
paling sering: • Palpitasi, tremor, ansietas
(adrenergik)
• Obat antidiabetes: insulin dan
oral gol. Sulfonylurea • Berkeringat, rasa lapar, dan
kesemutan (kolinergik)
• Alkohol
• Keringat dingin
Penyakit kritis: gagal hepar,
ginjal, jantung, sepsis • pucat

Sumber: Dennis Kasper, Anthony Fauci, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19 th ed. 2015
TATALAKSAN HIPOGLIKEMIA
A
sadar
Hipoglikemia berat, pasien sadar:
• Glukosa 20 g yang dilarutkan
Hipoglikemia ringan;tinggi
• Konsumsi makanan pasien
gula dalam air
 gula murni • Cek GDS dengan glucometer 15
• Glikosa 15 g yang dilarutkan menit setelah terapi
dalam air jika pasien masih • Sudah ≥ 70 mg/dl  pasien
sadar diminta untuk makan
• Cek GDS dengan glucometer • Masih < 70 mg/dl  tambah
15 menit setelah terapi 15 g lagi
• Sudah ≥ 70 mg/dl  pasien
diminta untuk makan
• Masih < 70 mg/dl  tambah
15 g lagi

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM. 2015


TATALAKSAN HIPOGLIKEM
A
Hipoglikemia berat; pasien tidak IA
sadar
• Ada akses IV: 50 cc Dextrose
20% atau 25 cc Dextrose 40%
bolus (dosis 10-25 g glukosa)
• Secara simultan: infus D5% atau
D10%
• Cek GDS 15 menit  ulangi 50
cc Dextrose 20% jika masih < 70
mg/dl
• Monitoring gula darah/1-2 jam untuk
mengantisipasi hipoglikemia
berulang

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM. 2015


Pasien laki-laki, usia 55 tahun, dalam perawatan di RS
mengeluhkan sesak napas sejak 1 hari yang lalu. Dua hari
sebelumnya pasien menjalani operasi tumor mediastinum.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 70/50 mmHg, nadi
118 kali/menit, RR 28 kali/menit, bunyi jantung terdengar
menjauh, terdapat pulsus paradoksus, JVP meningkat, dan
akral dingin. Foto thoraks paru dalam batas normal dan

42
gambaran jantung seperti kendi. Pemeriksaan
ekokardiogram kesan jantung berada dalam ruang
perikardium. Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien?
A. Emboli paru
B. Edema paru
C. Tamponade jantung
D. Kardiomiopati hipertrofi
E. Kardiomiopati dilatasi
C. TAMPONADE
JANTUNG
KEYWORDS
:• Pasien laki-laki, 55 tahun
• Sesak napas 1 hari, post operasi tumor mediastinum 2 hari yang lalu
PF: TD 70/50 mmHg, nadi 118 kali/menit, RR 28 kali/menit, bunyi
• jantung terdengar menjauh, terdapat pulsus paradoksus, JVP
meningkat, dan akral dingin
Ro: jantung seperti kendi
• ECG: kesan jantung berada dalam ruang perikardium

CONDITION ASSESSMENT MANAGEMENT
(Physical Examination)
Tension pneumothorax • Tracheal deviation • Needle decompression
• Distended neck veins • Tube thoracotomy
• Tympany
• Absent breath sounds
Massive hematothorax • ± Tracheal deviation • Venous access
• Flat neck veins • Volume replacement
• Percussion dullness • Surgical consultation
• Absent breath sounds • Tube thoracotomy
Cardiac tamponade • Distended neck veins Pericardiocentesis
• Muffled heart tones • Venous access
• Ultrasound • Volume replacement
• Pericardiotomy
• Thoracotomy
Intrabdominal hemorrhage • Distended abdomen • Venous access
• Uterine lift, if pregnant • Volume replacement
• DPL/ultrasonography • Surgical consultation
• Vaginal examination • Displace uterus from vena cava
Obvious external bleeding Identity source of obvious external Control external hemorrhage from all
bleeding obvious sources
• Direct pressure
• Splints
• Closure of actively scalp wounds
TAMPONADE
JANTUNG
• Salah satu kegawatdaruratan Pemeriksaan fisik:
medik • Takikardi
Cairan mengisi ruang perikardium  • Trias Beck:
jantung sulit mengembang  diastolic
• Hipotensi  syok
failure
• Elevated JVP with y descent
• Muffled heart sound
Gejala:
• Pulsus paradoxus (bunyi jantung
Takipnea dan DOE, rest air masih terdengar namun a. radialis
hunger tidak teraba saat inspirasi)
• Weakness Pericardial friction rub
• Presyncope •
• Dysphagia
• Batuk
• Anorexia
• Chest pain
TAMPONAD
E
JANTUNG

“Water bottle configuration” 


bayangan pembesaran jantung
yang
TAMPONADE
JANTUNG
• Dicurigai tamponade jantung:
• Echocardiography
• Pericardiocentesis
Dilakukan segera  untuk
diagnosis dan terapi (awal)
Needle pericardiocentesis
• Seringkali merupakan pilihan
terbaik saat terdapat
kecurigaan adanya tamponade jantung
atau terdapat penyebab yang tidak
diketahui
untuk timbulnya tamponade
jantung
PERICARDIOCENTE
SIS
PERICARDIOCENTE
SIS

WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
Pasien perempuan, usia 35 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan luka bakar pada dada dan perut setelah tersiram
air panas sejak 1 jam SMRS. Luka bakar di lengan kiri, perut,
punggung, paha kanan, dan kiri. Luka berbentuk hiperemis
sebagian ada yang berbentuk bula. Sebelum dibawa ke
IGD luka sempat diguyur air. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran compos mentis, TD 100/70 mmHg,

43
nadi 72 kali/menit, RR 20 kali/menit, dan suhu 36,7C. Total
luka bakar 45% dan BB 50 kg. Apakah tatalaksana yang
tepat diberikan?
A. 2250 cc/8 jam, 6750 cc/16 jam, antibiotik, analgesik
B. 3000 cc/8 jam, 6000 cc/16 jam, antibiotik, analgesik
C. 4500 cc/8 jam, 4500 cc/16 jam, antibiotik, analgesik
D. 9000 cc/8 jam, 9000 cc/16 jam, antibiotik, analgesik
E. 2250 cc/8 jam, 9000 cc/16 jam, antibiotik, analgesik
C. 4500 CC/8 JAM, 4500 CC/16
JAM, ANTIBIOTIK,
ANALGESIK
•KEYWORDS
Seorang perempuan,
: 35 tahun
• Luka bakar pada dada dan perut setelah tersiram air panas 1 jam
SMRS
• PF: kesadaran compos mentis, TD 100/70 mmHg, nadi 72
kali/menit, RR 20 kali/menit, dan suhu 36,7C. Total luka
bakar 45% dan BB 50 kg. Luka bakar pada lengan kiri,
perut, punggung, paha kanan, dan kiri, berbentuk
hiperemis sebagian ada yang berbentuk bula
LUK BAKA
A R
., Epidermis f- 1s t degree
Ep
J,...r11iL'1
2nd degree
Dermis
De- 11\1.S

---- -- - - - - - - -
$U�CUlOOCOic. 11
S u b c u ta n e MUO
layer
ML..;cJe
- - ---1 't
-----------
o Muscle
u s
-----------
3rd degree 4th degree
ormal skm V
, Arter.es
and , ems

Epidennis
Superlidal
(first
degree) f, rst desree bum
bum • t n, nI" cs �Of' I aver <'f en -denn1�
only

Paro al thickness
(second degree)
burn
Second degree burn
-su-
• rnvotves a.11 or eproermrs
hlt�t�
anu
some of derm 1 !i
Full thickness
(lh1rd degree) • Ma, involve all of the Third ccgrcc bum
dermis • M� ex.end imo deeper
bu ussues
m
TATALAKSAN EMERGEN LUK BAKA
A SI A R

Emergency Management of Sever Burns (EMSB). Course Manual 17 th edition Feb 2013.
Austalia dn New Zealand Burn Association Ltd 1996
RUL OF NIN
E E

Dewasa Bayi/anak
• Bayi berusia sampai satu tahun
• Luas permukaan kepala dan leher berkisar 18%
• Luas permukaan tubuh dan tungkai berkisar 14%
• Dalam masa pertumbuhan, setiap tahun diatas usia satu tahun, maka ukuran
kepala berkurang sekitar 1% dan ukuran tungkai bertambah 0,5%
Proporsi dewasa tercapai saat seorang anak mencapai usia 10
• tahun
• Usia 10 tahun, penambahan ukuran tungkai dipindahkan ke

genitalia dan perineum 1%

Sumber: Emergency Management of Sever Burns (EMSB). Course Manual 17 th edition


WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
Feb 2013. Austalia dn New Zealand Burn Association Ltd 1996
ANALISA
KASUS
• Luas luka bakar = 45%
• BB = 50 kg
Total cairan yang dibutuhkan:
RUMUS BAXTER = 4 X LUAS BAKAR X BB
LUKA
4 X 45% X 50 = 9000 cc/24 jam (KG)
Dalam 8 jam pertama = 4500 cc
Dalam 16 jam berikutnya = 4500 cc
Pasien laki-laki, usia 32 tahun, dibawa ke IGD setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam SMRS. Pasien
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah. Tampak darah
segar menetes pada meatus urethra eksternum. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan suprapubik,
stabilitas pelvis dalam batas normal, RT didapatkan flying
prostate (+). Apakah tindakan berikutnya yang dilakukan

44
pada pasien?
A. Meminta pemeriksaan BNO-IVP
B. Melakukan pemeriksaan USG testis
C. Melakukan pemasangan kateter suprapubik
D. Melakukan pemasangan kateter urine ukuran terbesar
E. Melakukan pemasangan kateter urine ukuran terkecil
C. MELAKUKAN
PEMASANGAN
KATETER SUPRAPUBIK
•KEYWORDS
Pasien laki-laki,
: 32 tahun, post KLL
• Nyeri perut bagian bawah
• PF: nyeri tekan suprapubik, stabilitas pelvis dalam batas
normal
• RT: flying prostate (+)

 Diagnosis: Ruptur Urethra Posterior


RUPTU ORGAN
R Organ Gejala
Ginjal Nyeri di pinggang, hematuria
Ureter Nyeri dapat menjalar ke selangkangan, jarang
terjadi, hematuria
Vesika urinaria Nyeri di suprapubik, hematuria
Urethra anterior Nyeri di selangkangan, paling sering terjadi, paling
sering karena straddle injury, butterfly hematome
Urethra posterior Nyeri di selangkangan, biasanya disebabkan oleh
fraktur pelvis, floating prostate
KLASIFIKASI UNTU
GOLDMAN
RUPTU URETHR K
R A
RUPTUR
URETHRA
•Trauma
TRIAS:urethra
bloody anterior
discharge, retensio urine, hematome/jejas
peritoneal/urin infiltrat
• Ditandai dengan butterfly appearance

Trauma urethra posterior


• TRIAS: bloody discharge, retensio urine, floating prostate

Diagnosis
• Retrograde urethrography, urinalisis, foto pelvis
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
WWW.FUTUREDOCTORINDONESIA.COM
TRAUMA URETHRA
POSTERIOR
Jenis
Klasifikasi Ruptur Colapinto – McCollum:
menurut Gambaran Uretrogram
Urethra posterior utuh, Memanjang, ekstravasasi (-)
stretching
Urethra posterior putus, Ekstravasasi kontras terbatas di atas
diafragma diafragma urethra anterior urethra anterior
utuh
Urethra posterior, Ekstravasasi yang luas
diafragma urethra anterior,
dan urethra pars bulbosa
bagian proksimal rusak
TATALAKSANA RUPTUR
URETHRA
Simptomatik 
• Initial  Atasi retensi urine  akses dari regio suprapubik
pasang kateter suprapubik (sistostomi)
• Bedah (rekonstruksi)  terutama pada ruptur urethra posterior
yang disertai cedera pelvis (koreksi urethra dilakukan setelah
masalah pelvis tertangani), seperti anastomosis urethra,
uretrotomia interna
Pasien laki-laki, usia 32 tahun, dibawa ke IGD dengan
keluhan sesak napas sejak mengalami kecelakaan lalu lintas
30 menit yang lalu. Keluhan disertai dengan nyeri dada
sebelah kiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
kompos mentis, pasien tampak sesak, TD 110/70 mmHg,
nadi 90 kali/menit, RR 32 kali/menit, dan suhu 36,6C. Gerak
dada hemitoraks kiri tertinggal, sela iga melebar, perkusi

45
redup hingga setinggi ICS 3, dan suara napas menghilang.
Berdasarkan pemeriksaan foto toraks didapatkan
perselubungan homogen di hemitoraks kiri, sudut
kostophrenikus tertutup perselubungan. Tatalaksana awal
yang tepat pada pasien tersebut adalah…
A. Intubasi
B. Plester 3 sisi
C. Torakotomi
D. Pemasangan WSD
E. Dekompresi dengan jarum
D. PEMASANGAN WSD
KEYWORDS
:• Pasien laki-laki, 32 tahun
• Sesak napas sejak mengalami kecelakaan lalu lintas 30 menit
yang lalu
• Disertai dengan nyeri dada sebelah kiri
• PF: kesadaran kompos mentis, pasien tampak sesak, TD
120/80, nadi 98x/m, RR 34x/m, suhu 36,6C, gerak dada
hemitoraks kiri tertinggal, sela iga melebar, perkusi redup
hingga setinggi ICS 3, dan suara napas menghilang
• Ro: perselubungan homogen di hemitoraks kiri, sudut
kostophrenikus tertutup perselubungan
 Diagnosis: Hematothoraks Sinistra
CONDITION ASSESSMENT MANAGEMENT
(Physical Examination)
Tension pneumothorax • Tracheal deviation • Needle decompression
• Distended neck veins • Tube thoracotomy
• Tympany
• Absent breath sounds
Massive hematothorax • ± Tracheal deviation • Venous access
• Flat neck veins • Volume replacement
• Percussion dullness • Surgical consultation
• Absent breath sounds • Tube thoracotomy
Cardiac tamponade • Distended neck veins Pericardiocentesis
• Muffled heart tones • Venous access
• Ultrasound • Volume replacement
• Pericardiotomy
• Thoracotomy
Intrabdominal hemorrhage • Distended abdomen • Venous access
• Uterine lift, if pregnant • Volume replacement
• DPL/ultrasonography • Surgical consultation
• Vaginal examination • Displace uterus from vena cava
Obvious external bleeding Identity source of obvious external Control external hemorrhage from all
bleeding obvious sources
• Direct pressure
• Splints
• Closure of actively scalp wounds
HEMATOTORA
KS
• Terdapatnya darah di dalam rongga
pleura
• Disebabkan oleh laserasi pembuluh
darah interkostal atau arteri
mammaria interna atau laserasi
tembus atau tumpul
paru, dapat
dicetuskan
Tanda oleh trauma
dan Gejala:
• Anxiety/restlessness
• Tachypnea
Signs of shock;
• Frothy, bloody sputum
Diminished breath sounds on
affected side
• Tachycardia
• Flat neck veins
Sumber: ATLS Coursed 9th Edition
HEMATOTORA
KS
• Memerlukan pemasangan chest tube/water
Tatalaksana:
sealed drainage (WSD)
• Jika volume darah yang diperoleh
1500 ml dari tube atau lebih dari 200
ml/jam selama 2-4 jam, operasi
eksplorasi direkomendasikan

Sumber: ATLS Coursed 9th Edition


Anak usia 3 hari datang ke IGD dengan keluhan muntah
hijau. Perut pasien buncit disertai diare berdarah.
Pemeriksaan fisik : KU lemah, letargis, HR 160x/menit
teraba lemah, RR 65x/menit. Pada pemeriksaan radiologi
didapatkan spiral (cockscrew) duodenum dan jejunum
proksimal. Diagnosis yang tepat adalah?
A. Malformasi anorectal

46 B. Hirschsprung
C. Hipertrofi stenosis pylorus
D. Invaginasi
E. Volvulus
E. VOLVULU
S
KEYWORDS
:• Anak usia 3 hari
• Perut buncit, diare berdarah
• KU lemah, letargis nadi teraba lemah
• Radiologi : spiral (cockscrew) duodenum dan
jejunum proksimal

Diagnosis : Volvulus
VOLVULU
S
• Volvulus adalah kondisi dimana usus terpelintir
sebagai akibat dari malrotasi saat fetal development

• Gejala : Bilious vomiting, tanda obstruksi dan


malabsorbsi lain

• Pada anak yang lebih tua, semakin sulit untuk menilai


gejala malrotasi. Manifestasinya dapat berupa gagal
tumbuh, abdominal pain yang kronik dan rekuren
serta tanda malabsorbsi lainnya
X-ray Abdomen
Seorang perempuan 56 tahun mengalami penurunan
kesadaran sejak 5 jam yang lalu disertai kelemahan
anggota gerak kiri. Pasien sempat mengeluh nyeri
kepala, mual dan muntah. Pemeriksaan fisik, TD 200/100
mmHg, HR 88 x/menit RR 21x/menit, suhu 37,5 C dan
hemiparesis sinistra.
Pemeriksaan penunjang yang tepat adalah ?

47 A.
B.
MRI
CT-Scan dengan kontras
C. USG
D. EEG
E. CT-Scan tanpa kontras
E. C SCAN TANPA KONTRA
T S
KEYWORDS
:• Perempuan, 56 tahun
• PenUrunan kesadaran
• Hemiparesis Sinistra
• Riwayat nyeri kepala, mual, muntah
• Hipertensi

Diagnosis : Stroke Hemorrhagic


STROK ISKEMI VS STROK HEMORRHAGI
E K E C
Stroke Iskemik Stroke Hemorrhagic
Etiologi : thrombus (aterosklerosis) ; Etiologi : perdarahan intraserebral
Emboli (pada gangguan irama jantung)
Gejala : Gejala :
• Defisit neurologis akut • Defisit neurologis akut
• Kesadaran baik • Penurunan kesadraan
• Tanda lesi UMN (hiperreleks, ada • Nyeri kepala
refleks patologis) • Muntah protyektil
• Tanda lesi UMN,
hipertensi,
CT scan non kontras : area hipodens CThiperthermi
scan non kontras : area hiperdens
di seebrum serebrum
TATALAKSANA
Stroke Iskemik
• rTPA dalam 3 jam/endovascular fibrinolysis
• Antikoagulan tidak harus segera
• Antiplatelet : aspirin, clopidogrel

Stroke Hemorrhagic
• Perbaiki faal hemostasis, tangani hipertensi
• Antivasospasme
Operatif, bila
Perdarahan >30cc
Ancaman herniasi
Perdarah sereblum
Hydrosefalus
Seorang wanita, 58 tahun datang dengan nyeri
punggung hebat yang dialami 1 tahun terakhir dan
memberat 1 minggu terakhir. Pasien sudah menopause
10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
krepitasi di vertebra saat melakukan fleksi punggung.
Pada x-ray ditemukan fraktur kompresi setinggi torakal
dan penurunan densitas tulang. Diagnosis yang tepat

48 adalah?
A. Osteoartritis
B. Gout Artritis
C. Osteoporosis
D. Rhematoid Artritis
E. Fraktur Vertebra
C. OSTEOPOROSI
S
KEYWORDS
:• Wanita, 58 tahun
• Nyeri punggung hebat
• Menopause
• Krepitasi vertebra
• X-ray : fraktur kompresi setinggi torakal dan
penurunan densitas tulang

Diagnosis : Osteoporosis
OSTEOPOROSIS
Osteoporosis primer :
• Tipe 1 : kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai proses
penuaan, yaitu akibat kekurangan estrogen (menopause)
dan akibat kekurangan testosterone, (andropause)
• Tipe 2 : osteoporosis senil/ penuaan
Osteoporosis sekunder : Akibat adanya penyakit dasar,
obat-obatan.

Osteoporosis idiopatik : Tidak diketahui penyebabnya,


biasanya anak-anak (juvenile, remaja atau usia
pertengahan)
INFODATIN. DATA DAN
KONDISI PENYAKIT
OSTEOPOROSI
S
Modifying factors :
• Kurang aktivitas fisik
• Kurang asupan kalsium
• Kurang protein
• Kurang paparan sinar matahari
• Kurang asupan vitamin D
• Konsumsi minuman tinggi kafein
dan tinggi alcohol
• Merokok
• Hormon estrogen rendah INFODATIN. DATA DAN KONDISI PENYAKIT
• Konsumsi steroid OSTEOPOROSIS DI INDONESIA, 2015
OSTEOPOROSI
S
Not modifying factors :
• Riwayat keluarga
• Jenis kelamin perempuan
• Usia
• Menopause
Manifestasi Klinis :
• Asimptomatis
• Fraktur hip
• Fraktur kompresi vertebra
• Fraktur radius ulna
INFODATIN. DATA DAN KONDISI PENYAKIT
OSTEOPOROSIS DI INDONESIA, 2015
OSTEOPOROSI
S
Diagnosis :
X-ray : mengidentifikasi keretakan tulang
BMD : mengukur kepadatan tulang
Tatalaksana
• Pencegahan : Jauhi faktor resiko
• First line : Bifosfonat
• Second
line
Ibandron
at
Raloxife
ne
Kalsitoni INFODATIN. DATA DAN KONDISI PENYAKIT
OSTEOPOROSIS DI INDONESIA, 2015
n
Laki-laki, 27 tahun mengeluh nyeri punggung yang
memberat sejak 2 miinggu terakhir. Ditemukan jejas di
punggung belakang. Pada pemeriksaan X-ray vertebra
ditemukan gambar seperti berikut :
Diagnosis yang tepat?
A. Spondilitis
B. Spondilosis

49 C. Spondilodesis
D. Spondilolistesis
E. Spondiloartritis
D. SPONDILOLISTE
SIS
KEYWORDS
:• Laki-laki, 27 tahun
• Nyeri punggung hebat
• Jejas di punggung belakang
• X-ray : subluksasi ke depan dari satu korpus
vertebra terhadap yang lain dibawahnya

Diagnosis : Spondilolistesis
Laki-laki, 30 tahun baru saja mengalami kecelakaan lalu
lintas datang ke UGD. Tanda vital yaitu TD 120/80 mmHg,
HR 96x/menit, RR 32x/menit. Pasien kemudian mendapat
okigen sebanyak 4L/menit dan dipasang peyangga leher
serta infus. Saat ini pasien tidak menyahut ketika
dipanggil, hanya menggumam, mata terbuka dengan
rangsang nyeri, anggota gerak atas dalam posisi terlipat

50 walaupun telah diberi rangsang nyeri.


radiologi yang sebaiknya diberikan?
A. Angiografi
Pemeriksaan

B. Rontgen Skull
C. CT scan kepala dengan kontras
D. CT scan kepala tanpa kontras
E. MRI kepala
D. C SCAN TANPA
T KEPALA
KONTRA
S
•KEYWORDS
Laki-laki, 30 tahun
:
• Post KLL
• Takipneu
• E2V2M3

Pemeriksaan Penunjang?
CT SCAN KEPALA TANPA
KONTRAS
• CT scan pada kepala sebenarnya bisa dilakukan
dengan kontras atau tanpa kontras.
• Ct scan dengan kontras terdapat beberapa syarat :

- Dilakukan cek BUN dan kreatinin


- Puasa 4 jam sebelum pemeriksaan
• Pada kondisi gawat darurat, lebih mengarah ke
CT scan tanpa kontras

Anda mungkin juga menyukai