Sumber: http://guidelines.diabetes.ca/browse/chapter14#sec4
Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM 2015
2 D. Prolaktinoma
• Anemore (6 bulan)
• Dispareuni
• Infertil
• Galaktore
• Akne >>>
• BB 45 kg, TB 156 cm
Diagnosisnya...
HIPERPROLAKTINEMIA
• Prolaktin adalah hormon yang dipoduksi oleh kelenjar pituitari
anterior, berfungsi dalam perkembangan payudara selama hamil dan
induksi laktasi. Sekresinya pulsatil: meningkat saat tidur, stres, hamil,
trauma.
•
Hiperprolaktinemia sering berkaitan dengan adenoma pituitari =
prolaktinoma (>40% dari seluruh tumor pituitari).
MANIFESTASI
• Wanita: oligo/amenorea, infertil, akibat prolaktin mensupresi GnRH.
Galaktore (+) akibat efek langsung prolaktin terhadap epitel mammae.
• Pria: disfungsi seksual, ginekomastia.
• Gangguan lapang pandang, nyeri kepala: akibat prolaktinoma.
Tanda-Gejala
1. Gangguan siklus menstruasi, libido menurun, infertil
2. Galactorrhea
3. Hypoestrogenism dyspareunia, osteopenia
4. Hypogonadism small testicles
5. Bila prolaktinoma terlalu massive, dapat
menyebabkan defisiensi hormon lain pada hipofisis
(TSH, GH, ACTH, GnRH)
6. Efek massa akibat makroprolaktinoma: nyeri
kepala, gangguan lapang pandang, neuropati
kranialis, hipopituitarisme, kejang, dll.
J Hum Reprod Sci. 2013 Jul-Sep; 6(3): 168–175.
doi: 10.4103/0974-1208.121400
TATALAKSANA
• Sesuai etiologi:
• Hentikan obat pencetus hiperprolaktinemia.
• Pasien dengan hiperprolaktinemia akibat hipotiroidisme:
berikan terapi hormon tiroid.
• Jika asimptomatik: observasi, tidak perlu medikasi. Jika simptomatik
bromokriptin mesilat sebagai DOC.
• Prolaktinoma: operasi &/ radioterapi.
• Indikasi operasi:
• Intoleransi atau resisten terhadap obat.
• Gangguan lapang pandang persisten.
• Tumor kistik besar atau pendarahan.
Tatalaksana
berdasarkan
etiologi
B.Papillary thyroid
3 carcinoma
• Wanita, 21 thn
• Benjolan di leher yang semakin membesar sejak 1
tahun yang lalu.
•
Kesulitan menelan dan terkadang terasa sulit
• bernapas.
• BB turun drastis
Masa yang ikut saat menelan dengan ukuran
• 4x3x3
cm, nodul soliter, konsistensi keras, nyeri (-)
• “Orphan
DiagnosisAnnnie eyes”ini?
pada kasus
Thyroid Carcinoma
• a painless, palpable, solitary thyroid
nodule.
• Nodul tiroid curiga keganasan: usia
>60 thn dan < 30 thn
• Gejala tidak berat kecuali
anaplastik (cepat membesar dalam
hitungan minggu)
• Diagnosis : FNAB, TSH level, USG
Papillary Thyroid Carcinoma
Papillary thyroid carcinoma
PTC is a major differentiated adenocarcinoma which consists of 90% of
thyroid cancers
Anaplastic thyroid
cardinoma: sel tumor
pleomorphic,
multinucleated giant
cell seperti osteoklas
Medullary thyroid
cardinoma: sel tumor
berbentuk spindle oval,
dengan deposit amyloid
4
E. Porfiria kutanea
tarda
• Wanita, 30 tahun,
• Kulit pada bagian wajah, leher, telinga, dan
tangan melepuh jika terkena paparan sinar
• matahari.
Kulit pasien makin menghitam dan
• rambut-
• rambut di kulit semakin tumbuh lebat.
BAK teh
Defisiensi enzim urophorphyrinogen
dekarboksilase pada pasien.
Diagnosisnya adalah...
Porfiria Kutanea Tarda
• Bentuk porfiria yang paling sering .
• Terjadi akibat defisiensi enzim uroporfirinogen
dekarboksilase di liver penumpukan metabolit
intermediate porfirinogen yang larut air distribusi
terutama ke jaringan subkutis yang kaya pembuluh
darah dan ginjal
• Porfirin di .kulit reaksi kimia fotooksidatif jika
terpapar sinar matahari lesi kulit.
• Ginjal diekskresikan, urin berwarna coklat
kemerahan.
• Etiologi:
• Familial
• Didapat, dengan trigger berupa: alkohol,
estrogen eksogen, overload besi, infeksi
virus
www.dermnetnz.org/systemic/porphyria-cutanea-tarda.html
hepatitis, merokok.
http://emedicine.medscape.com/article/1103643-overview#showall
A.Kolkisin 3 x 0,6 mg, ganti
5 obat HCT, hentikan allopurinol
• Pria 55 thn
• bengkak pada ibu jari kaki kiri, nyeri,
merah,
• Asam urat 8,2 mg/dL.
• Pasien rutin minum HCT dan
allopurinol 1 x 100 mg
Terapinya adalah...
Hiperurisemia
• Etiologi:
ketidakseimbangan
antara metabolisme purin
dan ekskresi asam urat
• Asimptomatik
Hiperurisemia
• Simptomatik
Hiperurisemia
1. Gout arthritis
2. Nefrolitiasis
Tatalaksana
• Farmakologi:
1. Xanthine Oxidase Inhibitor
allopurinol
2. Uricosuric agent probenecid
3. Antigout agent kolkisin (acute
gout)
• Non-farmakologi:
Diet rendah purin gula, tepung,
telur, keju
Hindari daging, ikan, makanan
laut, jeroan, alkohol, kacang-
kacangan
CHRONIC GOUT
http://annals.org/aim/fullarticle/2578528/manage
ment-acute-recurrent-gout-clinical-practice-
guideline-from-american-college
2014 guidelines for hypertension JAMA
E. Defisiensi insulin
6 absolut
• Anak denan penurunan kesadaran
• Polifagia dan polidipsi + BB turun drastis
• GDS 400 mg/dl
• Diabetes melitus tipe 1
MANIFESTASI
• Hiperglikemia: Glikosuria → Diuresis
osmotic → polyuria + nokturia →
dehidrasi → polydipsia dan rasa haus
• Penurunan berat badan akibat
peningkatan gluconeogenesis. Sumber: Harrison’s 19th
ed
• Malaise nonspesifik. emedicine.medscape.com/article/919999-
workup#c10
Diabetes Care. 2015;38(suppl1):S1-S93
7 A. Wernicke syndrome
• Pria 54 tahun
• Keluhan baal pada kedua kaki.
• Terlihat bingung dan tampak sempoyongan.
• Gerakan bola mata tidak terkoordinasi
dengan
•
baik.
• Pasien merupakan pecandu alkohol berat.
Ataksia pada kedua lengan.
diagnosisnya adalah...
Effects of Deficiency and
Nutrient Principal Sources Functions
Toxicity
Asam Folat Raw green leafy vegetables, Maturation of RBCs Deficiency:
Megaloblastic fruits, organ meats (eg, liver), Synthesis of purines, anemia,
neural tube birth enriched cereals and breads pyrimidines, and
defects, confusion
methionine Development of fetal
nervous system
Niasin (nicotinic Liver, red meat, fish, poultry, Oxidation-reduction Deficiency: Pellagra
(dermatitis, acid, legumes, whole-grain or reactions glossitis, GI and
CNS nicotinamide) enriched cereals and breads Carbohydrate and cell dysfunction)
metabolism Toxicity: Flushing
Riboflavin Milk, cheese, liver, meat, eggs, Many aspects of Deficiency: Cheilosis, angular
(vitamin B2) enriched cereal products carbohydrate and protein stomatitis, corneal
metabolism vascularization
Integrity of mucous
membranes
Tiamin (vitamin Whole grains, meat (especially Carbohydrate, fat, amino Deficiency: Beriberi
(peripheral
B1 ) pork and liver), enriched cereal acid, glucose, and alcohol neuropathy, heart failure),
products, nuts, legumes, metabolism Wernicke-Korsakoff syndrome
potatoes Central and peripheral
nerve cell function
Myocardial function
Effects of Deficiency and
Nutrient Principal Sources Functions
Toxicity
Vitamin A As preformed vitamin: fish liver Formation of rhodopsin (a Deficiency: Night
blindness,
(retinol) oils, liver, egg yolks, butter, photoreceptor pigment in perifollicular
hyperkeratosis,
vitamin A–fortified dairy the retina) xerophthalmia,
keratomalacia,
products Integrity of epithelia increased morbidity and
As provitamin carotenoids: dark Lysosome stability mortality in young children
green and yellow vegetables, Glycoprotein synthesis Toxicity: Headache,
peeling of
carrots, yellow and orange fruits skin, hepatosplenomegaly,
Vitamin B Organ meats (eg, liver), whole- Many aspects of nitrogen Deficiency: Seizures,
bone
anemia, group grain cereals, fish, legumes metabolism (eg, thickening, neuropathies,
intracranial
seborrheic (pyridoxine, transaminations,hypertension,
porphyrin dermatitis
papilledema,
pyridoxal, and heme synthesis, Toxicity: Peripheral
hypercalcemia
neuropathy pyridoxamine) tryptophan conversion
to niacin)
Nucleic
acid
biosynth
esis
Vitamin B12 Meats (especially beef, pork, Maturation of RBCs, neural Deficiency: Megaloblastic
Fatty
(cobalamins) and organ meats [eg, liver]), acid,
function, DNA synthesis, anemia, neurologic deficits
poultry, eggs, fortified cereals, lipid, and
myelin synthesis and repair (confusion, paresthesias,
ataxia) amino
milk and milk products, clams, acid metabolism
oysters, mackerel, salmon
Nutrient Principal Sources Functions Effects of Deficiency and Toxicity
Vitamin C Citrus fruits, tomatoes, potatoes, Collagen formation Deficiency: Scurvy
(hemorrhages, (ascorbic acid) broccoli, strawberries, sweet Bone and blood vessel health loose teeth,
gingivitis, bone
peppers Carnitine, hormone, and defects)
amino acid formation
Wound healing
Vitamin D Direct ultraviolet B irradiation of Calcium and phosphate Deficiency: Rickets (sometimes
(cholecalciferol, er the skin (main source), fortified absorption with tetany), osteomalacia
gocalciferol) dairy products (main dietary Mineralization and repair of Toxicity: Hypercalcemia, anorexia,
source), fish liver oils, fatty fish, bone renal failure, metastatic
liver Tubular reabsorption of calcifications
calcium
Insulin
and
thyroid
functio
n,
improvement of immune
Vitamin E (alpha- Vegetable oils, nuts Intracellular
function, antioxidant
reduced risk of Deficiency: RBC hemolysis,
tocopherol, other Scavenger of free
autoimmune disease radicals in neurologic deficits
tocopherols) biologic membranes Toxicity: Tendency to
bleed
Vitamin K Green leafy vegetables (especially Formation of prothrombin, Deficiency: Bleeding due to
(phylloquinone, collards, spinach, and salad other coagulation factors, and deficiency of prothrombin
and menaquinones) greens), soy beans, vegetable oils bone proteins other factors, osteopenia
Bacteria in the GI tract after
neonatal period
8 A.<70 mg/dL
• Wanita 50 tahun
• Riw: DM dan PJK
• Jarang kontrol dan minum obat.
• LDL 165 mg/dL, trigliserida 120
mg/dL, GDS 110
• Pemeriksaan penunjang:
• Congkel papul di ujung terowongan taruh di kaca objek
lihat dengan mikroskop
• Menyikat kulit tamping di kertas putih lihat dengan kaca pembesar
• Biopsi irisan lihat dengan mikroskop
• Biopsi eksisional periksa dengan pewarnaan HE
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI
Tatalaksana
• Sulfur presipitatum 10%: dioleskan 3x24 jam; tidak efektif
untuk stadium telur sehingga harus digunakan >3 hari
• Emulsi benzil benzoas 20%: efektif untuk semua stadium,
diberikan malam hari selama 3 hari; sulit ditemukan
• Gameksan 1%: efektif untuk semua stadium, dihindari
untuk anak <6 tahun dan wanita hamil, efek neurotoksik
dan teratogenik
• Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh stadium
tungau), dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam
kemudian dicuci bersih. Bila belum sembuh, diulang 1
minggu kemudian. Kontraindikasi: anak kurang dr 2 bulan
11 C.Asam salisilat 5%
• Pria 30 tahun
• Bercak kemerahan, bersisik tebal,
dan
•
berwarna putih seperti mika di kulit
Bercak terdapat pada bokong, siku,
dan lutut
Tatalaksananya adalah...
Psoriasis
FKUI
Lokasi predileksi
• Salicylic acid is the most commonly used as keratolytic
compounds. In concentrations of 5% and above, it
exerts an increasingly potent, rapid, and deep
keratolytic effect on the stratum corneum which leads
to descaling
Klasifikasi Steroid Topikal
12 C. Neuralgia
• Pria 45 tahun
• Gelembung-gelembung kecil berisi cairan
di sekitar dada sisi kiri sejak 2 hari yang
• lalu.
Keluhan disertai dengan rasa panas dan
• nyeri.
Vesikel-vesikel dengan dasar eritem di
sepanjang dada kiri.
Komplikasinya adalah...
Herpes Zoster
• Infeksi virus varicela zoster yang
menyerang kulit dan mukosa
• Reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varisela
• Sebelum timbul gejala kulit, timbul
gejala prodormal.
• Lokasi unilateral dan dermatomal.
PB MB
Lesi kulit, dapat berupa: • Jumlah 1 – 5 lesi • Jumlah > 5 lesi
• Makula • Berupa • Lebih sering lesi yang
• Papul meninggi hipopigmentasi/eritema menimbul
• Infiltrat, plak eritem (lesi cenderung tidak • Distribusi simetris
• Nodul menimbul)
• Distribusi tidak simetris
SEKUNDER
Ge tin o in,
en er a lMe dic in e
Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
17 E. Hiperpigmentasi pasca inflamasi
• Wanita 22 tahun
• Bercak kecokelatan di punggung kaki yang
sulit hilang.
•
Awalnya daerah tersebut digigit serangga
• hingga luka dan muncul lenting yang gatal.
PF: makula hiperpigmentasi di dorsum
pedis
Diagnosisnya adalah...
Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi
• Klasifikasi
• Sifilis kongenital : dini, lanjut, stigmata
• Sifilis akuisita (didapat) : stadium I (primer), II (sekunder),
III
(tersier)
• Berdasarkan epidemiologi
• Stadium dini menular : dalam 1 tahu sejak infeksi mencakup
sifilis primer, sekunder, stadium rekuren dan laten dini
•
Stadirum lanjut tidak menular : setelah 1 tahun sejak infeksi
mencakup sifilis tersier dan stadium laten lanjut
Medscape
Diagnosis
Pemeriksaan T.pallidum (sediaan berupa serum dari lesi kulit)
• Mikroskop lapangan gelap (dark field) : troponema
•
terlihat berwarna putih bergerak memutar terhadap
sumbunya
• Pewarnaan Burry
Test serologi sifilis (TSS)
•
Test nontreponemal (test reagin) : test fiksasi
komplemen, test flokuasi (veneral disease research
• laboratory/VDRL, rapid plasma reagin/RPR,
automated reagin test/ART, reagin screen test/RST
Tes troponemal : test imobilisasi (troponemal
• pallidum immobilization test/TPI), test fiksasi
komplemen, test immunoflouresens (FTA-Abs),
test
hemaglutinasi (troponemal pallidum
haemoglutination assay/TPHA, solid phase
hemabsorption assay/SPHA, hemagglutionation
troponemal test for syphillis/HATTS,
VDRL TPHA FTA-Abs Interpretasi
IgG IgM
Diagnosisnya adalah...
Terminologi Kelainan pada Kuku
Onycholysis:
Bagian putih/ distal kuku terangkat. Berkaitan dengan tirotoksikosis,
psoriasis, trauma, dermatitis kontak, porphyria cutanea tarda, dll.
Onychauxis:
Penebalan kuku, berkaitan dengan psoriasis, trauma, atau infeksi
kuku akibat jamur.
Onychogryphosis:
Kuku menebal dan tumbuh terus secara eksofitik hingga membentuk
seperti kurva. onikolisis
onychauxis
onikogrifosis
Onychorrhexis:
Garis garis longitudinal di kuku, berkaitan dengan proses penunaan, atau
penyakit sistemik lain seperti rheumatoid artitis, penyakit vaskuler
perifer,
liken planus, dan penyakit Darier
Onychomycosis:
Infeksi kuku oleh jamur. Dapat disebabkan oleh dermatofita, candida,
paronikia
maupun golongan mould.
Onychocryptosis:
= paronikia.
onikoreksis onikomikosis
Onychauxis
• Abnormal thickening of the nail plate on either the
fingers or toes.
• The nail turns white or yellow and the edges begin
falling off.
•
Onychauxis is not a form of toenail fungus and the nails
grow thick without the presence of deformity
•
Caused by trauma or underlying health conditions like
acromegaly (a hormonal disorder), Darier’s disease,
• diabetes, impaired circulation, infection, pityriasis
rubra
pilaris or psoriasis.
Treatment: partial or complete removal of the
21 D. Keratosis seboroik
• Pria 70 thn
• Bercak kecokelatan di punggungnya
yang membesar.
• Nyeri (-), gatal (-), mudah berdarah (-)
• Nodul hiperpigmentasi berbatas tegas,
imobile, permukaan verukosa, ulkus (-)
Diagnosisnya adalah...
Keratosis
Seboroik
• Proliferasi sel epidermis dengan atau tanpa
pigmentasi. Berkaitan dengan proses aging,
ditemukan + 90% usia > 64 tahun
• Area predileksi:
• Batang tubuh
• Punggung tangan
• Wajah dan leher Tatalaksana
• Bedah listrik
• Manifestasi klinis: • Bedah beku
• Awalnya biasanya makula kecoklatan • Bedah laser
berbatas tegas
• Berkembang menjadi papul/nodul
dengan permukaan verukosa, lebih
terpigmentasi.
• Folikel rambut sekitar lesi tidak
berkembang
Sumber : Medscape; Panduan pelayanan medis PERDOSKI 2011
22 B. Fixed drug eruption
Diagnosisnya adalah
Fixed Drug Eruption - FDE
lnvOIVfl� r
Epldem,11- -- ofs kln- i _
1
·- . : . u . -S weo 1
OOrml
o duel Holr
follicle
Norvo
Vein
Mory
�
Injury Injury
a nd
tissue
-[
subc ua
tnoo os
Skin
Luka Bakar
• Pasien luka bakar = pasien trauma protocol ATLS.
• Airway cedera inhalasi!
• Breathing luka bakar IIB/III yang melingkar dada
• Circulation syok hipovolemik
• Cedera inhalasi dicurigai apabila:
• Terperangkap di dalam ruang tertutup
• Flash burn
• Gejala: batuk, suara serak, sesak
• Pada PF:
sputum terdapat bercak2 hitam
Mukosa nasal dan oral merah tua
Laring: terdapat jelaga
• Luka bakar derajat I (superficial thickness)
• Melibatkan epidermis
• Merah; Nyeri (+)
• Sembuh dalam waktu 3 – 5 hari
• Terapi: analgesic dan obat topical
yang
mengakselerasi reepitelisasi dan
memberikan
• Luka bakar derajat IIkenyamanan
(partial-thickness)
IIA
• Epidermis +Dermis superfisial
• Merah terang; eksudat (+); nyeri (+)
• Sembuh dalam 2 minggu, tanpa scarring,
biasanya menyebabkan gangguan
pigmentasi
• Terapi: analgesic; dressing lembab
(berminyak) dengan antibiotik ointment
IIB
• Epidermis + dermis s.d. zona retikularis
• Kombinasi merah pucat dan putih
• Penyembuhan spontan scarring,
• kontraksi, dan kontraktur
Sembuh dalam 3 – 8 minggu,
bergantung
• Jika reepitelisasi belum sempurna pada
pada struktur adnexa yg tersisa
minggu ke-3: eksisi dan skin graft!
• Luka bakar derajat III (full-thickness)
• Epidermis + seluruh dermis
• Coklat-kehitaman (“leathery”); sensorik
(-)
• Terapi: eksisi dan skin graft
Luas Luka Bakar
• Rule of 9
Di soal :
• Luas luka bakar:
- Seluruh kedua
- lengan= 18 %
Seluruh dada
-=
9%
Seluruh
perut=
9%
D.Tirah baring, pemberian vitamin A,
24 antipiretik, nutrisi dan cairan yang
memadai
• An laki-laki 9 thn
• Bintil-bintil kemerahan di seluruh tubuh
• Awalnya demam tinggi, batuk pilek, disertai nyeri menelan,
dan diare cair beberapa kali.
• Bintil kemerahan kemudian muncul dari daerah belakang
telinga dan meluas hingga ke wajah, badan, lengan, dan kaki.
• Riwayat imunisasi tidak lengkap.
•
Bercak makulopapular eritematous dengan bentuk tidak
teratur multipel tersebar generalisata, ukuran bervarias
Diagnosis : OE difusa
Tatalaksana?
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar adnexa kulit (+) furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar) saat menekan
perikondrium atau membuka mulut, ggn
pendengaran
• DIFUS
OE AKUT
– 2/3 dalam kulit liang telinga hiperemis dan
edema tidak jelas batasnya
– ETIOLOGI: Pseudomonas
KLASIFIKASI – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga sempit,
OTITIS sekret bau
EKSTERNA
• Infeksi difus
OE MALIGNA
• Terutama pada orang tua atau imunokompromise
• ETIOLOGI: P. Aeruginosa
GEJALA: rasa gatal + nyeri, pembekakan liang telinga,
paralisis facial jika iritasi n.VII, dapat ditemui
pertumbuhan abnormal jaringan granulasi (massa) di
liang telinga luar
TATALAKSANA
• BERSIHKAN LIANG TELINGA langkah awal untuk
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya
penetrasi obat
• Antibiotik dalam bentuk tampon lebih efektif
• Topikal antibiotik
• Kombinasi Neomisin & Polimiksin B
• Ofloxacin atau ciprofloxacin
• Gentamicin
• Topikal steroid membantu megurangi inflamasi
• Hydrokortison
• Dexametason
• Prednison
32 E. Arteri faringeal ascendens
A. Pemasangan tampon
33 anterior selama 2 hari
• Anak 9 tahun, mimisan.
• Rinoskopi anterior hiperemis dan
darah (+).
• Rinoskopi posterior normal.
Rinne - + +
Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga
Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang
telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi
Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala
dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
Tes Weber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan
Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke
telinga kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di
bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras
Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli
konduktif bilateral
Lateralisasi ke kiri tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Tes Swabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)
Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien
Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu ke pemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa tidak terdengar lagi normal atau tuli
konduktif
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa masih terdengar tuli sensorineural (BC
memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu ke pasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien tidak terdengar lagi normal atau tuli
sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien masih terdengar tuli konduktif (BC memanjang)
E. Edukasi perubahan
41 perilaku
• Pria 33 tahun, manager, menderita
sindrom
• metabolik.
Hobi makan fastfood dan minum kopi > 3
•
gelas/ hari.
Perokok aktif.
• Merupakan kumpulan
abnormalitas metabolik
yang meningkatakan risiko
penyakit kardiovaskular
•
dan DM.
Sebelum memberikan
tatalaksana farmakologi
• perubahan gaya hidup
dan
perilaku
Obesitas merupakan asal
muasal sindrom metabolik
penurunan BB krusial!
42 C. Berkesinambungan
•
• Tanda: perbendungan sirkulasi pada
organ dalam, petekie, darah lebih gelap
• dan encer, busa halus di sal. pernapasan
Cara kematian:
Bunuh diri
•
Kecelakaan (neonatus yang mulutnya
tertutup bantal)
•
• Pembunuhan (biasa terjadi pada
kasus
• pembunuhan anak sendiri/pada
orang
dewasa yang tidak berdaya)
Pencekikan
H+30 menit: muncul lebam pada H+8 jam: lebam yang ada (pd ujung-ujung
ujung-ujung jari, (lokasi terendah jari) menetap, TIDAK berubah dengan
tubuh) karena poisisi tergantung perubahan posisi (misal dibaringkan). Kecuali
dibaringkan sebelum lebam menetap
52 B.Luka sedang, 351
KUHP
• Alida, 34 tahun, ke dokter luka terbuka uk. 8
cm
• di lengan atas kiri bagian dalam, 3 cm dari ketiak
Sebagian luka sudah tertutup, namun sebagian
bernanah, permukaan kulit sekitar luka kuning
• kehijauan Anam: luka karena jatuh saat sibuk di
dapur
• Ada memar kebiruan di pergelangan tangan dan
• Menurut
pipi. KUHP, luka ini termasuk? Pasal yang
mendasari
Dokter menduga kekerasan dalam rumah tangga.
Luka derajat II
Pasal 351 KUHP
• Apakah luka
memerlukan perawatan
medis seperti memberi Jika YA:
- -- -
Cet"R4!11ar
--IOrdeya
hemot'rh990
BPPV V. . t l b u . . , neuronttts Acoua1lc S.V.re -..rOgo.
Shot1�t1ved, T 1u
n
ar, n e u r o m, a• l C8UIM thal
� h . . - .
poaldonat Hooringl o l ,.,.., Pllt'9111 � poe,*'11 VOtnillng, Ol&xla
-,go
•udotorf•
oploodoeprobftbl AHacka
O ln du1,tor1
··
y 1.ong_......_ Vo ng. o.
No Hypoglycemili
Cll\.1-fOCI by llf'lly int•rve..ts
-
POMN'O hMd U'WUSI ••
•
otOCOOlal� nlCIO
t � ------'
Poa.11vo H•Up..ke
tNI
(po11or1or canal) CM
roll 1011
{horl7onlel
hen gO.
ol
e<>not) Acute Toxic
·
auppur• Uve HMlingloM
S!Qnl ol 10KiClly
T.......,.
MNcetlOf'I
Toxic pet1ont
Sev&re vertigo
Hoaringtos,, V. t t e b f o b e a U . a r
f n au ff l e l en c y
-
U"'8llty •S90da!6d � ologic
ebnoffn.ai1beS
Mote �wtth Inhlt.1ory
lt t O M ol
lhe eklorly and
cardiac
or c«etxovasculat d&SMSO
BPPV
Adalah sensasi abnormal (umumnya berupa pusing
• berputar) yang dipicu oleh gerakan mendadak
(paroksismal).
Patofisiologi: ada 2 teori, yakni adanya otolith/
•
debris di
kanal semisirkularis (=kanalitiasis, teori utama)
• atau kupula
krista ampularis (=kupulolitiasis).
• Tersering adalah kanalitiasis di kanalis semisirkularis
posterior. Paling jarang adalah anterior.
Pemeriksaan standar klinis dari BPPV adalah dengan
manuver dix-hallpike. Patognomonik nistagmus (+)
seringkali rotasional/ geotropik, dengan latensi dan durasi
terbatas. Dix-hallpike positif mengindikasikan BPPV
posterior, bila negatif bisa jadi BPPV di kanal lain atau
• Terapi BPPV:
• Observasi: bila gejala ringan dan umumnya remisi
spontan dalam beberapa minggu-bulan.
• Medikasi vestibulosupresan, misalnya antihistamin:
hanya untuk meringankan gejala.
• Reposisi kanalith dengan berbagai manuver.
• Operasi.
ANEUVER
Redistributed
particles .. le\ �
�:.rt�les semici,cular
1n
� �
/
upnght
normalpos,tion. and the head tS lowers lhe pa11ooc backwatd to
r lOO
The head Is 1Uffled lunher. se The head l.s tutned co the othe,
1ha1 side.
the ear 1s parallel co the ftoo,
Brandt-Darrof Maneuver
Semont Maneuver
D. Serumen prop; gliserin
53 10% 3 hari
• Anak 13 tahun, gangguan pendengaran
pada kedua telinga, sejak kemarin.
•
Berenang (+). Keluhan lain (-).
•
PF: massa berwarna kecoklatan di kedua
liang telinga.
Diagnosis : OE difusa
Tatalaksana?
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar adnexa kulit (+) furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar) saat menekan
perikondrium atau membuka mulut, ggn
pendengaran
• DIFUS
OE AKUT
– 2/3 dalam kulit liang telinga hiperemis dan
edema tidak jelas batasnya
– ETIOLOGI: Pseudomonas
KLASIFIKASI – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga sempit,
OTITIS EKSTERNA sekret bau
• Infeksi difus
OE MALIGNA
• Terutama pada orang tua atau imunokompromise
• ETIOLOGI: P. Aeruginosa
GEJALA: rasa gatal + nyeri, pembekakan liang telinga,
paralisis facial jika iritasi n.VII, dapat ditemui
pertumbuhan abnormal jaringan granulasi (massa) di
liang telinga luar
Acute diffuse otitis
externa
• Swimmer's ear
• Commonest form of otitis externa
• Usual pathogens - Pseudomonas aeruginosa,
Staphy lococcus aureus , Proteus mirabilis
• Symptoms - pain/itching/ aural fullness/ hearing loss
• 0/E - tenderness/ narrow EAC with congested,
oedematous skin/ clear or purulent
exudates Swimming
is Fun!
Swimmer'
s
Ear is Not!
TATALAKSANA
• BERSIHKAN LIANG TELINGA langkah awal untuk
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya
penetrasi obat
• Antibiotik dalam bentuk tampon lebih efektif
• Topikal antibiotik
• Kombinasi Neomisin & Polimiksin B
• Ofloxacin atau ciprofloxacin
• Gentamicin
• Topikal steroid membantu megurangi inflamasi
• Hydrokortison
• Dexametason
• Prednison
55 E. Arteri faringeal ascendens
A. Pemasangan tampon
56 anterior selama 2 hari
• Anak 9 tahun, mimisan.
• Rinoskopi anterior hiperemis dan
darah (+).
• Rinoskopi posterior normal.
Postw"ior
A n t e r io r
e t h m o ld a J
e t h m o ld a l
ar t e r y
artery
Sphenopalatine
artery
C!;> 2 01 6 U p To O a t e , I nc . A l l r i gh t s r e s e r v ed .
EPISTAKSIS
MEDIA EFUSI •
•
Telinga terasa penuh, terasa
ada cairan (grebeg-grebeg
Pendengaran menurun
•
• Peradangan non bakterial mukosa kavum • Terdengar suara dalam telinga
timpani sewaktu menelan atau
• menguap
Ditandai terkumpulnya cairan yang tidak • Pemeriksaan fisik :
purulen (serous atau mucus) tanpa tanda • imobilitas gendang telinga pada
• infeksi penilaian otoskop pneumatik.
Etiologi
• Kegagalan fungsi tuba eustachius •
MT terlihat lebih kusam dan
• Alergi
• keruh.
• Otitis media yang belum sembuh sempurna Maleus tampak pendek,
• Infeksi virus • retraksi
dan berwarna putih kapur.
•
reflek cahaya berubah atau
menghilang
garpu tala : untuk membuktikan
TATALAKSANA :
adanya tuli konduksi10
DEKONGESTAN, MIRINGOTOMI,
PIPA
GROMET
Otosklerosis
• Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalamai spongiosis
di daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak
• dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik
Awal penyakit akan muncul tuli konduktif yang dapat menjadi
• tuli
• Pendengaran
campur terasasudah
bila penyakit berkurang secara progresif
menyebar ke koklea
• Keluhan lain: tinitus dan terkadang vertigo
Gejala : sering bilateral, perempuan lebih banyak dari laki-laki, antara 11-
• Lebih
45 tahun
• Pemeriksaan :
• Membran timpani intak, tuba paten
• Dapat ditemukan gambaran membran timpani yang kemerahan karena
• pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte’s sign)
Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising
(paracusis willisii)
Schwartze sign otosklerosis
60 A. Laringitis Akut
Mild Moderate-Severe
all of the following one or more items
• normal sleep • abnormal sleep
• no impairment of daily activities, • impairment of daily activities,
sport, leisure sport, leisure
• no impairment of work and • impaired work and school
• school no troublesome • troublesome symptoms
symptoms
ARIA Guidel ines: Recommendationsf o r
M a n age m e n t of A ll e r gic Rhinitis
.
.
Ima-nasal steroid
Local cromone
.... . .
Leukotriene receptor
antagonists
.
. . . ..
Intranasal decongestant (<10 days) or oral
decongestant
Sodium cromoglycate
lmmuno-
T cell
(mast cell)
I Chronic rhinitis
symptoms
• Nasal blockage
• Loss of smell
GM.CSF
therapy • Nasal hyperreactivity
62 B. Hiperakusis
Rinne - + +
Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga
Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang
telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi
Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala
dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
Tes Weber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan
Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke
telinga kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di
bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras
Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli
konduktif bilateral
Lateralisasi ke kiri tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Tes Swabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)
Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien
Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu ke pemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa tidak terdengar lagi normal atau tuli
konduktif
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa masih terdengar tuli sensorineural (BC
memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu ke pasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien tidak terdengar lagi normal atau tuli
sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien masih terdengar tuli konduktif (BC memanjang)
64 E. Edukasi perubahan
perilaku
• Pria 33 tahun, manager, menderita
sindrom
• metabolik.
Hobi makan fastfood dan minum kopi > 3
•
gelas/ hari.
Perokok aktif.
• Merupakan kumpulan
abnormalitas metabolik
yang meningkatakan risiko
penyakit kardiovaskular
•
dan DM.
Sebelum memberikan
tatalaksana farmakologi
• perubahan gaya hidup
dan
perilaku
Obesitas merupakan asal
muasal sindrom metabolik
penurunan BB krusial!
65 C. Berkesinambungan
• Bunuh diri
• Kecelakaan (neonatus yang mulutnya
tertutup bantal)
• Pembunuhan (biasa terjadi pada
kasus
pembunuhan anak sendiri/pada
Pencekikan
H+30 menit: muncul lebam pada H+8 jam: lebam yang ada (pd ujung-ujung
ujung-ujung jari, (lokasi terendah jari) menetap, TIDAK berubah dengan
tubuh) karena poisisi tergantung perubahan posisi (misal dibaringkan). Kecuali
dibaringkan sebelum lebam menetap
75 B.Luka sedang, 351
KUHP
• Alida, 34 tahun, ke dokter luka terbuka uk. 8
cm
• di lengan atas kiri bagian dalam, 3 cm dari ketiak
Sebagian luka sudah tertutup, namun sebagian
bernanah, permukaan kulit sekitar luka kuning
• kehijauan Anam: luka karena jatuh saat sibuk di
dapur
• Ada memar kebiruan di pergelangan tangan dan
• Menurut
pipi. KUHP, luka ini termasuk? Pasal yang
mendasari
Dokter menduga kekerasan dalam rumah tangga.
Luka derajat II
Pasal 351 KUHP
• Apakah luka
memerlukan perawatan
medis seperti memberi Jika YA: