Anda di halaman 1dari 285

1 E.

Bolus glukosa 40%


• Pria, 53 tahun, dengan penurunan
kesadaran sejak 20 menit yang lalu.

Gemetar dan berkeringat dingin.

Riw DM (+), Riw obat DM (+)

Jarang makan malam

Pemeriksaan GDS 45 mg/dl.
• Apa tatalaksana yang tepat?
Hipoglikemia

• Whipple’s triad: Tanda dan Gejala Hipoglikemia


• Gejala yang menandakan • Manifestasi neuroglikopenia:
hipoglikemia • Perubahan perilaku
• Konsentrasi gula darah yang rendah • Kebingungan, lemah
(diukur secara presisi) • Kejang, penurunan kesadaran
• Gejala tersebut hilang setelah kadar
gula darah meningkat • Manifestasi otonom = gejala
• Tiga penyebab hipoglikemia paling adrenergic dan kolinergik
• Palpitasi, tremor, ansietas (adrenergic)
sering: • Berkeringat, rasa lapar, dan
• Obat antidiabetes: insulin dan kesemutan (kolinergik)
sulfonylurea • Keringat dingin
• Alkohol • Pucat
• Penyakit kritis: gagal hepar, ginjal,
jantung; sepsis

Sumber: Harrison’s 19th ed


Tatalaksana Hipoglikemia

Hipoglikemia ringan; pasien sadar Hipoglikemia berat; pasien sadar


• Konsumsi makanan tinggi gula  gula • Glukosa 20 g yang dilarutkan
murni dalam air
• Glukosa 15 g yang dilarutkan dalam air • Cek GDS dengan glucometer 15
jika pasien masih sadar menit setelah terapi
• Cek GDS dengan glucometer 15 menit • Sudah > 70 mg/dL pasien
setelah terapi diminta utk makan
• Sudah > 70 mg/dL pasien • Masihh < 70 mg/dL 
diminta utk makan tambah 15 g lagi
• Masih < 70 mg/dL 
tambah 15 g lagi Sumber: http://guidelines.diabetes.ca/browse/chapter14#sec4
Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM 2015
Tatalaksana Hipoglikemia

• Hipoglikemia berat; pasien tidak sadar


• Ada akses IV: 50 cc Dextrose 20% atau 25 cc Dextrose 40%
bolus (dosis: 10 – 25 g glukosa)
• Secara simultan: infus D5% atau D10%
• Cek GDS 15 menit  ulangi 50 cc Dextrose 20% jika masih
< 70 mg/dL
• Monitoring gula darah/1 – 2 jam untuk mengantisipasi
hipoglikemia berulang

Sumber: http://guidelines.diabetes.ca/browse/chapter14#sec4
Konsensus pengelolaan dan pencegahan DM 2015
2 D. Prolaktinoma
• Anemore (6 bulan)
• Dispareuni
• Infertil
• Galaktore
• Akne >>>
• BB 45 kg, TB 156 cm

Diagnosisnya...
HIPERPROLAKTINEMIA
• Prolaktin adalah hormon yang dipoduksi oleh kelenjar pituitari
anterior, berfungsi dalam perkembangan payudara selama hamil dan
induksi laktasi. Sekresinya pulsatil: meningkat saat tidur, stres, hamil,
trauma.

Hiperprolaktinemia sering berkaitan dengan adenoma pituitari =
prolaktinoma (>40% dari seluruh tumor pituitari).
MANIFESTASI
• Wanita: oligo/amenorea, infertil, akibat prolaktin mensupresi GnRH.
Galaktore (+) akibat efek langsung prolaktin terhadap epitel mammae.
• Pria: disfungsi seksual, ginekomastia.
• Gangguan lapang pandang, nyeri kepala: akibat prolaktinoma.
Tanda-Gejala
1. Gangguan siklus menstruasi, libido menurun, infertil
2. Galactorrhea
3. Hypoestrogenism dyspareunia, osteopenia
4. Hypogonadism small testicles
5. Bila prolaktinoma terlalu massive, dapat
menyebabkan defisiensi hormon lain pada hipofisis
(TSH, GH, ACTH, GnRH)
6. Efek massa akibat makroprolaktinoma: nyeri
kepala, gangguan lapang pandang, neuropati
kranialis, hipopituitarisme, kejang, dll.
J Hum Reprod Sci. 2013 Jul-Sep; 6(3): 168–175.
doi: 10.4103/0974-1208.121400
TATALAKSANA
• Sesuai etiologi:
• Hentikan obat pencetus hiperprolaktinemia.
• Pasien dengan hiperprolaktinemia akibat hipotiroidisme:
berikan terapi hormon tiroid.
• Jika asimptomatik: observasi, tidak perlu medikasi. Jika simptomatik 
bromokriptin mesilat sebagai DOC.
• Prolaktinoma: operasi &/ radioterapi.
• Indikasi operasi:
• Intoleransi atau resisten terhadap obat.
• Gangguan lapang pandang persisten.
• Tumor kistik besar atau pendarahan.

Tatalaksana
berdasarkan
etiologi
B.Papillary thyroid
3 carcinoma
• Wanita, 21 thn
• Benjolan di leher yang semakin membesar sejak 1
tahun yang lalu.

Kesulitan menelan dan terkadang terasa sulit
• bernapas.
• BB turun drastis
Masa yang ikut saat menelan dengan ukuran
• 4x3x3
cm, nodul soliter, konsistensi keras, nyeri (-)
• “Orphan
DiagnosisAnnnie eyes”ini?
pada kasus
Thyroid Carcinoma
• a painless, palpable, solitary thyroid
nodule.
• Nodul tiroid curiga keganasan: usia
>60 thn dan < 30 thn
• Gejala tidak berat kecuali
anaplastik (cepat membesar dalam
hitungan minggu)
• Diagnosis : FNAB, TSH level, USG
Papillary Thyroid Carcinoma
Papillary thyroid carcinoma
PTC is a major differentiated adenocarcinoma which consists of 90% of
thyroid cancers
Anaplastic thyroid
cardinoma: sel tumor
pleomorphic,
multinucleated giant
cell seperti osteoklas

Medullary thyroid
cardinoma: sel tumor
berbentuk spindle oval,
dengan deposit amyloid
4
E. Porfiria kutanea
tarda
• Wanita, 30 tahun,
• Kulit pada bagian wajah, leher, telinga, dan
tangan melepuh jika terkena paparan sinar
• matahari.
Kulit pasien makin menghitam dan
• rambut-
• rambut di kulit semakin tumbuh lebat.
BAK teh
Defisiensi enzim urophorphyrinogen
dekarboksilase pada pasien.
Diagnosisnya adalah...
Porfiria Kutanea Tarda
• Bentuk porfiria yang paling sering .
• Terjadi akibat defisiensi enzim uroporfirinogen
dekarboksilase di liver  penumpukan metabolit
intermediate porfirinogen yang larut air  distribusi
terutama ke jaringan subkutis yang kaya pembuluh
darah dan ginjal
• Porfirin di .kulit  reaksi kimia fotooksidatif jika
terpapar sinar matahari  lesi kulit.
• Ginjal  diekskresikan, urin berwarna coklat
kemerahan.
• Etiologi:
• Familial
• Didapat, dengan trigger berupa: alkohol,
estrogen eksogen, overload besi, infeksi
virus
www.dermnetnz.org/systemic/porphyria-cutanea-tarda.html
hepatitis, merokok.
http://emedicine.medscape.com/article/1103643-overview#showall
A.Kolkisin 3 x 0,6 mg, ganti
5 obat HCT, hentikan allopurinol
• Pria 55 thn
• bengkak pada ibu jari kaki kiri, nyeri,
merah,
• Asam urat 8,2 mg/dL.
• Pasien rutin minum HCT dan
allopurinol 1 x 100 mg

Terapinya adalah...
Hiperurisemia
• Etiologi:
ketidakseimbangan
antara metabolisme purin
dan ekskresi asam urat
• Asimptomatik
Hiperurisemia
• Simptomatik
Hiperurisemia
1. Gout arthritis
2. Nefrolitiasis
Tatalaksana

• Farmakologi:
1. Xanthine Oxidase Inhibitor
allopurinol
2. Uricosuric agent probenecid
3. Antigout agent kolkisin (acute
gout)
• Non-farmakologi:
Diet rendah purin gula, tepung,
telur, keju
Hindari daging, ikan, makanan
laut, jeroan, alkohol, kacang-
kacangan
CHRONIC GOUT

http://annals.org/aim/fullarticle/2578528/manage
ment-acute-recurrent-gout-clinical-practice-
guideline-from-american-college
2014 guidelines for hypertension JAMA
E. Defisiensi insulin
6 absolut
• Anak denan penurunan kesadaran
• Polifagia dan polidipsi + BB turun drastis
• GDS 400 mg/dl
• Diabetes melitus tipe 1

Penyebab kondisi pasien?


Diabetes Melitus Tipe 1
• Destruksi sel beta pankreas  Diagnosis
defisiensi insulin absolut
• Gula darah: GDS, GDP, HbA1c
• Genetik + faktor lingkungan/ infeksi 
inisiasi proses autoimun  destruksi • Keton urin: starvation state,
sel beta pankreas. jika
• Onset biasanya < 20 tahun, tetapi bisa positif, kemungkinan DKA↑
kapan saja.

MANIFESTASI
• Hiperglikemia: Glikosuria → Diuresis
osmotic → polyuria + nokturia →
dehidrasi → polydipsia dan rasa haus
• Penurunan berat badan akibat
peningkatan gluconeogenesis. Sumber: Harrison’s 19th
ed
• Malaise nonspesifik. emedicine.medscape.com/article/919999-
workup#c10
Diabetes Care. 2015;38(suppl1):S1-S93
7 A. Wernicke syndrome
• Pria 54 tahun
• Keluhan baal pada kedua kaki.
• Terlihat bingung dan tampak sempoyongan.
• Gerakan bola mata tidak terkoordinasi
dengan

baik.
• Pasien merupakan pecandu alkohol berat.
Ataksia pada kedua lengan.

diagnosisnya adalah...
Effects of Deficiency and
Nutrient Principal Sources Functions
Toxicity
Asam Folat Raw green leafy vegetables, Maturation of RBCs Deficiency:
Megaloblastic fruits, organ meats (eg, liver), Synthesis of purines, anemia,
neural tube birth enriched cereals and breads pyrimidines, and
defects, confusion
methionine Development of fetal
nervous system
Niasin (nicotinic Liver, red meat, fish, poultry, Oxidation-reduction Deficiency: Pellagra
(dermatitis, acid, legumes, whole-grain or reactions glossitis, GI and
CNS nicotinamide) enriched cereals and breads Carbohydrate and cell dysfunction)
metabolism Toxicity: Flushing
Riboflavin Milk, cheese, liver, meat, eggs, Many aspects of Deficiency: Cheilosis, angular
(vitamin B2) enriched cereal products carbohydrate and protein stomatitis, corneal
metabolism vascularization
Integrity of mucous
membranes
Tiamin (vitamin Whole grains, meat (especially Carbohydrate, fat, amino Deficiency: Beriberi
(peripheral
B1 ) pork and liver), enriched cereal acid, glucose, and alcohol neuropathy, heart failure),
products, nuts, legumes, metabolism Wernicke-Korsakoff syndrome
potatoes Central and peripheral
nerve cell function
Myocardial function
Effects of Deficiency and
Nutrient Principal Sources Functions
Toxicity
Vitamin A As preformed vitamin: fish liver Formation of rhodopsin (a Deficiency: Night
blindness,
(retinol) oils, liver, egg yolks, butter, photoreceptor pigment in perifollicular
hyperkeratosis,
vitamin A–fortified dairy the retina) xerophthalmia,
keratomalacia,
products Integrity of epithelia increased morbidity and
As provitamin carotenoids: dark Lysosome stability mortality in young children
green and yellow vegetables, Glycoprotein synthesis Toxicity: Headache,
peeling of
carrots, yellow and orange fruits skin, hepatosplenomegaly,
Vitamin B Organ meats (eg, liver), whole- Many aspects of nitrogen Deficiency: Seizures,
bone
anemia, group grain cereals, fish, legumes metabolism (eg, thickening, neuropathies,
intracranial
seborrheic (pyridoxine, transaminations,hypertension,
porphyrin dermatitis
papilledema,
pyridoxal, and heme synthesis, Toxicity: Peripheral
hypercalcemia
neuropathy pyridoxamine) tryptophan conversion
to niacin)
Nucleic
acid
biosynth
esis
Vitamin B12 Meats (especially beef, pork, Maturation of RBCs, neural Deficiency: Megaloblastic
Fatty
(cobalamins) and organ meats [eg, liver]), acid,
function, DNA synthesis, anemia, neurologic deficits
poultry, eggs, fortified cereals, lipid, and
myelin synthesis and repair (confusion, paresthesias,
ataxia) amino
milk and milk products, clams, acid metabolism
oysters, mackerel, salmon
Nutrient Principal Sources Functions Effects of Deficiency and Toxicity
Vitamin C Citrus fruits, tomatoes, potatoes, Collagen formation Deficiency: Scurvy
(hemorrhages, (ascorbic acid) broccoli, strawberries, sweet Bone and blood vessel health loose teeth,
gingivitis, bone
peppers Carnitine, hormone, and defects)
amino acid formation
Wound healing
Vitamin D Direct ultraviolet B irradiation of Calcium and phosphate Deficiency: Rickets (sometimes
(cholecalciferol, er the skin (main source), fortified absorption with tetany), osteomalacia
gocalciferol) dairy products (main dietary Mineralization and repair of Toxicity: Hypercalcemia, anorexia,
source), fish liver oils, fatty fish, bone renal failure, metastatic
liver Tubular reabsorption of calcifications
calcium
Insulin
and
thyroid
functio
n,
improvement of immune
Vitamin E (alpha- Vegetable oils, nuts Intracellular
function, antioxidant
reduced risk of Deficiency: RBC hemolysis,
tocopherol, other Scavenger of free
autoimmune disease radicals in neurologic deficits
tocopherols) biologic membranes Toxicity: Tendency to
bleed

Vitamin K Green leafy vegetables (especially Formation of prothrombin, Deficiency: Bleeding due to
(phylloquinone, collards, spinach, and salad other coagulation factors, and deficiency of prothrombin
and menaquinones) greens), soy beans, vegetable oils bone proteins other factors, osteopenia
Bacteria in the GI tract after
neonatal period
8 A.<70 mg/dL
• Wanita 50 tahun
• Riw: DM dan PJK
• Jarang kontrol dan minum obat.
• LDL 165 mg/dL, trigliserida 120
mg/dL, GDS 110

Target LDL-nya adalah..


Pengelompokan Risiko
• Risiko sangat tinggi target LDL<70

• Risiko tinggi target LDL <100

Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013


Pengelompokan Risiko
• Risiko menengah
• Risiko rendah target LDL <190

Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013


Intervensi Farmakologi

Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013


Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013
Intervensi Farmakologi

Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, Perki 2013


9 A. Alopesia areata
• Pria, 29 tahun
• Kebotakan pada daerah temporalis.
• Bagian kebotakan sewarna dengan
kulit
sekitar. Berbentuk numular
• berdiameter 4
cm.
Masih ada rambut halus pada bagian

tengah dan semakin tipis pada bagian
ujungnya (exclamation mark hair)
Daerah di sekitar kebotakan masih
Diagnosisnya adalah...
ditumbuhi rambut tebal.
Alopecia areata

• Kerontokan rambut yang berbentuk


bercak, dapat terjadi di kulit kepala,
• alis, janggut.
Pada tepi daerah yang mengalami
kebotakan ada rambut yang
• terputus seperti tanda seru
(exclamation mark hair)
Exclamation mark hair : batang
rambut yang semakin ke pangkal
semakin halus, rambut sekitar
tampak normal tetapi mudah
dicabut
D.Obat seluruh anggota
10 keluarga
• Anak perempuan 7 tahun
• Bintik-bintik merah dan gatal di
badan, bahu, sela-sela jari tangan.

Gatal terutama malam hari.

PF: terowongan di sela-sela jari
tangan pasien. Papul eritematous,
krusta, dan ekskoriasi.
• Edukasi yang tepat ?
Skabies
• Sinonim: gudik, budukan, gatal agogo
• Etiologi: Sarcoptes scabiei
• Gejala klinis  2 dari 4 tanda kardinal:
• Pruritus nocturna
• Menyerang sekelompok orang
• Ditemukan terowongan/ kunikuli
• Ditemukan tungau

• Pemeriksaan penunjang:
• Congkel papul di ujung terowongan  taruh di kaca objek
 lihat dengan mikroskop
• Menyikat kulit  tamping di kertas putih  lihat dengan kaca pembesar
• Biopsi irisan  lihat dengan mikroskop
• Biopsi eksisional  periksa dengan pewarnaan HE
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI
Tatalaksana
• Sulfur presipitatum 10%: dioleskan 3x24 jam; tidak efektif
untuk stadium telur sehingga harus digunakan >3 hari
• Emulsi benzil benzoas 20%: efektif untuk semua stadium,
diberikan malam hari selama 3 hari; sulit ditemukan
• Gameksan 1%: efektif untuk semua stadium, dihindari
untuk anak <6 tahun dan wanita hamil, efek neurotoksik
dan teratogenik
• Permetrin 5% (dapat membunuh seluruh stadium
tungau), dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam
kemudian dicuci bersih. Bila belum sembuh, diulang 1
minggu kemudian. Kontraindikasi: anak kurang dr 2 bulan
11 C.Asam salisilat 5%

• Pria 30 tahun
• Bercak kemerahan, bersisik tebal,
dan

berwarna putih seperti mika di kulit
Bercak terdapat pada bokong, siku,
dan lutut

Tatalaksananya adalah...
Psoriasis

• Disebabkan oleh autoimun, kronik – residif


• Bercak-bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama kasar berlapis-lapis dan
transparan, gatal ringan, piting nail, kelainan sendi
• 3 tanda:
• Fenomena tetesan lilin (khas) skuama berubah jadi putih dengan
goresan
• Fenomena auspitz (khas) bila skuama dikerok maka akan
memperlihatkan gambaran bintik-bintik perdarahan
• Fenomena kobner trauma pada lokasi tubuh lain dapat
menimbulkan
kelainan sama

• PENUNJANG : BIOPSI histopatologi  gambaran hiperkeratosis dan


papilomatosis (meskipun secara klinis diagnosis bisa ditegakkan) Sumber
Kelamin
: Ilmu Penyakit Kulit dan

FKUI
Lokasi predileksi
• Salicylic acid is the most commonly used as keratolytic
compounds. In concentrations of 5% and above, it
exerts an increasingly potent, rapid, and deep
keratolytic effect on the stratum corneum which leads
to descaling
Klasifikasi Steroid Topikal
12 C. Neuralgia

• Pria 45 tahun
• Gelembung-gelembung kecil berisi cairan
di sekitar dada sisi kiri sejak 2 hari yang
• lalu.
Keluhan disertai dengan rasa panas dan
• nyeri.
Vesikel-vesikel dengan dasar eritem di
sepanjang dada kiri.
Komplikasinya adalah...
Herpes Zoster
• Infeksi virus varicela zoster yang
menyerang kulit dan mukosa
• Reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita mendapat varisela
• Sebelum timbul gejala kulit, timbul
gejala prodormal.
• Lokasi unilateral dan dermatomal.

• Penunjang: Tzanck test  sel datia berinti banyak


• Tatalaksana: asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari atau
valasiklovir 3x1000 mg
Tzank test: giant cell
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Terapi
AVERAGE
COST MEDICATION DOSAGE
(GENERIC)*
Acyclovir 800 mg orally five times daily $174 to 248 (129 to 200)
(Zovirax)† for
7 to 10 days 10 mg per kg IV
every 8 hours for 7 to 10 days‡
Famciclovir 500 mg orally three times daily 140
(Famvir)† for 7 days
Valacyclovir 1,000 mg orally three times 84
(Valtrex)† daily for 7 days
Prednisone (Deltasone) 30 mg orally twice daily on 2 (2 to 4) for days 1
days through 7 2 (1 to 3) for
1 through 7; then 15 mg twice days 8 through 14 1 (1 to
daily on days 8 through 14; 2) for days 15 to 21
IV = intravenously. then 7.5 mg21
15 through twice daily on days
*—Estimated cost to the pharmacist based on average wholesale prices (rounded to the nearest dollar), for seven days of therapy, in Red book.
Montvale, N.J.: Medical Economics Data, 2000. Cost to the patient will be higher, depending on prescription filling fee .
†—Antiviral therapy has been shown to be beneficial only when patients are treated within 72 hours of onset of the herpes zoster rash. Antiviral
agents are not used in combination, and selection of an agent is based on dosage schedule and cost .
‡—Acyclovir can be administered IV to severely immunocompromised patients or patients who are unable to take medications orally .
J Turk Acad Dermatol 2011; 5 (2): 1152r1.
13 B. Sekunder
• Pria 60 thn,
• Cacat di jari tangan kanan dan kesulitan berjalan.
• Riwayat bercak putih dengan hipestesi.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan dominasi otot
ekstensor
• digitorum komunis digiti IV dan V, kelemahan
nervus
peroneus, dan nervus tibialis posterior
Tipe
Jarikecacatannya
kaki kaku adalah...
Morbus Hansen = Lepra
• Infeksi Mycobacterium leprosum
• Tanda kardinal:
• Bercak kulit yang mati rasa
• Penebalan saraf tepi dengan/tanpa gangguan subjektif: mencakup n. aurikularis magnus, n.
ulnaris, dan n. Peroneus.
• Pemeriksaan BTA
• Spesimen: sayatan kulit
• Jumlah: 3 spesimen, biasanya dari lesi kulit paling aktif, cuping telinga kanan, dan kiri.
• Parameter: indeks bakteri (IB) yang dinilai dalam 100 lapang pandang (LP)
+1 = 1 – 10 BTA dalam 100 LP
+2 = 1 – 10 BTA dalam 10 LP
+3 = 1 – 10 BTA rata-rata dalam 1 LP
+4 = 11 – 100 BTA rata-rata dalam 1 LP
+5 = 101 – 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
+6 = > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
Klasifikasi Lepra

PB MB
Lesi kulit, dapat berupa: • Jumlah 1 – 5 lesi • Jumlah > 5 lesi
• Makula • Berupa • Lebih sering lesi yang
• Papul meninggi hipopigmentasi/eritema menimbul
• Infiltrat, plak eritem (lesi cenderung tidak • Distribusi simetris
• Nodul menimbul)
• Distribusi tidak simetris

Kerusakan saraf, ditandai • Hilang sensasi jelas • Hilang sensasi kurang


dengan: • Hanya melibatkan satu jelas
• Hilangnya sensasi cabang saraf • Melibatkan banyak
• Kelemahan otot cabang saraf

Sumber: WHO; Diagnosis dan Penatalaksanaan Kusta Kelompok Studi MH 2003.


PRIMER

SEKUNDER

Sumber: Pedoman Nasional Pengendalian Kusta


2012
C.Hifa pendek dengan
14 spora bergerombol
• Bercak-bercak di bahu dan lengan atas,
• Gatal terutama saat berkeringat
• PF: Makula hipopigmentasi dengan
skuama halus.

Hasil temuan pada pemeriksaan KOH


adalah...
Pitiriasis Versikolor
• PV: infeksi jamur superfisial (di stratum korneum)
• Etiologi: Malassezia furfur; M. Sympodialis; or M.
Globosa
• Malassezia adalah flora normal di kulit, namun
pada saat patologis, ditemukan flora tersebut
dalam fase spora dan hifa. Patologis pada kondisi
lembab dan hangat, imunosupresi, malnutrisi,
predisposisi genetik, kehamilan, cushing.
PV
• Makula hipo/hiperpigmentasi, bulan/oval, batas tegas, dengan skuama
halus diatasnya predileksi di dada dan punggung tapi bisa dimana saja.
• Jarang menimbulkan keluhan, sering masalah kosmetik atau pruritus.
• DD: psoriasis gutata; pitiriasis alba; dermatitis seboroik; tinea corporis;
eritrasma; vitiligo.
• PP: lampu wood (menyala oranye-emas kekuningan); Kerokan kulit
dengan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora bulat
berkelompok (spageti and meatball appearance)
PV - Tatalaksana
• Topikal: selenium sulfida; zink-pyrithione; sodium
sulfacetamide; antifungi azol topikal; dll.
• Selenium sulfida 2x/hari selama 2 minggu, biarkan
selama 10 menit baru dibilas.

Topikal gol.azol oleskan tiap malam selama 2

minggu.
• Cara pemakaian: dioleskan seluruh badan, lengan
dan
• Oral: flukonazol 150-300 mg/minggu utk
tungkai  biarkan 10 – 15 menit  dicuci
2-4
minggu OR itrakonazol 200 mg/hari utk 5-7 hari.
2-3 kali seminggu; selama 2 – 4 minggu
• Bisa rekuren.
Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI
Dermatomikosis superfisialis | PEDOSKI 2004
A.Memakai pakaian yang
15 menyerap keringat, serta menjaga
kebersihan diri
• Wanita usia 26 tahun
• Gatal pada lipat paha terutama saat
berkeringat.

Kebiasaan memakai celana ketat
• saat bekerja.
PF: plak eritematosa disertai papul multipel
di sekitarnya

Edukasi yang tepat adalah...


Candidiasis Cutaneus
• Predisposisi: area lembab, pakaian terlalu ketat,
lipatan kulit, higienitas buruk, bayi jarang ganti
popok, pasien imun rendah, penggunaan antibiotik
jangka lama.
• Ruam, skuama, gatal, hingga edema, gambaran lesi
satelit (+)
• Candida termasuk flora normal di tubuh. Pada
kondisi tertentu, misal kelembaban tinggi  tumbuh
berlebih  patologis.
• Terapi: antifungi topikal (nistatin, golongan azol).
• Bila luassistemik (fluconazole (100 mg PO qd for 1-
2 wk) or itraconazole (100 mg PO qd for 1-2 wk)
16 C. Melasma
• Wanita, 35 tahun,
• Bercak kecoklatan pada pelipis, pipi, dagu, hingga leher
• Awalnya bercaknya di pipi saja merah kecil lalu berubah
jadi
• coklat dan melebar.
• KB hormonal
PF: makula hiperpigmentasi, bentuk irreguler, batas tegas,
ukuran numular hingga plakat, sebagian diskret sebagian
konfluens.
Diagnosisnya adalah...
Melasma
• Definisi: Hipermelanosis yang terjadi pada area
wajah yang ter-ekspos sinar matahari
• Etiologi: genetik, hormonal (paling utama),
paparan sinar UV
• Faktor predisposisi: wanita, kehamilan, perubahan
hormonal
• Tatalaksana:
1. Sun protector
2. Hypopigmenting agent: h i d r o k u i n o n , t r
Su m be r: Fitz pa trick ’ sDe rm ato log yi n

Ge tin o in,
en er a lMe dic in e
Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
17 E. Hiperpigmentasi pasca inflamasi
• Wanita 22 tahun
• Bercak kecokelatan di punggung kaki yang
sulit hilang.

Awalnya daerah tersebut digigit serangga
• hingga luka dan muncul lenting yang gatal.
PF: makula hiperpigmentasi di dorsum
pedis

Diagnosisnya adalah...
Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi

• Melanosis epidermis (warna


kecoklatan) atau dermis (warna lebih
• gelap).
Proses inflamasi  aktivasi asam
arakinodat menjadi prostaglandin,
• leukotriene, dll  aktivasi sel imun
dan melanosit.
Pigmentasi temporer setelah terjadi
• kecelakaan atau penyakit kulit
(dermatitis, infeksi, akne, dll).
Lebih sering terjadi pada pasien
dengan warna kulit lebih gelap, di
area
tubuh yg paling terpapar sinar UV.
Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi
• Pemeriksaan lampu wood untuk membedakan
hiperpigmentasi dermal (batas tidak tegas) atau
epidermal (batas lebih tegas).

Tatalaksana:
• 6-12 bulan untuk mencapai hasil depigmentasi.
• Prognosis sangat baik pada hipemelanosis epidermal namun
kurang pada dermal.

Terapi:
• hidrokuinon, asam azelat, krim vitamin C, krim tretinoin, krim
kortikosteroid, asam glikolat.
• Laser fototermolisis.

Pencegahan: sunscreen.
18 B. Ulkus varikosus
• Wanita 25 tahun
• Luka di betis yang dialami 3 minggu
• terakhir. Bengkak yang bertambah jika
• berdiri lama. Ulkus soliter tepi tidak rata,
dasar ukus
jaringan granulasi dan eksudat disertai
edema di tibia dengan hiperpigmentasi
disekitarnya

Diagnosis apa yang tepat...


Extremity Ulcer
Venous Ulcer vs Arterial Ulcer

Venous Ulcer Arterial Ulcer


• Dangkal • Full thickness wound atau dalam
• Superficial • Penampakan: punched out
• Bentuk irregular • Tepi luka rata/tidak
• Kecil s/d besar • Nyeri di malam hari, berkurang bila kaki
• Nyeri terkait diletakkan lebih rendah dari jantung (misal
menggantung di sisi tempati tidur)
edema, • Biasanya di lateral kaki
• phlebitis, atau •
infeksi Akral ekstremitas bawah dingin

• Biasanya di tungkai bawah dan Kulit pucat, mengkilat, dan tipis
ankle/pergelangan kaki •
Sedikit atau tidak ada rambut di ekst bawah
• Sering juga pasien menjadi •
Dasar lukaL jaringan granulasi merah terang
• mengalami dermatitis kontak •
Biasanya sekunder akibat peripheral arerial
Hemosiderin staining disease
Lipodermatosclerosis
Tatalaksana Ulkus Vena

• Obat: pentoxyfilline, aspirin, iloprost


• Pembedahan
Tatalaksana ulkus arteri
• Tujuan: meningkatkan aliran darah ke perifer
• Definitif: bedah rekonstruksi atau angioplasty
• Indikasi op: luka tidak sembuh, gangren, nyeri saat
istirahat, klaudikasio yang progresif
• Stop merokok, kontrol DM, HT, dislipidemia
• Tidur dengan kepala lebih tinggi
• Anjurkan banyak berjalan
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1363917/
19 B. Sifilis grade 2
• Pria, 32 tahun
• Ruam kemerahan di kedua telapak tangan dan
telapak kaki, tidak gatal.

Diawali dengan luka kecil di kemaluan namun
• sembuh dengan sendirinya.
Makula eritema ukuran bervariasi, bentuk
bulat
sampai dengan oval, batas tegas, eksfoliatif
kulit (+).yang tepat adalah...
Diagnosis
SIFILIS

• Penyakit sistemik akibat infeksi Troponema pallidum (gram


negatif, berbentuk spiral teratur yang bergerak)

• Klasifikasi
• Sifilis kongenital : dini, lanjut, stigmata
• Sifilis akuisita (didapat) : stadium I (primer), II (sekunder),
III
(tersier)
• Berdasarkan epidemiologi
• Stadium dini menular : dalam 1 tahu sejak infeksi mencakup
sifilis primer, sekunder, stadium rekuren dan laten dini

Stadirum lanjut tidak menular : setelah 1 tahun sejak infeksi
mencakup sifilis tersier dan stadium laten lanjut
Medscape
Diagnosis
Pemeriksaan T.pallidum (sediaan berupa serum dari lesi kulit)
• Mikroskop lapangan gelap (dark field) : troponema

terlihat berwarna putih bergerak memutar terhadap
sumbunya
• Pewarnaan Burry
Test serologi sifilis (TSS)


Test nontreponemal (test reagin) : test fiksasi
komplemen, test flokuasi (veneral disease research
• laboratory/VDRL, rapid plasma reagin/RPR,
automated reagin test/ART, reagin screen test/RST
Tes troponemal : test imobilisasi (troponemal
• pallidum immobilization test/TPI), test fiksasi
komplemen, test immunoflouresens (FTA-Abs),
test
hemaglutinasi (troponemal pallidum
haemoglutination assay/TPHA, solid phase
hemabsorption assay/SPHA, hemagglutionation
troponemal test for syphillis/HATTS,
VDRL TPHA FTA-Abs Interpretasi

IgG IgM

- - + + S1 dini bellum diterapi atau baru saja diterapi

+ + + S1 dini bellum diterapi atau baru saja diterapi, khususnya S1


dini, juga termasuk reinfeksi
Sifilis lanjut asimptomatis belum diterapi
Sifilis lanjut simptomatis yang diterapi 5 tahun sebelumnya
Sifilis laten

+ + + - Sifilis lanjut yang diterapi


Old yaws
Sifilis laten
- + + - Sifilis dini yang diterapi
Old yaws
Tabes dorsalis
Sifilis laten
- - + - S1 yang diterapi
Infeksi troponema burn out atau kasus lama
+ - - +/- Reaksi positif semu biologik
• Tatalaksana
• Penisillin G benzatin
• Penisillin G prokain
• SI, SII, sifilis laten dini kurang dari 2 tahun : penisillin G
benzatin IM 2.4juta unit 1x/minggu
• Sifilis laten lebih dari 2 tahun atau masa infeksi tidak
diketahui : penisillin G benzatin dosis total 7.2jt unit
• SIII : penisillin G benzatin dosis total 9.6jt unit

Sifilis kardiovaskular : penisillin G benazatin 9.6jt unit

Neurosifilis : penisillin G prokai IV 12-24jt unit/hari

Sifilis kongenital dini : penisillin G prokain IM 100.000-
150.000 unit/kg/hari
• Sifilis kongenital lanjut : penisillin G prokain IV 200.000-
300.000 unit/kg/hari
20 B.Onychauxis
• Kuku terasa semakin tebal seperti terangkat
• Sebelumnya pasien sering mengalami kondisi
kedua siku dan tengkuk gatal bersisik tebal,
namun kondisi tersebut hilang timbul, kambuh
• saat pasien sedang stress.
Tampak dasar kuku menebal tanpa ada
perubahan warna kuku

Diagnosisnya adalah...
Terminologi Kelainan pada Kuku
Onycholysis:
Bagian putih/ distal kuku terangkat. Berkaitan dengan tirotoksikosis,
psoriasis, trauma, dermatitis kontak, porphyria cutanea tarda, dll.
Onychauxis:
Penebalan kuku, berkaitan dengan psoriasis, trauma, atau infeksi
kuku akibat jamur.
Onychogryphosis:
Kuku menebal dan tumbuh terus secara eksofitik hingga membentuk
seperti kurva. onikolisis

onychauxis
onikogrifosis
Onychorrhexis:
Garis garis longitudinal di kuku, berkaitan dengan proses penunaan, atau
penyakit sistemik lain seperti rheumatoid artitis, penyakit vaskuler
perifer,
liken planus, dan penyakit Darier
Onychomycosis:
Infeksi kuku oleh jamur. Dapat disebabkan oleh dermatofita, candida,
paronikia
maupun golongan mould.
Onychocryptosis:
= paronikia.

onikoreksis onikomikosis
Onychauxis
• Abnormal thickening of the nail plate on either the
fingers or toes.
• The nail turns white or yellow and the edges begin
falling off.

Onychauxis is not a form of toenail fungus and the nails
grow thick without the presence of deformity

Caused by trauma or underlying health conditions like
acromegaly (a hormonal disorder), Darier’s disease,
• diabetes, impaired circulation, infection, pityriasis
rubra
pilaris or psoriasis.
Treatment: partial or complete removal of the
21 D. Keratosis seboroik
• Pria 70 thn
• Bercak kecokelatan di punggungnya
yang membesar.
• Nyeri (-), gatal (-), mudah berdarah (-)
• Nodul hiperpigmentasi berbatas tegas,
imobile, permukaan verukosa, ulkus (-)

Diagnosisnya adalah...
Keratosis
Seboroik
• Proliferasi sel epidermis dengan atau tanpa
pigmentasi. Berkaitan dengan proses aging,
ditemukan + 90% usia > 64 tahun
• Area predileksi:
• Batang tubuh
• Punggung tangan
• Wajah dan leher Tatalaksana
• Bedah listrik
• Manifestasi klinis: • Bedah beku
• Awalnya biasanya makula kecoklatan • Bedah laser
berbatas tegas
• Berkembang menjadi papul/nodul
dengan permukaan verukosa, lebih
terpigmentasi.
• Folikel rambut sekitar lesi tidak
berkembang
Sumber : Medscape; Panduan pelayanan medis PERDOSKI 2011
22 B. Fixed drug eruption

• Bercak kehitaman di leher sejak dua hari


yang lalu dan terasa pedih seperti
terbakar.
• Keluhan serupa pernah terjadi satu
tahun lau di tempat yang sama.
• Riw konsumsi obat analgesik

Diagnosisnya adalah
Fixed Drug Eruption - FDE

• Berupa eritema dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong, dan


biasanya numular
• Meninggalkan bercak hiperpigmentasi
• Kelainan timbul berkali-kali pada tempat yang sama
• Predileksi: sekitar mulut, di daerah bibir, daerah penis pada laki-laki

Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI


Fixed Drug Eruption

• Obat penyebab tersering :


analgesik, silfonamid,
• barbiturat, trimetroprim
Pengobatan
• Sistemik : prednison 3 x 10
mg; antihistamin
• Topikal :
• Kulit kering (eritema,
urtikaria) : bedak salisilat 2%
+ menthol 0,5-1%
• Kulit basah : kompres larutan
as.salisilat 1%
23
B.Derajat 2A dan 2B,
36%
• Luka bakar di dada, perut, dan
seluruh kedua lengan.
• Tampak beberapa bagian kulit
merah
terang dengan bulla, nyeri hebat,
dan beberapa bagian tampak pucat

Derajat dan Luas luka bakarnya


adalah...
Derajat luka bakar
• Derajat I  hanya eritema, nyeri (+)
• Derajat IIA  merah (pucat dengan
penekanan), bula (+) dasar merah, nyeri (+)
• Derajat IIB  merah pucat, tidak pucat dengan
penekanan, bula (+/-) dasar pecah, nyeri (-)
• Derajat III  cokelat/hitam, bula (-), nyeri (-)
A Varying Degrees of Burn Injuries
Normal Heal1hy First Degr ee Bum
Skin Injury

lnvOIVfl� r
Epldem,11- -- ofs kln- i _
1
·- . : . u . -S weo 1
OOrml
o duel Holr
follicle
Norvo
Vein
Mory

Soe<>nd Degree Burn Third Degree Bum


Injury Injury

a nd
tissue

-[
subc ua
tnoo os

Skin
Luka Bakar
• Pasien luka bakar = pasien trauma  protocol ATLS.
• Airway  cedera inhalasi!
• Breathing  luka bakar IIB/III yang melingkar dada
• Circulation  syok hipovolemik
• Cedera inhalasi dicurigai apabila:
• Terperangkap di dalam ruang tertutup
• Flash burn
• Gejala: batuk, suara serak, sesak
• Pada PF:
sputum terdapat bercak2 hitam
Mukosa nasal dan oral merah tua
Laring: terdapat jelaga
• Luka bakar derajat I (superficial thickness)
• Melibatkan epidermis
• Merah; Nyeri (+)
• Sembuh dalam waktu 3 – 5 hari
• Terapi: analgesic dan obat topical
yang
mengakselerasi reepitelisasi dan
memberikan
• Luka bakar derajat IIkenyamanan
(partial-thickness)
IIA
• Epidermis +Dermis superfisial
• Merah terang; eksudat (+); nyeri (+)
• Sembuh dalam 2 minggu, tanpa scarring,
biasanya menyebabkan gangguan
pigmentasi
• Terapi: analgesic; dressing lembab
(berminyak) dengan antibiotik ointment
IIB
• Epidermis + dermis s.d. zona retikularis
• Kombinasi merah pucat dan putih
• Penyembuhan spontan  scarring,
• kontraksi, dan kontraktur
Sembuh dalam 3 – 8 minggu,
bergantung
• Jika reepitelisasi belum sempurna pada
pada struktur adnexa yg tersisa
minggu ke-3: eksisi dan skin graft!
• Luka bakar derajat III (full-thickness)
• Epidermis + seluruh dermis
• Coklat-kehitaman (“leathery”); sensorik
(-)
• Terapi: eksisi dan skin graft
Luas Luka Bakar

• Rule of 9
Di soal :
• Luas luka bakar:
- Seluruh kedua
- lengan= 18 %
Seluruh dada
-=
9%
Seluruh
perut=
9%
D.Tirah baring, pemberian vitamin A,
24 antipiretik, nutrisi dan cairan yang
memadai
• An laki-laki 9 thn
• Bintil-bintil kemerahan di seluruh tubuh
• Awalnya demam tinggi, batuk pilek, disertai nyeri menelan,
dan diare cair beberapa kali.
• Bintil kemerahan kemudian muncul dari daerah belakang
telinga dan meluas hingga ke wajah, badan, lengan, dan kaki.
• Riwayat imunisasi tidak lengkap.

Bercak makulopapular eritematous dengan bentuk tidak
teratur multipel tersebar generalisata, ukuran bervarias

Terapi yang tepat adalah...


Rubeola/Rubella/Campak
• Infeksi virus morbili (paramyxovirus) yang sangat menular pada anak usia 4-9 th
• Infeksi saluran pernapasan  kelenjar getah bening lokal  sel-sel jaringan
limforetikuler  sel epitel kulit dan mukosa (saluran napas, saluran cerna,
saluran
• kemih).
Stadium inkubasi: 12-14 hari
• Stadium prodromal : peradangan selaput mukosa hidung, mulut, tenggorok, saluran
cerna yang ditandai dengan demam, batuk, pilek, bercak Koplik (patognomonis)
konjungtivitis dan diare
• Stadium erupsi : Adanya ruam eritromakulopapular yang timbul mulai di belakang
telinga, menyebar ke wajah, tubuh dan ekstremitas

• Masa penyembuhan : Setelah gejala klinis berkurang, terjadi hiperpigmentasi dan


deskuamasi.
Rubeola/Rubella/Campak

• Diagnosis  gejala klinis yang khas


• Laboratorium (biasanya tidak perlu)
• Complement Fixation Test
• Haemagglutination Inhibition Test
Rubeola/Rubella/Campak
• Tata Laksana
• Campak tanpa penyulit:
• Rawat jalan
• Antipiretika
• Nutrisi: cukup cairan dan kalori
• Campak dengan penyulit
• Rawat inap
• Nutrisi: cukup cairan dan kalori
• Vitamin A 200.000 U
• Mengatasi penyulit
25 D. Insisi dan drainase
• Benjolan di ketiak kiri yang
membesar dan bertambah
• nyeri.
• Demam (+)
Nodul soliter di aksila sinistra
berukuran 2 x 3 cm, hiperemis,
fluktuasi (+), nyeri tekan (+),
saat ditekan keluar pus
Tatalaksana yang tepat adalah...
Hidradenitis supurativa
• = acne inversa • Lesi tipikal dapat berupa:
• papul/nodul eritema,
• Penyakit kulit inflamatorik pada
nyeri (+)
kulit yang memiliki kelenjar apokrin
• Abses berisi nanah
• Didahului trauma/mikrotrauma, • Kontraktur kulit
misalnya banyak keringat, • Double-ended comedones
pemakaian deodoran, atau rambut
• Distribusi: ketiak, perineum
ketiak digunting
• Disertai gejala konstitusi
Manifestasi Klinis (demam, malese)
• Terdapat 3 komponen yang penting • Terdapat leukositosis
untuk diagnosis: • Pengobatan: antibiotik sistemik.
• Lesi tipikal Jika telah berbentuk abses,
• Ditribusi khas diinsisi.
• rekurensi Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI
26 B. Manuver dix-hallpike
27 C. Otolith di kanal semisirkularis
posterior
• Wanita keluhan pusing berputar, terutama
saat bangun tidur dan menoleh  faktor
• pemicu: gerakan/ posisi.
Manuver untuk membantu menegakkan
diagnosis  nistagmus (+).

• Manuver yang dimaksud adalah…


• Patofisiologi kasus di atas adalah...
28 B. Manuver dix-hallpike
29 C. Otolith di kanal
semisirkularis posterior
• Wanita keluhan pusing berputar, terutama
saat bangun tidur dan menoleh  faktor
• pemicu: gerakan/ posisi.
Manuver untuk membantu menegakkan
diagnosis  nistagmus (+).

• Manuver yang dimaksud adalah…


• Patofisiologi kasus di atas adalah...
Pendekatan Vertigo
• Pusing berputar  vertigo
• Bedakan dengan dizziness atau
melayang!!
Vertigo pasien merasa
dirinya/lingkungannya yang berputar.
• Dizziness = seperti di atas kapal,
melayang
Vertigo dibagi menjadi dua, yaitu:
• Vertigo sentral
• Onset gradual
• Keluhan less-intense, keluhan mual muntah
lebih ringan
• Gejala telinga/ gangguan pendegaran 
jarang
• Ada riwayat hipertensi, stroke, gangguan
• keseimbangan/ koordinasi , defisit neurologi
(+)
Vertigo perifer
• Onset mendadak
• Disertai mual/ muntah yang hebat
• Keluhan telinga (tinnitus/ penurunan
pendengaran) (+)
• Defisit neurologi (-)
BPPV
Adalah sensasi abnormal (umumnya berupa pusing
• berputar) yang dipicu oleh gerakan mendadak
(paroksismal).
• Patofisiologi: ada 2 teori, yakni adanya otolith/
debris di
kanal semisirkularis (=kanalitiasis, teori utama)
• atau kupula
krista ampularis (=kupulolitiasis).

Tersering adalah kanalitiasis di kanalis semisirkularis
posterior. Paling jarang adalah anterior.
Pemeriksaan standar klinis dari BPPV adalah dengan
manuver dix-hallpike. Patognomonik  nistagmus (+)
seringkali rotasional/ geotropik, dengan latensi dan durasi
terbatas. Dix-hallpike positif mengindikasikan BPPV
• Terapi BPPV:
• Observasi: bila gejala ringan dan umumnya remisi
spontan dalam beberapa minggu-bulan.
• Medikasi vestibulosupresan, misalnya antihistamin:
hanya untuk meringankan gejala.
• Reposisi kanalith dengan berbagai manuver.
• Operasi.
Brandt-Darrof Maneuver
Semont Maneuver
D. Serumen prop; gliserin
30 10% 3 hari
• Anak 13 tahun, gangguan pendengaran
pada kedua telinga, sejak kemarin.

Berenang (+). Keluhan lain (-).

PF: massa berwarna kecoklatan di kedua
liang telinga.

Diagnosis dan terapi farmakologis yang


sesuai adalah...
SERUMEN PROP
IMPAKSI SERUMEN: ADANYA SUMBATAN LIANG TELINGA OLEH
SERUMEN (KASUS TERSERING)
• FAKTOR RISIKO: manipulasi mekanik liang telinga kronik
• GEJALA DAN TANDA: gangguan pendengaran tipe konduktif
• DIAGNOSIS: ditemukan serumen dengan otoskop

BUKU AJAR THT FK UI


Tatalaksana

• Hindari membersihkan telinga secara berlebihan


• Hindari memasukkan air atau benda asing apapun ke
dalam telinga
• Indikasi mengeluarkan serumen:
• sulit melakukan evaluasi membran timpani
• otitis eksterna
• eklusi serumen  tuli konduktif
• Serumen yang lembek  dapat langsung dikeluarkan,
contoh alatnya (curettes, forceps, spoons, hook)

• Serumen yang keras  dilunakkan lebih dahulu dengan


tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.

Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam
liang teling dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air
hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
31 E. Azitromisin

Wanita 56 tahun, nyeri telinga kanan, sejak 3


hari.
PF: nyeri tekan tragus (+), MAE hiperemis
dan edema 2/3 bagian dalam, sekret (+).

Diagnosis : OE difusa
Tatalaksana?
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar  adnexa kulit (+)  furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar) saat menekan
perikondrium atau membuka mulut, ggn
pendengaran
• DIFUS
OE AKUT
– 2/3 dalam  kulit liang telinga hiperemis dan
edema tidak jelas batasnya
– ETIOLOGI: Pseudomonas
KLASIFIKASI – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga sempit,
OTITIS sekret bau
EKSTERNA

• Infeksi difus
OE MALIGNA
• Terutama pada orang tua atau imunokompromise
• ETIOLOGI: P. Aeruginosa
GEJALA: rasa gatal + nyeri, pembekakan liang telinga,
paralisis facial jika iritasi n.VII, dapat ditemui
pertumbuhan abnormal jaringan granulasi (massa) di
liang telinga luar
TATALAKSANA
• BERSIHKAN LIANG TELINGA  langkah awal untuk
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya
penetrasi obat
• Antibiotik dalam bentuk tampon lebih efektif
• Topikal antibiotik
• Kombinasi Neomisin & Polimiksin B
• Ofloxacin atau ciprofloxacin
• Gentamicin
• Topikal steroid  membantu megurangi inflamasi
• Hydrokortison

• Dexametason
• Prednison
32 E. Arteri faringeal ascendens
A. Pemasangan tampon
33 anterior selama 2 hari
• Anak 9 tahun, mimisan.
• Rinoskopi anterior  hiperemis dan
darah (+).
• Rinoskopi posterior  normal.

Sumber pendarahan di kasus, KECUALI…


Tindakan yang tepat adalah...
EPISTAKSIS

EPISTAKSIS ANTERIOR EPISTAKSIS POSTERIOR


• UNILATERAL (umumnya darah berhenti • SERING BILATERAL SAMPAI TERLIHAT DI
spontan) FARING (biasa pada ORANG TUA)
• PEMBULUH: PLEKSUS KIESSELBACH • PEMBULUH: A. ETMOIDALIS
ATAU A.ETMOIDALIS ANTERIOR POSTERIOR, A. SFENOPALATINA
• PENCETUS: PANAS, UDARA DINGIN DAN • PENCETUS = EPISTAKSIS ANTERIOR +
KERING, MENGOREK-NGOREK HIDUNG ASPIRIN JANGKA LAMA, LEUKEMIA
• TATALAKSANA: TEKAN CUPING HIDUNG • TATALAKSANA: PASANG TAMPON
(10-15 MENIT); TAMPON ANTERIOR (+ BELLOCQ 72 JAM (+ tampon anterior).
vaselin, salep antibiotic, epinefrin) INDIKASI RAWAT !!

Pemasangan tampon anterior dan posterior


https://www.youtube.com/watch?
v=SCLkvQPrFlc
34 A. Corynebacterium diphteria, batang
gram positif, aerob, tidak berspora
35 B. Eritromisin 25-50mg/kgBB/hari
selama
• Anak 9 tahun, demam batuk pilek, 4 hari.
14 hari
• Nyeri menelan.

Lapisan putih, bila


diangkat, mukosa
di bawahnya
mudah
berdarah

Diagnosis yang tepat adalah...


Medikasi yang sesuai adalah...
Tonsilitis Difteri
• Penyebab:
Corynebacterium
• diphteriae
Gejala dan tanda klinis:
• Demam
• Nyeri menelan Bakteri gram
positif
• Tonsil membesar ditutupi Non motil
bercak putih kotor. Tidak berspora
Aerob
• Membran akan berdarah Menghasilkan
toksin
bila diangkat.
• Komplikasi: limfadenopati
servikal  bull neck
Tonsilitis Difteri
• Diagnosis: klinis dan/atau pemeriksaan preparat
langsung kuman yang diambil dari permukaan
bawah membran semu
• Terapi:
• ADS (anti difteri serum) 20.000-100.000 unit 
diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur.
• Antibiotik  penisilin/ eritromisin 25-50 mg/kgBB
dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.
• Kortikosteroid 1,2mg/kgBB per hari untuk
mempercepat penyembuhan.
BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI
• Antipiretik analgetik.
Tonsilitis Akut Vs Kronik
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik

Etiologi EBV atau streptococcus β hemolitikus Streptococcus β hemolitikus, dengan faktor


risiko: perokok, higienitas mulut jelek,
makanan tertentu, cuaca, kelelahan,
pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat
Gejala Disfagia, odinofagia, demam, lesu, Rasa mengganjal di tenggorokan,
rasa
nyeri
PF sendi,Tonsil
otalgiabengkak, hiperemis, detritus
kering, halitosis
Tonsil membesar, permukaan tidak rata,
(leukosit PMN): folikel/ lakuna, kripta melebar, terisi
detritus
membran semu, limfadenopati, nyeri
Terapi tekan (+)
Viral: istirahat, minum cukup, Menjaga higien mulut, tonsilektomi jika:
analgetik or antivirus jika berat. infeksi berulang, gejala sumbatan, curiga
Bakteri: penisilin, eritromisin, neoplasma
antipiretik dan obat kumur.
Tonsilitis
lakunaris

Tonsilitis kronik: tonsil membesar,


kripta melebar
Tonsilitis Folikularis
36 D.Otitis Media Efusi
Laki 35 th
Pendengaran berkurang
Riwayat batuk pilek +
Hidung mukosa pucat, tonsil normal, faring
hiperemis.
MT tampak suram tidak hiperemis dengan refleks
cahaya menurun, tes valsava (-), tampak air fluid
bubble dalam cavum timpani

Apa diagnosa kasus tersebut?


OTITIS
MEDIA EFUSI • Anamnesa14
• Telinga terasa penuh, terasa
ada cairan (grebeg-grebeg

• Peradangan non bakterial mukosa • Pendengaran menurun
kavum Terdengar suara dalam
• timpani telinga
• Pemeriksaan
sewaktu fisik : atau
menelan
Ditandai terkumpulnya cairan yang tidak • menguap
imobilitas gendang telinga pada
• purulen (serous atau mucus) tanpa tanda penilaian otoskop pneumatik.
infeksi
• Kegagalan fungsi tuba eustachius •
MT terlihat lebih kusam dan
• Alergi
Etiologi • keruh.
• Otitis media yang belum sembuh sempurna Maleus tampak pendek,
• Infeksi virus • retraksi
dan berwarna putih kapur.

reflek cahaya berubah atau
menghilang
garpu tala : untuk membuktikan
TATALAKSANA :
adanya tuli konduksi10
DEKONGESTAN, MIRINGOTOMI,
PIPA
GROMET
Otosklerosis
• Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalamai spongiosis
di daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak
• dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik
Awal penyakit akan muncul tuli konduktif yang dapat menjadi
• tuli
• Pendengaran
campur terasasudah
bila penyakit berkurang secara progresif
menyebar ke koklea
• Keluhan lain: tinitus dan terkadang vertigo
Gejala : sering bilateral, perempuan lebih banyak dari laki-laki, antara 11-
• Lebih
45 tahun
• Pemeriksaan :
• Membran timpani intak, tuba paten
• Dapat ditemukan gambaran membran timpani yang kemerahan karena
• pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte’s sign)
Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising
(paracusis willisii)
Schwartze sign  otosklerosis
37 A. Laringitis Akut

• Pria 33 tahun, Keluhan suara hilang


sejak 3 minggu
• Demam +, nyeri tenggorokan,
batuk kering, suara serak.

• Apa diagnosa kasus tersebut?


Laringitis
• Akut / Kronis (>3 minggu)
• Penyebab : infeksi virus/bakterial, vocal
misuse,

eksposur bahan kimia/ asam lambung
Dapat bermanifestasi ISPA lainnya (batuk,
• demam, nyeri tenggorok) dengah khas yaitu :
suara serak/hilang
• Diagnosa : laringoscopy  laringoedema
dengan tanda radang. Singkirkan DD lainnya
Medscape
Terapi : Antibiotik gram+, PPI, analgesic,
istirahat suara, O2. Penggunaan
steroid/antihistamin tidak terbukti bermanfaat.
B. Rinitis alergi persisten
38 ringan
• Pria 21 tahun, sering bersin. Atopi (+).
• Hampir setiap hari dan >4 minggu.
• Tidak mengganggu aktivitas.

Diagnosis yang tepat adalah…


Rhinitis Alergi
• Atopi  • PF:
• Allergic shiner
Hypersensitivitas Tipe • Allergic crease
I • Allergic salute
• Gejala • Mukosa konka pucat/
• Bersin berulang livid
• Hidung tersumbat • Sekret cair, bening
• Rhinorea + gatal • Tatalaksana
• Konjungtivitis alergi • Hindari pencetus
• Post nasal drip • Antihistamin
• Steroid intranasal
ARIA 2007
39 B. Hiperakusis

• Tn. Rano, 38 tahun, sehari-hari


bekerja sebagai DJ club malam
selama 15 tahun. Hasil tes penala:
Tes rinne (+) telinga kiri dan
kanan. Tes Weber lateralisasi
telinga kanan. Swabach kiri
• memendek, kanan normal.
Dx ke arah NIHL
• Fenomena sangat sensitif terhadap
frekuensi tertentu? Hiperakusis
NIHL
• Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced
hearing loss / NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising
yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
• biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja
Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural
yang paling sering dijumpai setelah presbiakusis.

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea
terutama sel-sel rambut. Daerah yang pertama terkena
adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya
degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi
kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap
stimulasi.
NIHL  Tuli sensorineural
Noise induce hearing loss
PATOGENESIS
- Stimulasi bising
- Intensitas sedang perubahan silia dan hensen body
- Intensitas keras dan lama kerusakan struktur sel
rambut spt mtokondria, granula lisosom, lisis sel dan
robekan membran reisner
NIHL
• DIAGNOSIS
• Riwayat bekerja di lingkungan bising
• Tes penala tuli sensorineural
• Pemeriksaan audiologi khusus fenomena
rekrutmen
(pendengaran lebih sensitif thp kenaikan intensitas
• bunyi yang kecil
Sulit komunikasi dengan latar belakang bising (Cocktail
• party deafness)
Hiperakusis sering terjadi
Nilai Ambang Batas Bising
• Efek tergantung
• Intensitas
• Frekuensi
• Lama paparan
• Jenis bising
• Sensitivitas
individu
• Peraturan
• Permenakertrans No,
13 Tahun 2011
40 D. Tuli sensorineural telinga kiri

• Pria Usia 38 tahun


• Bekerja sebagai DJ club malam
selama 15 tahun
• Tes rinne (+) telinga kiri

Tes Weber lateralisasi telinga kanan

• Bagaimana interpretasi tes penala


?
Tes penala Buku ajar ilmu THT
FKUI

Tuli konduktif Tuli Normal


sensorineural

Rinne - + +

Weber Lateralisasi ke Lateralisasi ke Di tengah


telinga sakit telinga sehat

Swabach Memanjang Memnedek Sama dengan


(dibanding (dibanding pemeriksa
pemeriksa) pemeriksa)
Tes Rinne
UNTUK MENGETAHUI ADANYA TULI KONDUKSI

Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga

Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang
telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi

Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala
dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
Tes Weber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan

Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke
telinga kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di
bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras

Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga  normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli
konduktif bilateral
Lateralisasi ke kiri  tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan  tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Tes Swabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)

Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien

Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu ke pemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  tidak terdengar lagi  normal atau tuli
konduktif
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  masih terdengar  tuli sensorineural (BC
memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu ke pasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  tidak terdengar lagi  normal atau tuli
sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  masih terdengar  tuli konduktif (BC memanjang)
E. Edukasi perubahan
41 perilaku
• Pria 33 tahun, manager, menderita
sindrom
• metabolik.
Hobi makan fastfood dan minum kopi > 3

gelas/ hari.
Perokok aktif.

Edukasi yang paling sesuai adalah…


Sindrom Metabolik

• Merupakan kumpulan
abnormalitas metabolik
yang meningkatakan risiko
penyakit kardiovaskular

dan DM.
Sebelum memberikan
tatalaksana farmakologi 
• perubahan gaya hidup
dan
perilaku
Obesitas merupakan asal
muasal sindrom metabolik
 penurunan BB krusial!
42 C. Berkesinambungan

• 1 pasien, ditangani oleh dokter


berbeda, namun data rekam
medis tidak lengkap dan tidak
ada
catatan rencana kesehatan
pasien.
Prinsip pelayanan kesehatan yang
DILANGGAR adalah…
Prinsip Pelayanan
Kedokteran Keluarga
• Komprehensif: meliputi kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
• Holistik: mengatasi masalah fisik, psikologis, sosial, dll.

Berkesinambungan

Koordinatif: misalnya ketika pasien memerlukan beberapa
konsultasi spesialis dan pemeriksaan penunjang dalam
waktu bersamaan, juga koordinasi dilakukan kepada

keluarga.
• Kolaboratif: bekerja sama dengan berbagai pihak
• berkaitan
dengan pelayanan kesehatan.
Patient centered
Mencakup seluruh usia
43 D. Psychological barrier
• Pasien berobat ke dokter yang
wajahnya mirip dengan mantan
• suami pasien.
Pasien korban KDRT oleh suami.

Penghalang komunikasi dokter-pasien


yang paling mungkin adalah…
Penghalang Komunikasi
• Physical barrier: penghalang yang bersifat fisik, misal
bising, ruang periksa kotor, dll.

Cultural barrier: perbedaan budaya antara dokter dan
• pasien.
Language/ semantic barrier: perbedaan tata bahasa,
• dialek, jargon, dll.
Perceptual barrier: perbedaan persepsi antara dokter dan
• pasien.

• Interpersonal barrier: pribadi yang tidak mampu


menangkap informasi secara jelas, anamnesa kurang jelas.
• Gender barrier: perbedaan jenis kelamin antara dokter
dan
pasien.
Emotional/ psychological barrier: adanya emosi yang
terlibat antara dokter dan pasien, simpati bukan empati.
A. Jumlah peserta senam
44 pagi
• Program prolanis: senam pagi dan
penyuluhan rutin setiap minggu.

Indikator termasuk indikator output


adalah…
Indikator Kinerja
• Input
• Sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
kegiatan, misal: dana yang dibutuhkan, tenaga yang terlibat,
• peralatan yang digunakan, dll.
Proses
• Serangkaian kegiatan yang dirancang sesuai standar.
• Misal: frekuensi proses, ketaatan terhadap jadwal, ketaatan
• terhadap standar.
Output
• Hasil yang dicapai dalam jangka pendek/ hasil langsung.
• Kuantitas, kualitas, dan efisiensi.
• Misal: jumlah orang yang divaksin, jumlah permohonan yang
terselesaikan, jumlah peserta latihan, jumlah jam latihan
dalam sebulan, jumlah barang yang dihasilkan, dll.
Outcome

Indikator ini lebih utama daripada output,


walaupun produk/ output berhasil dicapai belum
• tentu outcome kegiatan juga tercapai.
• Outcome menggambarkan tingkat pencapaian
atas
• hasil yg lebih tinggi yang menyangkut
kepentingan
banyak pihak.

Hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan
• jangka pendek, baik dampak maupun manfaatnya.
Perbaikan kualitas, peningkatan efisiensi dan

efektivitas, peningkatan pendapatan, dll.
Misal: tingkat pemahaman peserta atas materi
pelatihan, tingkat kepuasan pasien, persentase
kemenangan tim dalam setiap pertandingan
selama satu bulan, kenaikan prestasi siswa,
penurunan tingkat kemacetan, dll.
45 B. Organizing
• Kasus DBD meningkat + korban jiwa.
• Program fogging dan penyuluhan
tidak terlaksana dengan baik.
• Tidak ada staf/ tim untuk program
tersebut.

Kasus di atas termasuk dalam


kegagalan fungsi manajemen…
4 Fungsi Manajemen
P-O-A-C
• PLANNING
• Perencanaan - Proses mendefinisikan tujuan
kegiatan/
• organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan,
penyusunan
• S-specific:anggaran
jelas, tidakbelanja.
mengundang multiinterpretasi.
• M-measurable: keberhasilannya dapat diukur.
Faktor pertimbangan planning:
• A-achievable: dapat dicapai, masuk akal.
• R-realistic: sesuai dengan sumber daya yang ada, hasilnya
bermanfaat.

T-time: ada batas waktu jelas, tepat waktu, bisa dinilai
dan
• ORGINIZING
dievaluasi.
• Pengorganisasian - Menyusun struktur organisasi,
staf, ,
pembagian tugas dan jabatan/ tanggung jawab sesuai
kemampuan.
• ACTUATING
• Pelaksanaan – Mengusahakan agar perencanaan
bisa terwujud dengan baik sesuai harapan, upaya
menggerakkan orang mau bekerja, kerja nyata,
mengarahkan, mengkoordinasikan, membimbing.
• CONTROLLING
• Pengawasan – mengamati, menilai, mengkoreksi,
memberikan solusi, termasuk menyusun laporan.
46 A. Upaya kesehatan
• Perbaikan jalan (akses) dari Desa A ke
Pusat Yankes agar menjadi lebih mudah
sehingga kasus gawat darurat dapat
tertangani lebih baik.

Kasus di atas merupakan bagian dari


program SKN…
SKN
• Adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
setinggi tingginya.
• Pelaksanaan SKN: pasal 4 perpres 72 / 2012.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
2012
1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat
47 E. Human resource

• Berikut adalah faktor menentukan


efektivitas dan efisiensi, KECUALI…
Efektivitas dan Efisiensi Jalan
Keluar
• Efektivitas jalan keluar tergantung pada seberapa
besar masalahnya (Magnitude); seberapa penting
jalan keluar tersebut (Important); dan seberapa
mudah masalah tersebut diatasi (Vulnerable).
• Efektif belum tentu dapat dilakukan bila tidak
efisien.
• Efisiensi turut mempertimbangkan biaya (Cost)
yang diperlukan.
• Prioritas = MxVxI dibagi C
48 D. Xerosis mortis

• Berikut ini yang BUKAN tanda pasti


kematian adalah...
TANDA KEMATIAN
• Tidak Pasti : pernafasan berhenti, sirkulasi
berhenti, kulit pucat, tonus otot menghilang dan
relaksasi, pembuluh darah retina tersegmentasi,
pengeringan kornea (xerosis)
• Pasti : lebam mayat (livor mortis), kaku mayat
(rigor
mortis), penurunan suhu tubuh (algor mortis),
pembusukan (dekomposisi, putrefaksi), adiposera
(lilin mayat), mummifikasi
Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI
49 C. Pola luka akibat pembekapan
• Jenazah bayi ditempat pembuangan sampah
dan diantar ke RS untuk diotopsi

PF: luka lecet berbentuk seperti bulan sabit
di
sekitar mulut, hidung dan pipi, luka lecet
• berwarna kemerahan, perabaan kasar.
Memar ditemukan disekitar luka lecet dan
selaput mukosa bibir
Wajah tampak gelap, sklera mata merah,
mukosa bibir dan ujung jari kebiruan.
Dtemukan bendungan pembuluh darah di
semua organ dalam  asfiksia
Pola luka pada jenazah bayi tersebut adalah?
Pembekapan (smothering)
Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke
paru-paru
Mekanisme kematian: asfiksia


• Tanda: perbendungan sirkulasi pada
organ dalam, petekie, darah lebih gelap
• dan encer, busa halus di sal. pernapasan
Cara kematian:

Bunuh diri

Kecelakaan (neonatus yang mulutnya
tertutup bantal)

• Pembunuhan (biasa terjadi pada
kasus
• pembunuhan anak sendiri/pada
orang
dewasa yang tidak berdaya)
Pencekikan

• Pencekikan: penekanan leher dengan tangan dinding


saluran napas tertekan penyempitan saluran napas
• udara tidak lewat
Mekanisme kematian: asfiksia dan refleks vagal

Pemeriksaan:
• Perbendungan pada muka dan kepala
• Adanya tanda kekerasan pada leher (luka lecet pada kulit,
berbentuk bulan dabit akibat penekanan kuku jari)

• Luka memar pada kulit akibat penekanan jari
• Fraktur tulang lidah
Tanda asfiksia bila mekanisme kematiannya asfiksia
Kenapa bukan pencekikan?
• Pada kasus tidak ada tanda-tanda kekerasan
pada leher
• Tanda-tanda yang ditemukan lebih cocok dalam
kasus pembekapan
50 D. Clostridiumwelchii
Sekum,
• Kasus: mayat yang tenggelam
sudah terjadi pembusukan.
Bagian yang paling awal
membusuk?
• Decomposition: proses degradasi jaringan terutama
protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk
terutama Klostridium welchii. Mulai tampak 24 jam
setelah mati berupa warna kehijauan pada perut
kanan bawah (SEKUM). Larva lalat muncul 36-48
jam setelah kematian, menetas 24 jam kemudian.

Sumber : Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Tanda pasti kematian
(tanatologi) -1
• Algor mortis: penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan pengeluaran
panas secara terus-menerus
• Livor mortis/lebam mayat: suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide)
pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit. Mulai tampak 20-30 menit
setelah meninggal, menetap setelah 8-12 jam.
• Rigor mortis/kaku mayat: kekakuan yang terjadi pada otot yang terjadi setelah periode
pelemasan/ relaksasi primer. Mulai tampak setelah 2 jam, dari luar ke tengah, lengkap setelah
12
jam, dipertahankan setelah 12 jam, kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
Tanda Pasti Kematian
(Tanatologi)-2
• Cadaveric spasme/instantenous rigor mortis: kekakuan otot segera
setelah kematian somatis tanpa relaksasi primer
• Decomposition: proses degradasi jaringan terutama protein akibat
autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii.
Mulai tampak 24 jam setelah mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah. Larva lalat muncul 36-48 jam setelah
kematian, menetas 24 jam kemudian.

Adiposera: terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik dalam jaringan lunak tubuh pasca
• kematian
Mumifikasi: terjadi akibat penguapan jaringan dan dehidrasi
jaringan yang cukup berat
Sumber : Ilmu Kedokteran
Forensik FKUI
A. Lebam pada ujung-
51 ujung
ekstremitas
• Tn. X, 20 tahun, ditemukan meninggal
gantung diri di kamar kosnya
• Ia langsung diturunkan dan
dibaringkan terlentang di lantai
• segera setelah ditemukan
Terakhir kali terlihat sedang berbicara
• 8 jam sebelumnya
2 jam setelahnya ia dikirimkan ke
• Hasil pemeriksaan?
rumah sakit untuk di periksa
Visualisasi skenario
H H+8 jam H +10
jam
Terakhir kali terlihat Ditemukan Dibawa ke
berbicara meninggal RS

Perkiraan waktu kematian


= 8 jam sebelum Dibaringkan
ditemukan

H+30 menit: muncul lebam pada H+8 jam: lebam yang ada (pd ujung-ujung
ujung-ujung jari, (lokasi terendah jari) menetap, TIDAK berubah dengan
tubuh) karena poisisi tergantung perubahan posisi (misal dibaringkan). Kecuali
dibaringkan sebelum lebam menetap
52 B.Luka sedang, 351
KUHP
• Alida, 34 tahun, ke dokter  luka terbuka uk. 8
cm
• di lengan atas kiri bagian dalam, 3 cm dari ketiak
Sebagian luka sudah tertutup, namun sebagian
bernanah, permukaan kulit sekitar luka kuning
• kehijauan  Anam: luka karena jatuh saat sibuk di
dapur
• Ada memar kebiruan di pergelangan tangan dan
• Menurut
pipi. KUHP, luka ini termasuk? Pasal yang
mendasari
Dokter menduga kekerasan dalam rumah tangga.
Luka derajat II
Pasal 351 KUHP
• Apakah luka
memerlukan perawatan
medis seperti memberi Jika YA:

infus atau penjahitan Luka derajat II


• luka? (pasal 351
KUHP)
Apakah luka
• menyebabkan gangguan Jika TIDAK:
fungsi?
Luka derajat I
Apakah lokasinya di (pasal 352
• tempat rawan seperti KUHP)
mulut, hidung, leher,
skrotum?
Apakah lukanya
banyak?
• Pasal 352  penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai
penganiayaan ringan.
• Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
• Dari ketentuan pasal-pasal tersebut di atas jelas bahwa apabila penganiayaan itu
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, maka si pelaku dapat dikenakan Pasal 352 ayat (1) KUHP
tentang penganiayaan ringan, bukan Pasal 351 ayat (1) KUHP.
• Namun, jika korban penganiayaan ringan tersebut adalah orang yang bekerja
pada, atau menjadi bawahan si pelaku, maka pidananya dapat ditambah
sepertiganya. Mengenai Pasal 352 ayat (1) KUHP, R. Soesilo dalam buku Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal berkomentar bahwa jika korban penganiayaan adalah ibu atau
keluarga si pelaku (Pasal 356 KUHP) maka tidak lagi termasuk penganiayaan
ringan.
Analisis soal

Pasien mengalami luka:


1. Luka terbuka 8x3 cm
2. Memar kebiruan di
pergelangan tangan
dan pipi
Luka derajat
3. Korban diduga
II
mengalami kekerasan
dalam rumah tangga 
pelaku: keluarga
Pendekatan Vertigo
• Pusing berputar  vertigo
• Bedakan dengan dizziness atau
melayang!!
Vertigo pasien merasa
dirinya/lingkungannya yang berputar.
• Dizziness = seperti di atas kapal,
melayang
Vertigo dibagi menjadi dua, yaitu:
• Vertigo sentral
• Onset gradual
• Keluhan less-intense, keluhan mual muntah
lebih ringan
• Gejala telinga/ gangguan pendegaran 
jarang
• Ada riwayat hipertensi, stroke, gangguan
• keseimbangan/ koordinasi , defisit neurologi
(+)
Vertigo perifer
• Onset mendadak
• Disertai mual/ muntah yang hebat
• Keluhan telinga (tinnitus/ penurunan
pendengaran) (+)
• Defisit neurologi (-)
Near-syncope/
loghl-
OysmythmlO headedness
Myoc:etdla.l
S ,nte..rc:uo
n
Hypovoleau
Ya so va g al
Se ps, s
Pal"tlC dtSOrdet
°"'II SICIO effecl
Centr•I
t
Anadt5 gra duaJ . rild. usualy a:>rltJnuous ,or
woe.ks« monchS but can bet IUddOn
MVOAI
I �and NCOl"KJs or nwiu1·• wttn vascular causes
Jnlo
u.:I.UlhIII,I),'.v.e..l't_.lelit o_r 00wnoear
-.otog,c
change mdongs UOU811y .,........,
No aucfdory finc:iiing&

- -- -
Cet"R4!11ar

--IOrdeya
hemot'rh990
BPPV V. . t l b u . . , neuronttts Acoua1lc S.V.re -..rOgo.
Shot1�t1ved, T 1u
n
ar, n e u r o m, a• l C8UIM thal
� h . . - .
poaldonat Hooringl o l ,.,.., Pllt'9111 � poe,*'11 VOtnillng, Ol&xla
-,go
•udotorf•
oploodoeprobftbl AHacka
O ln du1,tor1

··
y 1.ong_......_ Vo ng. o.
No Hypoglycemili
Cll\.1-fOCI by llf'lly int•rve..ts
-
POMN'O hMd U'WUSI ••


otOCOOlal� nlCIO
t � ------'
Poa.11vo H•Up..ke
tNI
(po11or1or canal) CM
roll 1011
{horl7onlel
hen gO.
ol
e<>not) Acute Toxic

·
auppur• Uve HMlingloM
S!Qnl ol 10KiClly
T.......,.
MNcetlOf'I
Toxic pet1ont
Sev&re vertigo
Hoaringtos,, V. t t e b f o b e a U . a r
f n au ff l e l en c y

-
U"'8llty •S90da!6d � ologic
ebnoffn.ai1beS
Mote �wtth Inhlt.1ory
lt t O M ol
lhe eklorly and
cardiac
or c«etxovasculat d&SMSO
BPPV
Adalah sensasi abnormal (umumnya berupa pusing
• berputar) yang dipicu oleh gerakan mendadak
(paroksismal).
Patofisiologi: ada 2 teori, yakni adanya otolith/

debris di
kanal semisirkularis (=kanalitiasis, teori utama)
• atau kupula
krista ampularis (=kupulolitiasis).
• Tersering adalah kanalitiasis di kanalis semisirkularis
posterior. Paling jarang adalah anterior.
Pemeriksaan standar klinis dari BPPV adalah dengan
manuver dix-hallpike. Patognomonik  nistagmus (+)
seringkali rotasional/ geotropik, dengan latensi dan durasi
terbatas. Dix-hallpike positif mengindikasikan BPPV
posterior, bila negatif bisa jadi BPPV di kanal lain atau
• Terapi BPPV:
• Observasi: bila gejala ringan dan umumnya remisi
spontan dalam beberapa minggu-bulan.
• Medikasi vestibulosupresan, misalnya antihistamin:
hanya untuk meringankan gejala.
• Reposisi kanalith dengan berbagai manuver.
• Operasi.
ANEUVER
Redistributed
particles .. le\ �
�:.rt�les semici,cular

1n
� �

The hell<! may be rapidly turned "The d inioan rota1es me


even tunhie, to ahnos1 r:.ce tnc pat1en1 s
floor head townrel
supine 1he
position affected
W\tn eat.
the ncad
The pat,en1
otated ,s recume<f
bac:k lb to 1he then

/
upnght
normalpos,tion. and the head tS lowers lhe pa11ooc backwatd to
r lOO

hang,ng """' ,,,. �,.,es


edge.

The head Is 1Uffled lunher. se The head l.s tutned co the othe,
1ha1 side.
the ear 1s parallel co the ftoo,
Brandt-Darrof Maneuver
Semont Maneuver
D. Serumen prop; gliserin
53 10% 3 hari
• Anak 13 tahun, gangguan pendengaran
pada kedua telinga, sejak kemarin.

Berenang (+). Keluhan lain (-).

PF: massa berwarna kecoklatan di kedua
liang telinga.

Diagnosis dan terapi farmakologis yang


sesuai adalah...
SERUMEN PROP
IMPAKSI SERUMEN: ADANYA SUMBATAN LIANG TELINGA OLEH
SERUMEN (KASUS TERSERING)
• FAKTOR RISIKO: manipulasi mekanik liang telinga kronik
• GEJALA DAN TANDA: gangguan pendengaran tipe konduktif
• DIAGNOSIS: ditemukan serumen dengan otoskop

BUKU AJAR THT FK UI


Tatalaksana

• Hindari membersihkan telinga secara berlebihan


• Hindari memasukkan air atau benda asing apapun ke
dalam telinga
• Indikasi mengeluarkan serumen:
• sulit melakukan evaluasi membran timpani
• otitis eksterna
• eklusi serumen  tuli konduktif
• Serumen yang lembek  dapat langsung dikeluarkan,
contoh alatnya (curettes, forceps, spoons, hook)

• Serumen yang keras  dilunakkan lebih dahulu dengan


tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.

Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam
liang teling dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air
hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
54 E. Azitromisin

Wanita 56 tahun, nyeri telinga kanan, sejak 3


hari.
PF: nyeri tekan tragus (+), MAE hiperemis
dan edema 2/3 bagian dalam, sekret (+).

Diagnosis : OE difusa
Tatalaksana?
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar  adnexa kulit (+)  furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada jar. Longgar) saat menekan
perikondrium atau membuka mulut, ggn
pendengaran
• DIFUS
OE AKUT
– 2/3 dalam  kulit liang telinga hiperemis dan
edema tidak jelas batasnya
– ETIOLOGI: Pseudomonas
KLASIFIKASI – GEJALA: nyeri tekan tragus, liang telinga sempit,
OTITIS EKSTERNA sekret bau

• Infeksi difus
OE MALIGNA
• Terutama pada orang tua atau imunokompromise
• ETIOLOGI: P. Aeruginosa
GEJALA: rasa gatal + nyeri, pembekakan liang telinga,
paralisis facial jika iritasi n.VII, dapat ditemui
pertumbuhan abnormal jaringan granulasi (massa) di
liang telinga luar
Acute diffuse otitis
externa
• Swimmer's ear
• Commonest form of otitis externa
• Usual pathogens - Pseudomonas aeruginosa,
Staphy lococcus aureus , Proteus mirabilis
• Symptoms - pain/itching/ aural fullness/ hearing loss
• 0/E - tenderness/ narrow EAC with congested,
oedematous skin/ clear or purulent
exudates Swimming
is Fun!
Swimmer'
s
Ear is Not!
TATALAKSANA
• BERSIHKAN LIANG TELINGA  langkah awal untuk
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya
penetrasi obat
• Antibiotik dalam bentuk tampon lebih efektif
• Topikal antibiotik
• Kombinasi Neomisin & Polimiksin B
• Ofloxacin atau ciprofloxacin
• Gentamicin
• Topikal steroid  membantu megurangi inflamasi
• Hydrokortison

• Dexametason
• Prednison
55 E. Arteri faringeal ascendens
A. Pemasangan tampon
56 anterior selama 2 hari
• Anak 9 tahun, mimisan.
• Rinoskopi anterior  hiperemis dan
darah (+).
• Rinoskopi posterior  normal.

Sumber pendarahan di kasus, KECUALI…


Tindakan yang tepat adalah...
A n a t o m y of t he m e d i a l nasal wall

Postw"ior
A n t e r io r
e t h m o ld a J
e t h m o ld a l
ar t e r y
artery
Sphenopalatine
artery

Superior lablal ---·••


artery {from the
facial artery)

Blood supply to the nasal septum, demonstrating Kiesselbach's plexus.


Graphic 54180 Version 3.0

C!;> 2 01 6 U p To O a t e , I nc . A l l r i gh t s r e s e r v ed .
EPISTAKSIS

EPISTAKSIS ANTERIOR EPISTAKSIS POSTERIOR


• UNILATERAL (umumnya darah berhenti • SERING BILATERAL SAMPAI TERLIHAT DI
spontan) FARING (biasa pada ORANG TUA)
• PEMBULUH: PLEKSUS KIESSELBACH • PEMBULUH: A. ETMOIDALIS
ATAU A.ETMOIDALIS ANTERIOR POSTERIOR, A. SFENOPALATINA
• PENCETUS: PANAS, UDARA DINGIN DAN • PENCETUS = EPISTAKSIS ANTERIOR +
KERING, MENGOREK-NGOREK HIDUNG ASPIRIN JANGKA LAMA, LEUKEMIA
• TATALAKSANA: TEKAN CUPING HIDUNG • TATALAKSANA: PASANG TAMPON
(10-15 MENIT); TAMPON ANTERIOR (+ BELLOCQ 72 JAM (+ tampon anterior).
vaselin, salep antibiotic, epinefrin) INDIKASI RAWAT !!

Pemasangan tampon anterior dan posterior


https://www.youtube.com/watch?
v=SCLkvQPrFlc
57 A. Corynebacterium diphteria, batang
gram positif, aerob, tidak berspora
B. Eritromisin 25-50mg/kgBB/hari selama
58 14 hari
• Anak 9 tahun, demam batuk pilek, 4 hari.
• Nyeri menelan.

Lapisan putih, bila


diangkat, mukosa
di bawahnya
mudah
berdarah

Diagnosis yang tepat adalah...


Medikasi yang sesuai adalah...
Tonsilitis Difteri
• Penyebab:
Corynebacterium
• diphteriae
Gejala dan tanda klinis:
• Demam
• Nyeri menelan Bakteri gram
positif
• Tonsil membesar ditutupi Non motil
bercak putih kotor. Tidak berspora
Aerob
• Membran akan berdarah Menghasilkan
toksin
bila diangkat.
• Komplikasi: limfadenopati
servikal  bull neck
Tonsilitis Difteri
• Diagnosis: klinis dan/atau pemeriksaan preparat
langsung kuman yang diambil dari permukaan
bawah membran semu
• Terapi:
• ADS (anti difteri serum) 20.000-100.000 unit 
diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur.
• Antibiotik  penisilin/ eritromisin 25-50 mg/kgBB
dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.
• Kortikosteroid 1,2mg/kgBB per hari untuk
mempercepat penyembuhan.
BUKU AJAR THT-KL. Edisik ke-6. FKUI
• Antipiretik analgetik.
Tonsilitis Akut Vs Kronik
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik

Etiologi EBV atau streptococcus β hemolitikus Streptococcus β hemolitikus, dengan faktor


risiko: perokok, higienitas mulut jelek,
makanan tertentu, cuaca, kelelahan,
pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat
Gejala Disfagia, odinofagia, demam, lesu, Rasa mengganjal di tenggorokan, rasa
nyeri sendi, otalgia kering, halitosis
PF Tonsil bengkak, hiperemis, detritus Tonsil membesar, permukaan tidak
rata,
(leukosit PMN): folikel/ lakuna, kripta melebar, terisi detritus
membran semu, limfadenopati, nyeri
tekan
Terapi(+) Viral: istirahat, minum cukup, Menjaga higien mulut, tonsilektomi jika:
analgetik or antivirus jika berat. infeksi berulang, gejala sumbatan, curiga
Bakteri: penisilin, eritromisin, neoplasma
antipiretik dan obat kumur.
Tonsilitis
lakunaris

Tonsilitis kronik: tonsil membesar,


kripta melebar
Tonsilitis Folikularis
59 D.Otitis Media Efusi
Laki 35 th
Pendengaran berkurang
Riwayat batuk pilek +
Hidung mukosa pucat, tonsil normal, faring
hiperemis.
MT tampak suram tidak hiperemis dengan refleks
cahaya menurun, tes valsava (-), tampak air fluid
bubble dalam cavum timpani

Apa diagnosa kasus tersebut?


OTITIS Anamnesa14

MEDIA EFUSI •

Telinga terasa penuh, terasa
ada cairan (grebeg-grebeg
Pendengaran menurun

• Peradangan non bakterial mukosa kavum • Terdengar suara dalam telinga
timpani sewaktu menelan atau
• menguap
Ditandai terkumpulnya cairan yang tidak • Pemeriksaan fisik :
purulen (serous atau mucus) tanpa tanda • imobilitas gendang telinga pada
• infeksi penilaian otoskop pneumatik.
Etiologi
• Kegagalan fungsi tuba eustachius •
MT terlihat lebih kusam dan
• Alergi
• keruh.
• Otitis media yang belum sembuh sempurna Maleus tampak pendek,
• Infeksi virus • retraksi
dan berwarna putih kapur.

reflek cahaya berubah atau
menghilang
garpu tala : untuk membuktikan
TATALAKSANA :
adanya tuli konduksi10
DEKONGESTAN, MIRINGOTOMI,
PIPA
GROMET
Otosklerosis
• Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalamai spongiosis
di daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak
• dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik
Awal penyakit akan muncul tuli konduktif yang dapat menjadi
• tuli
• Pendengaran
campur terasasudah
bila penyakit berkurang secara progresif
menyebar ke koklea
• Keluhan lain: tinitus dan terkadang vertigo
Gejala : sering bilateral, perempuan lebih banyak dari laki-laki, antara 11-
• Lebih
45 tahun
• Pemeriksaan :
• Membran timpani intak, tuba paten
• Dapat ditemukan gambaran membran timpani yang kemerahan karena
• pelebaran pembuluh darah promontium (Schwarte’s sign)
Pasien merasa pendengaran terdengar lebih baik dalam ruangan bising
(paracusis willisii)
Schwartze sign  otosklerosis
60 A. Laringitis Akut

• Pria 33 tahun, Keluhan suara hilang


sejak 3 minggu
• Demam +, nyeri tenggorokan,
batuk kering, suara serak.

• Apa diagnosa kasus tersebut?


Laringitis
• Akut / Kronis (>3 minggu)
• Penyebab : infeksi virus/bakterial, vocal
misuse,

eksposur bahan kimia/ asam lambung
Dapat bermanifestasi ISPA lainnya (batuk,
• demam, nyeri tenggorok) dengah khas yaitu :
suara serak/hilang
• Diagnosa : laringoscopy  laringoedema
dengan tanda radang. Singkirkan DD lainnya
Medscape
Terapi : Antibiotik gram+, PPI, analgesic,
istirahat suara, O2. Penggunaan
steroid/antihistamin tidak terbukti bermanfaat.
61 B. Rinitis alergi persisten
ringan
• Pria 21 tahun, sering bersin. Atopi (+).
• Hampir setiap hari dan >4 minggu.
• Tidak mengganggu aktivitas.

Diagnosis yang tepat adalah…


Rhinitis Alergi
• Atopi  • PF:
• Allergic shiner
Hypersensitivitas Tipe • Allergic crease
I • Allergic salute
• Gejala • Mukosa konka pucat/
• Bersin berulang livid
• Hidung tersumbat • Sekret cair, bening
• Rhinorea + gatal • Tatalaksana
• Konjungtivitis alergi • Hindari pencetus
• Post nasal drip • Antihistamin
• Steroid intranasal
Intermittent Persistent
symptoms symptoms
• <4 day s per • >4 day s/ w eek
• week or <4 weeks • and >4 w eeks

Mild Moderate-Severe
all of the following one or more items
• normal sleep • abnormal sleep
• no impairment of daily activities, • impairment of daily activities,
sport, leisure sport, leisure
• no impairment of work and • impaired work and school
• school no troublesome • troublesome symptoms
symptoms
ARIA Guidel ines: Recommendationsf o r
M a n age m e n t of A ll e r gic Rhinitis

.
.
Ima-nasal steroid
Local cromone

.... . .
Leukotriene receptor
antagonists
.

. . . ..
Intranasal decongestant (<10 days) or oral
decongestant

ARIA= Allergic Rhinitis and its tmpect on Asthma.


Prof OR Or Any.ant.a Harsono SpAIKt 20
Boo s� el e l a l. JAl/erpy C5n lmmunol. 2001 .10 8 ( 5
s uppl) .S147 .
ARIA 2007
-�_g_des..aRd- sites-ef actlon.ct.allergic
rhinitis
pharmacotherapies
rstarrune Immediate
Antihistamines
Leukotrienes rhinitis
symptoms
Prostaglandins
• Itch, sneezing
Bradykinins, PAF
• Watery discharge
• Nasal congestion

Sodium cromoglycate

lmmuno-
T cell
(mast cell)
I Chronic rhinitis
symptoms
• Nasal blockage
• Loss of smell
GM.CSF
therapy • Nasal hyperreactivity
62 B. Hiperakusis

• Tn. Rano, 38 tahun, sehari-hari


bekerja sebagai DJ club malam
selama 15 tahun. Hasil tes penala:
Tes rinne (+) telinga kiri dan
kanan. Tes Weber lateralisasi
telinga kanan. Swabach kiri
• memendek, kanan normal.
Dx ke arah NIHL
• Fenomena sangat sensitif terhadap
frekuensi tertentu? Hiperakusis
NIHL
• Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced
hearing loss / NIHL ) adalah tuli akibat terpapar oleh bising
yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
• biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja
Tuli akibat bising merupakan jenis ketulian sensorineural
yang paling sering dijumpai setelah presbiakusis.

Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea
terutama sel-sel rambut. Daerah yang pertama terkena
adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya
degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi
kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadap
stimulasi.
NIHL  Tuli sensorineural
Noise induce hearing loss
PATOGENESIS
- Stimulasi bising
- Intensitas sedang perubahan silia dan hensen body
- Intensitas keras dan lama kerusakan struktur sel
rambut spt mtokondria, granula lisosom, lisis sel dan
robekan membran reisner
NIHL
• DIAGNOSIS
• Riwayat bekerja di lingkungan bising
• Tes penala tuli sensorineural
• Pemeriksaan audiologi khusus fenomena
rekrutmen
(pendengaran lebih sensitif thp kenaikan intensitas
• bunyi yang kecil
Sulit komunikasi dengan latar belakang bising (Cocktail
• party deafness)
Hiperakusis sering terjadi
Nilai Ambang Batas Bising
• Efek tergantung
• Intensitas
• Frekuensi
• Lama paparan
• Jenis bising
• Sensitivitas
individu
• Peraturan
• Permenakertrans No,
13 Tahun 2011
63 D. Tuli sensorineural telinga kiri

• Pria Usia 38 tahun


• Bekerja sebagai DJ club malam
selama 15 tahun
• Tes rinne (+) telinga kiri

Tes Weber lateralisasi telinga kanan

• Bagaimana interpretasi tes penala


?
Tes penala Buku ajar ilmu THT
FKUI

Tuli konduktif Tuli Normal


sensorineural

Rinne - + +

Weber Lateralisasi ke Lateralisasi ke Di tengah


telinga sakit telinga sehat

Swabach Memanjang Memnedek Sama dengan


(dibanding (dibanding pemeriksa
pemeriksa) pemeriksa)
Tes Rinne
UNTUK MENGETAHUI ADANYA TULI KONDUKSI

Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satu telinga

Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang
telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi

Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala
dipindahkan ke depan lubang telinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC; Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
Tes Weber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan

Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke
telinga kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di
bawahnya, yaitu:
• Di tengah dahi
• Di atas kepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras

Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga  normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli
konduktif bilateral
Lateralisasi ke kiri  tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan  tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Tes Swabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)

Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala
segera dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid
pemeriksa terlebih dahulu, baru ke pasien

Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu ke pemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  tidak terdengar lagi  normal atau tuli
konduktif
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa  masih terdengar  tuli sensorineural (BC
memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu ke pasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  tidak terdengar lagi  normal atau tuli
sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien  masih terdengar  tuli konduktif (BC memanjang)
64 E. Edukasi perubahan
perilaku
• Pria 33 tahun, manager, menderita
sindrom
• metabolik.
Hobi makan fastfood dan minum kopi > 3

gelas/ hari.
Perokok aktif.

Edukasi yang paling sesuai adalah…


Sindrom Metabolik

• Merupakan kumpulan
abnormalitas metabolik
yang meningkatakan risiko
penyakit kardiovaskular

dan DM.
Sebelum memberikan
tatalaksana farmakologi 
• perubahan gaya hidup
dan
perilaku
Obesitas merupakan asal
muasal sindrom metabolik
 penurunan BB krusial!
65 C. Berkesinambungan

• 1 pasien, ditangani oleh dokter


berbeda, namun data rekam
medis tidak lengkap dan tidak
ada
catatan rencana kesehatan
pasien.
Prinsip pelayanan kesehatan yang
DILANGGAR adalah…
Prinsip Pelayanan
Kedokteran Keluarga
• Komprehensif: meliputi kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
• Holistik: mengatasi masalah fisik, psikologis, sosial, dll.

Berkesinambungan

Koordinatif: misalnya ketika pasien memerlukan beberapa
konsultasi spesialis dan pemeriksaan penunjang dalam
waktu bersamaan, juga koordinasi dilakukan kepada

keluarga.
• Kolaboratif: bekerja sama dengan berbagai pihak
• berkaitan
dengan pelayanan kesehatan.
Patient centered
Mencakup seluruh usia
66 D. Psychological barrier
• Pasien berobat ke dokter yang
wajahnya mirip dengan mantan
• suami pasien.
Pasien korban KDRT oleh suami.

Penghalang komunikasi dokter-pasien


yang paling mungkin adalah…
Penghalang Komunikasi
• Physical barrier: penghalang yang bersifat fisik, misal
bising, ruang periksa kotor, dll.

Cultural barrier: perbedaan budaya antara dokter dan
• pasien.
Language/ semantic barrier: perbedaan tata bahasa,
• dialek, jargon, dll.
Perceptual barrier: perbedaan persepsi antara dokter dan
• pasien.

• Interpersonal barrier: pribadi yang tidak mampu


menangkap informasi secara jelas, anamnesa kurang jelas.
• Gender barrier: perbedaan jenis kelamin antara dokter
dan
pasien.
Emotional/ psychological barrier: adanya emosi yang
terlibat antara dokter dan pasien, simpati bukan empati.
67 A. Jumlah peserta senam
pagi
• Program prolanis: senam pagi dan
penyuluhan rutin setiap minggu.

Indikator termasuk indikator output


adalah…
Indikator Kinerja
• Input
• Sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
kegiatan, misal: dana yang dibutuhkan, tenaga yang terlibat,
• peralatan yang digunakan, dll.
Proses
• Serangkaian kegiatan yang dirancang sesuai standar.
• Misal: frekuensi proses, ketaatan terhadap jadwal, ketaatan
• terhadap standar.
Output
• Hasil yang dicapai dalam jangka pendek/ hasil langsung.
• Kuantitas, kualitas, dan efisiensi.
• Misal: jumlah orang yang divaksin, jumlah permohonan yang
terselesaikan, jumlah peserta latihan, jumlah jam latihan
dalam sebulan, jumlah barang yang dihasilkan, dll.
Outcome

Indikator ini lebih utama daripada output,


walaupun produk/ output berhasil dicapai belum
• tentu outcome kegiatan juga tercapai.
• Outcome menggambarkan tingkat pencapaian
atas
• hasil yg lebih tinggi yang menyangkut
kepentingan
banyak pihak.

Hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan
• jangka pendek, baik dampak maupun manfaatnya.
Perbaikan kualitas, peningkatan efisiensi dan

efektivitas, peningkatan pendapatan, dll.
Misal: tingkat pemahaman peserta atas materi
pelatihan, tingkat kepuasan pasien, persentase
kemenangan tim dalam setiap pertandingan
selama satu bulan, kenaikan prestasi siswa,
penurunan tingkat kemacetan, dll.
68 B. Organizing
• Kasus DBD meningkat + korban jiwa.
• Program fogging dan penyuluhan
tidak terlaksana dengan baik.
• Tidak ada staf/ tim untuk program
tersebut.

Kasus di atas termasuk dalam


kegagalan fungsi manajemen…
4 Fungsi Manajemen
P-O-A-C
• PLANNING
• Perencanaan - Proses mendefinisikan tujuan kegiatan/
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan,
• penyusunan anggaran belanja.
Faktor
• pertimbangan planning:
• S-specific: jelas, tidak mengundang multiinterpretasi.
• M-measurable: keberhasilannya dapat diukur.
• A-achievable: dapat dicapai, masuk akal.
R-realistic: sesuai dengan sumber daya yang ada, hasilnya
• bermanfaat.
T-time: ada batas waktu jelas, tepat waktu, bisa dinilai
• dan
ORGINIZING
• dievaluasi.
Pengorganisasian - Menyusun struktur organisasi,
staf, ,
pembagian tugas dan jabatan/ tanggung jawab sesuai
kemampuan.
• ACTUATING
• Pelaksanaan – Mengusahakan agar perencanaan
bisa terwujud dengan baik sesuai harapan, upaya
menggerakkan orang mau bekerja, kerja nyata,
mengarahkan, mengkoordinasikan, membimbing.
• CONTROLLING
• Pengawasan – mengamati, menilai, mengkoreksi,
memberikan solusi, termasuk menyusun laporan.
69 A. Upaya kesehatan
• Perbaikan jalan (akses) dari Desa A ke
Pusat Yankes agar menjadi lebih mudah
sehingga kasus gawat darurat dapat
tertangani lebih baik.

Kasus di atas merupakan bagian dari


program SKN…
SKN
• Adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
setinggi tingginya.
• Pelaksanaan SKN: pasal 4 perpres 72 / 2012.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
2012
1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat
70 E. Human resource

• Berikut adalah faktor menentukan


efektivitas dan efisiensi, KECUALI…
Efektivitas dan Efisiensi Jalan
Keluar
• Efektivitas jalan keluar tergantung pada seberapa
besar masalahnya (Magnitude); seberapa penting
jalan keluar tersebut (Important); dan seberapa
mudah masalah tersebut diatasi (Vulnerable).
• Efektif belum tentu dapat dilakukan bila tidak
efisien.
• Efisiensi turut mempertimbangkan biaya (Cost)
yang diperlukan.
• Prioritas = MxVxI dibagi C
71 D. Xerosis mortis

• Berikut ini yang BUKAN tanda pasti


kematian adalah...
TANDA KEMATIAN
• Tidak Pasti : pernafasan berhenti, sirkulasi
berhenti, kulit pucat, tonus otot menghilang dan
relaksasi, pembuluh darah retina tersegmentasi,
pengeringan kornea (xerosis)
• Pasti : lebam mayat (livor mortis), kaku mayat
(rigor
mortis), penurunan suhu tubuh (algor mortis),
pembusukan (dekomposisi, putrefaksi), adiposera
(lilin mayat), mummifikasi
Sumber : Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI
72 C. Pola luka akibat pembekapan
• Jenazah bayi ditempat pembuangan sampah
dan diantar ke RS untuk diotopsi

PF: luka lecet berbentuk seperti bulan sabit
di
sekitar mulut, hidung dan pipi, luka lecet
• berwarna kemerahan, perabaan kasar.
Memar ditemukan disekitar luka lecet dan
selaput mukosa bibir
Wajah tampak gelap, sklera mata merah,
mukosa bibir dan ujung jari kebiruan.
Dtemukan bendungan pembuluh darah di
semua organ dalam  asfiksia
Pola luka pada jenazah bayi tersebut adalah?
Pembekapan (smothering)

• Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke


paru-paru
• Mekanisme kematian: asfiksia

• Tanda: perbendungan sirkulasi pada


organ dalam, petekie, darah lebih gelap
dan encer, busa halus di sal. pernapasan
• Cara kematian:

• Bunuh diri
• Kecelakaan (neonatus yang mulutnya
tertutup bantal)
• Pembunuhan (biasa terjadi pada
kasus
pembunuhan anak sendiri/pada
Pencekikan

• Pencekikan: penekanan leher dengan tangan dinding


saluran napas tertekan penyempitan saluran napas
• udara tidak lewat
Mekanisme kematian: asfiksia dan refleks vagal

Pemeriksaan:
• Perbendungan pada muka dan kepala
• Adanya tanda kekerasan pada leher (luka lecet pada kulit,
berbentuk bulan dabit akibat penekanan kuku jari)

• Luka memar pada kulit akibat penekanan jari
• Fraktur tulang lidah
Tanda asfiksia bila mekanisme kematiannya asfiksia
Kenapa bukan pencekikan?
• Pada kasus tidak ada tanda-tanda kekerasan
pada leher
• Tanda-tanda yang ditemukan lebih cocok dalam
kasus pembekapan
73 D. Sekum
• Kasus: mayat yang
tenggelam sudah terjadi
pembusukan. Bagian yang
paling awal membusuk?
• Decomposition: proses degradasi jaringan terutama
protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk
terutama Klostridium welchii. Mulai tampak 24 jam
setelah mati berupa warna kehijauan pada perut
kanan bawah (SEKUM). Larva lalat muncul 36-48
jam setelah kematian, menetas 24 jam kemudian.

Sumber : Ilmu Kedokteran


Forensik FKUI
Tanda pasti kematian
(tanatologi) -1
• Algor mortis: penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan pengeluaran
panas secara terus-menerus
• Livor mortis/lebam mayat: suatu bercak atau noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide)
pada lokasi terendah tubuh mayat akibat penumpukan eritrosit. Mulai tampak 20-30 menit
setelah meninggal, menetap setelah 8-12 jam.
• Rigor mortis/kaku mayat: kekakuan yang terjadi pada otot yang terjadi setelah periode
pelemasan/ relaksasi primer. Mulai tampak setelah 2 jam, dari luar ke tengah, lengkap setelah
12
jam, dipertahankan setelah 12 jam, kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
Tanda Pasti Kematian
(Tanatologi)-2
• Cadaveric spasme/instantenous rigor mortis: kekakuan otot segera
setelah kematian somatis tanpa relaksasi primer
• Decomposition: proses degradasi jaringan terutama protein akibat
autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii.
Mulai tampak 24 jam setelah mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah. Larva lalat muncul 36-48 jam setelah
kematian, menetas 24 jam kemudian.

Adiposera: terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik dalam jaringan lunak tubuh pasca
• kematian
Mumifikasi: terjadi akibat penguapan jaringan dan dehidrasi
jaringan yang cukup berat
Sumber : Ilmu Kedokteran
Forensik FKUI
74 A. Lebam pada ujung-
ujung
ekstremitas
• Tn. X, 20 tahun, ditemukan meninggal
gantung diri di kamar kosnya
• Ia langsung diturunkan dan
dibaringkan terlentang di lantai
• segera setelah ditemukan
Terakhir kali terlihat sedang berbicara
• 8 jam sebelumnya
2 jam setelahnya ia dikirimkan ke
• Hasil pemeriksaan?
rumah sakit untuk di periksa
Visualisasi skenario
H H+8 jam H +10
jam
Terakhir kali terlihat Ditemukan Dibawa ke
berbicara meninggal RS

Perkiraan waktu kematian


= 8 jam sebelum Dibaringkan
ditemukan

H+30 menit: muncul lebam pada H+8 jam: lebam yang ada (pd ujung-ujung
ujung-ujung jari, (lokasi terendah jari) menetap, TIDAK berubah dengan
tubuh) karena poisisi tergantung perubahan posisi (misal dibaringkan). Kecuali
dibaringkan sebelum lebam menetap
75 B.Luka sedang, 351
KUHP
• Alida, 34 tahun, ke dokter  luka terbuka uk. 8
cm
• di lengan atas kiri bagian dalam, 3 cm dari ketiak
Sebagian luka sudah tertutup, namun sebagian
bernanah, permukaan kulit sekitar luka kuning
• kehijauan  Anam: luka karena jatuh saat sibuk di
dapur
• Ada memar kebiruan di pergelangan tangan dan
• Menurut
pipi. KUHP, luka ini termasuk? Pasal yang
mendasari
Dokter menduga kekerasan dalam rumah tangga.
Luka derajat II
Pasal 351 KUHP
• Apakah luka
memerlukan perawatan
medis seperti memberi Jika YA:

infus atau penjahitan Luka derajat II


• luka? (pasal 351
KUHP)
Apakah luka
• menyebabkan gangguan Jika TIDAK:
fungsi?
Luka derajat I
Apakah lokasinya di (pasal 352
• tempat rawan seperti KUHP)
mulut, hidung, leher,
skrotum?
Apakah lukanya
banyak?
• Pasal 352  penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai
penganiayaan ringan.
• Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
• Dari ketentuan pasal-pasal tersebut di atas jelas bahwa apabila penganiayaan itu
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, maka si pelaku dapat dikenakan Pasal 352 ayat (1) KUHP
tentang penganiayaan ringan, bukan Pasal 351 ayat (1) KUHP.
• Namun, jika korban penganiayaan ringan tersebut adalah orang yang bekerja
pada, atau menjadi bawahan si pelaku, maka pidananya dapat ditambah
sepertiganya. Mengenai Pasal 352 ayat (1) KUHP, R. Soesilo dalam buku Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal berkomentar bahwa jika korban penganiayaan adalah ibu atau
keluarga si pelaku (Pasal 356 KUHP) maka tidak lagi termasuk penganiayaan
ringan.
Analisis soal

Pasien mengalami luka:


1. Luka terbuka 8x3 cm
2. Memar kebiruan di
pergelangan tangan
dan pipi
Luka derajat
3. Korban diduga
II
mengalami kekerasan
dalam rumah tangga 
pelaku: keluarga

Anda mungkin juga menyukai