FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA REFERAT
FEBRUARI 2021
HYPERTROPHIC PYLORIC STENOSIS
Disusun oleh :
2008020058
Pembimbing :
PENDAHULUAN
Hypertrophic pyloric stenosis (HSP) adalah suatu kondisi yang terjadi
pada bayi dengan lambung bagian pylorus mengalami penebalan yang abnormal
dimana terjadi hipertropi pada otot pylorus atau gastric outlet sehingga
(1,2)
menyebabkan obstruksi dan mengalami spasme saat lambung kosong. HPS
paling sering terjadi pada usia 2 – 10 minggu ditandai dengan muntah berat tanpa
Hischprung pada tahun 1888. Anak laki-laki lebih banyak menderita HPS
dibandingkan dengan perempuan 4:1. Penyebab lebih banyak pada laki-laki belum
(4,5)
diketahui penyebabnya. Prevalensi berdasarkan penelitian di Amerika Serikat,
kelainan ini terjadi pada sekitar 2-4 per 1000 kelahiran. Kejadian ini jarang
ditemui pada ras Asia dan Afrika. Angka kejadian di Indonesia khususnya Irian
teori infeksi dan teori hiperasiditas. Bukti mengenai faktor genetik antara lain
variabilitas ras, dominan pada laki-laki, peningkatan resiko terhadap bayi yang
macrolid.(4) Kelainan ini banyak diwariskan dari orangtuanya. Ibu yang menderita
kelainan ini cenderung melahirkan anak yang memiliki risiko menderita kelainan
yang sama empat kali lebih tinggi dan apabila terdapat saudara kandung dari
pasien dengan kejadian serupa cenderung 15 kali lebih mungkin untuk terkena
kondisi ini.(6)
usus. Hal ini menyebabkan bayi dengan HPS mengalami muntah segera setelah
makan. Akibat muntah beberapa masalah bisa muncul. Masalah paling serius
adalah dehidrasi dan eletrolit yang dibutuhkan tubuh seperti natrium dan kalium
dnegan HPS. Untuk terapi definitif dari Hypertrophic Pyloric Stenosis adalah
DEFINISI
Hypertrophic pyloric stenosis (HPS) adalah suatu kondisi yang terjadi
pada bayi dengan lambung bagian pylorus mengalami penebalan yang abnormal
dimana terjadi hipertropi pada otot pylorus atau gastric outlet sehingga
dengan muntah berat tanpa disertai cairan empedu yang kemudian mengalami
EPIDEMIOLOGI
Hypertrophic Pyloric Stenosis sering terjadi pada bayi dengan usia
didiagnosis pada mereka yang berusia 3-12 minggu dan sangat jarang lebih dari
12 minggu. Bayi prematur umumnya mengalami gejala lebih lambat dari bayi
yang terlambat jarang terjadi dengan prevalensi 1:100.000 kelahiran. (7,8) Insidensi
HPS sering terjadi pada kulit putih, 2–4 per 1000 bayi lahir hidup tetapi pada
populasi Asia dan Afrika lebih rendah. Angka kejadian di Indonesia khususnya
Irian hanya 0,075 per 1000 kelahiran.(5,9,10) Bayi laki-laki lebih banyak terkena
dari pada perempuan dengan perbandingan 4:1. Alasan kenapa lebih banyak pada
laki-laki tidak diketahui. Terdapat beberapa eviden kejadian HPD 30% meningkat
pada kelahiran anak pertama dan 7% terjadi pada keluarga yang mempunyai
riwayat serupa.(4,5,10) Kematian akibat HPS jarang terjadi dan tidak terduga. Angka
5
ETIOLOGI
Penyebab Hypertrophic Pyloric Stenosis belum diketahui secara jelas
dengan etiologi HSP seperti abnormalitas imuno histokimia, faktor genetik, teori
Sintase (NOS) dan faktor lingkungan. Anak yang lahir dari ibu yang menderita
kelaianan ini memiliki resiko menderita kelainan yang sama empat kali lebih
tinggi dan apabila terdapat saudara kandung dari pasien dengan kejadian serupa
cenderung 15 kali lebih mungkin untuk terkena kondisi ini daripada anak yang
dengan HPS antara lain faktor pemberian asupan seperti pemberian susu formula,
komponen otot pilorus, seperti sel otot polos, faktor pertumbuhan, elemen matriks
ektraseluler, sel saraf dan ganglion, dan sel interstisial Cajal telah dilaporkan.
Studi molekuler menyimpulkan bahwa sel-sel otot polos tidak dipersarafi dengan
Ras
Lebih sering terjadi pada orang kulit putih keturunan Eropa Utara dan lebih
Prematuritas
Lebih sering terjadi pada bayi yang lahir prematur daripada bayi cukup bulan.
Riwayat keluarga
Studi menunjukkan pengaruh yang lebih tinggi dalam hubungan keluarga.
Terjadi pada 20% anak laki-laki dan 10% anak perempuan dari ibu yang
menderita HPS.
memiliki peningkatan resiko HPS. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang
motilitas saluran cerna, bekerja sebagai agonis motilin dan memiliki afinitias
tinggi terhadap reseptor motilin pada antrum dan duodenum bagian atas
jadi tidak jelas apakah peningkatan risiko terkait dengan susu formula atau
sedangkan fundus adalah bagian berbentuk kubah yang berada diatas sebelah kiri
dari cardia dan meluas ke superior melebihi tinggi gastroeofageal junction. Bagian
utama lambung yaitu corpus merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada
corpus lambung dengan duodenum. Terdiri dari antrum pilori, adalah bagian 1/3
distal lambung dan spinchter pylorus merupakan bagian tubulus paling distal dari
lambung. Bagian sphincter pilori secara keseluruhan dikelilingi oleh lapisan otot
optimal.
antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung (kimus). Setiap
Dari 30 ml kimus yang dapat ditampung antrum, hanya beberapa mililiter saja
fluiditas kimus dilambung, dimana semakin encer maka semakin cepat isi
PATOFISIOLOGI
Meskipun Hypertrophic Pylorus Stenosis (HPS) pada bayi adalah kondisi
pilorus dari lambung mengalami penebalan pada dua lapisan otot (sirkuler dan
(HPS), perkembangan terbaru patogenesisis HPS pada bayi antara lain adanya
bukti menunjukkan sel-sel otot polos di HPS pada bayi tidak mempunyai inervasi
relaksasi otot halus, sehingga terdapat kemungkinan tidak adanya saraf ini di otot
10
pilorus, defisiensi dari Nitrit Oksida Sintase (NOS), inervasi abnormal dari plexus
dalam otot pilorus dimana sel otot sirkuler pada HPS secara aktif mensintesis
kolagen dan hal ini bertanggung jawab terhadap karakter dari tumor pilorus,
beta 1, dan platelet derived growth factor-BB dan reseptor oto hipertrofik pilorus
memainkan peran penting dalam hipertrofi otot polos HPS.(7) Penelitian lebih
(NOS) diduga menyebabkan HPS karena memediasi relaksasi otot polos non
kolinergik non adrenergik sepanjang usus yang menyebabkan lapisan otot sirkuler
dari lambung dan pilorus menjadi hipertrofi sebagai kompensasi dari lemahnya
yang dicerna dan disekresi oleh gaster akan dimuntahkan kembali. Makanan yang
tertampung dalam gaster saja dan tidak sampai ke duodenum. Hal ini
bikarbonat.(10)
DIAGNOSIS
Gejala Klinis
Diagnosis HPS sulit dibedakan dengan gastoesofageal reflux pada masa
biasanya timbul pada usia 2 – 8 minggu dan jarang dijumpai setelah bayi berusia 3
bisa saja muntah dengan kuat, mengeluarkan ASI atau susu formula atau
Muntah mungkin ringan pada awalnya dan secara bertahap menjadi lebih
pada mukosa gaster akibat gastritis atau esofagitis. Karena muntah terus
3. Kontraksi perut
Mungkin dapat terlihat kontraksi seperti gelombang peristaltik yang
mengalir di perut bagian atas bayi segera setelah menyusu atau makan
12
tetapi sebelum muntah. Hal ini disebabkan oleh otot perut yang menciba
4. Dehidrasi
Bayi mungkin menangis tanpa air mata atau menjadi lesu. Buang air kecil
masukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan karena banyak muntah.
(6)
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan klinis didapatkan gambarna yang bervariasi. Bayi
datang ke klinisi bisa masih dalam hidrasi baik maupun sudah mengalami
dehidrasi berat. Namun bayi sering datang dengan tanda dehidrasi berupa berat
badan rendah dan nafsu makan yang tak terpuaskan sehingga tampak kening muka
bisa digerakkan, panjangnya sekitar 2 cm, berbentuk seperti buah zaitun, keras,
paling baik diraba dari sisi kiri, dan terletak di atas dan kanan umbilikus di
midepigastrium di bawah tepi hati. Pada bayi yang sehat, makan dapat membantu
terlihat berjalan menyilang perut. Setelah bayi muntah, otot perut lebih relaks dan
bentuk seperti “buah zaitun” (olive sign) lebih mudah diraba. Tanda klinis
dehidrasi dan gizi kurang bahkan buruk dapat ditemukan pada pasien dengan HPS
karena sedikit cairan/ makanan yang masuk ke usus untuk di absorbsi berupa
fontanel yang tertekan, selaput lendir kering, turgor kulit yang buruk dan
kelesuan.(4,10)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin. Terdapat gambaran anemia, gambaran gangguan
asam klorida. Gangguan fungsi ginjal yang berat mungkin sebagai akibat stenosis
14
pilorus, dan pada dehidrasi akan didapatkan kenaikan kadar ureum dalam darah,
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Polos Abdomen
Pada Radiografi abdomen bisa menunjukkan perut berisi cairan atau
(diameter > 7 cm) dengan isi cairan atau udara dengan gambaran gas di
Gambar 1.4 Posisi supine pada bayi yang muntah menunjukkan caterpillar
sign dari hiperperistaltis lambung yang aktif
15
klinis olive sign dan anak stabil, konfirmasikan dengan pemeriksaan USG. USG
menjadi modalitas pilihan untuk diagnosis HPS. Selain sensitifitas dan spesifitas
yang tinggi, USG bebas dari radiasi dan dapat mengikuti visualisasi dari muskulus
tetapi tidak tampak massa berbentuk olive pada daerah hipokondrium kanan,
maka ultrasound digunakan untuk melihat penebalan dari otot pilorus, dan
transduser 7,5 - 13,5 MHz-linear dengan posisi supine pada anak. Ketika massa
lebih besar dari 17 mm dan tebal dinding otot lebih besar dari 4 mm maka dapat
pseudomass.
tahun. Pemeriksaan UGI dengan kontras pada HPS menunjukkan tanda tidak
langsung berupa adanya efek pilorus pada lumen. Pada kasus-kasus yang
pemeriksaan agar tidak terjadi refluks dari isi lambung. Kriteria primer diagnosis
pilorus, elongasi saluran pilorus ke lambung dan duodenum. Bahan kontras yang
melalui saluran pilorus menyebabkan lumen kanal terurai, pada beberapa kasus
bahan kontras terlihat melalui lebih dari satu saluran dengan lipatan mukosa, yang
dikenal sebagai double atau triple track sign. Gambaran lain yang ditemukan
17
menyebabkan kontras yang lewat hanya sedikit dan shoulder sign yang
disebabkan karena adanya efek massa dari pilorus yang mengalami hipertropi
pada antrum. Gambaran teat sign merupakan puncak dari kontras di sisi curvatura
minor antrum akibat adanya peristaltik sedang beak sign merupakan gambaran
puncak kontras yang masuk ke dalam saluran pilorus yang menyempit. Dasar dari
mashroom sign atau umbrella sign. Temuan tambahan yang lain adalah adanya
terlambat bukan indikator HPS karena dapat terjadi pada kasus pylorospasme,
DIAGNOSIS BANDING
Adapun diagnosis banding dari Hypertrophic Pyloric Stenosis adalah :
1. Spasme pilorus
2. Refluks gastro-esofagus
Meskipun jarang, refluks gastro-esofagus, dengan atau tanpa hernia hiatus,
3. Trauma serebral-meningitis
5. Hirscprung Disease
Keterlambatan pengeluaran mekonium pertama yang >24 jam yang
6. Aklasia Esofagus
Muntah persisten dan pada foto thorax sering ditemukan pneumonia
setelah lahir dan dapat dibedakan dengan stenosis pilorus dengan palpasi
7. Bezoar
Muntah intermiten, sering disebabkan karena menelan nasi/pisang pada
8. Obstruksi Duodenum
Atresia, stenosis atau malrotasi duodenum. Bayi baru lahir dengan muntah
bilier dan persisten sejak lahir menyebabkan gambaran klinis yang sama
dengan stenosis pilorus tetapi mungkin tidak ada massa yang bisa diraba.
9. Atresia Jejunum
Tampak beberapa gelembung udara.
10. Intususepsi
Masuknya segmen proksimal usus (intususeptum) ke dalam lumen usus
distal (intususepien). MK: sakit perut bagian atas, defekasi darah dan
dengan alkalosis (siklus urea) atau asidosis (asidemia organic) dan letargi,
tumor yang bisa diraba, asidosis metabolik, serta peninggian kalium serum
20
diferensiasi.
merupakan pylorus yang hipertrofi. Bila tumor sulit diraba pemeriksaan dengan
barium meal memastikan memberikan informasi yang konklusif. Bayi yang sangat
reaktif terhadap rangsang dari luar, yang diberi makan oleh perawat yang tidak
gejalanya mirip dengan stenosis pilorus. Muntah dengan diare memberi kesan
menderita diare. Sangat jarang membran pilorus atau duplikasi pilorus bisa
menyebabkan muntah proyektil yang bisa terlihat dan pada kasus duplikasi suatu
PENATALAKSANAAN
1. Perbaikan Keadaan Umum :
Terapi awal dari HPS adalah memastikan status hidrasi pasien. Pemasangan
stabilisasi pasien.(4)
Lambung dibilas dengan larutan NaCl untuk mengeluarkan sisa barium bila
Transfusi darah dan atau plasma/albumin bila terdapat anemia atau defisiensi
protein serum. Bayi harus menerima cairan awal bolus (20 mL/kg) kristaloid
isotonik.
21
di stop dan dilakukan aspirasi semua isi lambung melalui NGT. Biasanya isi
dengan saline sampai evakuasi lambung adekuat. Setelah isi lambung kosong,
mEq/L. Terapi cairan harus dilanjutkan sampai bayi mengalami rehidrasi dan
kadar bikarbonat serum kurang dari 30 mEq/L, yang menyatakan bahwa alkalosis
apnea pasca bedah, yang mungkin merupakan akibat dari anastesi. Kebanyakan
bayi bisa berhasil rehidrasi dalam waktu 24 jam. Muntah biasanya berhenti bila
nasogastrik.(2,10)
2. Pembedahan
Perawatan definitif untuk HPS adalah operasi korektif. Prosedur bedah
komplikasi yang lebih sedikit, mengurangi waktu makan oenuh dan lama tinggal
di rumah sakit. Untuk segi kosmetik jangka pangjang lebih bagus pada
Gambar 1.12 Diagram lambung normal, lambung dengan HPS pra bedah
dan pasca bedah
23
selama 2 jam pertama setelah operasi. Lanjutkan cairan rumatan IV sampai bayi
dapat dimulai dalam 8 jam setelah operasi. Target pemberian makan bertingkat
biasanya dapat dimulai setiap 3 jam sekitar 2-4 ons atau berdasarkan jumlah yang
disarankan oleh dokter. Tidak perlu melakukan pemeriksaan USG dan Barium
UGI karena selalu menunjukkan pilorus yang sudah berubah bentuk dan hasilnya
sulit ditafsirkan. Bayi sudah bisa mulai diberikan ASI dalam 12-24 jam. Beberapa
kasus muntah bisa berlanjut selama beberapa hari adalah hal normal, sehinga
pemberian makan dapat tetap dilakukan. Namun jika muntah masih berlanjut,
hentikan pemberian makan selama 2 jam, kemudian berikan lagi. Bayi dapat
Namun jika bayi muntah sebagian besar atau semua saat menyusu atau makan
lebih dari 2 kali sehari, hubungi dokter. Sayatan pada bayi harus tetap bersih dan
kering, dan tidak boleh dimandikan di bak selama 1 minggu. Perban dibiarkan
tetap pada tempatnya dan hanya dilepaskan sesuai dengan petunjuk ahli. Biasanya
atropin baik secara Intravena maupun oral dengan tujual pengobatan untuk
bervariasi antara 76 – 100% dengan lama rawat inap rata-rata selama 13 hari.
Dosis atropin untuk intravena untuk pengobatan HPS dalam penelitian berkisar
0,4 mg/kgBB/ hari dan diberikan selama 1-10 hari. Dilanjutkan dengan atropin
24
selama 3 minggu sampai 4 bulan. Terapi ini dianggap gagal jika terdapat total 5
atau lebih episode muntah proyektil selama 72 jam pertama terapi atropin
PROGNOSIS
Prognosisnya sangat baik setelah pembedahan, bayi masih sekali-sekali
muntah, namun dapat sembuh sempurna. Sarankan orang tua untuk meningkatkan
untuk melihat penambahan berat badan. Gejala sisa jangka panjang dari
dengan acetaminophen.(4,10)
KOMPLIKASI
1) Perforasi mukosa. Pada kasus dimana perforasi mukosa tidak terdeteksi,
akan sembuh sendiri dan tidak terlalu diperhatikan pada periode pasca
terdeteksi.
25
pasca operasi. Masalah ini susah dideteksi lagi jika dilakukan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Ma’ruf F. Pemeriksaan Radiologi Pada Kasus Hipertrophy Pyloric Stenosis
(HPS). Jurnal Kedokteran. 2019;4(1):634.
9. Marion RW, Levy PA. Stenosis Pilorus dan Anomali Lambung Kongenital
Lain: Bherman RE, Kliegman R, Arvin AM, Wahab AS, editors. Dalam:
Nelson Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Jakarta: EGC; 2000. p. 1305–7.
11. Juffrie M. Saluran Cerna yang Sehat : Anatomi dan Fisiologi. Anatomi dan
Fisiologi. 2018;(June):1–12.