Anda di halaman 1dari 52

REFERAT

KANKER PARU
pembimbing : dr Ari Prabowo, Sp.P

Oleh
Putri Anggana Dewi

SMF pulmonologi RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang


Kepaniteraan Klinik Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
2018
Definisi

 Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup


keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) maupun yang
berasal dari organ lain (sekunder).

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Etiologi

Umumnya tidak diketahui namun beberapa paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor utama disamping adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh dan genetik.
Merokok
Iradiasi
Genetik
Diet
Polusi udara

Stover DE. Women, smoking and lung cancer. Chest 2010; 113:1-2.
Patogenesis
 Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya
zat yang bersifat initiation yang merangsang
permulaan terjadinya perubahan sel
 Keadaan selanjutnya akibat keterpaparan yang lama
ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan
terbentuknya formasi tumor
 Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/
sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen
 pengendapan karsinogen menyebabkan metaplasia
,hyperplasia dan displasia
 Bila lesi perifer menembus ruang pleura, biasanya
akan timbus efusi pleura, dan diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra
 Lesi sentral menyebabkan obstruksi dan ulserasi
bronkus diikuti dengan supurasidi bagian distal

Sun S, et al. Nature Rev 2007;7:778-790


Patogenensis

Wong, E. Lung cancer ; pathophysiology of lung cancer . McMaster pathophysiology review . 2012
Wong, E. Lung cancer ; pathophysiology of lung cancer . McMaster pathophysiology review . 2012
Klasifikasi menurut lokasi timbulnya tumor

 Tipe sentral : tumor yang timbul di bronkus proksimal dari ostium bronkus segmental

 Tipe perifer : tumor yang timbul di bronkus distal dari ostium bronkus segmental, yaitu
dari bronkus subsegmental hingga alveolus

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Klasifikasi berdasarkan karakteristik biologis
dan metode terapi
 Karsinoma paru sel kecil
 Menempati 20-25% dari seluruh karsinoma paru
 Derajat keganasan tinggi
 Mudah bermetastasis
 Memerlukan terapi gabungan dengan kemoterapi sebagai terapi utama
 Karsinoma paru bukan sel kecil
 karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma sel besar (KSB), dan jenis lain yang jarang
ditemukan
 Semua karsinoma paru lain selain karsinoma paru sel kecil, menempati 75-80% dari seluruh karsinoma
paru.
 Terapi karsinoma paru jenis ini umumnya operasi sebagai terapi utama dalam terapi gabungan.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ;2017
Deteksi Dini
Kelompok pasien risiko tinggi

Usia > 40 tahun dengan riwayat


merokok > 30 tahun dan berhenti Kelompok faktor risiko lainnya
merokok dalam kurun waktu 15 tahun yaitu :
sebelum pemeriksaan 1.pajanan radiasi, paparan okupasi
terhadap bahan kimia karsinogenik,
2.riwayat kanker pada pasien atau
Usia ≥ 50 tahun dengan riwayat keluarga pasien,
merokok ≥ 20 tahun dan adanya 3. riwayat penyakit paru seperti
minimal 1 faktor risiko lainnya PPOK atau fibrosis paru

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan


kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Low dose CT scan Indonesia ;2017
Manifestasi klinis
Gejala intra pulmoner : batuk berulang, sesak napas, nyeri dada, batuk darah(gejala respirasi
yang tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa pada pasien
“kelompok risiko”

Gejala intratorasik
ekstrapulmoner Menekan struktur di dalam mediastinum, dengan akibat :
N. Phrenicus : parese / paralisis diafragma
N. Recurrens : parese/ paralisis korda vokalis
Saraf simpatik : sindrom horner
Esofagus : diasfagia
Vena cava superior : sindrom vena kava superior
Trakea dan bronkus : sesak
Jantung : gangguan fungsional, efusi perikard

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Gejala intratorasik
nonmetastatik Neuromuskular : neuropatia karsinomatosa
Metabolik endokrin : cushing syndrome, hiperparatiroid, sekresi
ADH, sekresi insulin, ginekomastia, hiperpigmentasi kulit
Jaringan ikat dan tulang : hyperthopic pulmonary osteoarthropathy
Vaskular dan hematologik : migratory thrombophlebitis, purpura, dan
anemia

Gejala intratorasik metastatik Karsinoma bronkogenik adalah satu satunya tumor yang berhubungan
langsung dengan sirkulasi arterial sehingga kanker dapat menyebar
hampir pada semua organ.

Gejala sistemik Penurunan berat badan, nafsu makan menurun, dan demam hilang
timbul

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Diagnosis
1. anamnesis
 Keluhan
 Batuk lama, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri dada, suara serak, sulit/nyeri menelan, penurunan
BB, demam hilang timbul, nyeri kepala, pembengkakan / benjolan di leher, aksila atau dinding
dada. Sembab muka dan leher, disertai nyeri yang hebat
 BB berkurang, Nafsu makan hilang, Demam hilang timbul, Sindrom paraneoplastik
 Kebiasaan
 Pekerjaan
 Riwayat penyakit

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
2. Pemeriksaan fisik

 Inspeksi : simetris, kecuali massa menekan keluar atau efusi pleura


 Palpasi : stem fremitus normal atau melemah bila massa tumor membesar
 Perkusi : normal atau berbeda bila ada massa yang membesar atau efusi pleura
 Auskultasi : vesikuler mengeras, atau melemah, dapat terdengar ronkhi basah bila disertai
dengan pneumonitis.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
3. Pemeriksaan penunjang (radiologis)
 Dilakukan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis serta staging
 foto thorax AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan kecurigaan
terkena kanker paru.
 Jika pada foto thorax ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan, pemeriksaan CT scan
dilakukan untuk mengevaluasi lesi tersebut.
 Pemeriksaan USG abdomen dilakukan kecuali pada stadium IV
 Bone scan dilakukan untuk mendeteksi metastasis ke tulang
 PET scan dilakukan untuk mengevaluasi hasil pengobatan.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Foto thorax

 Foto thorax dapat mendeteksi 61% tumor paru.


 Ciri ciri gambaran radiologis pada kanker paru

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
 Menunjukkan lesi yang luas, gambaran
opak yang meluas ke bagian atas paru,  Kolaps pada bagian paru kiri,
terlihat juga nodul di bagian kanan bawah hampir selalu terjadi pada
paru yang menunjukkan metastase,
paratrakeal kanan menunjukkan endobronchial bronchogennis
lemfadenopati, dan efusi pleura minimal carcinoma
pada paru kiri
CT SCAN

 Teknik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik dari foto thorax.
CT scan dapat mendeteksi tumor paru dengan ukuran <1cm secara lebih tepat.
 Dapat memperlihatkan gambaran bila ada penekanan terhadap bronkus, tumor
intrabronkial, atelektase, efusi pleura, dan melihat keterlibatan KGB.
 CT scan kepala /MRI kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh nyeri
kepala hebat atau adanya parese untuk menilai adanya metastasis ke otak

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
 Non–small cell lung cancer. Kolaps pada bagian atas paru kiri hampir selalu terjadi pada
endobronchial bronchogenic carcinoma
Pemeriksaan khusus
1. bronkoskopi
Bronkoskopi adalah Gold Standard untuk mendiagnosis tumor paru. Apabila dilakukan
bronkoskopi akan dapat
menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan tumor intraluminal
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi dan histopatologi
Melihat perubahan pada bentuk cincin trakea samapi ke karina.
Melihat adanya perubahan pada bronkhus utama.
Melihat adanya massa di bronkhus serta percabangannya.
Pengambilan sampel massa atau bronkus dengan bilasan bronkus, sikatan bronkus, dan biopsi
bronkus.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
 Gambaran bronkoskopi massa berada di B5

National Collaborating Center for Acute Care. Lung cancer: The diagnosis andtreatment of lung cancer. Clinical
Effectiveness Unit, London, 2005
2. Endobrachial ultrasound (EBUS)

 dilakukan untuk membantu menilai kelenjar getah bening mediastinal, hilus, intrapulmoner
juga untuk penilaian lesi perifer dan saluran pernapasan

 mendapatkan jaringan sitologi dan histopatologi pada kelenjar getah bening yang terlihat
pada CT scan toraks maupun PET CT scan.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
 Biopsi Aspirasi Jarum : Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya
karena amat mudah berdarah sebaiknya dilakukan aspirasi biopsi jarum
 Transbronchial Needle Aspiration (TBNA) : TBNA di daerah karina atau trakea 1/3 bawah
(2 cincin diatas karina) pada posisi jam 1 bila tumor berada di kanan akan memberikan
informasi ganda yakni didapatkannya bahan untuk sitologi dan informasi metastase KGB
sub karina
 Transbronchial Lung Biopsi (TBLB) Jika lesi cukup kecil dan lokasi agak di perifer serta
adanya sarana fluoroskopi maka biopsi paru lewat bronkhus dapat dilakukan

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
 Transthorasic Needle Aspiration (TTNA) Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari
2cm, TTNA dilakukan dengan bantuan fluoroskopi atau USG. Namun jika lesi lebih kecil
dari 2cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTNA dengan bantuan CT Scan
 Biopsi Transtorakal (Transthorasic Biopsy/TTB) Biopsi dengan TTB dilakukan terutama
untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2cm, sensitivitasnya mencapai 90%-95%
dan dilakukan dengan bantuan CT Scan
 Biopsi KGB Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula,
leher atau axila, apalagi jika diagnostik sitologi/ histologi primer di paru belum dikatahui

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Pemeriksaan lainnya

 Pleuroscopy dilakukan untuk melihat masalah intrapleura dan menghasilkan spesimen


intrapleura untuk mendeteksi adanya sel ganas pada cairan pleura yang dapat merubah
stadium dan tatalaksana pasien kanker paru.

 Mediastinoskopi dengan VATS kadang dilakukan untuk mendapatkan spesimen, terutama


penilaian kelenjar getah bening mediastinal, dan torakotomi eksplorasi dilakukan sebagai
modalitas terakhir, jika dengan semua modalitas lainnya tidak ditemukan sel ganas.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Rekomendasi pemeriksaan
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Pemeriksaan patologi anatomi

 Pemeriksaan patologi anatomi mencakup pemeriksaan sitologi dan histopatologi,


pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan jenis tumor

 pemeriksaan petanda molekuler, seperti mutasi EFGR, yang dilakukan apabila fasilitasnya
tersedia

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Pemeriksaan laboratorium

 Sitologi sputum, dikerjakan teurutama pada pasien dengan keluhan batuk, Pemeriksaan
sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini
untuk kanker paru
 Tumor marker, beberapa tes yang dipakai yaitu
 CEA (Carcinoma Embryonic Antigen)
 NSE (Neuron-spesific enolase) yang spesifik untuk SCLC degan sensitivitas sebesar 42%.
 Cyfra 21-1 (Cytokeratin fragments 21-1) yang spesifik untuk SCLC dengan sensitivitas sebesar
50%

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Penentuan stadium

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Pengelompokan stadium

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Tampilan Umum
Skor karnfosky WHO Batasan
90-100 0 Aktivitas normal
70-80 1 Ada keluhan, tapi masih aktif,
dapat mengurus diri sendiri

50-60 2 Cukup aktif, namun kadang


memerlukan bantuan

30-40 3 Kurang aktif, perlu perawatan

10-20 4 Tidak dapat meninggalkan


tempat tidur, perlu dirawat di
rumah sakit

0-10 - Tidak sadar


Tatalaksana

Manajemen terapi untuk kanker paru dibagi dua, yaitu


 kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK = non small cell carcinoma)
kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = small cell carcinoma).

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Kebijakan umum pengobatan KPKBSK

 Pilihan pengobatan sangat tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum penderita,
komorbiditas, tujuan pengobatan dan cost-effectiveness.
 Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, kemoterapi, dan terapi target

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
1. Bedah

 Modalitas ini adalah terapi utama untuk sebagian besar KPKBSK, terutama stadium I-II
dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan
 Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi dan reseksi
sublobaris

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
2. radioterapi

 radioterapi dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif,
kuratif neoajuvan, ajuvan maupun paliatif.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
3. kemoterapi

 Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvan pada stadium dini, atau sebagai
adjuvan pasca pembedahan.
 Terapi adjuvan dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA
 Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika
tampilan umum pasien baik (Karnofsky >60%; WHO 0-2
 Namun, guna kemoterapi terbesar adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan
stadium lanjut

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
4. Terapi target

 Terapi target diberikan pada penderita dengan stadium IV KPKBSK mutasi EGFR positif
yang sensitif terhadap EGFR-TKI.
 Terapi EGFR-TKI yang tersedia yaitu Gefitinib, Erlotinib atau Afatinib.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
5. Terapi kombinasi

 Terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan pada kasus-kasus tertentu, terutama yang
tidak memenuhi syarat untuk menjalani pembedahan.
 terapi kombinasi dapat diberikan untuk tujuan pengobatan pada pasien dengan tampilan
umum baik (Karnofsky >70%) dan penurunan berat badan minimal,
 pasien usia lanjut yang mempunyai komorbiditas berat atau kontraindikasi operasi.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Pilihan Terapi Berdasakan Stadium
 Pada stadium 0, modalitas terapi pilihan adalah pembedahan atau Photo Dynamic Therapy (PDT )
 stadium I, modalitas terapi pilihannya adalah pembedahan yang dapat dilakukan bersamaan dengan VATS.
 stadium IB, dapat diberikan kemoterapi adjuvan setelah reseksi bedah.
 stadium II, terapi pilihan utama adalah reseksi bedah jika tidak ada kontraindikasi. Terapi radiasi atau
kemoterapi adjuvan dapat dilakukan bila ada sisa tumor atau keterlibatan KGB intratoraks, terutama N2 atau
N3
 Pada stadium IIIA, dapat dilakukan pembedahan (bila tumor masih dapat dioperasi dan tidak terdapat bulky
lymphadenopathy), terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga modalitas tersebut
 stadium IIIB, modalitas pengobatan yang menjadi pilihan utama bergantung pada kondisi klinis dan tampilan
umum pasien
 stadium IV, tujuan utama terapi pada stadium ini bersifat paliatif

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ;2017
Kanker Paru jenis Karsinoma Sel Kecil
(KPKSK)
 Secara umum, jenis kanker paru ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, Stadium terbatas
(limited stage disease = LD), dan stadium lanjut (extensive stage disease = ED)
 pasien dengan KPKSK tidak memberikan respon yang baik terhadap terapi target

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
1. Stadium terbatas
 Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari kemoterapi berbasis platinum dan
terapi radiasi toraks
 Kemoterapi dilakukan paling banyak 4-6 siklus, dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika
diberikan lebih dari 6 siklus.
 Pada pasien usia lanjut dengan tampilan umum yang buruk (>2), dapat diberikan kemoterapi
sisplatin,
 pasien dengan tampilan umum baik (0-1) dapat diberikan kemoterapi dengan karboplatin
 Setelah kemoterapi, pasien dapat menjalani iradiasi kranial profilaksis (prophylaxis cranial
irradiation/PCI).
 Reseksi bedah dapat dilakukan dengan kemoterapi adjuvan atau kombinasi kemoterapi dan radiasi
terapi adjuvan pada TNM stadium dini, dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah bening

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
2. Stadium lanjut

 Pilihan utama modalitas terapi stadium ini adalah kemoterapi kombinasi.


 Regimen kemoterapi yang dapat digunakan pada stadium ini adalah sisplatin/karboplatin
dengan etoposid (pilihan utama) atau sisplatin/karboplatin dengan irinotecan
 Pilihan lain adalah radiasi paliatif pada lesi primer dan lesi metastasis.

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Dukungan Nutrisi

Kebutuhan energi 25- 30 kkal/kgBB

• Malnutrisi pada pasien mikronutrien


kanker paru terjadi sebesar pemberian vitamin dan mineral sebesar satu kali
angka kebutuhan gizi
46%
• protein 1,2-2,0 gr/kgBB/hari,
• Malnutrisi disebabkan oleh Makronutrien • lemak 25-30 % dari energi total,
gangguan metabolisme • karbohidrat sisa dari perhitungan protein dan
terkait dengan adanya sel lemak
tumor, dengan gejala
penurunan berat badan (BB) Cairan • usia <55 tahun 30-40 ml/kgBB/hari,
dan kesulitan makan atau • usia 55-65 tahun 30 ml/kgBB/hari,
• usia >65 tahun 25 ml/kgBB/hari
minum akibat efek terapi
antikanker.
Nutrien spesifik • branched-chain amino acids (BCAA),
• asam lemak omega 3

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ;2017
Farmakoterapi

 Progestin
 Kortikosteroid
 Siprohepatadin
 Anti emetik

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Perawatan paliatif

 Dilakukan pada pasien dengan stadium akhir


 Dilakukan pada pasien dengan prognosis buruk
 Paliatif care dapat memperbaiki kualitas hidup dan mengurangi kesakitan dan
memperpanjang hidup pasien.
 Penelitian membuktikan bahwa perawatan paliatif secara dini dapat memperpanjang hidup
pasien kanker paru. Perawatan paliatif juga mengurangi kesakitan, biaya perawatan, dan
memberikan kepuasan yang lebih besar kepada pasien dan keluarga

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia ;2017
Prognosis

Karsinoma sel kecil : 0% karsinoma bronkogenik tipe bukan sel kecil tergantung stadium
dan dilakukan pembedahan atau tidak

stadium
stadium 11 +
+ • karsinoma epidermoid = 54%
operasi
operasi • adenokarsinoma dan sel besar = 51%

stadium
stadium 22 +
+ • Ca epidermoid = 35%
operasi
operasi • adenokarsinoma dan sel besar = 18%

Komite penanggulangan kanker nasional. Pedoman nasional pelayanan Tanpa


Tanpa operasi
operasi • ketahanan hidup 5 tahun, kurang dari 10%
kedokteran : Kanker Paru. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia ;2017
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai