Oleh :
dr. Afiffa Mardhotillah
Share To Social Media:
Pada saat menegakkan diagnosis pankreatitis akut, dokter perlu menentukan jenis pankreatitis
yang diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Atlanta yang direvisi tahun 2013. Pankreatitis akut
diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, yaitu pankreatitis akut ringan,
pankreatitis akut sedang, dan pankreatitis akut berat. [1,4]
Anamnesis
Pada penilaian awal, perlu diperhatikan adakah tanda-tanda kegawatdaruratan yang memerlukan
penanganan segera seperti masalah pada jalan napas, pernapasan, serta sirkulasi. Pada pasien
dengan kecurigaan pankreatitis akut, sangat sering terjadi dehidrasi sehingga perlu diwaspadai
kemungkinan syok hipovolemik. Anamnesis untuk menilai status kesadaran, riwayat mual dan
muntah hebat, riwayat buang air kecil terakhir dapat dilakukan bila pasien dicurigai mengalami
syok. [2,3]
Selanjutnya, anamnesis yang mengarah pada kecurigaan pankreatitis akut seperti adanya nyeri
hebat pada regio abdomen atas yang timbul tiba-tiba (akut), bersifat persisten biasanya di sekitar
epigastrium dan dapat menjalar ke punggung. Nyeri dapat pula dirasakan pada regio abdomen
kanan atas, bersifat difus, atau menjalar ke sisi kiri, bergantung pada daerah pankreas yang
mengalami inflamasi. Gejala lain dapat pula berupa mual dan muntah, serta gelisah, agitasi, lebih
nyaman pada posisi supinasi. [2-5]
Selain itu, penting untuk mengarahkan pertanyaan pada riwayat perjalanan penyakit, riwayat
penyakit sebelumnya, serta gaya hidup misalnya pernah didiagnosis dengan hipertrigliseridemia,
riwayat menderita batu empedu, dan riwayat konsumsi alkohol. [1-5]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan pankreatitis akut, temuan yang didapatkan bisa jadi
beragam, bergantung derajat berat penyakitnya. Beberapa gejala yang umum didapatkan pada
pemeriksaan yaitu:
Demam
Takikardia hingga syok pada kasus berat
Abdominal tenderness dan distensi abdomen terutama pada epigastrium serta dapat
ditemukan defens muskular
Dispnea, berkaitan dengan iritasi diafragma oleh eksudat inflamasi, atau pada kasus berat
akibat efusi pleura karena inflamasi sistemik
Ecchymotic discoloration (Grey-Turner’s sign) pada regio pinggang atau regio
periumbilikal (Cullen’s sign) akibat perdarahan intraabdomen yang biasanya
menunjukkan prognosis buruk
Ikterik, bila didapatkan obstruksi duktus bilier
Teraba massa pada regio epigastrium
Bising usus menghilang, bila terjadi ileus kolon
Panniculitis atau nekrosis nodul lemak subkutan, yaitu nodul kemerahan berukuran 0,5–2
cm dan biasanya terletak di ektremitas distal
Dapat ditemukan poliartritis dan tromboflebitis
Dapat pula ditemukan tanda dari penyakit yang mendasari munculnya pankreatitis akut
seperti hepatomegali, xanthoma, pembengkakan kelenjar parotis pada penyakit
gondongan[1,5,6]
Diagnosis Banding
Karena gejala klinis yang dapat bervariasi dalam menegakkan diagnosis pankreatitis akut, perlu
dipikirkan pula beberapa diagnosis banding yang mungkin memiliki gejala yang mirip, seperti:
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk diagnosis pankreatitis adalah sebagai
berikut:
Serum lipase, biasanya meningkat lebih spesifik pada pankreatitis dibandingkan amilase
dan kadarnya dapat menetap hingga 12 hari. Pemeriksaan darah perifer lengkap dan C-
reactive protein (CRP) untuk menilai leukositosis, hemokonsentrasi, dan penanda
inflamasi
Amilase serum, biasanya akan meningkat setelah 6-12 jam onset hingga 3-5 hari (hingga
≥3 kali lipat dari nilai normal). Beberapa keadaan lain yang dapat meningkatkan kadar
enzim amilase yaitu gagal ginjal, kolesistitis, kelainan kelenjar saliva, gangguan di tuba
fallopi
Profil lipid yang terdiri atas kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida untuk
mengevaluasi kemungkinan etiologi yang mendasari
Alkali fosfatase, bilirubin total, serum glutamic-oxaloacetic transaminase (SGOT), dan
serum glutamic-pyruvic transaminase (SGPT) untuk mencari tanda pankreatitis akut
akibat penyakit batu empedu
Serum elektrolit, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, dan glukosa untuk menilai
derajat komplikasi
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk pankreatitis akut adalah sebagai berikut:
CT Scan: sangat penting dilakukan pada pankreatitis akut untuk menegakkan diagnosis
sekaligus menilai adanya komplikasi intraabdomen dan menilai derajat keparahan
penyakit. Aspirasi perkutan CT-guided dengan pewarnaan gram dan kultur dilakukan bila
terdapat kecurigaan terjadinya nekrosis pankreas terinfeksi
MRI dan magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP): dapat menjadi pilihan
yang lebih menguntungkan dibandingkan CT scan dengan kontras yaitu toksisitas yang
lebih rendah pada nefron, lebih jelas menangkap gambaran acute fluid collection,
nekrosis, abses, dan perdarahan. MRI dan MRCP juga lebih sensitif dalam mendeteksi
pankreatitis akut ringan serta memvisualisasi pankreas dan duktus biliaris.
USG Abdomen: didapatkan pembesaran difus dan pankreas hipoekoik. Melalui USG pula
dapat dinilai keberadaan batu empedu yang mungkin menjadi etiologi
Rontgen abdomen: dapat ditemukan gambaran sentinel loop (dilatasi segmen usus halus)
pada lokasi ileus yang berdekatan dengan pankreas. Dapat pula ditemukan gambaran
colon cutoff sign, yaitu gambaran udara pada kolon proksimal hingga fleksura splenikus
karena spasme fungsional dari kolon desenden akibat penyebaran inflamasi pankreas.
Hanya saja, pemeriksaan rontgen abdomen tidak bermanfaat dalam penegakkan diagnosis
pankreatitis akut.
Rontgen toraks: dapat ditemukan gambaran abnormal seperti elevasi hemidiafragma,
efusi pleura, atelektasis basal, dan infiltrat paru
Pada umumnya, pankreatitis akut didiagnosis bila ditemukan dua dari tiga kriteria berikut:
1. Nyeri hebat di abdomen, biasanya pada regio epigastrium dan dapat menjalar ke
punggung
2. Didapatkan peningkatan kadar enzim pankreas (amilasi atau lipase) ≥3 kali lipat dari nilai
normal
3. Terdapat gambaran karakteristik pankreatitis akut pada CT scan dengan kontras, MRI,
atau USG transabdominal[1,2,5]
Terdapat beberapa sistem skoring yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat keparahan
pankreatitis akut, seperti kriteria Atlanta dan sistem skoring Marshall, kriteria Ranson, kriteria
Glasgow-Imrie, serta sistem skoring Bedside Index for Severity in Acute Pancreatitis (BISAP).
Kriteria Ranson dan kriteria Glasgow-Imrie banyak digunakan pada kondisi rawat inap, namun
memiliki kekurangan baru dapat dihitung secara keseluruhan setelah 48 jam pasien masuk rawat.
[9]
Secara umum seluruh sistem skoring memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Kriteria Ranson menggunakan 11 parameter untuk menentukan tingkat keparahan pankreatitis
akut dengan 5 diantaranya diambil pada waktu awal masuk rawat, sementara 6 sisanya diambil
setelah 48 jam perawatan. [9,10]
Kriteria Atlanta:
Untuk menentukan tingkat keparahan penyakit, dapat digunakan Kriteria Atlanta yang direvisi
tahun 2013:
Pankreatitis akut ringan: tidak adanya gagal organ dan tidak adanya komplikasi lokal
Pankreatitis akut sedang-berat: terdapat komplikasi lokal dan/atau gagal organ transien
(<48 jam)
Pankreatitis akut berat: gagal organ persisten >48 jam (gagal organ persisten
didefinisikan dengan modified Marshall scoring system yang terdapat pada tabel 1)[2]
Skor
Sistem Organ
0 1 2 3 4
Respiratori (PaO2/FiO2) >400 301-400 201-300 101-200 <101
Renal (serum kreatinin dalam
<134 134-169 170-310 311-439 >439
micromol/L)*
<90 <90
Kardiovaskular (tekanan darah <90, pH <90, pH
>90
sistolik dalam mmHg)** Responsif Tidak responsif <7.3 <7.2
terhadap cairan terhadap cairan
Skor >2 pada sistem organ manapun menandakan adanya kegagalan organ
*Skor pada pasien dengan penyakit ginjal kronis yang sudah ada sebelumnya tergantung dari
tingkat keparahan fungsi renal baseline
Kriteria Ranson:
Setiap penemuan yang sesuai dengan parameter dianggap sebagai nilai skor 1, bila tidak ada
dianggap nilai skor 0. Interpretasi skor pada kriteria Ranson dapat menunjukkan angka mortalitas
akibat pankreatitis akut, yaitu sebagai berikut:
Skoring BISAP
Sementara itu, salah satu metode skoring lebih sederhana yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat keparahan pankreatitis akut adalah skoring BISAP (Bedside Index for Severity in Acute
Pancreatitis). Metode ini hanya menilai 5 parameter, yaitu:
Masing-masing parameter memiliki nilai 1 poin, dengan interpretasi total skor <2 poin
menunjukkan angka mortalitas 0-0,5%, total skor 2 poin menunjukkan angka mortalitas 2%,
sementara skor >2 poin menunjukkan angka mortalitas 5-20%. Skoring BISAP memiliki
beberapa keunggulan yaitu dapat segera dihitung dalam 24 jam perawatan serta membutuhkan
parameter pengukuran yang lebih sedikit sehingga dapat lebih memudahkan dalam penilaian.
[10]