PENDAHULUAN
Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis
dan tidak mengandung udara. Tidak adanya udara didalam paru terjadi karena
saluran pernafasan tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk ke
dalam alveolus, sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus diserap
habis oleh dinding alveolus yang banyak mengandung kapiler darah. Penyebab
tidak masuknya udara ke dalam paru disebabkan oleh sumbatan lumen saluran
pernafasan maupun terhimpit dari luar yang mengakibatkan tertutupnya saluran
pernafasan (Rasad,2010)
Himpitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh pembesaran limfe
nodus, tumor, dan aneurisma mengakibatkan atelektasis obstruktif. Tetapi terdapat
juga atelektasis nonobstruktif. Tidak tercukupinya surfaktan dan adanya kompresi
paru dari luar, seperti pada pneumotoraks dan efusi pleura dapat menyebabkan
atelektasis. Dalam hal ini, disebut sebagai atelektasis pasif. Atelektasis juga dapat
menjadi akut dan kronik(djojodibroto,2005)
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat
meliputi sub segmen paru atau seluruh paru. Stenosis dengan penyumbatan efektif
dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (kolaps) dari suatu lobus, dan
radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen
dengan tanda
pengempisan lobus(price,2006)
Secara dasar, Gambaran radiologik atelektasis menunjukan gambaran
pengurangan volume pada bagian paru baik lobaris, segmental, atau seluruh paru,
dengan akibat kurangnya aerasi sehingga bayangan opasifikasi dengan penarikan
mediastinum ke arah atelektasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga
menyempit. Dengan adanya atelektasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami
suatu emfisema kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi
herniasi hemitoraks yang sehat ke arah hemitoraks yang atelektasis.(Tsuei,2008)
BAB II
DASAR TEORI
ATALEKTASIS
2.1.
PENGERTIAN
PENYEBAB
PATOFISIOLOGI
Menururt Malueka, (2006) biasanya atelektasis merupakan akibat dari
kelainan paru yang dapat disebabkan oleh:
1) Bronkus tersumbat, penyumbatan bisa berasal di dalam bronkus (misalnya
tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang masif) atau penekanan
dari luar bronkus (misalnya tumor disekitar bronkus, kelenjar membesar)
2) Tekanan ekstrapulmoner
3) Bisa diakibatkan oleh efusi pleura, pneumothorax, peninggian diafragma,
herniasi organ abdomen ke dalam rongga thorax, dan tumor intrathorakal
namun ekstrapulmoner (tumor mediastinum)
4) Paralisis atau paresis gerak pernafasan, akan menyebabkan pengembangan
paru yang tidak sempurna, misal pada kasus poliomielitis dan kelainan
neurogenik lainnya. Gerak nafas yang terganggu akan mempengaruhi
kelancaran pengeluaran sekret bronkus yang berakhir dengan memperberat
keadaan atelektasis.
5) Hambatan gerak pernafasan oleh kelainan pleura atau trauma thorax yang
menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan menyebabkan hambatan
pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis.
2.4.
2.5.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Rotngen dada akan menunjukkan adanya daerah bebas udara di paru-paru.
Gambaran radiologi:
Gambaran radiologis dari atelektasis biasanya dibagi tanda secara
langsung (direct ) dan tanda tidak langsung (indirect) . Diagnosis
berdasarkan kombinasi dari gambaran radiologi ini (Pearson G, 2002.,
Stoller J, 2002).
1. Direct signs
Direct signs dari atelektasis menunjukkan kehilangan volume pada
lobus yang abnormal.
a) Displacement of interlobar fissure
Displacement of interlobar fissure adalah tanda yang paling baik dari
atelektasis tetapi tidak selalu terlihat. Gambaran spesifik dari fissure
displacement terlibat pada lobus.
b) Crowding of vessels or bronchi
Crowding of vessles or bronchi menggambarkan lobus kehilangan
volume dan diagnosis ini ditegakkan jika tidak terlihat adanya
pergeseran dari fissure.
c) Crowded vessels
terlihat pada pemeriksaan radiologis jika adanya kehilangan volume
tanpa adanya konsolidasi.
2. Tanda indirect
atelektasis tidak berhubungan langsung kehilangan volume di
lobus tetapi akibat sekunder dari penyakit.
a) Elevasi diafragma
Elevasi diafragma terjadi akibat kehilangan volume di daerah
ipsilateral . Umumnya atelektasis di daerah lobus bawah daripada
atelektasis lobus atas. Walaupun sangan sulit untuk melihat daerah
2.6.
TIPE-TIPE ATELEKTASIS
Ada 5 tipe dari mekanisme atelektasis :
a. Resorption (obstructive) atelectasis
Resorption atelectasis yaitu tipe yang umum terjadi, akibat resopsi dari gas
dari alveoli ketika komunikasi antara alveoli dan trakea terjadi obstruksi.
Resoption atelectasis dikenal juga dengan obstruksi atelektasis. Obstruksi bisa
terjadi pada bronchus atau tingkatan bronkiolus. Obstruksi atelektasis terbagi
menjadi dua yaitu obstruksi saluran nafas besar dan obstruksi saluran nafas
kecil.
Obstruksi saluran nafas besar.
Bronchogenic carcinoma adalah penyebab yang penting menyebabkan
obstruksi saluran nafas besar. Perkiraan 2/3 dari squamous cell carcinoma
menyebabkan obstruksi saluran nafas besar dari massa di endobronkial.
Walaupun carcinoma .berbentuk massa tetapi pada pemeriksaan radiologi
c.
Passive Atelectasis
Walaupun membedakan atelektasis passive (relaksasi) dan kategori
kompresi bisa terlihat artificial, ditujukan sumber masalah yang
mengakibatkan terjadi kolaps. Dengan compressive atelectasis
masalah yang dihadapi di intrapulmonary, dimana passive masalah
adalah di intrapleura. Dua penyebab terjadi passive atelectasis yaitu
efusi pleura dan pneumotoraks (Reed J, 2003)
Passive Atelectasis
e.Adhesive atelectasis
Adhesive aletelctasis terjadi ketika lapisan luminal dari dinding alveoli
mangalami perlengketan .Tipe dari atelektasis ini adalah komponen yang
penting dari dua penyakit paru yaitu respiratory distress syndrome dari bayi
yang baru lahir (hyaline membrane disease) dan emboli paru. Kedua
penyakit ini dasar dari terjadi adhesive atelectasis yaitu defisiensi surfaktan.
4
Gambar 5. diffuse opacities dengan air bronchogram (panah) tetapi tidak khas
untuk gambaran radiologis dari adhesive atelectasis (hyaline membrane disease)
f. Cicatrization atelectasis
Cicatrization atelectasis yaiut kehilangan volume yang menyebabkan
penurunan komplians paru. Cicatrizing atelectasis menyebabkan fibrosis
dan bentuk jaringan parut (infiltrasi) di intraalveolar dan daerah
interstistial (interstitial penumonitis). Karena fibrosis paru kehilangan
komplians dan akan mengakibatkan penurunan volume paru. Penyebab
klasik dari cicatrizing atelectasis yaitu tuberkulosis (Fraser R, 1999)
11
POLA-POLA ATELEKTASIS
1. ATELEKTASIS TOTAL
Atelektasis dari seluruh paru akibat sekunder dari obstruksi total dari
bronkus utama dan selalu berhubungan dengan peningkatan opasitas dari
atelektasis paru. Pada penderita terjadi obstruksi parsial atau pneumotoraks
akibat kehilangan volume ini bisa terjadi pada keadaan normal atau
peningkatan radiolusens dari atelektasis paru (Person R, et all, 2002)
Gambar.7 Atelektasis total dari paru , pergeseran mediastinum dan trakea dan
pengecilan dari hemitoraks
12
2. ATELEKTASIS LOBAR
Pola atelektasis lobus atas kanan dan kiri berbeda. Pada lobus bawah
mempunyai pola yang sangat identik .
a.
Frontal (PA atau AP) : Pada gambaran radiologis PA/AP , fissure minor
mengarah ke atas. Gambaran kolaps pada lobus atas kanan pada penderita
bronchogenic carcinoma (lobus atas kanan paling sering ditemukan pada
tumor paru) atau massa sehingga terjadi obstruksi di bronkus, karakteristik
gambarannya yatiu Goldens S sign. Tanda ini adalah kombinasi batasan atas
dari lateral dari fissure minor dengan kehilangan volume, dengan penonjolan
ke arah bawah dari fissura di medial dengan adanya massa di dihilus (Stoller
J, et all 2002)
LATERAL: Pada tampak lateral , fissura minor mengarah keatas dan
mengelilingi ke daerah superior. (Stoller J, et all 2002)
Gambar 8 A
Gambar B
13
b.
PA /AP : Pada gambaran ini fissura minor biasanya tidak terlihat pada
atelektasis lobus tengah. Kehilangan volume pada atelektasis lobus tengah ini
tidak mampu menyebabkan pergeseran mediastinum dan hilus. Atelektasis
pada lobus tengah kanan yang kronik bersifat irreversibel walaupun faktor
penyebabnya telah berkurang.Adanya suatu inflamasi kronis atau
infeksi,brokiektasis dan fibrosis kan mencegah reexvansi (cicatrisial
atelectase). Kolaps dari lobus atas tengah suyang kronik bersifat tidak
obstruksi disebut dengan right middle lobe syndrome (Stoller J, et all 2002)
LATERAL: Pada tampak lateral kolaps lobus tengah terlihat pergeseran
fissura
d.
14
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari atelektasis ini berdasarkan penyebabnya. Pengobatan
atelektasis ini termasuk postoperative kolaps paru, pengangkatan benda asing.
Pada atelektasis lobar dilakukan fisioterapi dada membantu untuk ekspansi
paru. Jika tidak berhasil dalam 24 jam maka bronkoskopi harus dilakukan.
2.9.
PENCEGAHAN
Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas
dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa
diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum
pembedahan.
Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang
menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih
baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu
pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus menerus ke
paru-paru sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran
pernafasan tidak dapat menciut.
15
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1.
Identitas Penderita
Nama
: Ny. K Y
Usia
: 56 th
Jeniskelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Jempono 06/01 Banget ayu Kulon, Genuk. Semarang
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pendidikan
: Akademi
Status
: Menikah
Suku Bangsa
: Jawa (WNI)
Ruangan
: Rawat Jalan
3.2.
Anamnesa (Alloanamnesa)
1. Anamnesis
Pasien seorang perempuan usia 56 tahun datang ke POLI DALAM
RSI Sultan Agung dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas sudah
dirasakan sejak 6 minggu ini , sesak nafas dirasakan terus menerus tidak
dipengaruhi aktifitas maupun udara dingin, pasien tidak tebangun saat
tidur karena sesak nafasnya, sesak nafas berkurang saat pasien istirahat
dan pasien menjadi cemas saat sesak nafas. Pasien juga mengeluhkan
batuk berdarah 3 minggu ini, badan panas.
Riwayat penyakit dahulu
Tuberculosis(+)
Asma (-)
Alergi (-)
Hipertensi (-)
16
alergi (-)
asma (-)
umum
: Baik
Tekanan
darah
: 120/60mmHg
Nadi
: 109x/menit reguler
Pernapasan
: 24x/menit
Suhu
0
: 37,7 C
Tinggi
badan
: 158 cm
17
Beratbadan
: 59 kg
IMT
: 23,6 kg/m
Status generalis
Kulit
: sawo matang
Kepala
Mata
Leher
Paru
:
: ictus cordis tidak tampak
18
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
:
: datar, venektasi (-), jejas (-), gambaran gerak usus
(-)
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Anggota gerak
3.3.
Diagnosis
curiga ateletaksis segmental lobus atas paru kanan
19
3.4.
Pemeriksaan Penunjang
3.4.1. Pemeriksaan Mikrobiologi( 09 September 2015)
pemeriksaan BTA (sputum)
sewaktu I : Air liur
Pagi
: Air liur
sewaktu II : Negatif
Hasil
pandang)
3.4.2. Pemeriksaan Radiologi X foto Thorax ( 22 0ktober 2015)
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan laporan kasus yang telah diuraikan di atas, didapatkan
seorang pasien berumur 56 tahun dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas sudah
dirasakan sejak 6 minggu ini , sesak nafas dirasakan terus menerus Pasien juga
mengeluhkan batuk berdarah 3 minggu ini, badan panas.
21
BAB V
KESIMPULAN
Diagnosis Atelaktasis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan Anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan teori pasien
Atelektasis memiliki gejala klinis berupa gejala respiratorik dan gejala sistemik
jika di sertai oleh infeksi. Pada gelaja respiratorik adanya sesak nafas terus
22
menerus dan dapat terdapat batuk Pada pasien ini dari anamnesis ditemukan sesak
napas yang terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh aktifitas dan cuaca. Pada
pasien ini juga disertai batuk berdahak lebih dari 3 minggu
Pada pemeriksaan penunjang di dapatkan tanda tanda atelektasis,
sehingga dapat dis impulkan bahwa pasien mengalami atelektasis.
23
DAFTAR PUSTAKA