Oleh :
Dya Kusumawati
01.211.6136
Elsita Lisnawati
01.210.6144
Hernanda Rizki P.
01.210.6178
M. Ulil Albab
01.210.6228
Pembimbing
dr. Bambang Satoto Sp. Rad (K)
LEMBAR PENGESAHAN
RADIOGRAPH BASED DISCUSSION
Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinis bagian ilmu radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Nama
:
Dya Kusumawati
01.211.6136
Elsita Lisnawati
01.210.6144
Hernanda Rizki P.
01.210.6178
M. Ulil Albab
01.210.6228
Judul
Bagian
: Ilmu Radiologi
Fakultas
: Kedokteran UNISSULA
Oktober 2015
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari
struktur tulang epiphiseal plate serta cartilage (tulang rawan sendi). (1)
2.2
Anatomi
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang
diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius dan di distal
oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar yang mengandung
fibrokartilago triangularis. Membrana interosea memperkuat hubungan ini
sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu,
patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya
hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang
dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot
antar tulang, yaitu m. supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang
membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang
berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai
dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius. (1)
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus, yaitu tulang lunatum
dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial.
Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan
dorsal, dan ligamen radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna
selain terdapat ligamen dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat
pula diskus artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk
segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulnar.
Ligamen kolateral ulnar bersama dengan meniskus homolognya dan
diskus artikularis bersama ligamen radioulnar dorsal dan volar. yang kesemuanya
menghubungkan radius dengan ulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis
(TFCC = triangularjibro cartilage complex). Gerakan sendi radiokarpal adalah
fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta gerakan deviasi radial dan ulnar.
Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 oleh karena adanya dua sendi
yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi
lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi. (1)
2.3
merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar
atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi
fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk
lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu, seperti yang
terjadi pada fraktur Colles*. Sebaliknya, jatuh pada permukaan tangan sebelah
dorsal menyebabkan dislokasi fragmen distal ke arah volar seperti yang terjadi
pada fraktur Smith*. Pada keduanya masih terdapat komponen gaya ke arah
deviasi radial dan deviasi ulna yang dapat menyebabkan patahnya tulang karpus.
Jatuh pada permukaan tangan bagian volar dengan tangan dalam posisi deviasi
radial dapat menyebabkan fraktur pada tulang navikulare (os skafoid) sedangkan
Jatuh dengan tangan dorsofleksi maksimal dapat menyebabkan dislokasi tulang
lunatum. (1)
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan
kesulitan. Secara klinis, dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles
atau fraktur Smith. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya,
diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang. Hal yang mungkin
terlewat dalam diagnosis adalah adanya fraktur tulang navikulare atau adanya
dislokasi tulang lunatum. Secara klinis pada fraktur navikulare didapati nyeri
tekan pada tabatier anatomik. Diagnosis kedua kelainan ini ditegakkan dengan
foto Rontgen. Pada foto antero-posterior biasa sering tidak terlihat adanya fraktur
navikulare. Untuk ini perlu foto dengan proyeksi oblik 45 dan 135 atau foto
diulang setelah satu minggu karena mungkin retak tidak kelihatan pada cedera
baru. (1)
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat
remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Fraktur
radius distal intraartikuler, dengan patahan distal radius terdislokasi ke arah volar
disebut fraktur Barton volar, sedangkan bila patahan distal pindah ke arah dorsal,
disebut fraktur Barton dorsal. (1)
2.4
antara lain:
1. Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork
deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi,
tubuh beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka
terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi supinasi).
2. Fraktur Smith.
Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse
colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh
dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar
fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.
3. Fraktur Galeazzi.
Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius radius ulna distal. Saat
pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula
rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan
yang memberi gaya supinasi.
4. Fraktur Montegia.
Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna
proksimal.(6)
2.5
Pengobatan
1. Tipe 1 & 2 : istirahatkan sendi siku dengan mitela
2. Tipe 3 & 4 : eksisi
Komplikasi :
1. Kekakuan sendi
2. Osteoarthritis
2.5.2 Fraktur prosesus koronoid
Biasanya terjadi bersama dengan dislokasi sendi siku.Pasien
biasanya mempunyai riwayat jatuh dengan posisi tangan outstretched dan
mengalami deformitas dari elbow. Fraktur koronoid pada anak anak
sering berhubungan dengan dislokasi elbow, fraktur olecranon, fraktur
epicondylus medial, atau fraktur condylus lateral.
Penanganan :
1. Bila fragmen besar difiksasi
2. Bila fragmen kecil dan tidak mengganggu pergerakan, tidak diperlukan
tindakan.
2.5.3 Fraktur prosesus olekranon
7
Pengobatan
Tipe 1 : konservatif
Tipe 2 : operatif dan fiksasi interna mempergunakan screw/tension bandwiting
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik didapati tanda fraktur, Pemeriksa harus
memperhitungkan kemungkinan adanya gangguan syaraf atau kerusakan
pembuluh darah. Pada pemeriksaan radiologis yang perlu diperhatikan
adalah adanya luksasl sendi radioulnar proksimal atau distal yang lebih
dicurigai apabila ditemukan fraktur hanya pada salah satu tulang disertai
dislokasi. (1)
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doegoes,dkk (1999) pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur :
1. Scan tulang, tomogram, magnetic resonance imaging (MRI)
memperlihatkan
fraktur,
juga
dapat
digunakan
untuk
cairan hati.(6)
Penanganan
Pada fraktur yang tidak berubah posisinya dilakukan pemasangan gips di
atas siku. Pada fraktur yang posisinya berubah harus dilakukan reposisi
tertutup untuk kemudian dipasang gips di atas siku. Untuk fraktur radius
ulnar proksimal, lengan bawah diimobilisasi dalam gips pada posisi
supinasi. Posisi ini dimaksudkan untuk mengatasi rotasi radius dan
mengendurkan
otot
supinator.
Fraktur
bagian
distal
umumnya
diimobilisasi dalam posisi pronasi dan patah tulang bagian tengah dalam
posisi netral. Akan tetapi, pada umumnya fraktur kedua tulang radius dan
ulna sulit untuk dilakukan reposisi tertutup dengan baik sehingga
diperlukan operasi reposisi terbuka dan fiksasi interna. Reposisi terbuka
juga lebih sering diperlukan pada patah tulang yang disertai dislokasi
sendi. (1)
Penyulit
Lesi saraf jarang terjadi pada fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa
mengenai saraf radialis, ulnaris maupun medianus atau cabangnya. Cedera
saraf radialis ditemukan pada fraktur Monteggia. sedangkan cedera saraf
medianus sering terjadi pada fraktur radius distal.
(1)
Karena di lengan
2.5.4
sering terjadi pada bagian proksimal radius. Fragmen fraktur akan terdislokasi ad
latitudinem dan ad periferam. Untuk penantalaksanaan dapat dilakukan reposisi
tertutup kemudian imobilisasi dengan lengan pronasi pada fraktur 1/3 distal, netral
pada fraktur 1/3 tengan dan supinasi pada fraktur 1/3 proksimal, imobilisasi
10
selama 4-6 minggu. . Fraktur ini sulit direposisi secara tertutup atau akan
mengalami redislokasi bila reposisi berhasil. Oleh karena itu, dianjurkan reposisi
terbuka dan biasanya dipasang fiksasi interna dengan plat jenis kompresi.
Fraktur ulna biasanya disebabkan oleh trauma langsung, misalnya
menangkis pukulan dengan lengan bawah. Relatif sering terjadi fraktur yang tidak
berubah posisinya. Pada gejala klinis : didapatkan adanya tanda-tanda fraktur
seperti edema, deformitas. false movement, krepitasi dan nyeri. Radiologis :
anteroposterior dan lateral, akan didapakan adanya diskontinuitas tulang.
Pengobatan biasanya konservatif dengan pemasangan gips (long arm cast), jika
reposisi tertutup gagal atau terjadi komplikasi nonunion, malunion, maka dapat
dilakukan reposisi secara tertutup. Kadang Juga terjadi fraktur yang terdislokasi,
dalam hal Ini harus diteliti apakah ada juga fraktur tulang radius atau dislokasi
sendi radioulnar. Pada fraktur yang kominutif dapat terjadi penyatuan lambat atau
pseudoartrosis dan ini memerlukan tindak operatif disertai cangkok tulang. (1)
2.5.5
a.
Fraktur Monteggia
Definisi
Monteggia mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur sepertiga
proksimal ulna disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum radius (1,2). Ternyata
kemudian terbukti bahwa dislokasi ini dapat terjadi ke lateral dan juga ke posterior. Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu
melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis. (1)
Gambaran klinik
11
(1).
(2) .
ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi
mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi,
gaya mendorong dari depan kearah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna
mengadakan angulasi ke posterior. (3)
Gambaran radiologis
Gambaran radiologis jelas memperlihatkan adanya fraktur ulna yang
disertai dislokasi sendi radio-humeral.
(1)
berdislokasi kedepan, dan terdapat fraktur pada sepertiga bagian atas ulna dengan
pelengkungan kedepan. Kadang-kadang dislokasi radius disertai dengan fraktur
olekranon. Kadang-kadang kapur radius berdislokasi keposterior dan fraktur ulna
melengkung kebelakang ( Monteggia kebelakang). Pada fraktur ulna yang
terisolasi, selalu diperlukan pemeriksaan sinar X pada siku. (2)
Pengobatan
Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode
operatif sering menjadi pilihan pada fraktur Monteggia pada orang dewasa.
(1) .
Fraktur Galeazzi
Definisi
Fraktur ini merupakan fraktur distal radius disertai dislokasi atau
subluksasi sendi radioulnar distal. Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma
langsung sisi lateral ketika jatuh. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang
12
menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu
menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. (1,3)
(2).
Gambaran
klinisnya bergantung pada derajat dislokasi fragmen fraktur. Bila ringan. nyeri dan
tegang hanya dirasakan pada daerah fraktur; bila berat, biasanya terjadi
pemendekan lengan bawah. Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke
dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.(1)
Gambaran radiologis
Fraktur melintang atau oblique yang pendek ditemukan pada sepertiga
bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi radioulnar
inferior bersubluksasi atau berdislokasi. (2)
13
Pengobatan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral
untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. Secara konservatif
mungkin kurang memuaskan dan bila demikian. terapi bedah menjadi pilihan. (1)
c.
Fraktur Colles
Definisi
Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah
fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan dengan pergeseran
dorsal fragmen distal. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada
manula, insidennya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis
pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh
pada tangan yang terentang.(5)
14
(4)
radioulnar
Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
dan sendi radioulnar
15
(2)
16
(1)
Pada
gambaran radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil. Stabil bila hanya
terjadi satu garis patahan, sedangkan instabil bila patahnya kominutif. Pada
keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh.
(4).
17
(2)
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat
dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan
18
berhasil,
pergeseran
ulang
sering
terjadi
lagi.
Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara
radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep
sementara.
Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap
menyebabkan komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe
IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus
dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam
perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui, sebagai berikut :
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka
beberapa hal berikut dapat dilakukan :
19
fleksi. Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10
menit atau sampai fragmen disimpaksi. Kemudian lakukan penekanan
fragmen distal pada sisi volar dengan menggunakan ibu jari, dan sisi
dorsal tekanan pada segmen proksimal menggunakan jari-jari lainnya.
Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka beban dapat diturunkan.
3. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau
midposisi terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan
20 derajat deviasi ulna. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan
selapis Webril diikuti dengan pemasangan anteroposterior long arms
splint. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk
memastikan bahwa telah tercapai posisi yang benar, dan juga
pemeriksaan pada saraf medianusnya
4. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72
jam untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu
sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada
hari ketiga dan dua minggu pasca trauma.
5. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan
untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.
20
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab
ketidakstabilan
vasomotor.
Sinar
memperlihatkan
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena
pergeseran
dalam
gips
yang
terlewatkan.
Penampilannya
buruk,
21
d.
Fraktur Smith
Definisi
Fraktur smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena
itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang
muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam
keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya
transversal, kadang-kadang intraartikular. Penggeseran bagian distal radius bukan
ke dorsal, melainkan ke arah palmar. Patah tulang ini lebih jarang terjadi. (1)
Manifestasi klinik
Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar
pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden spade devormity). (1)
Gambaran radiologis
Terdapat fraktur pada metafisis radius distal; foto lateral menunjukkan
bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke anterior-sangat berlawanan dengan
fraktur colles.
Penatalaksanaan
Pengobatannya merupakan kebalikan dari pengobatan patah tulang Colles
dan pascareduksi, posisi dipertahankan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi
ulnar, dan supinasi maksimal. Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama
4-6 minggu. (3)
e.
22
Fraktur Barton volar sebetulnya masih bagian dari fraktur Smith. Reduksi
biasanya cukup dengan tarikan dan supinasi, tetapi karena garis patah tulang
miring reposisi yang dicapai biasanya tetap tidak stabil sehingga kadang
pembedahan akan lebih baik hasilnya. Epalsiolisis harus diusahakan untuk
reposisi secara anatomis mungkin agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan. Hal
ini dapat dilakukan secara tertutup, kadang secara terbuka. Dengan atau tanpa
reposisi operatif dapat dipakai kawat K yang kecil yang cukup kuat untuk fiksasi
intern sehingga fiksasi dapat dicapai tanpa merusak cakram epiflsis.
f.
(1)
baik karena tidak terperhatikan maupun karena tidak dibuat foto Rontgen oblik
khusus. Seperti halnya tulang yang lain, vaskularisasi tulang skafoid sebagian
besar melalui simpal sendi dan karena sebagian besar permukaan tulang ini
merupakan bagian tulang rawan sendi, vaskularisasi yang masuk relatif sedikit.
Oleh karena itu, komplikasi nekrosis avaskuler dan kegagalan pertautan cukup
sering. (1)
Gambaran Klinis
Gambaran klinis sering kurang jelas. Biasanya ada keluhan nyeri di
pergelangan tangan. Pada pemeriksaan didapatkan empat tanda yang jelas, ialah
nyeri tekan di tabatiere* pada posisi deviasi ulna yang menyebabkan penonjolan
tulang skafoid di tabatiere, nyeri tekan pada penonjolan navikulare di sebelah
volar pada deviasi radier, nyeri sumbu pada pukulan martil perkusi pada kaput
metakarpale pada tangan sikap tinju dan nyeri di dalam pergelangan tangan pada
fleksi maupun ekstensi ekstrem. (1)
Biasanya patah tulang os navikulare tidak terdislokasi sehingga tidak perlu
direposisi. Posisi dalam gips yang meliputi lengan bawah bagian distal sampai
batas sendi metakaipofalangeal, termasuk metakarpus I, dipertahankan tiga bulan
untuk menghindari pseudoartrosis. Bila lambat bertaut atau gagal-bertaut, perlu
dilakukan operasi cangkok tulang.Pada patali leher tulang bagian proksimal os
skafoid terancam nekrosis avaskuler karena sebagian besar per mukaannya ditutup
23
oleh tulang rawan sendi sehingga darah dari bagian proksimal tidak mungkin
sampai. (1)
Dislokasi lunatum agak jarang ditemukan, tetapi sering juga terlewat
diagnosisnya. Dislokasi yang terjadi adalah akibat trauma jatuh pada tangan dalam
posisi dorsifleksi maksimal. Pada pemeriksaan klinis didapati pembengkakan
pada pergelangan tangan dan pasien sangat kesakitan bila jari secara pasif
diekstensikan. Bisa ditemukan adanya lesi saraf medianus oleh adanya penekanan
saraf di dalam kanalis karpal. Pada foto Rontgen akan terlihat adanya dislokasi
lunatum ataupun perilunatum. Akan tetapi, ternyata dislokasi ini sering terlewat
karena kurangnya pengalaman pemeriksa foto. Penanganannya adalah reposisi,
yang pada dislokasi baru biasanya akan berhasll. diikuti dengan imobilisasi.
Komplikasi lambat yang bisa terjadi adalah nekrosis avaskuler dan artritis
degeneratif. (1)
2.6 Dislokasi sendi siku
Dislokasi
sendi
siku
merupakan
dislokasi
sendi
humeroulnar
menjadi
segitiga
yang
tidak
sama
kaki.
Dislokasi
siku
ini
24
siku ditarik sehiingga caput ditarik lepas dari lingkaran ligamentum. Hal ini
terjadi pada anak yang jatuh ketika tangannya ditarik secara abnormal.
Gejalanya berupa nyeri dan gangguan ekstensi, fleksi dan pronasi, dan
supinasi.diagnosismenjadi jelas dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Terapi
dengan reposisi pada siku fleksi dengan tekanan di arah sumbu supinasi dan reposisi caput
ke arah ulnar
25
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1.
Identitas Penderita
Nama
: Tn. Aris Ardiyanto
Usia
: 28 tahun 2 bulan 23 hari
No. RM
: 1097532
Jenis kelamin
: Laki - laki
Alamat
: Ds. Bolo RT 03/07, Demak
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa
Pendidikan
: Tamat SLTA
Status
: Belum kawin
Suku Bangsa
: Jawa (WNI)
Ruangan
: Ma_wa
Tanggal masuk : 20 Oktober 2015
3.2.
Anamnesa (Alloanamnesa)
1. Anamnesis
Keluhan Tambahan
: (-)
26
Asma (-)
Alergi (-)
Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi (+)
alergi (-)
asma (-)
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
:
Composmentis,
GCS E4M6V5
Keadaan
umum
darah
badan
: 165 cm
Berat
badan
: 60 kg
IMT
2
: 22,2 kg/m
28
Status generalis
Kulit
: sawo matang
Kepala
Mata
Leher
Paru
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
:
: datar, venektasi (-), jejas (-), gambaran gerak usus
(-)
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
pekak alih
(-), pekak sisi (-), shifting dullness (-)
29
Ekstremitas atas :
Kanan
Kiri
Otot
Eutrofi
Eutrofi
Tonus
Normotoni
Normotoni
Massa
Sendi
Gerakkan
Aktif terbatas
Aktif
Kekuatan
Normal
Normal
Oedema
Tidak ada
Tidak ada
(+) deformitas
Feel :
- (-) pembengkakan di lengan bawah tangan kanan, suhu kulit normal,
teraba keras, (-) mobile, (+) nyeri tekan, pulsasi ke distal (-), CRT 2
Move :
- (-) krepitasi
-
3.3. Diagnosis
Neglected / Malunion Fraktur Radius Ulna 1/3 tengah dextra.
30
3.4.
Pemeriksaan Penunjang
3.4.1. Pemeriksaan Radiologi tanggal 20 Oktober 2015
3.4.1.1. Foto Rontgen Ekstremitas Atas Besar ( Non Kontras )
3.4.1.2. Pembacaan Hasil Foto Rontgen Ekstremitas Atas Besar ( Non
Kontras )
Garis fraktur 1/3 tengah radius ulna dextra sudah tak tampak
Kallus (+)
3.4.1.3. Kesan
Malunioun pada 1/3 tengah radius ulna dextra
3.4.2. Pemeriksaan Radiologi tanggal 23 Oktober 2015
3.4.2.1.Foto Rontgen Ekstremitas Atas Besar ( Non Kontras )
3.4.2.2.Pembacaan Hasil Foto Rontgen Ekstremitas Atas Besar ( Non
Kontras )
Foto antebrachii dextra perbandingan
Dibanding foto sebelumnya tanggal 20 Oktober 2015
Tampak terpasang drain dengan ujung distal pada soft tissue regio
antebrachii dextra 1/3 tengah.
Tampak terpasang fiksasi interna pada os. Radius dan ulna dextra
1/3 tengah, posisi baik.
Tampak garis fraktur pada os. Radius dan ulna dextra 1/3 tengah,
dengan aposisi dan alignment baik.
3.4.3. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 22 Oktober 2015
Hb
: 17,3 gr/dl
Ht
: 51,4 %
Leukosit
: 7300 uL
Trombosit : 220.000 uL
Gol. Darah : O Rh +
APTT
: 26,8 detik
Prot. Time : 10,3 detik
Natrium
: 145 mmol/liter
Kalium
: 4,75 mmol/liter
Chloride
: 105,4 mmol/liter
HbsAg
: non reaktif
3.4.4. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 23 Oktober 2015 (post
operasi)
Hb
: 15,8 gr/dl
31
Ht
Leukosit
Trombosit
: 46,7 %
: 19900 uL
: 209.000 uL
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien dengan nama Tn. A.A usia 28 tahun berdasarkan anamnesis pasien
mengeluh nyeri pada lengan bawah tangan kanan disertai dengan perubahan
bentuk, diketahui pasien memiliki riwayat jatuh dari motor.
Pada pemeriksaaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit ringan,
tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 88 x/menit dan reguler dan pernapasan 20
x/menit. Pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan gerakan aktif terbatas,
nyeri pada saat gerakan aktif dan pasif, deformitas dan pemendekan.
Pada hasil pemeriksaan penunjang x foto ekstremitas atas besar (non kontras) :
Garis fraktur 1/3 tengah radius ulna dextra sudah tak tampak
ini sesuai dengan klinis fraktur malunioun pada 1/3 tengah radius ulna dextra
dengan didukung oleh kondisi klinis pasien saat ini.
33
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. 2005. Jakarta: EGC
2. Apley A, Graham & Solomon, Louis. BukuAjar Ortopedi & Fraktur Sistem
Apley Edisi VII. 1995. Jakarta: Widya Medika.
3. Mansjoer, Arief, ed. Kapita Selekta Kedokteran. 2000. Jakarta: Media
Aesculapius
4. http://medlinux blogspot.com, diakases tanggal 18 Juni 2011
34
5. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9205.htm,
diakses
35