Disusun Oleh:
Sarjani
19….
Pembimbing:
dr……
BAGIAN/SMF.......
FK UNSYIAH/RSUD ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Terapi Endokrinologis pada Hiperplasia Endometrium”. Karya tulis
ilmiah ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani Kepanitraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF........ RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Selama penyelesaian karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan bantuan,
bimbingan, dan arahan dari banyak pihak. Olhiperplasia endometrium karena itu,
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada dr……… yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan
motivasi dan doa dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karya tulis
ilmiah ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca sekalian demi kesempurnaan referat ini. Harapan penulis
semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Klasifikasi
5
Gambar 2. 1 A). Endometrium proliveratif normal; B). Hiperplasia sederhana;
C). Hiperplasia sederhana dengan atipia; D). Hiperplasia
kompleks; E). Hiperplasia kompleks dengan atipia.6
2.3 Epidemiologi
6
dengan adanya paparan kronis terhadap estrogen yang tidak dilawan olhiperplasia
endometrium progesteron seperti pada bentuk terapi penggantian hormon
sebelumnya.3,8
2.4 Etiologi
7
Setelah menopause, sel-sel stroma ovarium terus memproduksi androgen
karena peningkatan hormon LH. Androgen utama tubuh manusia adalah
androstenedion dan testosteron. Meskipun sekresi androgen dari ovarium
pascamenopause lebih banyak, kadarnya di perifer berkurang karena konversi
androgen menjadi estron di jaringan adiposa. Namun, efek kumulatifnya adalah
penurunan—estrogen: rasio androgen. Hal ini menyebabkan peningkatan
pertumbuhan rambut wajah dan perubahan suara. Karena pasien obesitas
mengubah lebih banyak androgen menjadi estron, mereka cenderung tidak
mengalami gejala defisiensi estrogen dan osteoporosis. Tapi, mereka rentan
terhadap hiperplasia endometrium dan karsinoma endometrium.12,13
Karena hiperplasia endometrium adalah prekursor kanker, semua faktor
risiko kanker endometrium dapat dikaitkan dengan hiperplasia endometrium.
Wanita pascamenopause, nulipara, dan tidak subur berada pada risiko yang lebih
besar untuk mengembangkan hiperplasia endometrium. Diabetes, hipertensi, dan
obesitas juga berhubungan dengan peningkatan risiko hiperplasia endometrium.
Selain peningkatan kadar estrogen, obesitas menyebabkan peradangan kronis yang
dapat memicu hiperplasia dan perkembangan kanker. Jika dibandingkan dengan
yang tidak obesitas, wanita obesitas (indeks massa tubuh [BMI] >30 kg/m2)
menunjukkan peningkatan hampir 4 kali lipat dalam kejadian hiperplasia
endometrium atipikal. Selanjutnya, wanita dengan BMI 40 kg/m2 menunjukkan
peningkatan risiko hiperplasia endometrium 13 kali lipat dengan atypia dan
peningkatan risiko hiperplasia endometrium 23 kali lipat tanpa atypia. Wanita
pascamenopause yang mengonsumsi suplemen estrogen telah lama diketahui
memiliki peningkatan risiko hiperplasia endometrium jika progestin tidak
digunakan untuk melawan aktivitas estrogen. Risiko mengembangkan hiperplasia
endometrium hiperplasia endometrium juga meningkat dengan meningkatnya
dosis dan lama pengobatan estrogen. Beberapa kondisi yang terkait dengan
ketidakseimbangan hormon steroid menyebabkan peningkatan risiko hiperplasia
endometrium dan kanker endometrium. Anovulasi kronis, menarchiperplasia
endometrium dini, menopause terlambat dan kondisi lain yang terkait dengan
peningkatan kadar estrogen juga merupakan faktor risiko hiperplasia
endometrium. Sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang terkait dengan anovulasi
8
menyebabkan aktivitas estrogenik tanpa hambatan pada endometrium. Wanita
dengan kanker kolon non-poliposis herediter (sindrom Lynch) mungkin memiliki
hiperplasia endometrium atipikal kompleks pada usia lebih dini dan perubahan
kadar estrogen yang mempengaruhi ekspresi gen perbaikan DNA. Tumor yang
mensekresi androgen dari korteks adrenal dapat menginduksi konversi perifer
androgen menjadi estrogen dan merupakan penyebab hiperplasia endometrium
yang jarang dilaporkan.3,14
2.6 Patofisiologi
9
kelenjar-stroma meningkat lebih lanjut. Ada disorganisasi kelenjar dengan
outpouching luminal, mitosis seluler, dan atypia nuklir. Perbedaan antara
proliferasi ganas dan non-ganas cukup sulit pada spesimen non-histerektomi.
Dalam kondisi ini, penanda invasi seperti kribriform dan pola seperti labirin
dengan kelenjar yang saling membelakangi sering membantu ahli patologi
membuat diagnosis lesi invasif. 4
10
1R) ditemukan diekspresikan pada tingkat yang lebih tinggi di hiperplasia
endometrium dan kanker endometrium dibandingkan dengan endometrium
proliferatif. Lebih lanjut, TNF-α ditunjukkan untuk diekspresikan pada
endometrium normal dan pada hiperplasia sederhana dan kompleks, tetapi
diturunkan regulasinya pada hiperplasia atipikal dan karsinoma endometrium.
Faktor transkripsi nuklir faktor-kB juga diekspresikan dalam proliferasi
endometrium dan di EH, tetapi ekspresinya lebih rendah pada karsinoma.3,17
2.7 Diagnostik
11
terdeteksi pada wanita ini. Panduan RCOG dengan demikian menyimpulkan
bahwa adanya hiperplasia di bawah ketebalan endometrium 7mm tidak mungkin
terjadi.19,20
Peran USG Transvaginal pada Wanita Pascamenopause
Wanita pascamenopause dengan perdarahan per vagina disarankan untuk
melakukan transvaginal sonogram (TVS). Jika TVS menunjukkan peningkatan
ketebalan endometrium atau endometrium tidak teratur, disarankan untuk
melakukan biopsi endometrium. Tinjauan sistematis telah menyarankan bahwa
ketika ketebalan endometrium kurang dari 3 atau 4 mm, kemungkinan kanker
endometrium berkurang menjadi kurang dari 1%, dan dengan demikian
pengambilan sampel tidak diperlukan. Pada wanita yang memakai terapi
pengganti hormon atau tamoxifen, cut off telah meningkat. Evaluasi lebih lanjut
seperti sonohisterografi, histeroskopi kantor, atau biopsi endometrium
diindikasikan jika ketebalan endometrium lebih besar dari 4 mm atau tidak dapat
divisualisasikan dengan baik. Wanita pascamenopause tanpa gejala yang secara
kebetulan didiagnosis memiliki ketebalan endometrium lebih dari 4 mm tidak
memerlukan evaluasi secara rutin.4,9
Pengambilan Sampel Endometrium
Kriteria yang paling penting untuk setiap teknik pengambilan sampel
jaringan adalah sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk mendeteksi
hiperplasia endometrium dan menyingkirkan karsinoma endometrium. Hal ini
cukup menantang bagi ahli patologi untuk mengesampingkan kanker yang
sepenuhnya invasif pada spesimen non-histerektomi. Hampir 40% dari pasien
yang didiagnosis memiliki hiperplasia endometrium prakanker oleh kuret hisap
endometrium ditemukan memiliki keganasan endometrium pasca operasi
bersamaan dalam spesimen histerektomi. Sampel endometrium dapat diperoleh
melalui biopsi endometrium rawat jalan atau inap. Metode pengambilan sampel
jaringan melalui dilatasi dan kuretase atau kuret hisap telah terbukti dapat
mendeteksi karsinoma endometrium dengan tingkat yang sama pada wanita
dengan perdarahan uterus abnormal. Namun, metode ini memiliki efek
sampingnya sendiri. Kurang dari 50% dari rongga rahim diambil sampelnya pada
sekitar 60% dari prosedur ini. Kehadiran lesi massa di rahim dapat membelokkan
12
kuret fleksibel, yang dapat membatasi pengambilan sampel yang tepat dari
endometrium.4,20
2.8 Prognosis
13
Gambar 2. 3 Ringkasan hiperplasia endometrium, faktor risiko,
klasifikasi dan pilihan pengobatan.3
2.8 Terapi
14
fertilitas. Hiperplasia endometrium tanpa atipia berespon baik terhadap progestin.
Terapi hormon juga direkomendasikan untuk perempuan yang kondisi kesehatan
umumnya mencegahnya dalam mentoleransi pembedahan akibat kondisi medis
yang ada. Namun, perempuan hiperplasia endometrium atipikal atau hiperplasia
endometrium tanpa atipia yang memiliki gejala diterapi dengan histerektomi. Pada
perempuan yang masih ingin hamil, terapi hiperplasia endometrium masih diteliti
dan masih menggunakan terapi konservatif terlepas apakah hiperplasia bersifat
atipia atau tanpa atipia.22–25
Progestin sintetik progeston dengan efek mirip progesteron sering
digunakan untuk menginduksi regresi hiperplasia endometrium pada perempuan
dengan hiperplasia endometrium atipia atau yang masih ingin mempertahankan
fertilitasnya. Progestin menyediakan kontrasepsi hormonal baik hanya progestin
maupun dengan estrogen dan mencegah perkembangan hiperplasia endometrium.
Selain itu, progestin diyakini menurunkan selularitas kelenjar dengan
menginduksi apoptosis dan menghambat angiogenesis pada miometrium secara
langsung yang melatarbelakangi hiperplasia endometrium kompleks. Progestin
dapat diberikan secara oral, intramuskular, krim vagina ataupun perangkat
intrauterin. Terapi ini dinilai cukup sukses merubah hiperplasia endometrium
dengan atau tanpa atipia pada pasien dengan terapi replacement estrogen saja, dan
diyakini menurunkan hiperplasia endometrium pada 61% pasien dengan
hiperplasia atipikal.26,27
Durasi terapi progestin penting untuk dipertimbangkan. hiperplasia
endometrium biasanya menunjukkan respon setelah 10 minggu diberikan dosis,
amun respon signifikan dapat terlihat setelah 3 bulan terapi progestin, dengan
waktu median resolusi sekitar 6 bulan. Terapi progestin dapat berlanjut atau
dilakukan histerektomi pada kasus yang tidak berespon.28,29
Medroksiprogesteron asetat (MPA) merupakan progestin steroid sintetis
(hormon progesteron steroid sintetis) yang biasanya digunakan untuk menterapi
kasus dengan periode menstruasi tidak teratur atau absens, atau perdarahan uterus
abnormal. MPA mencegah pertumbuhan berlebih lapisan uterin pada perempuan
post-menopause yang menerima hormon estrogen dan menurunkan risiko progresi
EH. Megestrol asetat (MA) merupakan progestin steroid dengan dominan berefek
15
progestasional dan antigonadotropik yang diyakini memiliki potensi untuk
menghambat proliferasi uterus dan menterapi hiperplasia endometrium. MA pada
dosis berkisar 160 hingga 320 mg per hari dilaporkan merupakan metode efektif
terapi patologi endometrium tanpa menyebabkan efek kerusakan yang ditandai
perubahan profil lipid atau glukosa.30,31
16
(oral) IM
80 mg PO x 14
Megestrol asetat Megace 160 mg/hari PO
hari/bulan
20 μg/hari x 6
Levonorgestrol-
Mirena, Orplant bulan hingga 2
IUD
tahun
17
GnRH menekan aksis hipotalamus-pituitari-ovarium sehingga menghambat
produksi estrogen. Analog GnRH memiliki efek anti-proliferatif pada sel
endometrium. GnRH diberikan pada dosis 1 ampul/3,75 mg secara intramuskular
setiap 28 hari selama 6 bulan untuk menterapi perempuan dengan hiperplasia
endometrium dengan atau tanpa atipia.39,40
18
2.8.1 Infertilitas pada hiperplasia endometrium atipikal
Fertilitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengandung dan
menghasilkan keturunan. Sebaliknya, infertilitas didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk hamil setelah hubungan seksual tanpa kontrasepsi dengan
frekuensi yang wajar (4-5 kali dalam satu minggu) selama satu tahun. Berbeda
dengan sterilitas (mandul), infertilitas bukan meupakan kondisi yang tidak dapat
diubah. Infertilitas dibagi menjadi infertilitas primer, yaitu infertilitas yang tidak
didahului kehamilan sebelumnya, dan infertilitas seknuder, yaitu infertilitas yang
didahului setidaknya satu kehamilan.41,42
19
berkembangnya kanker endometrium paling tinggi terdapat pada hiperplasia
atipikal.45,46 Resiko terjadinya ovulatory dysfunction lebih tinggi 3,4 kali pada
pasien dengan atipikal hiperplasia yang mana hal ini juga berhubungan dengan
polycystic ovarian sydrome, obesitas dan riwayat infertilitas sebagai faktor resiko
atipikal hiperplasia.
Telah dilaporkan bahwa progestin dosis tinggi aman dan efisien untuk
atipikal hiperplasia atau karsinoma stadium awal untuk wanita muda yang
menginginkan pengobatan untuk mempertahankan kesuburan. Regimen progestin
adalah 250 mg medroksiprogesteron asetat (MPA) per hari. MPA memberikan
efek anti-tumor yang dimediasi reseptor progesteron, penghambatan terhadap aksi
estrogen, dan penghambatan angiogenesis yang tidak dimediasi melalui reseptor
progesteron. MPA juga dapat mengurangi jumlah sel kelenjar dan desidualisasi
stromaTerapi lain yang dapat menjadi pertimbangan dalam mencapai kehamilan
bagi pasien dengan atipikal hiperplasia adalah In Vitro fertilization (IVF) dan
assisted reproductive technology (ART). Sebuah meta analisis menyebutkan
pasien yang melakukan ART lebih mungkin untuk hamil dibandingkan bila hamil
secara spontan, dimana kehamilan dengan ART yaitu 39.4% sedangkan yang
hamil spontan hanya 14.9%.45,47 Kemungkinan faktor prognostik untuk
keberhasilan mempertahankan fertilitas adalah usia (dievaluasi sebagai variabel
kontinu), obesitas, kehamilan sebelumnya, infertilitas, histologi, dan perawatan
medis.48
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Menopausal Women. Diagnostics (Basel, Switzerland). 2020;10(5):257.
doi:10.3390/diagnostics10050257
11. Russo M, Newell JM, Budurlean L, et al. Mutational profile of endometrial
hyperplasia and risk of progression to endometrioid adenocarcinoma.
Cancer. 2020;126(12):2775-2783. doi:https://doi.org/10.1002/cncr.32822
12. Dutta D, Konar H. DC Dutta’s Textbook of Gynecology.; 2016.
doi:10.5005/jp/books/12997
13. Raffone A, Travaglino A, Saccone G, et al. PAX2 in endometrial
carcinogenesis and in differential diagnosis of endometrial hyperplasia: A
systematic review and meta-analysis of diagnostic accuracy. Acta Obstet
Gynecol Scand. 2019;98(3):287-299.
doi:https://doi.org/10.1111/aogs.13512
14. Raffone A, Travaglino A, Saccone G, et al. Diabetes Mellitus Is Associated
with Occult Cancer in Endometrial Hyperplasia. Pathol Oncol Res.
2020;26(3):1377-1384. doi:10.1007/s12253-019-00684-3
15. Rodriguez AC, Blanchard Z, Maurer KA, Gertz J. Estrogen Signaling in
Endometrial Cancer: a Key Oncogenic Pathway with Several Open
Questions. Horm Cancer. 2019;10(2-3):51-63. doi:10.1007/s12672-019-
0358-9
16. Ohgami T, Kato K. Pathogenesis of endometrial cancer. Curr Approaches
to Endometrial Cancer. Published online 2014:18-32.
doi:10.2217/FMEB2013.13.320
17. Travaglino A, Raffone A, Saccone G, et al. Immunohistochemical
predictive markers of response to conservative treatment of endometrial
hyperplasia and early endometrial cancer: A systematic review. Acta
Obstet Gynecol Scand. 2019;98(9):1086-1099.
doi:https://doi.org/10.1111/aogs.13587
18. Sanderson PA, Critchley HOD, Williams ARW, Arends MJ, Saunders
PTK. New concepts for an old problem: the diagnosis of endometrial
hyperplasia. Hum Reprod Update. 2017;23(2):232-254.
doi:10.1093/humupd/dmw042
19. RCOG Green-top Guideline No.67. Management of Endometrial
23
Hyperplasia, RCOG Guideline No.67. RCOG/BSGE Jt Guidel. 2016;(67).
20. Stachowicz N, Smoleń A, Ciebiera M, et al. Risk Assessment of
Endometrial Hyperplasia or Endometrial Cancer with Simplified
Ultrasound-Based Scoring Systems. Diagnostics . 2021;11(3).
doi:10.3390/diagnostics11030442
21. Sherman ME. Theories of endometrial carcinogenesis: a multidisciplinary
approach. Mod Pathol an Off J United States Can Acad Pathol Inc.
2000;13(3):295-308. doi:10.1038/modpathol.3880051
22. Trimble CL, Kauderer J, Zaino R, et al. Concurrent endometrial carcinoma
in women with a biopsy diagnosis of atypical endometrial hyperplasia: a
Gynecologic Oncology Group study. Cancer. 2006;106(4):812-819.
doi:10.1002/cncr.21650
23. Gallos ID, Ofinran O, Shehmar M, Coomarasamy A, Gupta JK. Current
management of endometrial hyperplasia-a survey of United Kingdom
consultant gynaecologists. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol.
2011;158(2):305-307. doi:10.1016/j.ejogrb.2011.05.010
24. Reed SD, Newton KM, Garcia RL, et al. Complex hyperplasia with and
without atypia: clinical outcomes and implications of progestin therapy.
Obstet Gynecol. 2010;116(2 Pt 1):365-373.
doi:10.1097/AOG.0b013e3181e93330
25. Reed SD, Voigt LF, Newton KM, et al. Progestin therapy of complex
endometrial hyperplasia with and without atypia. Obstet Gynecol.
2009;113(3):655-662. doi:10.1097/AOG.0b013e318198a10a
26. Horn L-C, Schnurrbusch U, Bilek K, Hentschel B, Einenkel J. Risk of
progression in complex and atypical endometrial hyperplasia:
clinicopathologic analysis in cases with and without progestogen treatment.
Int J Gynecol cancer Off J Int Gynecol Cancer Soc. 2004;14(2):348-353.
doi:10.1111/j.1048-891x.2004.014220.x
27. Figueroa-Casas PR, Ettinger B, Delgado E, Javkin A, Vieder C. Reversal
by medical treatment of endometrial hyperplasia caused by estrogen
replacement therapy. Menopause. 2001;8(6):420-423.
doi:10.1097/00042192-200111000-00006
24
28. Saegusa M, Okayasu I. Progesterone therapy for endometrial carcinoma
reduces cell proliferation but does not alter apoptosis. Cancer.
1998;83(1):111-121. doi:10.1002/(sici)1097-
0142(19980701)83:1<111::aid-cncr15>3.0.co;2-#
29. Gunderson CC, Fader AN, Carson KA, Bristow RE. Oncologic and
reproductive outcomes with progestin therapy in women with endometrial
hyperplasia and grade 1 adenocarcinoma: a systematic review. Gynecol
Oncol. 2012;125(2):477-482. doi:10.1016/j.ygyno.2012.01.003
30. Gal D, Edman CD, Vellios F, Forney JP. Long-term effect of megestrol
acetate in the treatment of endometrial hyperplasia. Am J Obstet Gynecol.
1983;146(3):316-322. doi:10.1016/0002-9378(83)90754-8
31. Emarh M. Cyclic versus continuous medroxyprogesterone acetate for
treatment of endometrial hyperplasia without atypia: a 2-year
observational study. Arch Gynecol Obstet. 2015;292(6):1339-1343.
doi:10.1007/s00404-015-3749-3
32. Trimble CL, Method M, Leitao M, et al. Management of endometrial
precancers. Obstet Gynecol. 2012;120(5):1160-1175.
doi:10.1097/aog.0b013e31826bb121
33. Wildemeersch D, Pylyser K, De Wever N, Pauwels P, Tjalma W.
Endometrial safety after 5 years of continuous combined transdermal
estrogen and intrauterine levonorgestrel delivery for postmenopausal
hormone substitution. Maturitas. 2007;57(2):205-209.
doi:10.1016/j.maturitas.2006.11.010
34. Gong Z, Chandler K, Webster S, Kerley R, Buist S, McCort-Tipton M.
Simple and rapid determination of norethindrone in human plasma by
supported liquid extraction and ultra performance liquid chromatography
with tandem mass spectrometry. Talanta. 2012;91:77-82.
doi:10.1016/j.talanta.2012.01.019
35. Gallos ID, Shehmar M, Thangaratinam S, Papapostolou TK, Coomarasamy
A, Gupta JK. Oral progestogens vs levonorgestrel-releasing intrauterine
system for endometrial hyperplasia: a systematic review and metaanalysis.
Am J Obstet Gynecol. 2010;203(6):547.e1-10.
25
doi:10.1016/j.ajog.2010.07.037
36. Abu Hashim H, Ghayaty E, El Rakhawy M. Levonorgestrel-releasing
intrauterine system vs oral progestins for non-atypical endometrial
hyperplasia: a systematic review and metaanalysis of randomized trials. Am
J Obstet Gynecol. 2015;213(4):469-478. doi:10.1016/j.ajog.2015.03.037
37. Crosignani P, Olive D, Bergqvist A, Luciano A. Advances in the
management of endometriosis: an update for clinicians. Hum Reprod
Update. 2006;12(2):179-189. doi:10.1093/humupd/dmi049
38. Granese R, Bitto A, Polito F, et al. Genistein reduces angiogenesis and
apoptosis in women with endometrial hyperplasia. Botanics. 2015;5:27.
39. Pernicova I, Korbonits M. Metformin--mode of action and clinical
implications for diabetes and cancer. Nat Rev Endocrinol. 2014;10(3):143-
156. doi:10.1038/nrendo.2013.256
40. Meresman GF, Bilotas MA, Lombardi E, Tesone M, Sueldo C, Barañao RI.
Effect of GnRH analogues on apoptosis and release of interleukin-1beta
and vascular endothelial growth factor in endometrial cell cultures from
patients with endometriosis. Hum Reprod. 2003;18(9):1767-1771.
doi:10.1093/humrep/deg356
41. Hoffman, Schorge, Bradshaw. Williams Gynecology Third Edition.; 2016.
42. Barbieri RL. Female Infertility. Eighth Edi. Elsevier Inc.; 2019.
doi:10.1016/B978-0-323-47912-7.00022-6
43. Mustafa M, Hadi J, Author C. Male and Female Infertility: Causes, And
Management. IOSR J Dent Med Sci e-ISSN. 2019;18(9):27-32.
doi:10.9790/0853-1809132732
44. DC Dutta’s Textbook of Gynecology Including Contraception.; 2016.
doi:10.5005/jp/books/12997
45. Li M, Song J lun, Zhao Y, et al. Fertility outcomes in infertile women with
complex hyperplasia or complex atypical hyperplasia who received
progestin therapy and in vitro fertilization. J Zhejiang Univ Sci B.
2017;18(11):1022-1025. doi:10.1631/jzus.B1600523
46. Royal College of Obstetricians, and Gynaecologists. Management of
Endometrial Hyperplasia, RCOG Guideline No.67. 2016;(67).
26
47. Wiltshire A, Ghidei L, Brayboy LM. Infertility and assisted reproductive
technology outcomes in Afro-Caribbean women. J Assist Reprod Genet.
2020;37(7):1553-1561. doi:10.1007/s10815-020-01826-2
48. Koskas M, Uzan J, Luton D, Rouzier R, Daraï E. Prognostic factors of
oncologic and reproductive outcomes in fertility-sparing management of
endometrial atypical hyperplasia and adenocarcinoma: Systematic review
and meta-analysis. Fertil Steril. 2014;101(3):785-794.e3.
doi:10.1016/j.fertnstert.2013.11.028
27