Anda di halaman 1dari 10

MIMBAR, Vol. XXV, No.

1 (Januari - Juni 2009): 15-24

Peubah Antropometri untuk Menelusuri Status Gizi


Balita Dikaitkan dengan Keadaan Masyarakat

SITI SUNENDIARI1
1
Fakultas MIPA Unisba, Jl. Purnawarman 63 Bandung
Email: sunen_diari@yahoo.com

Abstract

This study is aimed to determine factors of infants and toddlers nutri-


tional status in Sukamaju Village, Cibeunying, City of Bandung. Based on
anthropometric variables, 401 infants and toddlers were measured by
indicators of body weight against age, height for age, and high/weight of
the body to classify children with good nutrition status and the other who
aren’t lucky enough to be included in that class. The result showed that
parent educational factor and mother’s knowledge concerning nutritional
factor are greatly affecting children’s nutritional status. Thereof, local ad-
ministration is recommended to empower and establish Posyandu insti-
tution as service point to disseminate parental and nutritional knowl-
edge among mothers.

Kata kunci: anthropometry, Standard Deviation Units (SBS), and Median


Percentage Against (PDM)

I. PENDAHULUAN dari kurang terpenuhinya zat gizi yang


diperluk an dalam tubuh. Keadaan ini
Status gizi merupakan salah satu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain,
indikator tingkat kesejahteraan masyarakat konsumsi makanan yang kurang memberikan
yang menggambarkan keseimbangan antara zat gizi yang cukup. Nurdjanah (1987)
keperluan dan pasokan gizi yang diperoleh. mengem uk ak an bahwa buruk ny a gizi
Gizi kurang menyebabkan terpengaruhnya seorang anak sangat tergantung pada
perkembangan mental, jasmani, dan berbagai faktor, di antaranya pemberian air
sebagainya. Pada masa bayi, kekurangan susu ibu, masa penyapihan dan pemberian
gizi berkaitan dengan gangguan intelektual, makanan tambahan kepada bayi.
sehingga hal ini merupakan salah satu Dewasa ini, telah digunakan beberapa
masalah yang sangat serius. metode untuk menilai keadaan gizi, baik dari
Kebutuhan akan energi dan protein hasil pem erik saan fisik , pemerik saan
per kilogram berat badan pada usia muda laboratorium, ataupun gabungan dari
relatif lebih besar dibandingkan dengan yang pemeriks aan fisik dan labo rato rum.
lebih tua atau orang dewasa, karena anak Pemeriksaan atau penilaian status gizi
balita berada pada tingkat perkembangan tersebut diperlukan untuk melakukan deteksi
dan kebutuhan yang cepat. Kekurangan KEP pada stadium dini dan mengamati proses
energi rotein (KEP) merupakan suatu akibat penyembuhan KEP serta menilai efektivitas

15
SITI SUNENDARI. Peubah Antropometri untuk Menelusuri Status Gizi Balita Dikaitkan dengan ...

program pencegahan. Oleh karena itu, suatu Cibeunying. Penelitian ini menggunakan pa-
pemilihan metode penilaian status gizi yang rameter parameter pengukuran status gizi
jelas dan cukup peka, sangatlah diperlukan yang tepat digunak an dalam m enilai
dalam menentukan besarnya masalah gizi di keberhasilan suatu program peningkatan sta-
berbagai daerah. tus gizi.
Salah satu penilaian status gizi bayi Penelitian ini bertujuan untuk
dan balita yang biasa dipergunakan yang mengetahui tingk at atau status giz i
bers ifat praktis dan ekonomis adalah masyarakat, khususnya bayi dan balita di
antropometri atau ukuran tubuh. Hasil Kecamatan Sukamaju, Kecamatan
pengukuran status gizi secara antropometri Cibeunying, berdas arkan peubah
pada bayi dan balita dapat menggamnbarkan antropometri dikaitkan dengan keadaan
tentang perubahan perubahan prevelensi umum masyarakat pada daerah tersebut.
kekurangan gizi, khususnya KEP dan tingkat Adapun keadaan umum masyarakat yang
kekurangan gizi ringan yang menahun. dilibatkan adalah jenjang pendidikan kepala
Abunain (1979) menjelaskan bahwa ukuran keluarga dan istri kepala keluarga, pekerjaan
antropometri diakui dapat diterapkan bagi kepala keluarga, pendapatan kepala keluarga
penentuan status gizi. setiap bulannya, dan pengetahuan ibu
Menurut Husaini (1 98 6), ada tentang gizi.
beberapa indikator antropometri yang sering Hasil penelitian ini nantinya diharapkan
digunakan untuk menilai keadaan gizi, yaitu dapat memberikan informasi atau masukan
bobot badan menurut umur (BB|U), tinggi pada pemerintah setempat serta pengambil
badan menurut umur (TB|U), dan bobot kebijakan, khususnya dibidang gizi. Selain
badan menurut tinggi badan (BB|TB). itu, penting juga sebagai indikato r
Berdas arkan hasil penguk uran keberhasilan pembangunan, termasuk
antropometri, status gizi seseorang oleh keberhasilan program gizi.
National Health Statistics – WHO (NCHS- Penimbangan bobot badan bayi dan
WHO) dapat diklasifikasikan ke dalam gizi balita dilakukan dengan menaikkan anak ke
kurang, gizi baik, dan gizi lebih. Dalam atas timbangan yang mempunyai kapasitas
pengklasifikasian tersebut diperlukan suatu 25 kilogram, k emudian dicatat bobot
ukuran baku sebagai pembanding. WHO telah badannya. Adapun tinggi badan diukur
memublikasikan baku antropometri NCHS- dengan membaringkan bayi di atas meja dan
WHO di tiap negara. dalam posisi lurus, diukur tinggi badannya,
Di Indonesia, khususnya, memerlukan lalu dicatat. Untuk balita yang sudah bisa
penyesuaian, mengingat faktor genetik, etnik, berdiri sendiri, pengukurannya dilakukan
dan tingkat kesejahteraan yang khas untuk dengan menggunakan penggaris yang
tiap tiap negara. Penyesuaian ini harus mempunyai panjang 120 centimeter.
dilakukan berdasarkan hasil penelitian negara Setelah data mengenai bobot badan
yang bersangkutan. WHO telah menganjur- dan tinggi badan terkumpul, kemudian
kan penggunaan indikator BB|TB karena dihitung median dan simpangan bakunya dari
dapat menghilangkan aktor umur, yang masing masing indikator, yaitu (BB|U), (TB|U)
menurut pengalaman, sulit didapatkan dan (BB|TB). Selanjutnya, setelah diperoleh
secara benar dan dapat menggambarkan nilai median dan simpangan bakunya,
keadaan gizi akut pada waktu sekarang barulah diklasifikasikan berdasarkan titik titik
(Husaini, 1986). batas menurut patokan NCHS.
Berdas arkan keadaan di atas, Selain memperkirakan status gizi
diadakan penelitian terhadap bayi dan balita berdas arkan indikato r atau peubah
dari beberapa parameter antropometri antropometri, dilihat juga keadaan umum
dikaitkan dengan keadaan umum masyarakat masyarakat. Dalam hal ini, diperhatikan
di K elurahan Suk am aju, K ecam atan pekerjaan orang tua, latar belak ang

16
MIMBAR, Vol. XXV, No. 1 (Januari - Juni 2009): 15-24

Tabel 1
Komposisi Banyaknya Bayi dan Balita di Setiap RW

RW Laki-Laki Perempuan RW Laki-Laki Perempuan


1 21 23 7 20 19
2 20 19 8 22 3
3 9 19 9 12 19
4 8 6 10 23 25
5 9 16 11 26 14
6 21 23 12 10 14

pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, banyaknya bayi dan balita untuk masing-
dan pengetahuan ibu tentang gizi bagi bayi masing RW di tempat penelitian tersebut
dan balitanya. Adapun untuk memperoleh dapat dilihat dalam Tabel 1.
data, sampel ini dengan menggunakan sam- Pekerjaan orang tua merupakan
pling acak sederhana. sumber pendapatan bagi kelangsungan
Dalam penelitian ini, jenis penelitian hidup suatu keluarga dan umumnya sebagian
yang dilakukan adalah penelitian penjelasan besar dilakukan oleh ayah. Jenis pekerjaan
(explanatory), dan metode penelitian yang utama yang ditekuni ayah, sebagian besar
digunakan adalah penelitian survei. adalah pegawai swasta (41,15 %), tidak
mem unyai pekerjan tetap (17,46 %),
II. PEMBAHASAN Pegawai Negeri Sipil (PNS) (13,72 %), Buruh
(6,98 %), wiraswasta (6,48 %), BUMN (5,98
Data yang digunakan adalah data %), pedagang (5,24 %), ABRI (2,49 %) dan
pengunjung aktif Posyandu di Kelurahan yang tidak bekerja sebanyak (0.5 %).
Sukamaju, Kecamatan Cibeunying, Bandung, Sedangkan pekerjaan sampingan yang biasa
yang merupakan hasil wawancara terhadap dilakukan oleh ayah atau keluarga adalah
orang tua bayi dan balita. Adapun komposisi dengan berdagang keperluan sehari hari di

30

25

20
LAKI-LAKI
15
PEREMPUAN
10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 1
Komposisi Banyaknya Bayi dan Balita di RW 1 sampai dengan RW 12
Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cibeunying

17
SITI SUNENDARI. Peubah Antropometri untuk Menelusuri Status Gizi Balita Dikaitkan dengan ...

pasar dan membuka warung. Tampak dari Tabel 2 dan Gambar di


Secara grafis, komposisi banyaknya atas jenjang pendidikan ayah yang paling
bayi dan balita disetiap RW dapat dilihat pada banyak adalah lulusan SMA, yaitu sebanyak
Tabel 1. 177 orang atau 44%. Sedangkan ibu
Jenjang pendidikan formal ayah kebanyakan adalah lulusan SD sebanyak 82
ataupun ibu bervariasi, yaitu mulai dari tidak orang, atau 30% dan lulusan SMP sebanyak
tamat Sekolah Dasar, Sekolah Dasar, sampai 79 orang atau 29%.
dengan tingkat Perguruan Tinggi. Untuk Keluarga pengunjung aktif Posyandu
jenjang pendidik an ayah dan ibu, di K elurahan Suk am aju, K ecam atan
dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu Cibeunying, mempunyai anak berkisar dari
tidak tamat SD, SD, SMP, SMA, D3, dan S1, 1 sampai 9 orang, dengan jumlah bayi dan
dan selebihnya. Peny ebaran jenjang balita dalam keluarga terendah satu orang
pendidikan ayah dan ibu kepala keluarga, dan paling banyak 3 orang. Rata rata jumlah
dapat dilihat pada Tabel 2. anak yang dimiliki masing masing sebanyak
2 orang, di mana terdapat satu keluarga yang
Tabel 2 mempunyai anak sebanyak 7 orang dan satu
Penyebaran Jumlah Ayah dan Ibu keluarga lagi yang memunyai anak sebanyak
Berdasarkan Jenjang Pendidikan Formal 9 orang.

Jenjang Pendidikan Ayah Ibu A. Beberapa Faktor yang Memengaruhi


Status Gizi Bayi & Balita Berdasarkan
Tdk tamat SD 71 69 Indikator (BB|U) dengan Mengguna-
SD 61 82 kan Ukuran Simpangan Baku Satuan
SMP 48 79
SMA 177 10 1. Pendidikan Ayah dan Ibu
D3 18 19
S1 26 12 Jenjang pendidikan seseorang dalam
keluarga diharapkan dapat berpengaruh
terhadap kondisi status gizi bayi dan balitanya.
Secara grafis, penyebaran jenjang Dengan semakin tinggi pendidikan ayah
pendidikan formal ayah dan ibu bayi dan diharapkan kebutuhan hidup semua anggota
balita sebagaimana pada gambar 2. keluarga cenderung akan lebih baik .

Gambar 2
Penyebaran Jenjang Pendidikan Formal Ayah dan Ibu Bayi dan Balita
di Kelurahan Sukamaju Kecamatan Cibeunying

18
MIMBAR, Vol. XXV, No. 1 (Januari - Juni 2009): 15-24

Tabel 3
Jenjang Pendidikan Ayah dan Status Gizi Bayi dan Balita
Berdasarkan Indikator (BB|U)

Jenjang Status Gizi Bayi dan Balita

Pendidikan GKTB GKTS GKTR GN GL TOTAL

tdk tamat SD 0 3 7 61 0 71
SD 0 0 10 51 0 61
SMP 0 1 4 40 3 48
SMA 1 2 20 152 2 177
D3 0 0 0 17 1 18
>= S1 0 2 1 22 1 26

Tabel 4
Jenjang Pendidikan Ibu dan Status Gizi Bayi dan Balita
Berdasarkan Indikator (BB|U)

Jenjang Status Gizi Bayi dan Balita

Pendidikan GKTB GKTS GKTR GN GL TOTAL

tdk tamat SD 0 2 7 60 0 69
SD 0 1 10 71 0 82
SMP 0 2 11 63 3 79
SMA 1 1 14 122 2 140
D3 0 1 0 16 2 19
>= S1 0 1 0 11 0 12

Keterangan:
GKTB = Gizi Kurang Tingkat Berat GKTS = Gizi Kurang Tingkat Sedang
GKTR = Gizi Kurang Tingkat Rendah G N = Gizi Normal GL = Gizi Lebih

Hubungan status gizi bayi dan balita dengan 2. Pekerjaan Kepala Keluarga (Ayah)
jenjang pendidikan ayah untuk indikator
(BB|U) dapat dilihat dalam Tabel 3. Yang tak Pekerjaan ayah atau pekerjaan orang
kalah pentingnya bagi status gizi bayi dan tua di Kelurahan Sukamaju, Kecamatan
balita adalah jenjang pendidikan ibu atau istri Cibeunying, merupakan sumber pendapatan
kepala keluarga. Hubungan tersebut untuk utama di mana mayoritas dilakukan oleh
indikator (BB|U) dapat dilihat dalam Tabel 4. kepala keluarga. Jenis pekerjaan yang
Dari Tabel 3 dan 4 di atas, tampak bahwa digeluti ini beraneka ragam. Diharapkan jenis
penderita gizi kurang kebanyakan berasal pekerjaan ini dapat memengaruhi kondisi
dari o rang tua lulus an SMA. Hal ini status gizi bayi dan balita. Hubungan untuk
menunjukkan bahwa kurangnya gizi balita jenis pekerjaan dengan status gizi balita
kurang berhubungan dengan jenjang untuk indikator (BB|U) dapat dilihat dalam
pendidikan formal yang dicapai orang tuanya. Tabel 5.

19
SITI SUNENDARI. Peubah Antropometri untuk Menelusuri Status Gizi Balita Dikaitkan dengan ...

Tabel 5
Komposisi Pekerjaan dan Status Gizi Bayi dan Balita
Berdasarkan Indikator (BB|U)

Pekerjaan Status Gizi Bayi dan Balita

GKTB GKTS GKTR GN GL TOTAL

Tidak Kerja 0 0 1 1 0 2
Pedagang 0 0 2 19 0 21
Buruh 0 0 5 22 1 28
PNS 0 0 6 48 1 55
TNI 0 1 1 8 0 10
Swasta 0 4 17 140 4 165
Wiraswata 0 1 4 20 1 26
BUMN 1 0 0 22 1 24
Sales 0 2 6 62 0 70

Tabel 6
Komposisi Pendapatan Kepala Keluarga dan Status Gizi Bayi dan Balita
Berdasarkan Indikator (BB|U)

Pendapatan Status Gizi Bayi dan Balita


(Ribuan) GKTB GKTS GKTR GN GL TOTAL
<500 0 0 7 18 0 25
500 - 1000 1 2 19 88 4 114
1000 - 1500 0 1 4 61 2 68
1500 - 2000 0 1 1 40 0 42
2000 - 2500 0 0 2 11 0 13
> 2500 0 1 2 30 1 34
Tdk diketahui 0 3 7 95 0 105

Dari tabel di atas, penderita gizi bulan hingga Rp. 3.500.000. Diharapkan,
kurang kebanyakan berasal dari orang tua semakin besar pendapatan yang diperoleh
yang m em puny ai pek erjaan pegaw ai setiap bulannya, akan menjadikan bayi dan
sw as ta. Hal ini disebabk an k arena balita terpenuhi giznya. Hubungan antara
kebany ak an anak anak dari mereka pendapatan kepala keluarga dengan status
diserahkan sepenuhnya kepada pembantu gizi bayi dan balitanya dapat dilihat dalam
ketika orang tua bekerja. Tabel 6.
Penderita gizi kurang, kebanyakan
3. Pendapatan Kepala Keluarga
berasal dari k eluarga yang rata rata
Pendapatan kepala keluarga, dalam penghasilannya Rp. 500.000 sampai dengan
hal ini ayah, diharapkan mencukupi keperluan Rp.1000.000. Hal ini dirasa memang dengan
akan gizi, khususnya untuk bayi dan penghasilan yang minim, keluarga tersebut
balitanya. Pendapatan kepala keluarga di tak mampu memenuhi gizi keluarganya.
daerah penelitian mulai dari Rp 300.000 per Belum lagi dalam keluarga tersebut yang

20
MIMBAR, Vol. XXV, No. 1 (Januari - Juni 2009): 15-24

mempunyai bayi dan balita lebih dari satu ibu-ibu tentang gizi. Pengetahuan tentang
orang. Dalam tabel di atas, terdapat giz i ini dapat dipero leh dari bany ak
pendapatan yang tidak diketahui. Hal ini informasi, seperti dari pengurus dan kader
karena penulis tidak mendapatkan informasi yang ada di Posyandu, dokter pribadi,
selain jenis pekerjaannya saja karena yang at aupu n b idan te m pat pa ra i bu
mengantarkan bayi dan balitanya bukan berkonsultasi tentang perkembangan bayi
ibunya, tetapi pembantu atau saudaranya dan balitanya. Selain itu, informasi lainnya
yang tidak banyak mengetahui tentang diperoleh dari koran, majalah, televisi,
pendapatan keluarga tersebut. at aupu n ra dio . Hu bun gan anta ra
pengetahuan ibu tentang gizi untuk bayi dan
4. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
balitanya dapat dilihat dalam Tabel 7.
Agar keperluan gizi bagi bayi dan Dari tabel tersebut tampak bahwa
balita terpenuhi, perlu adanya pengetahuan cukup banyak penyebab status gizi kurang

Tabel 7
Komposisi Pendapatan Kepala Keluarga dan Status Gizi Bayi dan Balita
Berdasarkan Indikator (BB|U)

PENGETAHUAN IBU Status Gizi Bayi dan Balita

TENTANG GIZI GKTB GKTS GKTR GN GL TOTAL

Satu sumber informasi 1 4 34 247 4 290

Dua sumber informasi 0 1 4 31 1 37

Tiga sumber informasi 0 2 4 26 2 34

Empat atau lebih 0 1 0 39 0 40


sumber informasi

250

200

150

100

50 > 3 sumber
3 sumber
0 2 sumber
GKTB 1 sumber
GKTS
GKTR
GN
GL

Gambar 3
Komposisi Pendapatan Kepala Keluarga dan Status Gizi Bayi dan Balita
Berdasarkan Indikator (BB|U)

21
SITI SUNENDARI. Peubah Antropometri untuk Menelusuri Status Gizi Balita Dikaitkan dengan ...

untuk bayi dan balita disebabkan karena gizi baik adalah gizi normal dan gizi lebih.
kurangnya informasi yang diperoleh seorang Tampak bahwa cukup banyak bayi dan balita
ibu mengenai gizi bagi bayi dan balitanya. yang m enderita giz i kurang, dengan
Bila diperhatikan dari Tabel 3 hingga menggunakan indikator (BB|TB) dan (BB|U)
Tabel 7 di atas, dengan menggunakan mas ing masing terdapat 13,9 7% dan
indikator (BB|U) dan ukuran Simpangan Baku 12,72%. Persentase terbesar yang meng-
Satuan (SBS), yang paling dominan penyebab gambarkan gizi bayi dan balita baik adalah
status gizi balita kurang adalah dikarenakan dengan menggunakan indikator (TB|U) yaitu
kurangnya informasi yang didapat untuk sebesar 89 ,7 8%. Yang terak hir ini
kelangsungan kemajuan ataupun perbaikan menunjukkan bahwa dengan menggunakan
gizi bagi putra putrinya. indikator (TB|U), diperoleh gambaran
keadaan gizi bayi dan balita pengunjung
5. Pendugaan Status Gizi
Posyandu pada saat penelitian berlangsung
Telah diuraikan di atas bahwa hasil dapat dikatakan baik.
suatu pengukuran antropometri baru dapat Bila diperhatikan, pengaruh status gizi
disimpulkan setelah dibandingkan dengan bayi dan balita berdasarkan berbagai
suatu standar. Dari hasil perbandingan antara indikator antropometri dengan menggunakan
ukuran antropometri yang digunakan meliputi persentase terhadap median (PDM), maka
indikator (BB|U), (TB|U) dan (BB|TB) dengan akan didapatkan penyebaran status gizi balita
standar, diperoleh ketetapan bahwa status yang lengkap dalam penggolongan status
gizi anak balita dengan ukuran berbeda gizinya. Penyebaran hasil pengukuran sta-
memberikan hasil pengukuran status gizi tus gizi bayi dan balita dengan menggunakan
yang berbeda pula. Penyebaran hasil ukuran PDM dapat dilihat dalam gambar 5.
pengukuran status gizi bayi dan balita yang Dengan menggunakan ukuran PDM,
telah dibandingkan dengan standar dapat penderita gizi kurang terjaring untuk
dilihat dalam Gambar 4. indikator (TB|U) sebanyak 21,70%. Penderita
Dalam tabel dan gambar sebelum- gizi kurang ini mayoritas berasal dari orang
nya, kelompok gizi kurang terdiri gizi kurang tua yang berpendidik an SMA dengan
taraf berat, gizi kurang taraf sedang dan gizi pekerjaannya swasta dengan penghasilan
kurang taraf rendah. Sedangkan kelompok rata rata per bulannya berkisar antara Rp

Gambar 4
Persentase Pengukuran Status Gizi Bayi dan Balita Berdasarkan
Beberapa Indikator dengan Menggunakan Ukuran SBS

22
MIMBAR, Vol. XXV, No. 1 (Januari - Juni 2009): 15-24

Gambar 5
Persentase Hasil Pengukuran Status Gizi Bayi dan Balita Berdasarkan
Beberapa Indikator dengan Menggunakan Ukuran PDM

500.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,-. status gizi kurang taraf berat, 2 % bayi dan
Penderita gizi kurang ini pun dari ibu yang balita dengan status gizi kurang taraf sedang,
berpendidikan sama dengan suaminya, yaitu 10,47 % bayi dan balita dengan status gizi
SMA, dan pengetahuan ibu tentang gizi hanya kurang taraf ringan, 85,54 % ayi dan balita
diperoleh dari satu sumber saja, yaitu dari dengan status gizi normal dan hanya sebesar
Posyandu ketika ibu itu datang setiap 1,74 % bayi dan balita tergolong status gizi
bulannya. lebih.
Dalam penelitian, ini tidak dilakukan
B. Membandingkan Hasil Pengukuran pemilihan parameter atau ukuran terbaik, di
Status Gizi Balita sini hanya membandingkan antar-parameter
saja, karena masing masing parameter
Berdasarkan tabel sebelumnya dan
mempunyai kemampuan tersendiri untuk
gambar y ang ditampilkan dengan
dapat digunakan dalam mendeteksi status
menggunakan ketiga indikator parameter
gizi di masing masing tempat.
antropometri, bila dilakukan perbandingan
ternyata ukuran SB S memerlihatkan
III. PENUTUP
penyebaran yang lebih mudah dalam
menggolongkan seseorang ke berbagai sta- Secara keseluruhan dapat disimpulkan
tus gizi. Sedangkan dengan ukuran PDM ada bahwa pertama, jenjang pendidkan ayah dan
yang tidak lengkap dalam menggolongkan ibu kurang berperan dalam menagani
seseorang ke dalam status gizi buruk masalah status gizi bayi dan balita, begitu
tertentu. Dengan menggunakan ukuran SBS juga pekerjaan ayah dan pendapatan yang
untuk indikator (BB|TB) terjaring sekitar 1,25 diperoleh. Pengaruh terbesar terhadap
% bayi dan balita yang menderika gizi kurang adanya kekurangan gizi pada bayi dan balita,
taraf ringan, 84,29 % bayi dan balita dengan terjadi pada informasi yang kurang dari
status gizi normal dan 1,74 % bayi dan balita seorang ibu, tentang gizi yang baik untuk
yang termasuk gizi lebih. Begitu juga untuk putra putrinya. Hal ini disebabkan karena ibu
prevalensi status gizi untuk indikator (BB|U), hanya mendapatkan informasi tersebut
terjaring 0,25 % bayi dan balita dengan berasal dari satu sumber saja, yang kadang-

23
SITI SUNENDARI. Peubah Antropometri untuk Menelusuri Status Gizi Balita Dikaitkan dengan ...

kadang informasi itu tidak sampai pada ibu, Kedua, hasil penelitian menunjukkan,
karena bayi dan balita diantar oleh pembantu besarnya penderita gizi kurang disebabkan
yang tidak menyampaikan informasi ini kurangnya informasi seorang ibu dalam hal
kepada majikannya. gizi, sehingga perlu kiranya diadakan
Kedua, dilihat dari parameter yang penyuluhan mengenai gizi untuk bayi dan
digunakan berdasarkan ukuran SBS, ternyata balita di setiap Posyandu secara berkala.
indikator (BB|U) dan (BB|TB) menunjukkan Terakhir, penelitian mengenai metodologi
hasil status gizi baik terendah, yaitu masing- penilaian status gizi dengan beberapa pa-
masing 87,28% dan 86,03 %. Sedangkan rameter antropometri perlu dilanjutkan
pada indikator (TB|U) menunjukkan status dengan menggunakan sampel yang lebih
gizi baik untuk bayi dan balita tertinggi, yaitu besar, agar hasilnya dapat digunakan secara
89,78%. Jika yang digunakan adalah ukuran lebih meluas.
PDM, ternyata status gizi bai terendah
diperoleh pada indikator (TB|U), yaitu
sebesar 78,30%. Daftar Pustaka
Terakhir, melihat dari ukuran yang
digunakan, yaitu SBS dan PDM, ternyata Abunain, D. (1979). Penentuan Status
terdapat perbedaan hasil dalam menentukan Kesehatan Secara Antro po metri,
status gizi seseorang. Di sini, tidak dapat Puslitbang Gizi, Bogor
dikatakan ukuran mana yang terbaik, karena Beaton, G. H., dan Bengoa, J. M. (1973). Prac-
masing m as ing uk uran dan indik ator tical Population Indicator of Health and
mempunyai kemampuan tersendiri untuk Nutrition, In Nutrition and Preventive
digunakan dalam mendeteksi status gizi Medicine, WHO, Genewa.
seseorang. Husaini, Y. K, dan Husaini, H. (1986).
Dari kesimpulan yang didapat, dapat Antropometri Anak Sehat Berumur 0
direkomendasikan bahwa, pertama sejauh sampai 60 bulan, Suatu Sumbangan ke
umur bayi dan balita dapat diketahui dengan arah Standaris as i Antropom etri
tepat, maka disarankan agar penilaian sta- Nasional, Berita Ilmu Pengetahuan dan
tus gizi balita menggunakan indikator (BB|U) Teknologi.
ukuran SBS. Sedangkan jika umur sulit Nurdjanah, D. (1987). Tinjauan Keadaan Gizi
diperoleh dengan tepat, sebaiknya digunakan Bayi pada Masyarakat Pedes aan ,
indikator (BB|TB) ukuran SBS. Fakultas Kedokteran Unpad, Bandung.

24

Anda mungkin juga menyukai