Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINDAKAN OBSTETRI PADA PERTOLONGAN PERSALINAN

EKSTRAKSI VAKUM

PENGERTIAN
Penggunaan vakum ekstraktor (kadang-kadang disebut ventous, ekstraktor atau alat
Malmstrom) untuk mempercepat persalinan makin populer dalam beberapa tahun terakhir,
walaupun cara ini telah diketahui sejak lama. Beberapa negara lebih memilih vakum
ekstraktor dibandingkan dengan forseps dengan keyakinan pada penggunaan vakum
ekstraktor kejadian morbiditas pada bayi baru lahir, terutama luka remuk (crush injury) pada
kepala janin lebih sedikit (Anata, 1991). Beberapa studi mutakhir menunjukkan bahwa
vakum ekstraktor memiliki lebih banyak keuntungan dibandingkan persalinan dengan
forseps, lebih-lebih karena ekstraksi vakum dapat dilakukan sebelum pembukaan serviks
lengkap. Namun keberhasilan metode ini juga sangat tergantung pada pelaksanaan yang
benar dan kompetensi operator.
Dalam suatu studi mutakhir yang membandingkan hasil antara ekstraksi forseps dan vakum,
diketahui bahwa lebih banyak ibu bersalin di kelompok vakum yang dapat melahirkan per
vaginam dibandingkan di kelompok forseps. Mereka juga menemukan lebih sedikit ibu
bersalin dengan kerusakan sfinkter ani atau pelebaran luka bagian atas vagina di kelompok
vakum yang secara statistik bermakna bila dibandingkan dengan kelompok forseps (Johnson,
Rice dkk, 1994).
Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan mortalitas maupun
morbiditas ibu dan bayi antara kelompok forseps dibandingkan dengan kelompok vakum
(Achanna dan Monga, 1994, William, Knuppel dkk., 1991, Sharma, Nanda dan Gulati,
1989). Kesimpulannya adalah vakum ekstraktor sama amannya dibandingkan dengan
forseps.
Perlu diinformasikan kepada ibu, suaminya dan anggota keluarga lainnya bahwa bayi akan
memiliki pembengkakan besar di kepalanya yang khas bentuknya (harus dibedakan dengan
suatu cephal hematoma karena trauma), karena bendungan cairan oleh pengisapan.
Pembengkakan ini akan hilang dalam 24 jam, walaupun bisa lebih lama. Pemantauan secara
ketat perlu dilakukan untuk mengetahui secara dini adanya kegagalan penyusutan dan
segera merujuk ke dokter ahli anak atau dokter.
Sesuai dengan Peraturan Menkes RI no. 572 tahun1994, Bidan diperkenankan untuk
melakukan ekstraksi vakum pada saat pembukaan lengkap dan kepala berada didasar
panggul.

Vakum ekstraktor sama amannya dengan forseps bila digunakan oleh operator
yang terlatih dan kompeten.
Persalinan menggunakan vakum ekstraktor tidak meningkatkan morbiditas /
mortalitas bayi baru lahir maupun ibu.

Ekstraksi vakum mempunyai keunggulan dalam menolong distosia pada oksiput posterior
dan melintang (transverse arrest). Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 2-1


membuat cengkeraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif. Mangkok logam atau
silastik akan memegang kulit kepala sebagai akibat tekanan negatif, menjadi kaput artifisial.
Mangkok dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan)
melalui seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan intrauterin
(oleh kontraksi), tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraktor
vakum).

TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampu untuk melakukan tindakan ekstraksi
vakum.

TUJUAN KHUSUS
Untuk mencapai tujuan umum, peserta akan mampu untuk:
ƒ Mengetahui indikasi dan kontraindikasi untuk ekstraksi vakum
ƒ Mengetahui syarat untuk ekstraksi vakum
ƒ Menentukan dan melakukan tindakan penatalaksanaan Ekstraksi vakum dengan benar

INDIKASI
Kala II lama dengan presentasi belakang kepala/ verteks (pemantauan Partograf). Biasanya
kepala tidak lahir karena adanya lilitan tali pusat, inertia uteri dan malposisi.

KONTRA INDIKASI
ƒ Malpresentasi (dahi, puncak kepala, muka, bokong)
ƒ Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul)

SYARAT KHUSUS
ƒ Pembukaan serviks lengkap
ƒ Presentasi kepala
ƒ Cukup bulan (aterm)
ƒ Tidak ada kesempitan panggul
ƒ Anak hidup
ƒ Penurunan kepala stasion 0 atau tidak lebih dari 2/5 diatas simfisis
ƒ Kontraksi baik
ƒ Ketuban sudah pecah
ƒ Alat berfungsi baik

Kegagalan ekstraksi vakum


• Kepala tidak turun setelah 3 kali penarikan atau tidak lahir setelah 25 menit
• Tekanan vakum bocor – alat tak berfungsi
Penyebab kepala tidak turun ialah: CPD, lilitan tali pusat yang erat.
Ekstraksi vakum dihentikan bila kepala tidak turun atau terjadi bradikardia berat (gawat
janin); lakukan seksio sesaria segera (bila perlu dengan anestesi lokal) dan sementara bayi
belum dilahirkan dilakukan resusitasi intra uterin dengan tokolisis.

2-2 Buku Acuan


Gambar 2.1 Teknik ekstraksi vakum

Gambar 2.2 Cara pemasangan dan penarikan ekstraktor vakum

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 2-3


DISTOSIA BAHU

Makrosomia pada kehamilan cukup bulan adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan
peningkatan morbiditas maternal dan neonatal, termasuk peningkatan kemungkinan
persalinan dengan bedah Caesar dan distosia bahu. Makrosomia ditentukan dengan adanya
kehamilan dengan berat bayi > 4,000 gram (Delpara, 1991). Dalam persalinan per vaginam,
distosia bahu dicurigai pada taksiran besar, waktu persalinan yang memanjang dan
pertolongan persalinan dengan ekstraksi vakum.
Penelitian observasional pada saat ini menyarankan untuk tidak melakukan induksi
persalinan pada persalinan dengan kecurigaan makrosomia, berkaitan dengan risiko
morbiditas pada ibu dan neonatal (Friesen 1995; Weeks 1995)
Bukti ilmiah pada saat ini menunjukkan bahwa apabila diperlukan pertolongan pada
persalinan per vaginam, ekstraksi vakum menjadi pilihan yang pertama, terutama oleh
karena secara bermakna tindakan ini memiliki risiko perlukaan pada ibu yang terendah
(Chalmers dkk. 1989).

PENGERTIAN
Setelah kelahiran kepala akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada
pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada
sumbu miring (oblique) dibawah ospubis. Dorongan pada saat ibu mengedan akan
menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul, dan tetap berada pada
posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan dengan
simfisis.
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat
kedalam panggul (mis. pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II
yang pendek pada multipara, sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat akan
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui
pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat
masuk kedalam panggul.

Distosia bahu adalah suatu keadaan yang tidak dapat diduga sebelumnya

Distosia bahu adalah kegawat daruratan obstetrik. Kegagalan untuk melahirkan bahu secara
spontan menempatkan ibu dan bayi berisiko untuk terjadinya trauma. Insidens distosia bahu
secara keseluruhan berkisar antara 0.3-1%, sedangkan pada berat badan bayi diatas 4,000 g
insidens meningkat menjadi 5-7% dan pada berat badan bayi lebih dari 4,500 g insidensnya
menjadi antara 8-10%.

TUJUAN UMUM
Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampu untuk menentukan diagnosis dan
penatalaksanaan distosia bahu

TUJUAN KHUSUS
Untuk mencapai tujuan umum, peserta akan:
ƒ Mengenali faktor risiko dan tanda dari distosia bahu
ƒ Melakukan penatalaksanaan Distosia bahu

2-4 Buku Acuan


Faktor Risiko
ƒ Makrosomia (> 4000 g)
- Taksiran berat janin pada kehamilan ini
- Riwayat persalinan dengan bayi makrosomia
- Riwayat keluarga dengan Makrosomia
ƒ Diabetes gestasional
ƒ Multiparitas
ƒ Persalinan lewat bulan

Tanda
Tanda yang harus diwaspadai terhadap adanya kemungkinan distosia bahu:
ƒ Kala II persalinan yang memanjang
ƒ Kepala bayi melekat pada perineum (recoil of head on perineum -Turtle's sign)

Prognosis
1. Distosia bahu dapat menyebabkan terjadinya kompresi pada tali pusat dan
mengakibatkan
ƒ Penurunan pH arterial pH 0.04 setiap menit
ƒ Penurunan pH arterial 0.28 setelah tujuh menit
ƒ pH arterial dibawah 7.0 akan menyebabkan tindakan resusitasi menjadi sulit
2. Komplikasi karena distosia bahu
ƒ Kerusakan pleksus brachialis karena rudapaksa dalam persalinan (10%)
Keadaan ini pada umumnya akan mengalami perbaikan pada tahun pertama, tetapi
beberapa diantaranya menjadi kelainan menetap
ƒ Erb-Duchenne Palsy
Kerusakan terjadi pada nervus servikal setinggi tulang belakang servikal V dan VI
ƒ Paralisis Klumpke's
Paralisis yang terjadi pada nervus kolumna vertebralis setinggi tulang belakang
servikal VIII dan thorakal I
ƒ Patah tulang
- Fraktur Klavikula
- Fraktur Humerus
ƒ Asfiksia janin
ƒ Kematian bayi

MASALAH
Kepala bayi telah lahir tetapi bahu terhambat dan tidak dapat dilahirkan

PENGELOLAAN UMUM
Selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu pada setiap persalinan,
terutama sebagai antisipasi terhadap taksiran berat janin yang besar dan persalinan pada ibu
dengan Diabetes mellitus.
Harus selalu diupayakan untuk melakukan deteksi dini bayi makrosomia.
Dianjurkan agar proaktif melakukan seksio sesarea bila terdapat makrosomia.

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 2-5


INDIKASI
ƒ Distosia bahu

SYARAT
ƒ Kondisi vital ibu cukup memadai, sehingga dapat bekerja sama untuk menyelesaikan
persalinan
ƒ Masih memiliki kemampuan untuk mengedan
ƒ Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi
ƒ Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
ƒ Bukan monstrum atau kelainan kongenital yang menghalangi keluarnya bayi

TINDAKAN OBSTETRI
Episiotomi
Episiotomi hanya diperlukan pada pengelolaan distosia bahu dengan melakukan pemutaran,
oleh karena pada dasarnya distosia bahu adalah pertemuan tulang bahu dengan simfisis,
sehingga episiotomi saja tidak akan bermanfaat untuk melepaskan bahu.
Manuver McRoberts
Dua manuver yang umum dilakukan sebagai langkah pertama untuk melepaskan distosia
bahu adalah (1) manuver McRoberts dan (2) penekanan suprapubik, karena kedua tindakan
ini tidak menyebabkan efek negatif dan sangat efektif.

Gambar 2.3 Manuver McRoberts

2-6 Buku Acuan


Penekanan Suprapubik
Dilakukan sebagai upaya untuk melepaskan bahu dari belakang simfisis pada distosia bahu.
Tindakan ini dilakukan oleh asisten dengan cara mengepalkan tangan, menempatkannya
diatas os pubis dan menekan kebawah bahu janin. Oleh karena distosia bahu disebabkan
karena bahu janin memasuki panggul pada posisi antero-posterior, maka penekanan bahu
depan ke satu sisi akan mengubah posisi bahu menjadi oblique, sehingga bahu dapat
dilahirkan. Manuver McRoberts yang diikuti dengan penekanan suprapubik sering sudah
melahirkan 50-60% kasus dengan distosia bahu.

Gambar 2.4 Tehnik melahirkan bahu pada distosia


Manuver Hibbard (1969 / Resnick (1980)

Gambar 2.5 Suprapubic pressure (Massanti maneuver)

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 2-7


Manuver “Corkscrew” dari Woods
Prosedur ini dilakukan dengan melakukan pemutaran bahu belakang ke depan untuk
melepaskan bahu depan yang berada dibawah simfisis. Variasi dari tindakan ini adalah
manuver Rubin yang dilakukan dengan melakukan pemutaran pada dinding belakang bahu
depan, sehingga akan menyebabkan fleksi bahu kearah dada dan pemendekan jarak
diantara kedua bahu.

Gambar 2.7 Manuver “Corkscrew” dari Woods

2-8 Buku Acuan


Gambar 2.8 Manuver Rubin

Gambar 2.9 Melahirkan bahu belakang (Schwartz dan Dixon)

Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar 2-9


* Tangan penolong menyusuri lengan belakang dan menarik tangan keluar. Bahu depan
dapat lahir biasa (D), namun bila ternyata sukar, bayi diputar (E), sehingga bahu depan
lahir di belakang (F)

RINGKASAN
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat
kedalam panggul (mis. pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II
yang pendek pada multipara, sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat akan
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui
pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat
masuk kedalam panggul.
Selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu pada setiap persalinan,
terutama sebagai antisipasi terhadap taksiran berat janin yang besar dan persalinan pada ibu
dengan Diabetes mellitus. Harus selalu diupayakan untuk melakukan deteksi dini bayi
makrosomia. Dianjurkan agar proaktif melakukan seksio sesarea bila terdapat makrosomia.
Tidak ada perbedaan mortalitas maupun morbiditas ibu dan bayi antara kelompok forseps
dibandingkan dengan kelompok vakum.
Syarat khusus untuk tindakan ekstraksi vakum adalah c Pembukaan serviks lengkap, d
Presentasi kepala, e Cukup bulan (aterm), f Tidak ada kesempitan panggul, g Anak hidup,
h Penurunan kepala stasion 0 atau tidak lebih dari 2/5 diatas simfisis, i Kontraksi baik,
jKetuban sudah pecah, k Alat berfungsi baik.

2-10 Buku Acuan

Anda mungkin juga menyukai