Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KDK-PO2

KONSEP ADMINISTRASI KAMAR BEDAH

DISUSUN OLEH :

NURUL ALIFIA ANGGUN 1514301024


SEPTA OBARA 1514301029
ZAKARIA 15143010

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat sehingga makalah mata kuliah KDK-PO2 yang berjudul “Konsep
Pelayanan Kamar Bedah” dapat diselesaikan sesuai target yang ingin dicapai oleh penulis.
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai definisi,
tujuan, manfaat serta prinsip teknik steril di kamar bedah. Selain itu, makalah ini juga dibuat
untuk menambah wawasan bagi penulis.
Semoga usaha pembuatan makalah yang telah dikerahkan ini dapat membuahkan hasil yang
maksimal dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mohon maaf, karena
sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

Bandar Lampung, 16 September 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi, prosedur tindakan pembedahan pun


mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dimana perkembangan teknologi mutakhir telah
mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang lebih kompleks dengan penggunaan
teknik bedah mikro atau penggunaan laser, peralatan by Pass yang lebih canggih dan peralatan
monitoring yang lebih sensitif. Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi
terkait dengan penggunaan obat-obatan anestesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan
berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anestesi tentunya
harus diikuti pula dengan peningkatan sistem pencatatan medis elektronik yang semuanya itu
harus didukung dengan kemampuan personil sehingga hasil yang diharapkan dari pasien bisa
tercapai.

Beberapa alasan kenapa diperlukan pencatatan keperawatan:

1. Untuk mengkomunikasikan data pasien sehingga tim kesehatan lain mampu mengenali
potensi penyimpangan dalam status pasien, pola perilaku, atau norma organisasi.
2. Untuk mengkomunikasikan apa yang masih perlu dilakukan untuk memenuhi rencana
perawatan pasien
3. Untuk menggambarkan bagaimana rencana perawatan umum telah disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan individual pasien
4. Untuk melindungi perawat dan institusi dari ancaman malpraktik.

Pencatatan juga menyediakan informasi yang dapat berfungsi sebagai penagihan biaya rumah
sakit, menentukan staf yang diperlukan secara optimal. Selain itu, pencatatan membantu untuk
membangun data yang dapat digunakan untuk tujuan penelitian dan kualitas serta mengevaluasi
hasil perawatan.

Menurut Junttila et al, masalah dan kekurangan dalam pencatatan keperawatan di seluruh
dunia adalah tidak memadai, tidak tepat, salah penafsiran, tidak koheren, tidak konsisten, tidak
teratur, data paralel atau berlebihan, memakan waktu lama, dan tidak memiliki standar
terminologi. Menurut Moloney dan Maggs, seSebagian besar institusi pendidikan dan ilmuwan
telah berupaya mengembangkan pencatatan keperawatan. Dan hasilnya semua sama, tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa perencanaan perawatan atau pencatatan keperawatan
mempunyai efek yang dapat diukur pada pasien

Perubahan pencatatan keperawatan dari manual ke elektronik telah menekankan


pentingnya informasi pencatatan. Dengan pencatatan elektronik penggunaan terminologi standar
lebih mudah dan banyak disukai sehingga memudahkan perawat dapat mengumpulkan data yang
berharga untuk membuat keperawatan lebih terukur dan lebih mudah untuk pengambilan
keputusan.

Dalam sistematis review Collab Cochrane, Currell dan Urquhart tidak menemukan bukti bahwa
perubahan dalam sistem pencatatan akan mempengaruhi praktek keperawatan. Dengan demikian
sistem pencatatan memberikan kontribusi pada perawatan pasien, administrasi rumah sakit,
pemegang kebijakan, konsumen dan perawat yang bekerja di luar departemen operasi. Dalam
menjawab tantangan ini standar pencatatan perawatan perioperatif sangat penting untuk
menjamin kelangsungan perawatan pasien selama diruang operasi.

Di Amerika Serikat, Meskipun sistem EMR (Elektronic Medical Record) dengan CPOE
(Computer Provider Order Entry) telah ada selama lebih dari 30 tahun, kurang dari 10 persen
dari rumah sakit pada tahun 2006 memiliki sistem yang terintegrasi penuh. Pada tahun 2008
sebanyak 38,4% dari dokter dilaporkan menggunakan sebagian sistem rekam medis elektronik
sepenuhnya. Namun, penelitian yang sama menemukan bahwa hanya 20,4% dari semua dokter
dilaporkan menggunakan sistem ini sebagai fungsi minimal aeperti : perintah untuk resep,
pesanan untuk tes, melihat hasil laboratorium dan catatan klinis.

Di Finlandia, catatan kesehatan elektronik harus digunakan secara nasional pada April
2011. Tujuannya adalah untuk mengamankan akses ke informasi bagi mereka yang terlibat
dalam perawatan kapan dan dimana saja baik di sektor umum ataupun swasta. Sebagai bagian
dari proyek ini, Departemen Sosial dan Kesehatan Finlandia mengembangan pencatatan
keperawatan terstruktur.

1.1. Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan pelayanan administrasi kamar bedah ?
2. Apa fungsi pelayanan administrasi kamar bedah ?
3. Apa tujuan dari pencatatan administrasi kamar bedah ?
4. Apa saja kebijakan pelayanan administrasi kamar bedah ?
5. Apa saja pencatatan keperawatan perioperatif ?

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan pelayanan administrasi kamar bedah
2. Untuk mengetahui fungsi administrasi kamar bedah
3. Untuk mengetahui tujuan dari pencatatan administrasi kamar bedah
4. Untuk mengetahui kebijakan pelayanan administrasi kamar bedah
5. Untuk mengetahui aja saja pencatatan keperawatan perioperatif
BAB II
PEMBAHASAN

2. Pengertian Pelayanan Administrasi Kamar Bedah

Ruang ini merupakan tempat atau pusat pelayanan administrasi dari ruangan bedah. Ruang
ini berada pada daerah bebas dan tidak berhubungan langsung dengan ruangan lain dalam
ruang bedah, kecuali melalui sistem jendela. Ini dikarenakan petugas di ruang administrasi
ini sering harus berhubungan dengan orang luar. Ruangan dimana ruang administrasinya
mempunyai pintu yang berhubungan langsung dengan ruangan bedah lainnya maka harus
ada aturan khusus yang membatasi petugas administrasi untuk keluar masuk ke dalam
ruangan bedah.

Ruang administrasi memerlukan peralatan sebagai berikut :

 Kursi dan meja tulis sesuai dengan kebutuhan.


 Mesin ketik / komputer.
 Filling kabinet.
 Alat komunikasi / telepon.
 Papan pengumuman
 Whiteboard untuk mencatat jadwal operasi.
 Tempat Sampah

2.1. Fungsi Pelayanan Administrasi Kamar Bedah

 Melayani administrasi antara ruangan bedah dengan rumah sakit.


 Melayani administrasi antara ruangan bedah dengan bagian atau unit-unit
lainnya di rumah sakit.
 Menyediakan keperluan administrasi dari pasien-pasien yang akan dilakukan
pembedahan baik yang di rawat inap maupun yang rawat jalan ( one day care ) dimana
administrasi disini berhubungan dengan keuangan.
 Melayani contoh darah atau jaringan dari pasien yang sementara menjalani
pembedahan untuk disampaikan ke laboratorium. Beberapa rumah sakit lain untuk hal
diatas ada fasilitas langsung dari kamar bedah ke laboratorium melalui suatu sistem
transfer yang khusus.
 Mencatat jadwal operasi untuk hari berikutnya dengan berkoordinasi dengan
unit-unit perawatan.

2.2. Tujuan Pelayanan Administrasi Kamar Bedah


1. Peningkatan mutu pelayanan kamar bedah yang dilaksanakan secara komprehensif yaitu
pelayanan pembedahan selama 24 jam sehingga terlaksananya pelayanan secara cepat
dan tepat dan terpadu terhadap pasien pre operasi baik cito maupun elektif.
2. Memastikan tim medis dan keperawatan kamar bedah mengetahui dan memahami
ketentuan pada pasien yang akan dilakukan operasi di unit kamar bedah.
3. Untuk mengkomunikasikan data pasien sehingga tim kesehatan lain mampu mengenali
potensi penyimpangan dalam status pasien, pola perilaku, atau norma organisasi.
4. Untuk mengkomunikasikan apa yang masih perlu dilakukan untuk memenuhi rencana
perawatan pasien
5. Untuk menggambarkan bagaimana rencana perawatan umum telah disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan individual pasien
6. Memastikan bahwa prosedur pembedahan dilakukan pada benar pasien, benar lokais,
serta benar tindakan dan prosedur

2.3. Kebijakan Pelayanan Administrasi Kamar Bedah


1. Penerimaan jadwal operasi berdasarkan kasus urgency/cito dan elective, hal ini tim
kamar bedah akan mengatur jadwal ulang bila ada pasien yang akan direncanakan
operasi cito, sedangkan operasi dilakukan secara electife satu hari sebelumnya tim
kamar bedah akan mengecek kembali keruangan sesuai jadwal yang sudah terdaftar
sebelumnya.

2. Setiap pasien yang akan dilakukan prosedur pembedahan saat diantar oleh petugas
ruangan harus ada serah terima dengan staf kamar bedah dengan cara mengecek seluruh
identitas pasien, memastikan daerah yang akan dioperasi dan ditandai serta tehnik
operasi yang akan dilakukan, memastikan inform concent sudah dibuat oleh pihak
keluarga atau pasien itu sendiri yang dianggap sudah memenuhi syarat, persiapan
operasi dengan bukti checklist serah terima pasien.

3. Setiap pasien yang akan dilakukan proses pembedahan harus dilakukan verifikasi pasien
dengan menggunakan surgical safety checklist berupa :
a) Sign in
Yaitu penilaian terhadap pasien sebelum dilakukan induksi anestesi oleh ahli
anestesi.
b) Time out
Yaitu penilaian terhadap pasien sebelum dilakukan insisi kulit oleh ahli bedah.
c) Sign out
Yaitu penilaian terhadap pasien sebelum meninggalkan kamar operasi.

4. Setiap selesai melakukan tindakan pembedahan, ahli bedah harus menulis laporan
operasi secara rinci, temuan selama operasi, instruksi setelah operasi dan
menandatangani semua checklist yang berkaitan dengan surgical safety prosedur
(surgery safety checklist, checklist penghitungan alat).

2.4. Pencatatan Keperawatan Perioperatif

1. Pencatatan keperawatan perioperatif : Domain Keselamatan pasien

 Administrasi obat
 Verifikasi alergi
 Pengambilan Pengambilan Spesimen
 Klasifikasi luka
 Posisi tubuh setelah operasi
 Bahan sisa operasi pasien: banyak dan nomor seri
 Jenis kateter
 Lokasi kateter
 Manset Tekanan darah : inflasi dan deflasi
 Identifikasi pasien
 Observasi luka operasi/tempat penusukan kanula
 Bahan tersisa dalam pasien: tipe
 Bahan tersisa dalam pasien: ukuran
 Posisi perioperatif
 Kejadian yang berkaitan dengan hasil perioperatif pasien
 Lokasi saluran
 Sensori
 Lokasi Kanula
 Kehadiran perangkat palsu
 Disposisi perangkat palsu
 Jenis Isolasi
 Posisi tubuh setelah operasi
 Sisa sisa operasi, ketajaman, dan jumlah instrumen
 Manset tekana darah : tekanan
 Jenis Kanula
 Pesanan Spesimen
 Ppesanan test
 Pengobatan luka operasi / tempat penusukan kanula
 Verifikasi kriteria pembuangan kotoran
 Kondisi kulit
 Penempatan manset tekanan darah
 Bahan tersisa dari pasien: nama produsen atau distributor
 Bahan tersisa dari pasien: tanggal kadaluarsa
 Penggunaan intraoperatif x-ray atau fluoroskopi
 Penggunaan irigasi atau cairan lainnya
 Peringatan tentang posisi tubuh setelah operasi
 Kehadiran alat bantu sensorik (misalnya, alat bantu dengar)
 Jenis saluran
 Jenis perawatan luka
 Reposisi perioperatif
 Mobilisasi pasien
 Kondisi kulit setelah prosedur
 Electrosurgical unit: penempatan lapisan dispersif
 Penggunaan laser: waktu
 Lokasi perawatan luka
 Disposisi alat bantu sensorik (misalnya, alat bantu dengar)
 Penggunaan laser : kekuatan
 Pelindung perangkat selama x-ray
 Lokasi balutan
 Preparat kulit
 Lokasi bahan radioaktif
 Jenis laser yang digunakan
 Teknis peralatan yang digunakan dalam operasi (misalnya, mikroskop)
 Jenis balutan
 Cairan preparat kulit
 Identifikasi perangkat laser
 Identifikasi perangkat electrosurgical
 Identifikasi perangkat manset
 Identifikasi perangkat pengaturan suhu

2. Pencatatan keperawatan perioperatif :

2. Domain Respon Fisiologis

 Cara anestesi
 Monitoring dan Mempertahankan fungsi vital: fungsi jantung
 Pemberian antibiotic profilaksis
 Pengobatan mual
 Pemberian darah atau produk darah
 SStatus dasar kesehatan
 Status NPO (Nothing per oral)
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: perdarahan
 Klasifikasi Status Fisik
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: pernafasan
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: buang air kecil
 Evaluasi menagemen nyeri manajemen
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: tingkat kesadaran
 KKondisi dan status pasien setelah prosedur
 Fungsi dasar jantung
 TTingkat kesadaran
 PPembekuan darah
 PFungsi pernapasan
 Manajemen pencegahan nyeri
 MManajemen pengobatan nyeri
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: sekresi saluran
 Pemberitahuan tentang persiapan pra operasi
 KKeseimbangan cairan
 Pencegahan mual
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: keseimbangan cairan
 Pengaruh anestesi regional
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: gula darah
 Sensasi mual pada saat kedatangan
 Sensasi Nyeri pada saat kedatangan Berat badan Pasien
 Buang air kecil
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: warna kulit, kehangatan, kekeringan
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: suhu tubuh
 RRisiko infeksi
 Tingkatan anestesi
 Monitoring dan mempertahankan fungsi vital: sirkulasi perifer dan sensasi Ketinggian
Pasien
 IIndeks masa tubuh pasien
3. Pencatatan keperawatan perioperatif : Domain Respon perilaku
 Pendidikan kesehatan pasien : manajemen nyeri
 Faktor-faktor yang berkaitan dengan komunikasi
 Pendidikan kesehatan : ambulasi
 PPengalaman dan persepsi pasien
 EEmosional
 Pendidikan kesehatan pasien: perawatan luka
 Budaya
 Pendidikan kesehatan pasien : napas dalam dan batuk
 Psikososial
 Pendidikan kesehatan pasien: perawatan di rumah
 Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan pasien : gizi
 Pendidikan anggota keluarga atau orang lain yang signifikan
 Komunikasi dengan anggota keluarga atau orang lain yang signifikan selama prosedur
pembedahan
4. Pencatatan keperawatan perioperatif : Domain Data Administrasi dan legal

 Persyaratan
 Penilaian risiko
 Identifikasi nama orang yang menyediakan perawatan perioperatif
 Waktu pelaksanaan
 Tempat pembuangan
 Waktu transfer pasien dari ruangan
 Efek samping komplikasi yang berhubungan dengan prosedur pembedahan Ketajaman
asuhan keperawatan (klasifikasi pasien)
 Penggunaan laser: nama anggota staf pandukung dan dokter bedah
 Identifikasi orang-orang yang menyediakan perawatan perioperatif: judul
 Identifikasi orang-orang yang menyediakan perawatan perioperatif: tanda tangan
BAB III
PENUTUP

3. Kesimpulan

Sistem pencatatan administrasi kamar bedah merupakan sistem pencatatan yang


memberikan kontribusi pada perawatan pasien, administrasi rumah sakit, pemegang
kebijakan, konsumen dan perawat yang bekerja di luar departemen operasi. Dalam
menjawab tantangan ini standar pencatatan perawatan sangat penting untuk menjamin
kelangsungan perawatan pasien selama diruang operasi.

3.1. Saran

Perubahan pencatatan keperawatan dari manual ke elektronik telah menekankan pentingnya


informasi pencatatan. Dengan pencatatan elektronik penggunaan terminologi standar lebih
mudah dan banyak disukai sehingga memudahkan perawat dapat mengumpulkan data yang
berharga untuk membuat keperawatan lebih terukur dan lebih mudah untuk pengambilan
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Susan, V. M. K., & Annette, D. (2005). The Perioperative Nursing Data Set-A new

language for documenting care. Association of Operating Room Nurses. AORN Journal,
82(1), 51

Sweeney, P. (2010). The Effects of Information Technology on Perioperative

Nursing. Association of Operating Room Nurses AORN Journal, 92 (5), 528.

Junttila, K. P. R. N., Hupli, M. P. R. N., & Salanterä, S. P. R. N. (2010). The Use of Nursing
Diagnoses in Perioperative Documentation. International Journal of Nursing
Terminologies and Classifications, 21(2), 57.

Beyea, S.C. (2003). Standardized language and Nursing Information Systems

Desribing Professional Nursing Through a Universal Record in Perioperative Setting..


International Journal of NursingTerminologies and classifications : Research Library,
14(4),23

Anda mungkin juga menyukai