Anda di halaman 1dari 25

ASFEKSIA NEONATUS (SISTEM

PERNAPASAN)

Muhammad Oktarizal
172426020SP

PRODI S.1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
DEHASEN BENGKULU
2020
Definisi ASPEKSIA NEONATUS

• Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir


tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau
sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).
Etiologi / Penyebab Asfiksia

• 1. Faktor ibu
• a. Preeklampsia dan eklampsia
• b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau
solusio plasenta)
• c. Partus lama atau partus macet
• d. Demam selama persalinan Infeksi berat
(malaria, sifilis, TBC, HIV)
• e. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42
minggu kehamilan)
• 2. Faktor Tali Pusat
LAN..
• a. Lilitan tali pusat
• b. Tali pusat pendek
• c. Simpul tali pusat
• d. Prolapsus tali pusat
• 3. Faktor Bayi
• a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
• b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi
kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep)
• c. Kelainan bawaan (kongenital)
• d. Air ketuban bercampur mekonium (warna
kehijauan)
• Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga
klasifiasi:
• 1. Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR
7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak
memerlukan tindakan istimewa
• 2. Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR
4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
LANJ..
3. Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan
henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum
lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang
post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia
berat
• Pada asfiksia terjadi pula gangguan
metabolisme dan perubahan keseimbangan
asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat
pertama hanya terjadi asidosis respioratorik.
Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
proses metabolisme an aerobic yang berupa
glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardiovaskular yang
disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya :
• 1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung
akan mempengaruhi fungsi jantung.
• 2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan
menimbulkan kelemahan otot jantung.
• 3. Pengisian udara alveolus yang kurang
adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga
sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi
tubuh lain akan mengalami gangguan.
(Rustam, 1998).
 
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

• 1. Tidak bernafas • 5. DJJ lebih dari


atau bernafas megap- 16Ox/mnt/kurang dari
megap lOOx/menit tidak
• 2. Warna kulit teratur
kebiruan • 6. Mekonium dalam
• 3. Kejang air ketuban pada janin
letak kepala
• 4. Penurunan
kesadaran
Diagnosis

• Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya


merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia
janin.
• Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat
dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga
hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
2. Mekonium dalam air ketuban
3. Pemeriksaan pH darah janin
(Wiknjosastro, 1999)
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-
mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu
:
• 1. Penafasan
• 2. Denyut jantung
• 3. Warna kulit
• Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan
memulai resusitasi atau membuat keputusan
mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian
pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak
bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk
tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
Persiapan Alat Resusitasi
• 1. 2 helai kain / handuk.
• 2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat
berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil,
digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan
untuk mengatur posisi kepala bayi.
• 3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
• 4. Tabung dan sungkup atau balon dan
sungkup neonatal.
• 5. Kotak alat resusitasi.
• 6. Jam atau pencatat waktu.
• (Wiknjosastro, 2007).
Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasi, yaitu
• 1. Memastikan saluran terbuka (AIRWAY)
• a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala
defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
• b. Menghisap mulut, hidung dan kadang
trachea.
• c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa
ET) untuk memastikan saluran pernafasan
terbuka.
• 2. Memulai pernafasan (BREATING0
• a. Memakai rangsangan taksil untuk
memulai pernafasan
• b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup
dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke
mulut (hindari paparan infeksi).
• 3. Mempertahankan sirkulasi (SIRCULATOIN)
• a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi
darah dengan cara Kompresi dada.
• c. Pengobatan
Langkah-Langkah Resusitasi
• 1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat
kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti
tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
• 2. Sisihkan kain yang basah kemudian
tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
• 3. Ganjal bahu BAYI dengan kain setinggi 1
cm (snifing positor).
4. Hisap lendir dengan penghisap
lendir de lee dari mulut, apabila
mulut sudah bersih kemudian
lanjutkan ke hidung.
5. Lakukan rangsangan taktil
dengan cara menyentil telapak kaki
bayi dan mengusap-usap punggung
bayi.
• 6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan
penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil
kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit,
nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer
lakukan observasi, apabila biru beri oksigen.
Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan
ventilasi tekanan positif.
• Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan
ventilasi tekanan positif.
• b. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan
memberikan O2 100 % melalui ambubag atau
masker, masker harus menutupi hidung dan
mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada
ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut,
kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
• c. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut
jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
LAN..
• 2. 100 hentikan bantuan nafas, observasi
nafas spontan.
• 3. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung
teruskan pemberian PPV.
• 4. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan
denyut jantung, lakukan PPV, disertai
kompresi jantung.
• 5. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai
kompresi jantung.
• 6. Kompresi jantung
• Perbandingan kompresi jantung dengan
ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi
jantung
• a. Kedua ibu jari menekan stermun sedalam 1
cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.
• b. Jari tengah dan telunjuk menekan sternum
dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
Lan..
• 7. Lakukan penilaian denyut jantung setiap
30 detik setelah kompresi dada.
• 8. Denyut jantung 80x./menit kompresi
jantung dihentikan, lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat
nafas spontan.
• 9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit,
lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000
dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
Lan..
• 10. Lakukan penilaian denyut jantung janin,
jika > 100 x / menit hentikan obat
• 11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi
pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3
– 5 menit.
• 12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika
denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi
beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB
secara IV selama 2 menit.
SEKIAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai