Anda di halaman 1dari 32

ASFIKSIA

• Batasan
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut
IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia) adalah
kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah
lahir (Prambudi, 2013).
• Penyebab kematian perinatal yang utama
selain BBLR dan Infeksi
Menurut AAP( American Academy of
Pediatrics)
Asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya
O2 pada udara respirasi, yang ditandai dengan:
1. Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis
2. Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep 0-3
3. Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau
hipoksik iskemia ensefalopati)
4. Gangguan multiorgan sistem.
Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir
dengan asidosis.
Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia merupakan
faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru
lahir (BBL) terhadap kehidupan uterin (Grabiel Duc, 1971)
• Asfiksia berarti hipoksia yang progresif,
penimbunan CO2 dan asidosis.
• Bila berlanjut terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian.
• Asfiksia dapat mempengaruhi fungsi organ
vital lainnya.
• Pada bayi yang mengalami kekurangan
oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat
dalam periode yang singkat.
• Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan
akan berhenti, denyut jantung juga mulai
menurun, sedangkan tonus neuromuscular
berkurang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apnea yang dikenal
sebagai apnea primer.
• Perlu diketahui bahwa kondisi pernafasan
megap-megap dan tonus otot yang turun juga
dapat terjadi akibat obat-obat yang diberikan
kepada ibunya.
• Biasanya pemberian perangsangan dan oksigen
selama periode apnea primer dapat merangsang
terjadinya pernafasan spontan.
• Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan megap-megap yang
dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terlihat lemas (flaccid).
• Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apnea yang disebut
apnea sekunder (Saifuddin, 2009).
• Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah
lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya
mengalami gawat janin akan mengalami
asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini
mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali
pusat, atau masalah pada bayi selama atau
sesudah persalinan (Depkes RI, 2009).
Patofisiologi
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena
umbilical dapat terjadi pada saat antepartum,
intrapartum, dan pascapartum saat tali pusat
dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian
yang dapat diperkirakan ketika asfiksia
bertambah berat.
• a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas
ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru,
tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan
lahir atau bila paru tidak mengembang karena
suatu hal, aktivitas singkat ini akan diikuti oleh
henti nafas komplit yang disebut apnea primer.
• b. Setelah waktu singkat-lama asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis
karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai –usaha bernafas
otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat,
kemudian jika paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi
penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan. Selanjutnya bayi akan
memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi yang
tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi.

• c. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun di


bawah 100 kali/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat saat
bayi bernafas terengah-engah tetapi bersama dengan menurun dan
hentinya nafas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang.
Keadaan asam-basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal,
jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.
• d. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan
pelepasan ketokolamin dan zat kimia stress lainnya. Walupun demikian,
tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami
penurunan tajam selama apnea terminal.
• e. Terjadi penurunan pH yang hamper linier
sejak awitan asfiksia. Apnea primer dan apnea
terminal mungkin tidak selalu dapat
dibedakan. Pada umumnya bradikardi berat
dan kondisi syok memburuk apnea terminal.
Faktor Resiko Asfiksia

a. Faktor Ibu

• 1) Preeklampsia dan eklampsia


• 2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
• 3) Partus lama atau partus macet
• 4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria,
sifilis, TBC, HIV)
• 12

• 5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu


kehamilan)
b. Faktor Janin
• Anemia
• Hydrops fetalis, Hydrops fetalis is a condition
in the fetus characterized by an accumulation
of fluid, or edema, in at least two fetal
compartments
• Infeksi
• IUGR, intrauterine growth restriction refers to
a condition in which an unborn baby is smaller
than it should be because it is not growing at a
normal rate inside the womb
• Post maturasi
• bayi preterm (prematur).
b. Faktor Plasenta
• Infark, a localized area of ischemic necrosis
produced by anoxia following occlusion of the
arterial supply or the venous drainage of the
tissue, organ, or part. anemic infarct one due
to sudden interruption of arterial circulation
to the area.
• Solutio plasenta
• Lilitan, terjepit prolap tali pusat
• Kelainan pembuluh darah
• Faktor Tali Pusat
• 1) Lilitan tali pusat
• 2) Tali pusat pendek
• 3) Simpul tali pusat
• 4) Prolapsus tali pusat.

• Faktor bayi
• 1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
• 2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
• 3) Kelainan bawaan (kongenital)
• 4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
• (DepKes RI, 2009).
Diagnosa
• Anamnesa :
• Gangguan / kesulitan waktu lahir
Lilitan
Sungsang
Vakum extraksi
Extraksi forcep
Persalinan terlalu cepat, terjadi hipoksia
Lahir tidak bernafas/ menangis
Air ketuban bercampur mekoniun
• Pemeriksaan fisik
• Bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap
• Denyut jantung < 100x/menit
• Tonus otot menurun
• Kulit sianosis / pucat
• Untuk diagnosa asfiksia tidak perlu nunggu
apgar scor
Apgar Scor
• Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa Inggris:
Apgar score) adalah sebuah metode yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952
oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah
metode sederhana untuk secara cepat menilai
kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat
setelah kelahiran. ...
Apgar Scor
• Adalah kriteria klinis untuk menentukan kondisi asfiksia/
keadaan bayi baru lahir
• Biasanya dinilai 1 menit pertama dan 5 menit pertama
• Patokan klinis yang dinilai
– Menghitung frekuensi jantung
– Melihat usaha nafas
– Melihat tonus otot
– Menilai reflex rangsang
– Memperhatikan warna kulit
• Setiap yang dinilai diberi angka tetap (0-1-2) kemudian
dijumlahkan  disebut Apgar Scor
• Berdasarkan Apgar Scor, asfiksia dibagi :
1. Asfiksia ringan  AS : 7-10
2. Asfiksia sedang  AS : 4-6
3. Asfiksia berat  0-3
Skor
Tanda
0 1 2
1. Detak
- < 100 100
jantung
Pecah/ tak
2. Nafas - Tangis kuat
teratur
Flexi
3. Tonus otot Lemas Gerak aktif
extremitas

4. Reflek - Menyeringai Batuk, bersin

Tubuh merah
5. Warna kulit Biru pucat Semua merah
ext biru
• Dari 5 kriteria di atas, yang berhubungan erat dengan
terjadinya amoksia dan hipoksia adalah :
• Pernafasan
• Denyut jantung
• Tonus otot, warna kulit dan reflex, menunjukan
indikator maturitas bayi
• Sigtuna scor  scor berdasar pada variabel :
– Pernafasan
– Denyut jantung
Skor
Yang dinilai
0 1 2 s/d 3
Megap- Tidak
Pernafasan -
megap teratur
Denyut
- < 100 >100
jantung
Asfiksia Asfiksia
Diagnosa Lahir mati
berat sedang
• Tindakan terhadap bayi asfiksia  Resusitasi
Pelaksanaan resusitasi :
1. Pesiapan alat
– Isap lendir
– Arloji
– Ambubag, corong / sungkup
– Laringoscope ( No. 0,1 )
– ET (endotracheal Tube) 3,5 , 5
– Spuit 1, 3, 5, 20 cc
– Kain bersih
– Scalp vein No. 27
– Lampu penghangat
– Stetoscope
2. Obat-obatan
– Adrenalin (1 : 10.000)
– Na-birarbonat 7,5%
– Glucosa 10%
– RL
– O2
– Naloxom
Penanganan Bayi Baaru Lahir Berdasasrkan NILSI APGAR
Nilai APGAR 5 Menit Pertama

AS 0-3
• Tempatkan ditempat hangat dengan lampu sebagai sumber penghangat
• Pemberian oksigen.
• Resusitasi
• Stimulasi rujuk
AS 4-6
• Tempatkan dalam tempat yang hangat.
• Pemberiak oksigen
• Stimulasi taktil
AS 7-10
• Dilakukan penatalaksanaan sesuai drngan bayi normal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai