Anda di halaman 1dari 10

HOME CARE

TENTANG
“APLIKASI PRAKTIK HOME CARE PADA GERIATRIK DENGAN GANGGUAN
FUNGSI KOGNITIF BERBASIS EVIDANCE-BASED”
 

 
 
DISUSUN OLEH :
 
KELOMPOK 1
 
ANDESTA PUTRA (172426001 SP)
DEVI RATNA SARI. A (172426008 SP)
FAHMI RIZALDI (172426014 SP)
GEBI GIADE. U (172426017 SP)
LEO ANGGARA (172426018 SP)
OKTIKA PURNAMA S (172426024 SP)
TAUFIK HIDAYAT (172426028 SP)
 
 
 
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
2020
PERUBAHAN KOGNITIF PADA LANSIA

Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak.


Diantara kemampuan yang menurun secara linier atau seiring
dengan proses penuaan adalah:
a. Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan
penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali
informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of
information retrieval from memory).
b. Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan
fungsi otak bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan
dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal
wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan
konsentrasi.
DEFENISI DEMENSIA
Dimensia adalah penurunan kemampuan mental yang
biasanyaberkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan
ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Pada usia
muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat,
penyakit atau zat zat racun (misalnya karbon monoksida)
menyebabkan hancurnya sel-sel otak.

a. Kondisi Demensia
Kondis igangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis
gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi
terutama dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat
dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan
masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat
intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
LANJUTANNYA......

b. Tanda Dan Gejala

1) Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari


2) Pelupa
3) Sering mengulang kata-kata
4) Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
5) Cepat marah dan sulit di atur.
6) Kehilangan daya ingat
7) Kesulitan belajar dan mengingatin formasi baru
8) Kurang konsentrasi
9) Kurang kebersihan diri
10) Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11)Mudah terangsang
12) Tremor
13)Kurang koordinasi gerakan.
PENGENALAN DINI DEMENSIA
Pengenalan dini demensia berarti mengenali :
1) Kondisi normal (mengidentifikasi BSF dan AAMI): kondisi
kognitif pada lanjut usia yang terjadi dengan adanya penambahan
usia dan bersifat wajar. Contoh: keluhan mudah – lupa secara
subyektif, tidak ada gangguan kognitif ataupun demensia.
2) Kondisi pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI):
kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan cirri mudah lupa
yang makin nyata dan dikenali (diketahui dan diakui) oleh orang
dekatnya. Mudah lupa subyektif dan obyektif serta ditemukan
performa kognitif yang rendah tetapi belum ada tanda-tanda
demensia.
3) Kondisi demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia
dengan berbagai jenis gangguan seperti mudah lupa yang
konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada
kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam
hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah
dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
STRATEGI LATIHAN KOGNITIF
a. Menurunkan cemas
b. Tehnik relaksasi
c. Biofeed back, menggunakan alat untuk menurunkan cemas
dan memodifikasi respon perilaku.
d. Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkan
perilaku yang berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya
karena ketinggian atau perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini
meliputi relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang
menyebabkan cemas.
e. Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling
memicu cemas (tidak dilakukan secara berangsur – angsur)
dengan menggunakan bayangan/imajinasi.
f. Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi
situasi tanpa melakukan respon yang biasanya dilakukan.
TERAPI KOGNITIF
a. Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan
pertanyaan, memberikan salam, berbicara dengan suara jelas,
menghindari kiritik diri atau orang lain
b. Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan
perilaku yang tidak diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi
ini memberikan stimulasi yang membuat cemas atau
penolakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukan
klien.
c. Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien
dan terapis tentang apa definisi perilaku yang akan dirubah
atau konsekuensi terhadap perilaku itu jika dilakukan.
Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan
dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak
diinginkan.
JURNAL
a. Menurut Oktaviana dalam jurnal of health science (jurnal ilmu
kesehatan) dengan judul peran keluarga terhadap fungsi kognitif lansia di
desa pendian kabupaten sumenep. Dimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden peran keluarga kurang
(70%), (58%) gangguan fungsi kognitif berat. Oleh karena itu diharapkan
dari tenaga kesehatan untuk lebih banyak memberikan penyuluhan atau
informasi terhadap penyebab terjadinya ganguan fungsi kognitif tidak
disebabkan oleh satu faktor tetapi banyak faktor yang dapat
menyababkan terjadinya gangguan pada fungsi kognitif
b. Menurut Hatmanti dalam jurnal keperawatan muhammadiyah dengan
judul senam lansia dan terapi puzzle terhadap demensia pada lansia hasil
penelitian menunjukkan bahwa lansia sebagian besar 51,4% mengalami
demensia dengan gangguan berat sebelum dilakukan senam pada lansia
dan terapi puzzle, namun setelah diberikan intervensi didaptkan 17 lansia
yang mengikuti senam hampir seluruhnya. Di ataranya, 82,4% mengikuti
terapi teka-teki menunjukkan bahwa sebagian besar 66,7% mengalami
ganggua demensia sedang, hasil uji analisa nilai p = 0,000% 3D dan nilai
puzzle p = 0,002 (a = 0,05 artinya <a, maka Ho ditolak artinya, bahwa
ada pengaruh senam dan puzzle pada lansia terhadap demensia pada
lansia.
LANJUTANNYA......

c. Menurut widyastuti dalam jurnal pegabdian dan


pemberdayaan masyarakat dengan judul Gardening Therapy:
Alternatif Tindakan Dalam Mencegah Progresivitas
Demensia Pada Lansia Di Panti Wreda menunjukkan bahwa
14 lansia dengan penurunan status kognitif mengalami
kenaikan score short portable Mental State
Examination(SPMSQ) dan terjadi peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan caregiver dan lansia dalam melakukan
deteksi dini demensia dan pelaksanaan gardening therapy.
Gardening therapy dapat menjadi alternatif intervensi dalam
mencegah progresifitas demensia di Panti Wreda.
d. Menurut Putra Mahira dengan judul Reminiscence Therapy
Dengan Metode Terapi Aktivitas Kelompok Meningkatkan
Fungsi Kognitif Pada Lansia . Hasil dari penelitian ini
menunjukkan adanya efek terapeutik terapi reminiscense
terhadap peningkatan lansia dengan fungsi kognitif (p =
0,000), terapi reminiscence dapat meningkatkan fungsi
kognitif pada lansia.
TERIMAKASIH.......

Anda mungkin juga menyukai