Anda di halaman 1dari 31

KEPERAWATAN KOMUNITAS

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


REMATIK”
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan komunitas
Dosen Pembimbing :
Sudirman, S.kep, Ns, M.Kes

KELOMPOK 2
ZUL FAJRI
DEVITA
ISRA
SUGIATI
AGUS SALIM

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan


rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok dalam membuat makalah yang berjudul “REMATIK”. Makalah ini disusun
sebagai bahan diskusi kelompok kami.

Makalah ini disususun berdasarkan hasil diskusi kelompok kerja kami, dan
kami menyadari bahwa makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu
dengan adanya bantuan dari semua pihak yang terkait.

Dalam penyusunan makalah ini kami sudah berusaha menyajikan semaksimal


mungkin, namun kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah
ini, maka kami mengharapkan masukan ataupun saran dari dosen pembimbing serta
teman-teman lainnya dalam menyempurnakan penulisan makalah kami agar dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, 16 Oktober 2020

2
DAFTAR ISI

KEPERAWATAN KOMUNITAS
SAMPUL............................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................................................6
A. KONSEP TEORI.................................................................................................................6
1. PENGERTIAN...............................................................................................................6
2. PENYEBAB / ETIOLOGI.............................................................................................6
3. PATOFISIOLOGI..........................................................................................................7
4. MANIFESTASI KLINIK...............................................................................................8
5. DIAGNOSIS ARTRITIS................................................................................................9
6. PENATALAKSANAAN..............................................................................................10
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................................11
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................11
1. PENGKAJIAN.............................................................................................................11
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................12
3. INTERVENSI KEPERAWATAN...............................................................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS...................................................................22
A. DATA UMUM...................................................................................................................22
B. RIWAYAT DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN PENDUDUK..................................23
C. KARETERISTIK PENDUDUK........................................................................................24
D. ANALISA DATA..............................................................................................................25
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................................................25
F. PRIORITAS MASALAH..................................................................................................26
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................................32
A. KESIMPULAN..................................................................................................................32
B. SARAN..............................................................................................................................32

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejak keluarnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/
SK/IV/2000, telah di tetapkan visi pembangunan kesehatan, yaitu Indonesia Sehat
2013. Visi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2013 bangsa indonesia hidup
dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu
menjangkau pelayanna kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, memiliki
pendidikan setinggi-tingginya serta memiliki ekonomi keluarga yang mampu
meningkatkan derajat hidup keluarga sehingga memiliki derajat kesehatan yang
optimal.
Sejalan dengan itu telah banyak kemajuaan yang kita capai, namun kemajuan-
kemajuan itu masih jauh dari apa yang di harapkan pada tahun 2013. Untuk menujang
percepatan dan pencapaian visi tersebut, Departemen Kesehatan merumuskan visi
yaitu : masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan misi “ Membuat Rakyat
Sehat”. Salah satu strategi untuk mencapai visi tersebut adalah menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Desa sebagai unit kepemerintahan
terkecil yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat merupakan
gambaran nyata terhadap situasi dan kondisi masyarakat desa saat ini.
Oleh karna itu, pembangunan yang berorientasi pada pedesaan, salah satunya
dengan program posyandu lansia, merupakan pembangunan yang sesungguhnya,
menyentuh langsung apa sebenarnya yang dibutuhkan dan di harapkan oleh
masyarakat kita.
Kalimantan Barat termasuk desa terpencil yang terletak di kepulauan atau di
perbatasan indonesia-malaysia. Desa-desa tersebut tersebar di 14 kabupaten/ kota di
kalbar termasuk kabupaten kubu raya yang memiliki 106 desa dengan 17 buah
puskesmas. Sebanyak 952 desa yang siap memerlukan pembinaan secara intensif agar
perkembangan desa dapat berjalan sesuai harapan. (profil dinkes profensi kalbar
2008).
Desa Mega Timur merupakan salah satu desa yang telah dikembangkan dalam
pembentukan posyandu lansia, namun dalam perkembangan nya masih jauh dari apa
yang di harapkan. Sehingga saat ini masih butuh bantuan dari pemerintah dan warga

4
sekitar dalam pembangunan fasilitas kesehatan dan tenaga SDM masyarakat Mega
Timur.
Dusun Mega Melati adalah salah satu dari sekian dusun yang ada di Mega Timur,
dalam keseharian masyarakat Dusun Mega Melati RT 01 berkerja sebagai petani,
berkebun, buruh bangunan dan berwiraswasta. Fasilitas kesehatan yang minim di
Dusun Mega Melati merupakan masalah yang harus segera di selesaikan oleh
pemerintah bersama dengan masyarakat setempat.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI

1. PENGERTIAN
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis Reumatoid (Rheumatoid arthritis)  is a chronic inflammatory disease
with primary manifestation poliartritis progressive and involve all the organs, jadi
merupakan suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2001)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.(Kapita
Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)

2. PENYEBAB / ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan jelas tapi dianggap kelainan
auotimun memegang peranan penting. Penyakit ini sering didapatkan pada usia 40-
50 tahun tetapi dapat pula dijumpai pada usia lain. Wanita 3x lebih sering
dibanding pria. Penyakit ini akan menonaktifkan dan menimbulkan rasa nyeri pada
sendi saat terjadi mobilitas.
Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti.
Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan
faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Ada beberapa
teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu :
 Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
 Endokrin

6
 Autoimmun
 Metabolik
 Faktor genetik serta pemicu lingkungan

Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

3. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat
karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). 
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan
bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama
yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan
akan menjadi kronis yang progresif.
Secara singkat dapat dikatakan Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang
melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim – enzim dalam sendi untuk
memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial dan
akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan
dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan
sendi yang akan mengganggu gerak sendi.

7
4. MANIFESTASI KLINIK
Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada
penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat
yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat
bervariasi. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat
badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
 Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada
sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial
(sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.
 Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
 Artritis erosive  merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang
 Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang
telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa
deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat
tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
 Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk
suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
 Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang
organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang
merupakan sindrom Sjogren, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai
perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul
rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat

8
menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan
kardiomiopati.

5. DIAGNOSIS ARTRITIS
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurang-kurangnya
empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid
adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal
jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA) adalah:
 Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
 Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
 Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
 Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
 Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
 Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
 Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
 Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
 Pengendapan cairan musin yang jelek
 Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
 Gambaran histologik yang khas pada nodul

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :


- Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu
- Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
- Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.

9
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah:
 Meringankan rasa nyeri dan peradangan
 memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
 Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan


sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

 Istirahat
 Latihan fisik
 Panas
 Pengobatan :
 Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat
serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml.
 Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran cerna
terhadap terapi obat.
 Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga
menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
 Garam emas
 Kortikosteroid
 Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,


pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:

1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk


mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.

10
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Rongsen

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk
arthritis lainnya.
1) Aktivitas / istirahat 
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan. 
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.
2) Kardiovaskuler 
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3) Integritas ego 
Gejala: Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan
(situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
4) Makanan / cairan 
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan /
cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan
TMJ) 
Tanda: Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.

11
5) Hygiene 
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan.
6) Neurosensori 
Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan, pembengkakan sendi simetris.

7) Nyeri / kenyamanan 
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
8) Keamanan 
Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9) Interaksi sosial 
Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat
akumulasi cairan/ proses inflamasi/ destruksi sendi.

- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas


skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas
atau penurunan kekuatan otot.

- Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan


dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas
umum, peningkatan penggunaan energy atau ketidakseimbangan
mobilitas.

- Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan


musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat
bergerak, atau depresi.

12
- Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
berhubungan dengan proses penyakit degenerative jangka panjang,
system pendukung tidak adekuat.

- Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit,


prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
.
1. Nyeri akut kronis  Kaji keluhan  Membantu dalam
berhubungan nyeri, skala menentukan
nyeri serta catat kebutuhan
dengan distensi
lokasi dan manajemen nyeri
jaringan akibat intensitas, dan efektifitas
akumulasi cairan/ factor-faktor program.
yang
proses inflamasi/
mempercepat,  Matras yang
destruksi sendi. dan respon rasa lembut/ empuk,
sakit non verbal. bantal yang besar
akan menjaga 
 Berikan matras/ pemeliharaan
kasur keras, kesejajaran tubuh
bantal kecil. yang tepat,
Tinggikan menempatkan stress
tempat tidur pada sendi yang
sesuai kebutuhan sakit. Peninggian 
tempat tidur
 Biarkan klien menurunkan
mengambil tekanan pada sendi
posisi yang yang terinflamasi/
nyaman waktu nyeri
tidur atau duduk
di kursi.  Pada penyakit yang
Tingkatkan berat/ eksaserbasi,
istirahat di tirah baring
tempat tidur mungkin diperlukan
sesuai indikasi. untuk membatasi
nyeri cedera.
 Tempatkan/
pantau  Mengistirahatkan

13
penggunaan sendi-sendi yang
bantal, karung sakit dan
pasir, gulungan mempertahankan
trokhanter, posisi netral.
bebat, brace. Penggunaan brace
dapat menurunkan
 Anjurkan klien nyeri dan dapat
untuk sering mengurangi
merubah posisi, kerusakan pada
Bantu klien sendi. Imobilisasi
untuk bergerak yang lama dapat
di tempat tidur, mengakibatkan
sokong sendi hilang mobilitas/
yang sakit di fungsi sendi.
atas dan bawah,
hindari gerakan  Mencegah
yang menyentak. terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan
 Anjurkan klien sendi. Menstabilkan
untuk mandi air sendi, mengurangi
hangat. Sediakan gerakan/ rasa sakit
waslap hangat pada sendi.
untuk
mengompres  Meningkatkan
sendi yang sakit. relaksasi otot, dan
Pantau suhu air mobilitas,
kompres, air menurunkan rasa
mandi, dan sakit dan
sebagainya. menghilangkan
kekakuan pada pagi
 Berikan obat-
hari. Sensitivitas
obatan sesuai
pada panas dapat
petunjuk :
dihilangkan dan
-Asetilsalisilat
luka dermal dapat
(Aspirin).
disembuhkan

-NSAID lainnya,
missal ibuprofen  Obat-obatan:
(motrin), - Bekerja sebagai
naproksen, anti inflamasi dan
sulindak, efek analgesik
proksikam ringan dalam
(feldene), mengurani kekakuan
fenoprofen. dan meningkatkan

14
mobilitas. ASA
-D-penisilamin harus dipakai
(cuprimine). secara regular
untuk mendukung
-Antasida kadar dalam darah
teurapetik. Riset
-Produk kodein mengindikasikan
bahwa ASA memiliki
indeks toksisitas
yang paling rendah
dasi NSAID lain
yang diresepkan.

- Dapat digunakan
bila klien tidak
memberikan respons
pada aspirin atau
untuk meningkatkan
efek dari aspirin.

- Dapat mengontrol
efek-efek sistemik
dari RA jika terapi
lainnya tidak
berhasil. Efek
samping yang lebih
berat misalnya
trombositopenia,
leucopenia, anemia
aplastik
membutuhkan
pemantauan yang
ketat. Obat harus
diberikan diantara
waktu makan,
karena absorbs obat
menjadi tidak
seimbang antara
makanan dan
produk antasida dan
besi.

- Diberikan bersamaan
dengan NSAID untuk

15
meminimalkan iritasi/
ketidaknyamanan
lambung.

- Meskipun narkotik
umumnya adalah
kontraindikasi, namun
karena sifat kronis dari
penyakit, penggunaan
jangka pendek mungkin
diperlukan selama
periode eksaserbasi
akut untuk mengontrol
nyeri yang berat.

2. Kerusakan  Pertahankan  Istirahat sistemik


mobilitas fisik istirahat tirah dianjurkan selama
berhubungan baring/ duduk jika eksaserbasi akut dan
dengan deformitas diperlukan. Buat  seluruh fase penyakit
skeletal, nyeri/ jadwal aktivitas yang penting, untuk
ketidaknyamanan, yang sesuai dengan mencegah kelelahan,
intoleransi terhadap toleransi untuk dan mempertahankan
aktivitas atau memberikan kekuatan.
penurunan kekuatan periode istirahat
otot. yang terus menerus  Mempertahankan/
dan tidur malam meningkatkan fungsi
hari yang tidak sendi, kekuatan otot
terganggu. dan stamina umum.
Latihan yang tidak
 Bantu klien dengan adekuat menimbulkan
rentang gerak kekakuan sendi,
aktif/pasif, karenanya aktivitas
demikian juga yang berlebihan dapat
latihan resistif dan merusak sendi.
isometris jika
memungkinkan  Menghilangkan tekanan
pada jaringan dan
 Ubah posisi klien meningkatkan sirkulasi.
setiap dua jam Mempermudah
dengan bantuan perawatan diri dan

16
personel yang kemandirian klien.
cukup. Tehnik pemindahan
Demonstrasikan yang tepat dapat
/bantu teknik mencegah robekan
pemindahan dan abrasi kulit.
penggunaan
bantuan mobilitas.
 Meningkatkan stabilitas
( mengurangi resiko
 Posisikan sendi cidera ) dan
yang sakit dengan mempertahankan posisi
bantal, kantung sendi yang diperlukan
pasir, gulungan dan kesejajaran tubuh
trokanter, dan serta dapat mengurangi
bebat, brace. kontraktur.

 Gunakan bantal  Mencegah fleksi leher.


kecil/tipis di bawah
leher.  Memaksimalkan fungsi
sendi dan
mempertahankan
 Dorong klien mobilitas.
mempertahankan
postur tegak dan
duduk, berdiri, dan  Menghindari cidera
berjalan. akibat kecelakaan/
jatuh.
 Berikan lingkungan
yang aman,  Berguna dalam
misalnya memformulasikan
menaikkan program latihan/
kursi/kloset, aktivitas yang
menggunakan berdasarkan pada
pegangan tangga kebutuhan individual
pada bak/pancuran dan dalam
dan toilet, mengidentifikasi
penggunaan alat alat/bantuan mobilitas.
bantu
mobilitas/kursi
 Obat – obatan :
roda. 
-  Krisoterapi  (  garam
emas ) dapat
 Konsultasi dengan
menghasilkan remisi
ahli terapi
dramatis  /  terus –
fisik/okupasi dan

17
spesialis menerus tetapi dapat
vokasional. mengakibatkan
inflamasi rebound bila
 Berikan obat – terjadi penghentian atau
obatan sesuai dapat terjadi efek
indikasi : samping serius, misl
-Agen krisis nitrotoid seperti
antireumatik, mis pusing, penglihatan
garam emas, kabur, kemerahan
natrium tiomaleat. tubuh, dan berkembang
menjadi syok
-Steroid. anafilaktik.

- Mungkin dibutuhkan
untuk menekan
inflamasi sistemik akut.

3. Gangguan citra  Dorongn klien  Memberikan


tubuh/ perubahan mengungkapakan kesempatan untuk
penampilan peran
berhubungan perasaannya mengidentifikasi rasa
dengan perubahan melalui proses takut / kesalahan
kemampuan untuk penyakit dan konsep dan mampu
melakukan tugas-
harapan masa menghadapi masalah
tugas umum,
peningkatan depan. secara langsung.
penggunaan energy  Diskusikan arti dari  Mengidentifikasi
atau
kehilangan  / bagaimana penyakit
ketidakseimbangan
mobilitas. perubahan pada mempengaruhi persepsi
klien / orang diri dan interaksi
terdekat. Pastikan dengan orang lain akan
bagaimana menentukan kebutuhan
pandangan pribadi terhadap intervensi /
klien dalam  konseling lebih lanjut.
berfungsi dalam  Isyarat verbal /
gaya hidup sehari – nonverbal orang
hari, termasuk terdekat dapat
aspek –aspek memengaruhi
seksual. bagaimana klien
 Diskusikan memandang dirinya

18
persepsi klien sendiri.
,mengenai  Nyeri konstan akan
bagaimana  orang melelahkan, perasaan
terdekat menerima marah, dan bermusuhan
keterbatasan klien. umum terjadi.
 Akui dan menerima
perasaan berduka,  Dapat menujukkan
bermusuhan, serta emosional atau metode
ketergantungan. koping maladatif,
 Obesrvasi perilaku membutuhkan
klien terhadap intervensi  lebih lanjut /
kemungkinan dukungan psikologis.
menarik diri,
menyangkal atau
terlalu  Membantu klien untuk
memperhatikan mempertahankankontro
perubahan tubuh. l diri, yang dapat
 Susun batasan pada meningkatkan perasaan
perilaku maladatif. harga diri.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
perilaku positif
yang dapat  Meningkatkan perasaan
membantu kompetensi/  harga diei,
mekanisme koping mendorong
yang adaptif. kemandirian, dan
 Ikut sertakan klien mendorong partisipasi
dalam dalam terapi.
merencanakan  Klien/ orang terdekat
perawatan dan mungkin mebutuhkan
membuat jadwal dukungan selama
akitvitas. berhadapan dengan
proses jangka panjang/
 Rujuk pada ketidakmampuan.

19
konseling psikiatri,  Mungkin dibutuhkan
mis perawat pada saat munculnya
spesialis psikiatri, depresi hebat sampai
psikiatri/ klien mampu
psikolog,pekerjaan mengembangkan
sosial. kemampuan koping
 Berikan obat – yang lebih efektif.
obatan sesuai
petunjuk, mis
antiasietas dan obat
– obatan
peningkatan dalam
perasaan

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. DATA UMUM
1. Tipe komunitas RT :
RT 01 Dusun Mega Melati terdiri dari 51 kepala keluarga dengan kebanyakan
masyarakatnya berkerja sebagai petani, peternak, buruh bangunan dan wiraswasta
. Untuk masalah kesehatan sebagian besar warga lansia mengatakan persendian
tangan mereka nyeri, pusing kepala, demam dan biasanya warga hanya diam di
rumah, dan penyakit akan sembuh dengan sendirinya. Ada juga sebagian
penduduk mengalami artritis rheumatoid, hipertensi, dan asam urat. Sebagian
besar penduduk berobat ke perawat setempat, ataupun ke pukesmas. Walaupun di
Mega Timur ada polindes warga lebih cenderung pergi ke pukesmas 24 jam
dikerenakan waktu sebagian besar warga berkerja pada pagi hari sehingga untuk
mengunjungi polindes menjadi tidak sempat ada juga yang sempat ke polindes
hanya saja di polindes tenaga kesehatannya juga terbatas.

2. Suku
Di daerah Dusun Mega Melati RT 01 ada 3 suku mayoritas masyarakat yaitu
Melayu, Bugis, dan Madura. Penduduk aslinya adalah suku Melayu dan warga
pendatang yang hadir merupakan hasil dari perkawinanan antara warga melayu
dan adapun warga yang datang karena transmigrasi pemerataan wilayah dari
pemerintah pada daerah tersebut. Untuk lingkungan sosialisasi masyarakat saling
menghormati suku satu dengan suku yang lainnya. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa Melayu Pontianak, Madura, Bugis dan Indonesia. Bila ada
masyarakat yang sakit, biasanya tetanga datang untuk menjenguk atau membantu
untuk membawa ke pukesmas ataupun menghubungi perawat setempat.

21
Pukesmas yang sering dijadikan rujukan adalah pekesmas 24 jam yang berada di
siantan.

3. Agama
Sebagian penduduk memeluk agama Islam. Karena penduduk asli kebanyakan
memeluk agama islam sehingga pada hari-hari penting islam lebih sering ada
acara seperti pengajian, maulid nabi, dan lain-lainnya.

4. Status sosial ekonomi penduduk


Pencari nafkah sebagian besar adalah bapak-bapak yang berkerja sebagai petani,
peternak, buruh bangunan dan wiraswasta. untuk perkerjaan ibu-ibu di Dusun
Mega Melati segaian besar adalah Ibu rumah tangga yang membuka perkerjaan
sambilan seperti membuka warung di depan rumah ataupun membantu perkerjaan
suami yang petani.

5. Aktivitas silahturahmi penduduk


Selain berkerja sebagian besar penduduk mencari hiburan di luar dusun seperti
datang ke pasar malam, mengadakan kegiatan-kegiatan bersama pada hari-hari
besar keagamaan.

B. RIWAYAT DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN PENDUDUK


1. Tahap perkembangan penduduk saat ini
Tahap perkembangan penduduk sebagian besar anak-anak di Dusun Mega Melati
RT 01 sudah bersekolah saat usia dini minimal 6 tahun. Sang anak bersekolah
menuntun ilmu dan bersosialisasi dengan teman-temannya bukan hanya di
sekolah tetapi juga di lingkungan sekitar mereka bermain meningkatkan
kemampuan intelegensi dan motorik. Seperti bermain kejar duduk, bermain,
berenang dan lompat tali. Dan tahap perkembangan pendidikan penduduk Dusun
Mega Melati RT 01 sebagian besar tamatan SD, SMP, SMA dan adapula yang
tidak bersekolah.

2. Riwayat penduduk sebelumnya

22
Penduduk sebelumnya kebanyakan mayoritas melayu Pontianak, persilangan
perkawinan dan tranmigrasi yang banyak merubah perkembangan penduduk di
Dusun Mega Melati, dengan keyakinan agama yang sama permasalahan
masyarakat dilaksanakan dengan musyawarah mufakat.

3. Riwayat penduduk saat ini


Sebagian besar anak remaja yang bersekolah tamatan SMA mereka langsung
berkerja mengikuti sang ayah, dan berkeluarga. Tidak hanya itu ada pula yang
melanjutkan sekolah ke jenjang perkuliahan bagi orang tua yang mampu.

C. KARETERISTIK PENDUDUK
1. Tempat tinggal yang ditempati.
Rumah-rumah merupakan hasil dari warisan kakek yang di beli dengan cara
kredit antar keluarga. Jarak antara rumah warga satu dengan yang lain kira-kira
berjarak 10 meter rumah-rumah di dusun Mega Melati juga masih jarang
berbeda dengan daerah perkotaan. Air bening sulit di dapat karena yang ada di
daerah rumah hanya ada air yang berwarna merah yang tercampur dengan
warnah tanah, air yang di gunakan untuk minum biasanya dengan air hujan
yang di tampung dengan drum air ukuran 50 liter. Untuk keperluan mandi
masyarakat Dusun Mega Melati menggunakan sumber air di depan rumah
karena dekat parit yang air lumayan bersih bisa digunakan untuk keperluan
mencuci baju, mencuci alat dapur, dan lain-lainnya.

2. Perkumpulan interaksi masyarakat


Perkumpulan tidak dijadikan rutinitas, kapanpun dan dimana pun hal ini dapat
dilakukan, masyarat biasanya mengikuti pengajian rutin pada hari jum’at sore di
masjid sekitar rumahnya, dan anak-anak belajar membaca al’quran dengan guru
mengaji setiap hari setelah mandi sore hari.

3. Sistem pendukung penduduk


Sistem penujang pendidikan seperti sekolah, sudah ada beberapa sekolah dasar
yang ada di daerah tersebut walaupun dengan tenaga pengajar masih seadanya
dan untuk sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas masih sangat
jarang bisanya anak-anak daerah dusun Mega Melati harus keluar ke kota untuk

23
mencari pendidikan lanjutan. Sarana transportasi warga menggunakan
kendaraan roda dua atau menggunakan tranportasi massal yang masih minim,
fasilitas jalan yang masih berbatu dan berlubang menyebabkan kesulitan
mengujugi pelayanan kesehatan.

D. ANALISA DATA
Data Penyebab Masalah
DS: sebagian besar warga Terjadinya akumulasi Nyeri kronis
mengatakan persendian tangan cairan yang mengakibatkan
mereka nyeri. inflamasi
DO: terlihat pada sebagian besar
warga ada pembengkakan pada
persendian tangan.
DS: warga mengatakan mereka Sulit untuk menyesuaikan Kesulitan
hanya sempat pergi ke jadwal perkerja warga mengunjungi
pelayanan kesehatan setelah dengan waktu operasional pelayanan
pulang dari berkerja. polindes kesehatan
DO: jarak antara polindes terdekat
±5 KM dengan situasi jalan
yang berbatu dan berlubang
ditambah lagi fasilitas
transportasi yang minim.
Waktu operasional polindes
dari jam 07.00 – 13.00

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx 1 : Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya akumulasi cairan yang
mengakibatkan inflamasi pada persendian

24
Dx 2 : Kesulitan mengunjungi pelayanan kesehatan berhubungan dengan Sulit
untuk menyesuaikan jadwal perkerja warga dengan waktu operasional
polindes.

F. PRIORITAS MASALAH
No Kriteria Skor Bobot
1
1 Sifat masalah
Tidak / kurang sehat 3

Ancaman kesehatan 2

Krisis atau keadaan sejahtera 1

2
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Dengan mudah 2

Hanya sebagian 1

Tidak dapat 0

1
3 Potensi masalah dapat diubah
Tinggi 3

Cukup 2

Rendah 1

1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus ditangani 2

Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1


ditangani

25
Masalah tidak dirasakan 0

Dx1
Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya akumulasi cairan yang mengakibatkan
inflamasi.
1 2
1 Sifat masalah 1
2 4
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
1 3
3 Potensi masalah dapat diubah 3
1 2
4 Menonjolnya masalah 2
jumlah 11

Dx2
Kesulitan mengunjungi pelayanan kesehatan berhubungan dengan fasilitas Sulit untuk
menyesuaikan jadwal perkerja warga dengan waktu operasional polindes
1 2
1 Sifat masalah 2
2 2
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 1
1 1
3 Potensi masalah dapat diubah 1
1 1
4 Menonjolnya masalah 1
Jumlah 6

26
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx1 Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya akumulasi cairan yang
mengakibatkan inflamasi.
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
.
1 Nyeri kronis  Kaji keluhan  Membantu dalam
berhubungan nyeri, skala menentukan kebutuhan
dengan terjadinya nyeri serta catat manajemen nyeri dan
akumulasi cairan lokasi dan efektifitas program.
yang intensitas,
mengakibatkan factor-faktor  Matras yang lembut/
inflamasi. yang empuk, bantal yang
mempercepat, besar akan menjaga 
Tujuan dan respon rasa pemeliharaan
setelah dilakukannya sakit non verbal. kesejajaran tubuh
tindakkan yang tepat,
keperawatan 1x24  Berikan matras/ menempatkan stress
jam kasur keras, pada sendi yang sakit.
bantal kecil. Peninggian  tempat
Kriteria Hasil Tinggikan tidur menurunkan
 Nyeri berkurang tempat tidur tekanan pada sendi
 Inflamasi sesuai yang terinflamasi/
berkurang kebutuhan nyeri

 Tempatkan/  Mengistirahatkan
pantau sendi-sendi yang sakit
penggunaan dan mempertahankan
bantal, karung posisi netral.
pasir, gulungan Penggunaan brace
trokhanter, dapat menurunkan
bebat, brace. nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan
 Anjurkan klien pada sendi.
untuk mandi air Imobilisasi yang lama
hangat. dapat mengakibatkan

27
Sediakan waslap hilang mobilitas/
hangat untuk fungsi sendi.
mengompres
sendi yang  Meningkatkan
sakit. Pantau relaksasi otot, dan
suhu air mobilitas,
kompres, air menurunkan rasa sakit
mandi, dan dan menghilangkan
sebagainya. kekakuan pada pagi
hari. Sensitivitas pada
 Berikan obat- panas dapat
obatan sesuai dihilangkan dan luka
petunjuk : dermal dapat
-Asetilsalisilat disembuhkan
(Aspirin).
-NSAID lainnya,  Obat-obatan:
missal - Bekerja sebagai anti
ibuprofen inflamasi dan efek
(motrin), analgesik ringan
naproksen, dalam mengurani
sulindak, kekakuan dan
proksikam meningkatkan
(feldene), mobilitas. ASA harus
fenoprofen. dipakai secara
-D-penisilamin regular untuk
(cuprimine). mendukung kadar
-Antasida dalam darah
-Produk kodein teurapetik. Riset
mengindikasikan
bahwa ASA memiliki
indeks toksisitas yang
paling rendah dasi
NSAID lain yang
diresepkan.
- Dapat digunakan
bila klien tidak
memberikan respons
pada aspirin atau
untuk meningkatkan
efek dari aspirin.
- Dapat mengontrol
efek-efek sistemik dari
RA jika terapi lainnya
tidak berhasil. Efek

28
samping yang lebih
berat misalnya
trombositopenia,
leucopenia, anemia
aplastik membutuhkan
pemantauan yang
ketat. Obat harus
diberikan diantara
waktu makan, karena
absorbs obat menjadi
tidak seimbang antara
makanan dan produk
antasida dan besi.
- Diberikan bersamaan
dengan NSAID untuk
meminimalkan iritasi/
ketidaknyamanan
lambung.
- Meskipun narkotik
umumnya adalah
kontraindikasi, namun
karena sifat kronis dari
penyakit, penggunaan
jangka pendek mungkin
diperlukan selama periode
eksaserbasi akut untuk
mengontrol nyeri yang
berat.

2 Kesulitan  Kaji aktivitas  Untuk mengetahui


mengunjungi keseharian aktivitas masyarakat pada
pelayanan masyarakat. umumnya seperti
kesehatan berkerja, bersosialisasi
berhubungan  Lakukan dan ketempat-tempat
dengan sulitnya pelayanan reakreasi
menyesuaikan kesehatan pada
jadwal perkerja saat warga tidak  Menyesuaikan waktu
warga dengan sibuk berkerja operasional pelayanan
waktu operasional kesehatan dengan waktu
polindes.  Lakukan Home warga pada saat tidak
care atau berkerja
Tujuan pelayanan yang
setelah dilakukan datang kerumah-  Agar pelayanan kesehatan
penyuluhan tentang rumah warga. dapat berjalan secara

29
kesehatan fleksibel yang
masyarakat dapat  Kolaborasi dengan menyesuaikan kebutuhan
memprioritaskan pemerintah warga sekitar Dusun
masalah setempat guna Mega Melati
pemeriksaan membantu
kesehatan. menyediakan  Dengan adanya fasilitas
fasilitas kesehatan kesehatan 24 jam warga
Kriteria Hasil yang memiliki sekitar akan dengan
 Warga dengan standar operasional mudah melakukan
mudah 24 jam pemeriksaan
memeriksakan kesehatannya.
kesehatannya

30
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis membahas asuhan keperawatan dengan perbandingan antara teori
dan kasus lapangan, kemudian penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai
berikut: Rheumatoid Arthritis adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat
sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenal sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris.

B. SARAN
Dari kesimpulan yang telah didapat, penulis menganggap perlu adanya peningkatan
mutu pelayanan asuhan keperawatan yang diharapkan agar dapat membantu klien
dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
Disamping itu penulis memberikan saran kepada pihak yang diharapkan dapat
membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
Rheumatoid Arthritis dan saran tersebut diantaranya:
1. Untuk penulis
Dalam penerapan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa dapat melakukan
pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang kompeten bagi pasien. Mahasiswa juga
diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya selama proses
pembelajaran baik di kampus maupun dilapangan.

2. Untuk Keluarga
Diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat dan merubah gaya hidup menjadi lebih
baik, serta mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terjangkau dan
ekonomis seperti puskesmas atau klinik.

31

Anda mungkin juga menyukai