Anda di halaman 1dari 9

A.

Definisi
Asma bronkial merupakan inflamasi kronik jalan nafas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas
bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas, dan gejala pernafasan
(mengi dan sesak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversibel
tergantung berat dan lamanya penyakit. (Asitah, 2020)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napasa yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi,
batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini
hari yang umumnya bersifat revrsibel baik dengan atau tanpa pengobatan
(Depkes RI, 2009 dan nurmala, 2019).

B. Etiologi
Asma selalu dihubungkan dengan bronko spasme yang reversibel dan
sebagai faktor pencetus adalah :
1. Alergi
2. Infeksi dan iritasi
3. Ketidakseimbangan saraf otonom
4. Perubahan lingkungan dan suhu
C. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan
maupun dengan pengobatan.
Gejala-gejala asma antara lain :
1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.
2. Batuk produktif, sering pada malam hari.
3. Nafas atau dada seperti tertekan.
Gejalanya bersifat paroksismal,yaitu membaik pada siang hari dan
memburuk pada malam hari. Penyebabnya tidak mengerti dengan jelas, tetapi
mungkin berhubungan dengan variasi sirkadian, yang mempengaruhi ambang
reseptor jalan nafas.
Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa
sesak dalam dada, disertai dengan pernafasan lambat dan mengi. Ekspirasi
selalu lebih susah dan lebih panjang dari inspirasi membuat pasien untuk
duduk tegak dan menggunakan otot-otot aksesori pernafasan jalan nafas yang
tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk semula ringan makin lama makin
berat. Sputum makin kental dan susah dibatukkan sianosis sekunder bila
terjadi hipoxia berat dan gejala-gejala retensi karbondioksida.
Serangan asma dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam
dan dapat hilang secara spontan, kadang terjadi reaksi kontinue yang lebih
berat yang disebut status asmatekus. Kondisi ini dapat mengancam kehidupan.
D. Patofisiologi

Alergi Infeksi dan Ketidakseimbangan Perubahan lingkungan


iritasi saraf otonom dan suhu

Inflamasi Demam Kompensasi tubuh banyak


mengeluarkan keringat
`
Hiperekskresi Infeksi saluran
nafas atas
Resti defisit vol. cairan
Akumulasi sekret
(hiperskresi) Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Obstruksi jalan
nafas

Bronko spasme Edempada


Sesak
saluran nafas

Kelemahan
Suplai O2 turun

Intoleransi
Ischemic aktivitas

Kerusakan dinding alveoli

Berkurangnya area permukaan


alveoli yang kontak langsung Gangguan difusi O2 Gangguan perfusi jaringan
dengan kapiler paru secara
kontinue

Hiperventilasi

Tidak ada pertukaran gas

Gangguan difusi O2

Hipoksemia

Rusaknya eliminasi O2 Peningkatan tekanan CO2 (hiperkapnea)


E. Pemeriksaan Penunjang
Melakukan pemeriksaan laboratorium antara lain :
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal-kristal charcot legden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
b. Terdapatnya spiral curshmann, yakni spiral yang merupakan silinder
sel-sel cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya creole yang merupakan fragmen dari epithel bronkus
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah untuk melihat
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun peningkatan Ph menunjukkan kondensasi
prognosis yang buruk. Kadang-kadang pada darah terdapat SGOT dan
LDH yang meninggi
b. Hiponatremia, kadang-kadang PMN meningkat di atas 15.000/mm3
menandakan terdapatnya infeksi
c. Pada pemeriksaan alergi terdapat IgE yang meningkat pada waktu
serangan dan menurun waktu bebas serangan
3. Foto rontgen untuk melihat keadaan paru-paru apakah terdapat komplikasi
atau tidak.
4. Pemeriksaan faal paru, untuk melihat adanya perubahan ventilasi perfusi,
difusi udara selama serangan asma.
5. Elektrokardiografi untuk melihat perubahan aksis jantung, melihat tanda-
tanda hipertrofi jantung, melihat adanya tanda-tanda hipoksemia.
6. Skaning paru untuk melihat ada tidaknya perubahan rasio ventilasi paru.
F. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma yaitu :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankanny
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel
Penatalaksanaan Therapi :
1. Oksigen 4 – 6 liter/menit
2. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau fereterol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai
1 jam. Pemberian agnosis B2 dapat secara subkutan atau IV dengan dosis
salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5%
dan diberikan perlahan.
3. Aminofilin bolus IV 5 – 6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan ½ dosis.
4. Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg IV jika tidak ada respon segera
atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat
berat.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi mukus, spasme bronkus.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkus spasme,
peningkatan produksi mukus, mukus bertahan tebal dan kental, penurunan
energi/kelemahan untuk batuk.
3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan demam, diaforesis dan
hiperventilasi.
4. Cemas berhubungan dengan hiperventilasi, ancaman kehidupan perubahan
status kesehatan, hipoksemia.
H. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas
Tujuan :
Mempertahankan suplai O2 dan ventilasi alveolus yang adekuat.
Kriteria hasil :
Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi dan rasional :
a. Kaji frekuensi, ke dalam pernafasan, catat penggunaan otot aksesori,
nafas, bibir, ketidakmampuan berbicara.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas.
c. Dorong pasien untuk mengeluarkan sputum, bila perlu lakukan
penghisapan.
d. Auskultasi bunyi nafas secara periodik.
e. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung
f. Kolaborasi berikan O2 sesuai hasil GDA dan toleransi pasien
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan :
Mampu mengeluarkan sekret lebih efektif.
Kriteria hasil :
- Sekresi dapat diluluhkan atau dihisap minimal
- Bunyi nafas terdengar bersih
Intervensi dan rasional :
a. Auskultasi bunyi nafas
b. Kaji pantau frekuensi pernafasan
c. Catat adanya/derajat distres, misal : keluhan air hungry, gelisah,
ansietas, distres pernafasan, penggunaan otot bantu
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman untuk bernafas
3. Resiko defisit volume cairan
Tujuan :
Mempertahankan keseimbangan volume cairan dan elektrolit yang
adekuat.
Kriteria hasil :
- Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
- Turgor kulit dalam batas normal
- Asupan dan haluaran seimbang
- BB stabil
- Berat jenis urine dalam batas normal (1,010 – 1,025)
Intervensi dan rasional :
a. Kaji perubahan tanda vital, contoh : suhu meningkat, takikardia,
hipotensi ortostatik
b. Kaji turgor kulit, membran mukosa
c. Pantau masukan dan hantaran
d. Timbang BB setiap hari
e. Tingkatkan asupan oral 2.500 ml/hari atau sesuai kondisi individu
f. Kolaborasi :
- Berikan cairan perparenteral sesuai indikasi
- Pantau BJ urine
- Pantau kadar elektrolit
4. Cemas
Tujuan :
Mengalami penurunan tingkat kecemasan.
Kriteria hasil :
Melaporkan penurunan tingkat kecemasan sampai tingkat yang dapat
ditangani dengan managemen koping.
Intervensi dan rasional :
a. Kaji tingkat ansietas dan yakinkan bahwa perasaannya adalah normal
dan dorong pasien/orang terdekat untuk mengungkapkan perasaannya.
b. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
c. Bantu pasien mencari posisi yang nyaman untuk bernafas, fokus
bernafas, relaksasi
d. Dukung pasien/orang terdekat untuk menerima situasi dan libatkan
pasien dalam perencanaan keperawatan
Daftar Pustaka

Annisa (2019). Pedoman Pengendalian Penyakit asma. Diakses pda tangga 22 Mei
2022 dari : http://p2ptm.kemenkesRI
Nurarif, A,H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: MPJ
Nurarif, A,H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: MPJ
Sukmawati (2020). Tinjauan Penyakit Asma Bronkhial . diakses pada tanggal 23
Mei 2022 dari : http://eprints.poltekkesjogjakarta.k12msjm

Anda mungkin juga menyukai