WITRI NURHASANAH
029PA201224
MANIFISTASI KLINIS
Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut (Zullies, 2016), tanda dan
gejala pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni:
1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainana bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
f. Blood gas analysis (BGA) belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik
Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/ tanpa stetoskop,
batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti tertekan,
ekspirasi memanjang.
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Menurut Ngastiyah (2013), ada beberapa pemeriksaan diagnostik bagi para
penderita asma, antara lain :
1. Uji faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi,
menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti
perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak
flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali
(sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut kemudian
menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.
2. Foto toraks
Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama
kali di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain.
Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan
berupa hiperinflasi dan atelektasis.
3. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung. Bila
tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan uji
tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan alergen.
(Nurkasim, n.d.)
ANALISA DATA
N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1. Data subjektif: Alergen (hawa Ketidakefektifan
dingin) bersihan jalan
Data objektif:
nafas
a. Frekuensi nafas 40x / Hipersensitivitas
menit
b. Terdapat suara wheezing
Stimulasi Ig E
disemua lapang paru
(imunoglobulin
c. Batuk tidak efektif alergi)
Degranulasi
(pemecahan sel
mast)
Melepaskan
histamin
Stimulasi sel
goblet
Mukosa
meningkatkan
sekresi mukus
berlebihan yang
sangat lengket
Merangsang
batuk
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Distribusi
ventilasi tidak
merata
Gangguan difusi
gas
Gangguan
pertukaran gas
40x/menit
e. Terdapat pernafasan Membentuk
antibodi
cuping hidung
(Rohmah, n.d.)
Ig E menempel
dan beredar pada
reseptor yang
sesuai dengan
dinding sel mast
Bereaksi dengan
reseptor
Menurunnya
siklus AMP
Bronkokonstriksi
Asma
Karbondioksida
meningkat
Resistensi jalan
nafas selama
ekspirasi
Asidosis
respiratorik
(hipercapnea)
Takipnea
Ketidakefektifan
pola nafas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi:
a) Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan mukus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus, eskudat dalam alveoli
dan bronkospasme.
b) ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru
c) gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Ketidakefektifan Setelah diberikan 1. Observasi - Menurunkan
bersihan jalan tindakan - Monitor pola napas (frekuensi, indikasi bunyi
berhubungan keperawatan kedalaman, usaha napas) napas tambahan
dengan mukus bersihan jalan - Monitor bunyi napas tambahan - Menurunkan
dalam jumlah nafas tidak efektif, (mis. Gurgling, mengi, weezing, jumlah sputum
berlebihan, dengan keriteria ronkhi kering) - Mempertahankan
peningkatan hasil: - Monitor sputum (jumlah, warna, kepatenan jalan
produksi mukus, - Mempertahanka aroma) nafas
eskudat dalam n jalan napas 2. Terapeutik - Posisi semi
alveoli dan - Menunjukan - Pertahankan kepatenan jalan fowler
bronkospasme. prilaku untuk napas dengan head-tilt dan chin- mengurangi
memperbaiki lift (jaw-thrust jika curiga trauma dipsneu
bersihan jalan cervical) - Asupan cairan
nafas - Posisikan semi-Fowler atau yang sesuai
Fowler - Kolaborasi
- Berikan minum hangat bronkodilator
- Lakukan fisioterapi dada, jika melegakan
perlu pernapasan
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
- Penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsepMcGill
- Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
- Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2 ketidakefektifan Setelah diberikan 2. Observasi - Mempertahankan
pola napas tindakan - Monitor frekuensi, irama, pola napas yang
berhubungan keperawatan kedalaman, dan upaya napas normal
dengan ketidakefektifan - Monitor pola napas (seperti - Kemampuan
penurunan pola napas, dengan bradipnea, takipnea, pasien dalam
ekspansi paru keriteria hasil: hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne- mengatur pola
- Pola napas Stokes, Biot, ataksik0 napas
efektif - Monitor kemampuan batuk efektif - Untuk
- Frekuensi napas - Monitor adanya produksi sputum mengetahui
kembali normal - Monitor adanya sumbatan jalan adanya
napas peningkatan
- Palpasi kesimetrisan ekspansi produksi sputum
paru - Untuk
- Auskultasi bunyi napas mengetahui nilai
- Monitor saturasi oksigen AGD dan hasil
- Monitor nilai AGD x-ray thorax
- Monitor hasil x-ray toraks
3. Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
4. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 gangguan Setelah diberikan 1. Observasi - Aliran oksigen
pertukaran gas tindakan - Monitor kecepatan aliran oksigen yang tepat
berhubungan keperawatan - Monitor posisi alat terapi oksigen membantu
dengan ventilasi gangguan - Monitor aliran oksigen secara menurunkan
perfusi pertukaran gas, periodic dan pastikan fraksi yang dipsneu
dengan keriteria diberikan cukup - Melatih
hasil: - Monitor efektifitas terapi oksigen pernapasan tanpa
- Menunjukan (mis. oksimetri, analisa gas menggunakan
tidak adanya darah), jika perlu oksigen
gangguan - Monitor kemampuan melepaskan - Lesi mukosa
dalam oksigen saat makan hidung akibat
pertukaran gas - Monitor tanda-tanda hipoventilasi pemasangan
- Menunjukan - Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
efektifnya oksigen dan atelektasis - Kolaborasi
terapi oksigen - Monitor tingkat kecemasan akibat penentuan
yang di berikan terapi oksigen oksigen dengan
- Monitor integritas mukosa hidung dosis yang tepat
akibat pemasangan oksigen sesuai keadaan
2. Terapeutik pasien
- Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trachea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien
- Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
3. Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur
(Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001) | ASUHAN KEPERAWATAN, n.d.)