Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA ASMA


DI INSTALASI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

WITRI NURHASANAH
029PA201224

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKES PERMATA NUSANTARA CIANJUR
TAHUN 2021/2022
Jln. Perintis Kemerdekaan KM 02 Cianjur
DEFINISI
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang
oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya
proses radang (Almazini, 2012)
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik
secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic
Society).
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang
dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan
saluran pernapasan. (Infodatin, 2017)
ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.1
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

MANIFISTASI KLINIS
Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut (Zullies, 2016), tanda dan
gejala pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni:
1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainana bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
f. Blood gas analysis (BGA) belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parial O2

2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik
Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/ tanpa stetoskop,
batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti tertekan,
ekspirasi memanjang.
PATOFISIOLOGI

(Pathway Asma Bronkhial | PDF, n.d.)


KOMPLIKASI
Menurut surandro, (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada asma
bronkial apabila tidak segera ditangani, adalah : (Sundaro, 2008).
a) Gagal napas.
b) Bronkhitis.
c) Fraktur iga (patah tulang rusuk).
d) Pneumotoraks (penimbunan udara pada rongga dada disekeling paru yang
menyebabkan paru-paru kolaps).
e) Pneumodiastinum penimbunan dan emfisema subkitus.
f) Aspergilosis bronkopulmoner alergik.
g) Atelektasis.
A. PENGOBATAAN
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol
manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma yang terkontrol (Putri 2016 dalam Nur
Casanah , 2019).
Penanganan asma :
a) Agonis beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan
meningkatkan gerakan sililaris. Contoh obat : epineftrin, albutenol, meta
profenid, iso proterenoliisoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa
digunakan secara parenteral dan inhalasi.
b) Bronkodilator, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan
mukus dalam jalan nafas. Contoh obat : aminophyllin, teophyllin,
diberikan secara IV dan oral.
c) Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan
secara inhalasi.
d) Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor.
Contoh obat : hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan
secara IV dan oral.
e) Inhibitor sel mast, contoh obat : natrium kromalin , diberikan melalui
inhalasi untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas.
f) Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55
mmHg.
g) Fisioterapi dada, teknik pernafasan dilakukan untuk mengontrol dispnea
dan batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan
postural drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum
yang banyak.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Menurut Ngastiyah (2013), ada beberapa pemeriksaan diagnostik bagi para
penderita asma, antara lain :
1. Uji faal paru
Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi,
menilai hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti
perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak
flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali
(sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut kemudian
menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.
2. Foto toraks
Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama
kali di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain.
Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan
berupa hiperinflasi dan atelektasis.
3. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung. Bila
tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan uji
tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan alergen.
(Nurkasim, n.d.)
ANALISA DATA
N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1. Data subjektif: Alergen (hawa Ketidakefektifan
dingin) bersihan jalan
Data objektif:
nafas
a. Frekuensi nafas 40x / Hipersensitivitas
menit
b. Terdapat suara wheezing
Stimulasi Ig E
disemua lapang paru
(imunoglobulin
c. Batuk tidak efektif alergi)

Degranulasi
(pemecahan sel
mast)

Melepaskan
histamin

Stimulasi sel
goblet

Mukosa
meningkatkan
sekresi mukus
berlebihan yang
sangat lengket

Merangsang
batuk
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

2. Data subjektif: Alergen (hawa Gangguan


dingin) pertukaran gas
Data objektif:

a. Saturasi oksigen 90% Hipersensitivitas


b. Tekanan darah 110/70
mmhg
Kontraksi otot
c. PH darah arteri 7,49
polos
d. Frekuensi nafas 40
/menit
e. PCO2 3,15 (turun) Bronkospasme
f. BGA : alkalosis
respiratorik
Hipoventilasi

Distribusi
ventilasi tidak
merata

Gangguan difusi
gas

Gangguan
pertukaran gas

3. Data subjektif: Alergen (hawa Ketidakefektifan


dingin) pola nafas
Data objektif:

a. Terdapat retraksi Masuk dalam


sternokleidomastoideus tubuh
b. Frekuensi nadi
120x/menit
c. Base excess -0,4 Merangsang sel
d. Frekuensi nafas plasma

40x/menit
e. Terdapat pernafasan Membentuk
antibodi
cuping hidung
(Rohmah, n.d.)
Ig E menempel
dan beredar pada
reseptor yang
sesuai dengan
dinding sel mast

Bereaksi dengan
reseptor

Menurunnya
siklus AMP

Bronkokonstriksi

Asma

Karbondioksida
meningkat

Resistensi jalan
nafas selama
ekspirasi

Asidosis
respiratorik
(hipercapnea)
Takipnea

Ketidakefektifan
pola nafas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi:
a) Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan mukus dalam
jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus, eskudat dalam alveoli
dan bronkospasme.
b) ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru
c) gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Ketidakefektifan Setelah diberikan 1. Observasi - Menurunkan
bersihan jalan tindakan - Monitor pola napas (frekuensi, indikasi bunyi
berhubungan keperawatan kedalaman, usaha napas) napas tambahan
dengan mukus bersihan jalan - Monitor bunyi napas tambahan - Menurunkan
dalam jumlah nafas tidak efektif, (mis. Gurgling, mengi, weezing, jumlah sputum
berlebihan, dengan keriteria ronkhi kering) - Mempertahankan
peningkatan hasil: - Monitor sputum (jumlah, warna, kepatenan jalan
produksi mukus, - Mempertahanka aroma) nafas
eskudat dalam n jalan napas 2. Terapeutik - Posisi semi
alveoli dan - Menunjukan - Pertahankan kepatenan jalan fowler
bronkospasme. prilaku untuk napas dengan head-tilt dan chin- mengurangi
memperbaiki lift (jaw-thrust jika curiga trauma dipsneu
bersihan jalan cervical) - Asupan cairan
nafas - Posisikan semi-Fowler atau yang sesuai
Fowler - Kolaborasi
- Berikan minum hangat bronkodilator
- Lakukan fisioterapi dada, jika melegakan
perlu pernapasan
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum
- Penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsepMcGill
- Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
- Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
2 ketidakefektifan Setelah diberikan 2. Observasi - Mempertahankan
pola napas tindakan - Monitor frekuensi, irama, pola napas yang
berhubungan keperawatan kedalaman, dan upaya napas normal
dengan ketidakefektifan - Monitor pola napas (seperti - Kemampuan
penurunan pola napas, dengan bradipnea, takipnea, pasien dalam
ekspansi paru keriteria hasil: hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne- mengatur pola
- Pola napas Stokes, Biot, ataksik0 napas
efektif - Monitor kemampuan batuk efektif - Untuk
- Frekuensi napas - Monitor adanya produksi sputum mengetahui
kembali normal - Monitor adanya sumbatan jalan adanya
napas peningkatan
- Palpasi kesimetrisan ekspansi produksi sputum
paru - Untuk
- Auskultasi bunyi napas mengetahui nilai
- Monitor saturasi oksigen AGD dan hasil
- Monitor nilai AGD x-ray thorax
- Monitor hasil x-ray toraks
3. Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
4. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3 gangguan Setelah diberikan 1. Observasi - Aliran oksigen
pertukaran gas tindakan - Monitor kecepatan aliran oksigen yang tepat
berhubungan keperawatan - Monitor posisi alat terapi oksigen membantu
dengan ventilasi gangguan - Monitor aliran oksigen secara menurunkan
perfusi pertukaran gas, periodic dan pastikan fraksi yang dipsneu
dengan keriteria diberikan cukup - Melatih
hasil: - Monitor efektifitas terapi oksigen pernapasan tanpa
- Menunjukan (mis. oksimetri, analisa gas menggunakan
tidak adanya darah), jika perlu oksigen
gangguan - Monitor kemampuan melepaskan - Lesi mukosa
dalam oksigen saat makan hidung akibat
pertukaran gas - Monitor tanda-tanda hipoventilasi pemasangan
- Menunjukan - Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
efektifnya oksigen dan atelektasis - Kolaborasi
terapi oksigen - Monitor tingkat kecemasan akibat penentuan
yang di berikan terapi oksigen oksigen dengan
- Monitor integritas mukosa hidung dosis yang tepat
akibat pemasangan oksigen sesuai keadaan
2. Terapeutik pasien
- Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trachea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien
- Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
3. Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur
(Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001) | ASUHAN KEPERAWATAN, n.d.)

(POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF | ASUHAN KEPERAWATAN, n.d.)

(GANGGUAN PERTUKARAN GAS | ASUHAN KEPERAWATAN, n.d.)


D. DAFTAR PUSTAKA
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001) | ASUHAN KEPERAWATAN.
(n.d.). Retrieved April 16, 2022, from
https://n2ncollection.com/asuhan-keperawatan-dengan-bersihan-jalan-
nafas-tidak-efektif-d-0001/
Brunner, 2002, S. (n.d.). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. 10.
GANGGUAN PERTUKARAN GAS | ASUHAN KEPERAWATAN. (n.d.).
Retrieved April 16, 2022, from https://n2ncollection.com/gangguan-
pertukaran-gas-d-0003/
Nurkasim, I. (n.d.). Laporan Pendahuluan Asma. Retrieved April 15, 2022,
from
https://www.academia.edu/11550015/Laporan_Pendahuluan_Asma
Pathway Asma Bronkhial | PDF. (n.d.). Scribd. Retrieved April 15, 2022,
from https://id.scribd.com/document/447976216/102541892-Pathway-
Asma-Bronkhial-doc
POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF | ASUHAN KEPERAWATAN. (n.d.).
Retrieved April 16, 2022, from https://n2ncollection.com/asuhan-
keperawatan-dengan-pola-nafas-tidak-efektif-d-0005/
Rohmah, I. (n.d.). ANALISA DATA ASMA. Retrieved April 15, 2022, from
https://www.academia.edu/37283085/ANALISA_DATA_ASMA
Smeltzer, 2002: 611, & Zullies (2016). (n.d.). ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. N DENGAN ASMA BRONKIAL DI PUSKESMAS IV KOTO
MUDIK BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN
2018. 59.

Anda mungkin juga menyukai