FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga laporan hasil TUTORIAL modul 2 pada skenario “SESAK NAPAS” dari
kelompok 10 ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan
salam dan shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh
kepintaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa
TUTORIAL khususnya kepada beberapa tutor sekaligus pembimbing kami yang
telah membantu selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan
permohonan maaf kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah
baik disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak
yang telah membaca laporan ini dan khususnya bagi tim penyusun sendiri.
Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan pembaca
mengenai sistem Kardiovaskular.
Kelompok 10
MODUL 2
“SESAK NAPAS”
SKENARIO 2
Seorang perempuan berusia 45 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak
napas berat dirasakan sejak 3 hari terakhir. Sesak memberat bila pasien terlentang
dan lebih nyaman dengan posisi duduk. Keluhan makin berat bila pasien bergerak
ataupun beraktivitas, disertai bengkak pada kaki dan keluhan sering terbangun
tengah malam karena sesak. Sebelumnya pasien sudah sering kontrol di Puskesmas
tetapi berobat tidak teratur.
KATA SULIT
Kerley B lines : garis paru-paru di radiologi yang membentuk garis
horizontal yang berwarna Radioopaq yang muncul pada permukaan
pleura karna adanya akumulasi cairan di ruang interstitial
Cardio thoracic ratio : merupakan ratio yang menandakan adanya
kardiomegali jika melebihi 0,50 pada skenario rationya yaitu 0,56
menandakan adanya kardiomegali
KATA KUNCI
Perempuan 45 tahun
Sesak napas 3 hari terakhir
Memberat saat terlentang dan nyaman jika duduk
Memberat saat bergerak dan beraktivitas
Bengkak pada kaki
Sering terbangun tengah malam karna sesak
Adanya ronkhi basa halus di seluruh lapang paru
Tanda vital :
- Nadi : 115 kali/menit , regular
- Tekanan darah : 160/90 mmHg
- JVP : + 9 cmH2O, posisi 45o
Iktus kordis teraba
Rontgen dada menunjukkan CTR 0,56, terlihat kerley B lines
JAWABAN :
1. Perbedaan antara sesak pada penyakit kardiovaskuler dan sesak pada
penyakit non-kardiovaskuler.
Tekanan kapiler
paru meningkat
Ortopnea
(segera)
Akumulasi
cairan di paru Paroxysmal
Nocturnal dyspnea
(progresif)S
Darah dari paru2 tidak bisa masuk ke LV, Menyebabkan congesti paru
Hypoxia
Edema paru
Kurang kapasitas vital dalam, perfusi ventilasi yg tidak
cocok
Udara terperangkap karena penutupan
Saluran udara kecil. Turun tekanan oksigen
- Gejala Tanda
Tipikal
Sesak nafas
Peningkatan JVP
Ortopneu
Refluks hepatojugular
Paroxysmal nocturnal dyspnoe
Suara jantung S3 (gallop)
Toleransi aktifitas yang berkurang
Apex jantung bergeser ke lateral
Cepat lelah
Bising jantung
Begkak di pergelangan kaki Spesifik
Atipikal
Batuk di malam / dini hari
Edema perifer
Mengi
Berat badan bertambah > 2 kg/minggu
Krepitasi pulmonal
Berat badan turun (gagal jantung
Sura pekak di basal paru pada perkusi
Lanjut)
Perasaan kembung/ begah
Takikardia
Nafsu makan menurun
Heaptomegali
Perasaan bingung (terutama usia lanjut)
Asites
Depresi
Kaheksia
Berdebar
Pingsan
TEKNIK DIAGNOSTIK
Edema Paru Akut (EPA) adalah akumulasi cairan di paru-paru yang terjadi secara
mendadak. Hal ini dapat dischbabkan oleh tekanan intravaskular yang tinggi
(edema paru kardiak) atau karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
(edema paru non kardiak) yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan
secara cepat.
PATOFISIOLOGI
Secara patofisiologi edema paru kardiogenik ditandai dengan transudasi
cairan dengan kandungan protein yang rendah ke paru, akibat terjadinya
peningkatan tekanan di atrium kiri dan sebagian kapiler paru. Transudasi ini terjadi
tanpa peruhahan pada permeabilitas atau integritas dari alveoli-kapiler dan hasil
akhir yang terjadi adalah penururan difusi, hipoksemia dan sesak nafas. Seringkali
keadaan ini berlangsung dengan derajat yang berbeda-beda. Dikatakan pada stage
1 distensi dan keterlibatan pembuluh darah kecil di paru akibat peningkatan tekanan
di atrium kiri dapat memperbaiki pertukaran udara di paru dan meningkatkan
kemampuan difusi dari gas karbon monoksida. Pada keadaan ini akan terjadi sesak
nafas saat melakukan aktivitas fisik. dan disertai ronki inspirasi akibat terbukanya
saluran pernafasan yang tertutup.
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis. Edema paru akut kardiak berbeda dari ortopnea dan
paroksismal nokturnal dyspnea, karena kejadiannya yang sangat cepat dan
terjadinya hipertensi pada kapiler paru secara ekstrim. Keadaan ini merupakan
pengalaman yang menakutkan bagi pasIen karena mereka merasakan ketakutan,
batuk batuk dan seperti seorang yang akan tenggelam. Pasien biasanya dalam posisi
duduk agar dapat mempergunakan otot-otot bantu nafas dengan lebih baik saat
respirasi, atau sedikit membungkuk ke depan, sesak hebat, mungkin disertai
sianosis, sering berkeringat dingin, batuk dengan sputum yang berwarna kemerahan
(pink frothy sputum).
PEMERIKSAAN FISIS
Dapat ditemukan frekuensi nafas y yang meningkat, dilatasi alae nasi, akan
terlihat retraksi inspirasi pada sela interkostal dan fossa supraklavikula yang
menunjukkan tekanan negatif intrapleural yang besar dibutuhkan pada saat
inspirasi. Pemeriksaan pada paru akan terdengar ronki basah kasar setengah
lapangan paru atau lebih, sering disertai wheezing. Pemeriksaan jantung dapat
ditemukan protodiastolik gallop, bunyi jantung Il pulmonal mengeras, dan tekanan
darah dapat meningkat.
Radiologis
Pada foto thoras menunjukkan hilus yang melebar dan densitas meningkat disertai
tanda bendungan paru, akibat edema intertisial atau alveolar.
laboratorium
Kelainan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan penyakit dasar. Uji diagnostik
yang dapat dipergunakan untuk membedakan dengan penyakit lain misalnya asma
bronkial adalah pemeriksaan kadar BNP (Brain Matriuretic Peptide) plasma ini
dapat dilakukan dengan cepat dan dapat menyingkirkan penyebab dyspneu lain
seperti asma bronkial akut. Pada kadar BNP plasma yang menengah atau sedang
dan gambaran radiologis yang tidak spesifik. harus dipikrkan penyebab lain yang
dapat mengakibatkan terjadinya gagal jantunng misalnya restrikso pada aliran
darah di katup mitral yang harus di evaluasi dengan pemeriksaan penunjang lain
seperti ekokardiografi.
PENATALAKSANAAN
EPA harus segera dimulai setelah diagnosis ditegakkan meskipun
pemeriksaan untuk melengkapi anamnesis dan pemeriksaan fisis masih
berlangsung. Pasien diletakkan pada posisi setengah duduk aau duduk, harus segera
diberi oksigen. nitrogliserin, diuretik i.v. morfin sulfat, obat untuk menstabilkan
hemodinamik, trombolitik dan revaskularisasi, intubasi dan ventilator, terapi
aritmia dan gangguan konduksi serta koreksi definitif kelainan anatomi.
PROGNOSIS
Hingga saat ini mortalitas akibal edema paru akut termasuk yang
disebabkan kelainan kardiak masih tinggi. Setelah mendapatkan penanganan yang
tepat dan cepat pasien dapat membaik dengan cepat dan kembali pada keadaan
seperti sebelum serangan. Kebanyakan mereka yang selamat mengatakan sangat
kelelahan pada saat serangan tersebut. Diantara beberapa gejala edema paru ini
terdapat tanda dan gejala gagal jantung.
Prognosis jangka panjang dari edema paru akut ini sangat tergantung dari penyakit
yang mendasarinya, misalnya intark miokard akut serta keadaan komorbiditas yang
menyertai seperti diabetes melitus atau penyakit ginjal terminal. Sedangkan
prediktor dari kematian di rumah sakit antara lain adalah: diabetes, disfungsi
ventrikel kiri, hipotensi atau syok dan kebutuhan akan ventilasi mekanik.
C. REGURGITASI TRIKUSPID
Etiologi dan Patologi Regurgitasi trikuspid adalah suatu keadaan kembalinya
sebagian darah ke kanan pada saat sistolik. Keadaan ini dapat terjadi primer akibat
kelainan organik katup, ataupun sekunder karena hipertensi pulmonal, perubahan
fungsi maupun geometri ventrikel berupa dilatasi ventrikel kanan maupun anulus
trikuspid.
Hemodinamik
Pada regurgitasi teikuspid baik organik maupun sekunder akan terjadi
kenaikan tekanan akhir diastolik pada atrium dan ventrikel kanan. Tekanan atrium
kanan akan meningkat mendekati tekanan ventrikel kanan sesuai dengan kenaikan
tekanan ventrikel kanan, yaitu sesuai dengan kenaikan derajat regurgitasi trikuspid.
Tekanan sistolik arteri pulmonalis dan ventrikel kanan dapat dipakai sebagai
petunjuk kasar terhadap regurgitasi primer atau sekunder. Bila tekanan kurang dari
40 mmHg, lebih menunjukkan kelainan primer dibandingkan bila tekanan lebih dari
40 mmHg. dari c-v dan y descent yang cepat (pada venous wave). Curah jantung
biasanya sangat menurun, dan saat sistolik tekanan atrium tidak akan menunjukkan
x descent, tetapi gelombang yang mencolok
Manifestasi Klinis
Riwayat. Regurgitasi trikuspid tanpa hipertensi pulmonal biasanya tidak
memberikan keluhan dan dapat ditoleransi dengan baik. Rasio perempuan terhadap
pria adalah 2 : 1, dengan rata-rata umur 40 tahun. Oleh karena lebih sering
bersamaan dengan stenosis mitral, maka gejala stenosis mi- tral biasanya lebih
dominan. Riwayat sesak napas pada latihan yang progresif, mudah lelah dan juga
batuk darah. Bila keadaan lebih berat akan timbul keluhan bengkak tungkai, perut
membesar, maka kelelahan/ fatig dan anoreksia merupakan keluhan yang paling
mencolok. Adanya asites dan hepatomegali akan menimbulkan keluhan kurang
enak pada perut kanan atas dan timbul pulsasi pada leher akibat pulsasi regurgitasi
vena.
Pemeriksaan Fisis.
Pada inspeksi selalu terlihat adanya gambaran penurunan berat badan,
kakeksia, sianosis dan ikterus. Biasanya selalu dijumpai pelebaran vena jugularis,
gambaran gelombang x dan x yang normal akan menghilang, sedangkan y descent
akan menjadi nyata terutama pada inspirasi. Akan terlihat juga impuls ventrikel
kanan yang mencolok. Pada saat sistolik juga dapat teraba impuls atrium kanan
pada garis sternal kiri bawah. Biasanya pada fase awal dapat teraba pulsasi sistolik
pada permukaan hati, namun pada keadaan sirosis kongestif menghilang karena hati
menjadi tegang dan keras. Selain itu terlihat pulsasi juga asites dan edema.
Pada auskultasi dapat terdengar S3 dari ventrikel kanan yang terdengar lebih
keras pada inspirasi, dan bila disertai hipertensi hipertensi pulmonal suara P2 akan
mengeras. Bising pansistolik dengan nada tinggi terdengar paling keras di sela iga
4 garis parasternal hri dan dapat pula sampai ke subxifoid. Bila regurgitasi ringan,
bising sistolik pendek, tetapi bila ventrikel kanan sangat besar bising dapat sampai
ke apeks dan sulit dibedakan dengan regurgitasi mitral. Perlu diingat bahwa derajat
bising pada regurgitasi trikuspid akan meningkat pada inspirasi (Rivero Carvello's
sign). Adanya kenaikan aliran melalui katup trikuspid dapat menimbulkan bising
diastolik pada daerah parasternal kirí.
Gambaran Radiologis
Adanya kardiomegali yang mencolok akibat pembesaran ventrikel kanan
Kadang-kadang akibat tingginya tekanan ventrikel kanan yang akarn berlangsung
lama dapat terjadi kalsifikasi pada anulus trikuspidalis. Dapat terjadi gambaran
hipertensi pulmonal. dan pada fluoroskopi terlihat pulsasi sistolik pada atrium
kanan
Elektrokardiogram
Biasanya tidak spesifik, dapat berupa blok cabang bundle kanan, tanda dan
ventrikel kanan, dan sering juga terjadi fibrilasi secara atrium.
Ekokardiograf
Pulsed color doppler ekokardiograficardiography, merupakan sarana yang
mempunyai akurasi, sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam menentukan
adanya regurgitasi trikuspid. Di sini dapat dilihat morfologi.
Pengobatan
Konservatif, ditujukan terutama bila terdapat tanda-tanda kegagalan fungsi jantung
berupa istirahat, pemakaian diuretic dan digitalis.
Pembedahan, Tanpa suatu tanda hipertensi pulmonal biasanya tidak di perlukan
suatu tindakan pembedahan. Tetapi pada keadaan tertentu dapat di lakukan
tindakan anuloplasti dan pada yang lebih berat dilakukan penggantian katup dengan
prosthesis.
6. Langkah-langkah diagnosis
ANAMNESIS
Wawancara yang perlu ditanyakan adalah:
1. Tanyakan identitas pasien: nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dll.
2. Keluhan utama: meminta riawayat kesehatan pasien dengan meminta
keluhan utamanya: keluhan sesak napas, keluhannya memberat saat
beraktivitas atau istirahat, ada pembengkakan pada kaki, pola tidurnya
terganggu atau tidak
3. Riwayat penyakit dahulu: tanyakan tentang penyakit yang berhubungan
langsung dengan kardiovaskular. Tanyakan pada pasien apa ada sesak
napas, hipertensi, edema perifer, ascites, anemia
4. Riwayat pengobatan: tanyakan tentang pengobatan yang pernah pasien
konsumsi sebelumnya. Penilaian pengobatan harus ditulis dengan nama
obat dan pasien memahami penggunaan dan efek samping. Adapun obat
yang dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular seperti: diuretic, ace-
inhibitor, beta-blocker
5. Riwayat aktivitas fisik: tanyakan pada pasien apakah sering berolahraga
atau tidak, jika kurang berolahraga maka akan menyebabkan faktor resiko
penyakit gagal jantung
PEMERIKSAAN FISIK
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pemeriksaan fisik,
yaitu:
1. Inspeksi: pasien tampak lemah/cukup baik/tampak sakit parah, kesadaran
mentis kompos penderita, apatis, somnolens, soporous, soporocoma dan
koma. Inspeksi palpebra apa ada (bintik kekuningan, lembut atau plak) pada
kelopakmata, konjungtiva pucat (anemia), ptechiae , dan sclera
(konjungtive kuning)
2. Palpasi tanda vital termasuk: tekanan darah (TD 160/90 mmHg), nadi 115
kali/menit, JVP +9 cmH2O pada posisi 45 derajat, periksa suhu tubuh
pasien pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan melalui glabella, dan axilla
(ketiak), iktus kordis teraba
PERKUSI:
Perkusi jantung dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk jantung secara
kasar. Jantung perkusi hanya dalam yang sangat diperlukan. Perkusi dilakukan
dengan menempatkan jari tengah tangan kiri sebagai pondasi pada dinding dada.
Perkusi dapat dilakukan dari segala arah ke lokasi jantung. Untuk menentukan tepi
kanan dan kiri, perkusi dilakukan dari sisi arah ke pusat dada. Batas atas jantung
diketahui oleh perkusi dari atas ke bawah. Lakukan perkusi di sepanjang kurva
tulang rusuk antara 4 dan 5 rusuk, mulai di garis midaxillaris.
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Pada skenario didapatkan gambaran Rontgen dada menunjukkan CTR 0,56 dan
terlihat kerley B lines.
Prognosis:
Macam-macam prognosis :
1. Ad vitam (hidup)
2. Ad functionam (fungsi)
3. Ad sanationam (sembuh)
Jenis- jenis prognosis :
1. Sanam (sembuh)
2. Bonam (baik)
3. Malam (buruk/jelek)
4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)
Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung
sembuh/baik)
Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)
Pada gagal jantung untuk menetukan prognosis harus
diperhitungkan seperti etiologi, usia lanjut , komorbiditas
kardiovaskular dan non-kardiovaskular yang sangat banyak, dengan
prognosis jangka pendek dan jangka panjang yang buruk.
7. Penatalaksanaan berdasarkan skenario
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
Pada saat inisiasi pemberian diuretik periksa fungsi ginjal dan serum
elektrolit
Dianjurkan untuk memberikan diuretik pada saat perut kosong
Sebagain besar pasien mendapat terapi diuretik loop dibandingkan
tiazid karena efisiensi diuresis dan natriuresis lebih tinggi pada
diuretik loop. Kombinasi keduanya dapat diberikan untuk mengatasi
keadaan edema yang resisten.
2. ANTAGONIS ALDOSTERON
Hiperkalemia
Perburukan fungsi ginjal
Nyeri dan/atau pembesaran payudara
3. ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME INHIBITORS (ACEI)
Riwayat angioedema
Stenosis renal bilateral
Kadar kalium serum > 5,0 mmol/L
Serum kreatinin > 2,5 mg/dL
Stenosis aorta berat
1. Program Inpatient
Program latihan inpatient dapat dilakukan sejak 48 jam setelah
gangguan jantung sepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi. Latihan fisik
yang dilakukan terbatas pada aktivitas sehari-hari misalnya gerakan tangan
dan kaki dan pengubahan postur. Program latihan biasanya berupa terapi
fisik ambnulatory yang diawasi. Pada fase ini perlu dilakukan monitoring
ECG untuk menilai respon terhadap latihan. Latihan pada fase ini harus
menuntut kesiapan tim yang dapat mengatasi keadaan gawat darurat apabila
pada saat latihan terjadi serangan jantung. Manfaat dari latihan fisik pada
fase ini adalah sebagai bahan survailance tambahan, melatih pasien untuk
dapat mejalankan aktivitas pada aktivitas sehari-hari, dan untuk
menghindari efek fisiologis dan psikologis negatif pada bedrest. Tujuan dari
latihan fsik fase pertama ini harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Pasien dengan aktivitas rendah mungkin hanya memerlukan latihan fisik
untuk menunjang kegiatan sehari-hari (ADL: activity of daily life). Pasien
dengan kapasitas fisik yang lebih baik dapat menjalankan program letihan
untuk pencegahan tertier dan mengikuti program jangka panjang untuk
meningkatkan ketahanan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas dan
ketahanan otot
Perencanaan pemulangan
Pada perencanaan pemulangan pasien jantung beberapa hal harus
diperhitungkan yakni : kondisi klinis, aktivitas fisik sehari-hari, aktivitas
pada waktu luang, istirahat, bekerja, aktivitas seksual, gejala dan rujukan
pada fase rehabilitasi dengan pengawasan. Pada saat pemulangan, pasien
harus mendapatkan informasi tentang kerja dan karakteristik arteria
koronaria jantung dan gangguan yang dialaminya sehingga dapat
memahami gangguan jantung yang terjadi pada dirinya dan keadaan-
keadaan yang dapat mempengaruhi terjadinya atherosklerosis. Pada saat
pemulangan, sebaiknya hal hal perawatan diri mendasar seperti mandi,
mengenakan baju makan dan minum sudah dapat dilakukan secara mandiri.
Pada saat pemulangan pasien juga diberikan pengertian agar menghindari
suhu dan kelembaban udara yang terlalu ekstrim. Jumlah waktu istirahat
juga harus secara jelas disampaikan. Istirahat yang dianjurkan dapat
meliputi tidur dan atau istirahat berbaring atau duduk tenang. Jenis
pekerjaan yang tidak disarankan adalah yang meliputi mengangkat beban
dan menahan nafas. Pasien yang merasakan gejala palpitasi, dyspnea, tidak
bisa tidur, kelelahan berat harus berkonsultasi kepada dokter. Sebelum fase
I berakhir, pasien harus sudah mendapatkan penjelasan tentang program
fase selanjutnya
2. Program Out-patient
Program out-patient dilakukan segera setelah kepulangan pasien
dari rumah sakit. Tujuan utama dari program ini adalah untuk
mengembalikan kemampuan fisik pasien pada keadaan sebelum sakit.
Pasien yang pernah mengalami infark myocard dan atau operasi bypass
arteri memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami dysritmia, dypnea
dan angina. Pada pasien yang pernah menjalani operasi bypass sering terjadi
rasa pusing dan diyrrhitmia supraventricular sedangkan pasien yang pernah
mengalami infark myocard sering mengalami perubahan segmen ST pada
EKG. Hal inilah yang mendorong perlunya pengawasan program latihan
pada orang dengan riwayat gangguan jantung tersebut
3. Fase Pemeliharaan
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melanjutkan ke fase
pemeliharaan adalah kapasitas fungsional pasien, status klinis serta tingkat
pengetahuan pasien tentang gangguan jantung yang dialaminya. Kapasitas
fungsional minimal yang dimiliki oleh pasien adalah sekitar 5 METs yang
memungkinkan seseorang dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa
kesulitan yang berarti. Secara klinis, pasien harus sudah memiliki respon
hemodinamik dan kardiovaskular yang stabil. Pasien juga diharapakn sudah
memiliki pengetahuan dasar tentang gejala-gejala yang dialami, pilihan
terapi yang dapat dilakukan, karakteristik perjalanan alamiah penyakit serta
rentang aktivitas yang aman untuk dilakukan