Seorang wanita 45 tahun datang ke poliklinik jantung RS UNS dengan keluhan kaki
membengkak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, keluhan* disertai perut terasa
begah yang semakin lama semakin membesar, disertai dengan nafas yang semakin
pendek. Pasien mengatakan tidak dapat tidur dalam posisi berbaring, dan harus dalam
posisi terduduk, serta selalu merasakan sesak bahkan dengan aktivitas yang ringan seperti
berjalan ke kamar mandi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 95/50 mmHg, frekuensi nafas 32
kali permenit, didapatkan pulsus deficit, degan laju nadi 132 kali permenit, ireguler, laju
jantung 145 kali permenit ireguler. Saturasi oksigen 95% di udara ruang. Pada bagian leher
didapatkan distensi vena jugularis, R + 5cm H2O, dengan refluks hepatojugular (+). Inspeksi
dinding dada didapatkan retraksi intercostalis disertai dengan pergeseran ictus cordis yang
tampak di SIC V linea aksilaris anterior. Palpasi ictus cordis teraba di SIC V linea aksilaris
anterior, thrill systolic teraba di SIC IV linea parasternal sinistra. Perkusi didapatkan batas
jantung melebar ke lateral dan medial. Pada auskultasi didapatkan S1-2 irregularly irregular,
dengan bising pansistolik pada SIC IV linea parasternal kiri, pada posisi left lateral decubitus
dan membungkuk, didapatkan bising mid-diastolic rumbling dengan intensitas bising 214 di
area ictus, dengan opening snap (+). Pemeriksaan paru didapatkan sonor dikedua lapang
paru dan ronchi
basah halus pada kedua basal paru. Pemeriksaan abdomen didapatkan perut membuncit,
pekak alih (+), pekak sisih (+), dengan pulsasi di area epigastric disertai pembesaran hepar
pada perabaan. Pada pemeriksaan ekstremitas, didapatkan edema pitting pada ekstremitas
inferior.
Pada pemeriksaan EKG didapatkan atrial fibrilasi rapid ventricular response
134x/menit, deviasi aksis ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan. Pada foto ronsen dada
didapatkan foto Anteroposterior, dengan rasio kardio-thoraks 65%, pinggang jantung
mendatar, apex rounded.
A. Jump 1: Klarifikasi Istilah
1. Pulsus deficit : detak jantung dan denyut nadi tidak… , ditemukan pada atrial
fibrilisasi
2. Thrill sistolic : getaran , meraba ada getaran saat sistolik
3. Refluks hepatojugular : respon vena jugularis saat jantung menerima beban
4. Bising pansistolic : bunyi jantung abnormal yang terjadi krn aliran balik , akan
mengisi seluruh fase sistolik
5. edema pitting : bengkak dimana sulit untuk kembali jika ditekan
6. opening snap : sifatnya bernada tinggi , intensitas tida kuat, plg sering
terdengar di daerah apeks
7. deviasi axis : gambaran dari ekg , normalnya di -30 derajat sampe +90
derajat , kelainan bisa LAD
8. bising mid-diasistolic rumbling : khas u stenosis mitral, frekuensi rendah =
rumbling
B. Jump 2: Merumuskan Masalah
1. (fani) penyebab pasien begah dan besar
bila : jadi kembung dia dibedakan menjadi 2. sementara dan menetap
sementara : peningkatan cairan dan …
berkelanjutan : massa atau pembesaeran organ pada perut
ada pembesaran …, jantung yg membesar bisa mendesak rongga perut yang
ada dibawahnya
pembengkakakn jantung juga disertai dengan cairan dsb nahh ini yg buat
kembung
2. (sita) nafas pasien dikatakan semakin pendek, apa saja macam pernapasan
pola abnormal
sufa : pola pernapasan kesulitan mempertahankan oksigen > sesak napas
kebutuhan nafas ga adekuat mengakibatkan banyak masalah >
ketidak efektifan pola nafas
macam2 nya ada 6
a. cheyne stock: pernapasan ditandai dg percepatan pernapasan
mendalam secara bertahap sblm trjd perlambatan. siklus berulang.
berkaitan dg ggal jantung akut maupun kronis
b. kusmaul : mirip kek yg pertama bedanya ditandai dg percepatan dan
napas semakin dalam. tdk disertai perlambatan. disebabkan
ketoasidosis
c. paroxymal nocturnal dyspnea: sesak napas akut nyebabin bangun dr
tidurnya. dia harus duduk tegak atau berdiri untuk dapat bernapas
klega. disebabkan edem gagal jantung kiri
d. hyperventilasi : bernapas dalam2 dan terlalu cepat. kadar oksigen
darah meningkat. co2 rendah
e. hypoventilasi : terlalu lambat atau dangkal nyebabin o2 rendaah co2
tinggi
f. obstruktif sleep apnea : tb2 berhenti 10 detik pas bobo. terjadi 5 jam
sekali. bahkan bisa 5 menit
salva : pola pernapasan yg normal kek apa : menarik dan menghirup slm 2
detik diakhir menghembuskan 2 detik jg. 16–20 kqli permenit. lambat teratur.
keluar masuk lwt hidung. tdk ada usaha fisik
3. (amel) kenapa pasien gabisa tidur pada posisi baring, harus posisi duduk,
kenapa jg sesak pas aktivitas ringan?
rosa : kan pasiennya tu dia gabisa tdr posisi baring nandain ada kelainan
pada jantungnya. ada bbrp perbedaan sesak napas yg disebabin
jantung/paru
a. karna posisi badannya. berbaring . ortopnea : abnormalitas paru2
pada PPOK
b. kegagalan fungsi paru thd jantung : penurunan saturasi oksigen
(normal 95p
sarah :
rosa : gejala spesifik gagal jantung. menopang kepala dg bantal. biar ga
kebangun karana sesak nafas. ada gejala lain jg kek kelelahan
penyebab gagal jantung lain ada arteri koroner, dll. ada kebocoran dan
sesak napas kalo dicurigai adanya penyakit jantung dieval lewat ekg
yg dilakuin sbg penolongan pertama ya kek berhenti merokok, hoindari
alergen, kontrol teratur
obat yg dikonsumsi diuretik, dll
4. (salva) abdomen begah, interpretasi pemeriksaan abdomen
sasa : gagal jantung. penyempitan pembuluh darah ginjal. retensi air dan
natrium bertambah. pembesaran jantung menekan. jadi knp kok bisa begah
karna retensi td memicu penekanan pembuluh darah. retensi nya keluar
pekak alih positif : ascites. terisis cairan. ekskresi berkurang. makan yg
natrium tinggi memperparah keadaan tsb krn menurunnya kontraktilitas
jantung. kelebihn cairan bocor. tekanannya naik kabeh. terus ke intrerstisial.
terus ada pulasi epigeastrium : pembesaaran ventrikel kanan
gagal jantung kanan : kelebihan cairan cencengun di ekstremitas kanan.
bakal ttp cekung bahkan dg penekanan ringan
5. (sasa) di skenario dibilangin kalo ada bising pansistolik terus ada thrill,
gimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik thorax (IPPA) pada pasien
sam : bahas sebagian. mulai dr inspeksi ada retraksi intercostalis. retraksi ?
ada sesuatu yg halangin mempersempit jalan napas. bisa dari upperairway
bisa dr bronkiolus (
otot intercosta . harusnya keluar malah kedalem knp karna ya ada halangan
itu ada penyempitan. hrsya membesar malah
kalo tekanan paru turun udara ekspirasi keluar
palpasi thrill : getaran yg teraba karna ada alirna darah yg mengalami
turbulensi. biar tau kelainan suara2 jantung. thrill teraba udah grade 3 keats.
ttatalaksana nya dah berbeda
perkusi batas jantungnya mengalami pembesaran. kardiomegali. paling
sering gagal jantung kongestif : kardiomiopati
auskultasi : s2 : penutupan katup aorta dan pulmonal. s1 s2 buat nentuin
sistol diastol. sistol harus diikuti diastol. kalo ireguler sistol diastol nya ga urut.
kalo ireguler bener2 ga ada polanya.
harusnya n
ronki kering : continous. ada sekret dari
ronki basah halus dan kasar. halus bawah. kasar rendah panjang keras bisa
disemua lapang paru
6. (sam) refluks hepatojugular positif, yg nyebabin apa
sita : merupakan uji mengetahui diagnosis adanya gagal jantung. kuadran
kanan abdomen ats ditekan slm 60 detik,. mengamati vena pada leher.
jantung notmal langsung menyesuaika tapi kalok ada gangguan . respon
vena jugular itu yg nyebabin refliks positif ga
distensi vena leher bisa diliat. jantung
7. (rosa) Mengapa kaki bengkak
fani : terjadi karna penumpukan cairan atau darah. pelebaran pembuluh
darah bisa juga karna penyumbatan pd krn penyakit.
bisa juga karna ada kerusakan
gangguan saat kembali ke jantung
sarah :
8. (silvi) interpretasi pemeriksaan ekg dan rontgen, indikasinya apa aja
amel :
sarah :
9. (sarah) diagnosis dan diagnosis banding pasien
ameng :
sarah :
10. (sufa) apa tatalaksana pasien
silvi : dg manajemen buat nurunin
ameng :
ETIOLOGI
Banyak etiologi gagal jantung yang telah teridentifikasi dan penyakit jantung
koroner merupakan penyebab tersering kasus gagal jantung. Infark miokard
meningkatkan risiko individu untuk mengalami gagal jantung dalam kurun 3
tahun pasca infark dan 6 bulan pertama pasca infark merupakan periode
kritis dengan tingkat risiko tertinggi [26]. Etnisitas dan jenis kelamin tampak
mempengaruhi variasi etiologi gagal jantung pada populasi yang berbeda-
beda. Studi menunjukkan hipertensi dan diabetes menjadi faktor risiko yang
paling banyak ditemui pada populasi yang berbeda [27,28]. Pada studi lain,
berbagai penyebab iskemia dan penyakit jantung koroner lebih berasosiasi
dengan kejadian gagal jantung pada populasi pria dibandingkan pada wanita,
sedangkan hipertensi sistolik secara signifikan meningkatkan risiko gagal
jantung pada wanita dibandingkan pria[29].
Global
Data global mengungkap bahwa prevalensi gagal jantung telah meningkat
dalam beberapa dekade terakhir. Hal tersebut diduga berkaitan dengan
peningkatan kesadaran masyarakat dan angka diagnosis gagal jantung,
pertambahan jumlah populasi lansia, peningkatan insidens gagal jantung,
serta perbaikan tata laksana penyakit kardiovaskuler dan layanan kesehatan
secara umum [1]. Insidens gagal jantung bervariasi antara 1-32 kasus per
1000 orang-tahun. Rentang estimasi insidens yang lebar tersebut sangat
dipengaruhi oleh karakteristik populasi yang diteliti dan kriteria diagnosis yang
dipakai. Sebagai contoh, Bahrami et al memperkirakan bahwa insidens gagal
jantung antara tahun 2000-2002 pada populasi kulit hitam, Hispanik,
Kaukasian, dan Tiongkok-Amerika berdasarkan kriteria MESA (Multi Ethnic
Study of Atherosclerosis) masing-masing sebesar 4,6; 3,5; 2,4; dan 1,0 per
1000 orang-tahun [38].
INDONESIA
Data Riskesdas menunjukkan prevalensi penyakit Kardiovaskular seperti
hipertensi meningkat dari 25,8% (2013) menjadi 34,1% (2018), stroke 12,1
per mil (2013) menjadi 10,9 per mil (2018), penyakit jantung koroner tetap
1,5% (2013-2018), penyakit gagal ginjal kronis, dari 0,2% (2013) menjadi
0,38% (2018).
Data Riskesdas 2018 juga melaporkan bahwa Prevalensi Penyakit Jantung
berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 1,5%, dengan
prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, DIY 2%,
Gorontalo 2%.
Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat pula 8 provinsi lainnya dengan
prevalensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional.
Delapan provinsi tersebut adalah, Aceh (1,6%), Sumatera Barat (1,6%), DKI
Jakarta (1,9%), Jawa Barat (1,6%), Jawa Tengah (1,6%), Kalimantan Timur
(1,9%), Sulawesi Utara (1,8%) dan Sulawesi Tengah (1,9%).
“Jika dilihat dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak menderita
Penyakit Jantung dengan prevalensi 1,6% dibandingkan penduduk
perdesaan yang hanya 1,3%,” kata Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Maxi Rein Rondonuwu.
Isman Firdaus, anggota PERKI mengungkapkan tingginya prevalensi
Penyakit Jantung Koroner di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya
hidup yang tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak
seimbang.
“Gaya hidup, merokok, dan pola makan merupakan kontributor utama
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK), dilaporkan 50% penderita PJK
berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death,”
terangnya.
sarah :
faktor risiko : tekanan daarah tinggi, pykt arteri koroner, irama jantung yang
tidak reguler, rokok , emboli paru, anemia, infresi paru, demam sepsis,
hipertensi gak terkendali
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis gagal jantung dapat diperhatikan secara relatif dari derajat
latihan fisik yang diberikan. Pada pasien gagal jantung, toleransi terhadap
latihan fisik akan semakin menurun dan gejala gagal jantung akan muncul
lebih awal dengan aktivitas yang ringan.32 Gejala awal yang umumnya terjadi
pada penderita gagal jantung yakni dyspnea (sesak napas), mudah lelah dan
adanya retensi cairan. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) yaitu kondisi
mendadak bangun karena dyspnea yang dipicu oleh timbulnya edema paru
interstisial. PND merupakan salah satu manifestasi yang spesifik dari gagal
jantung kiri.14
Backward failure pada sisi kanan jantung dapat meningkatkan tekanan vena
jugularis.35 Penimbunan cairan dalam ruang interstisial dapat menyebabkan
edema dan jika berlanjut akan menimbulkan edema anasarka.32 Forward
failure pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke
organ tubuh seperti kulit pucat dan kelemahan otot rangka. Makin
menurunnya curah jantung dapat disertai insomnia, kegelisahan, dan
kebingungan. Bahkan pada gagal jantung kronis yang berat, dapat terjadi
kehilangan berat badan yang progresif.
salva :
3. menjelaskan macam macam pola pernafasan pada gagal jantung
sita : kebutuhan oksigen sgt vital. kurang > ga efektif pola nafasnya >
ventrikel kirinya ga mampu mompa yg dari paru > perputaran udara inspirasi
ekspirasi yg ga adekuat
a.
b. bradipnea : krg dr 12 kali peremnt
c. kusmaul :
d. dispnea : penumpukan
e.
Pada pasien yang gagal jantung sering kesulitan mempertahankan oksigen
sehingga mereka cenderung sesak nafas. Kebutuhan oksigen merupakan hal
yang sangat vital, jika kebutuhan oksigen tidak adekuat maka dapat
mengakibatkan banyak masalah yang muncul, salah satunya yakni
ketidakefektifan pola nafas. Pada pasien gagal jantung dengan
ketidakefektifan pola nafas terjadi karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Ketidakefektifan pola nafas merupakan pertukaran udara inspirasi dan
ekspirasi tidak adekuat. Perubahan Pola Pernapasan ada beberapa macam,
di antaranya adalah
a) Takipnea yaitu pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 20x/menit
yang terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis (kondisi di mana
alveolus tidak terisi oleh udara) atau terjadinya emboli (penyumbatan pada
aliran pembuluh darah yang dapat berupa gelembung udara atau darah yang
menggumpal).
b) Bradipnea yaitu pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 12x/menit
yang ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intra kranial.
c) Kussmaul yaitu pola pernapasan cepat dan nafas menjadi sangat dalam
yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic.
d) Dyspnea yaitu pola pernapasan yang disebabkan oleh adanya
penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas atau perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan.
Perasaan sesak dan berat saat pernapasan dapat terjadi ketika kerja berat
berlebihan dan pengaruh psikis.
e) Cheyne Stokes yang ditandai dengan terjadinya percepatan pernapasan
mendalam secara bertahap, sebelum kemudian terjadi perlambatan dan
semakin dangkal. Pola pernapasan ini kemudian diikuti periode apnea, di
mana pernapasan berhenti untuk sementara. Siklus tersebut terus berulang
dengan sendirinya. Cheyne Stokes dapat terjadi kapan saja, tapi lebih sering
dialami ketika tidur. Kondisi ini biasanya berkaitan dengan gagal jantung atau
stroke
f) Stridor yaitu suara kasar atau serak bernada tinggi atau rendah yang
muncul setiap tarikan atau hembusan napas. Bising napas tambahan ini
terjadi akibat penyempitan atau terhalangnya sebagian saluran pernapasan
bagian atas.
g) Paroximal Nocturnal Dyspnea adalah jenis pernapasan abnormal berupa
sesak napas akut yang menyebabkan seseorang terbangun dari tidur, lalu
duduk tegak atau berdiri dari tempat tidur untuk dapat bernapas lega.
Paroxysmal nocturnal dyspnea dapat terjadi karena edema paru yang
disebabkan kegagalan ventrikel kiri jantung
h) Ortopnea, yaitu kesulitan bernapaas saat berbaring. Biasanya, kondisi ini
dapat mereda ketika mengubah posisi, seperti duduk atau berdiri. Pola ini
sering ditemukan pada seseorang yang mengalami gagal jantung kongestif,
edema paru, pneumonia berat,penyakit paru obstruktif kronis.
Dengan adanya atrial fibrilasi atau denyut ektopik ventrikel, dua denyut
jantung dapat terjadi begitu berdekatan sehingga ventrikel tidak terisi secara
memadai dan kontraksi jantung kedua mengeluarkan volume darah yang
tidak mencukupi untuk menciptakan denyut perifer. Dalam keadaan ini,
denyut jantung kedua terdengar dengan stetoskop yang diletakan di dada
langsung di atas jantung, tapi nadi pada arteri radialis tidak dapat diraba
keadaan inilah yang disebut dengan pulsus deficit.
non far,ako
menejemen perawatan mandiri, lkurangi obestias, kurangi, rokok dihentikan,
istirahat, hindari ke tmpt tinggi dan lembab
edukasi
spesifik dan non garmako (modifikasi diet dan csiran
prognosis:
komplikasi ; tromboembpli,