Anda di halaman 1dari 97

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH, JENIS

KELAMIN, KEBIASAAN MINUM KOPI DAN


KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN
LOW BACK PAIN PADA MAHASISWA
KEDOKTERAN FKIK UIN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

Oleh
ADLINA ZAHRA
NIM: 1112103000021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulilahirabbil’alamin, puji serta syukur saya panjatkan kehadirat


Allah SWT, karena atas segala rahmat, kasih sayang dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kecerahan tauladan untuk
umatnya.
Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berupa inspirasi masukan, kritik
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan apresiasi dan rasa
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, S.Ked, M.Epid, Sp. OT selaku
Ketua Program Studi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen Program Studi Pendidikan
Dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya
selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT selaku dosen pembimbing penelitian saya,
yang selalu mendengarkan keluh kesah penelitian saya, membimbing dan
memberikan banyak sekali ilmu dan memotivasi saya untuk menjadi
peneliti yang baik dan menikmati proses yang dijalani. dr. Jono Ulomo,
SpPK sebagai dosen pembibing yang sangat baik dalam mendukung
keberlangsungan penelitian ini.
3. Orang tua saya yang tercinta, yang telah memberikan kasih sayang,
motivasi dan juga pelajaran hidup yang sangat berharga.

v
4. Adik saya, sepupu dan seluruh keluarga besar yang selalu memberi
kebahagiaan dan keceriaan ketika bersama.
5. Dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku penanggungjawab (PJ)
modul riset PSPD 2012. Kepada Prof. Martin Roland dari University of
Cambridge School of Clinical Medicine yang telah mengizinkan
kuesionernya digunakan pada penelitian ini. Kepada mahasiswa PSPD
2012, 2013 dan 2014 yang bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini.
6. Kepada teman sekelompok riset yang telah bekerja sama dengan baik demi
menyelesaikan penelitian ini Rakha Faturachman, Ghina Widiasih, dan M.
Nicco Hakim.
7. Kepada BPH USMR 2014/2015 M. Reza Syahli, Faruq Yufarriqu,
Nadiyah Zhafirah, Putri Junitasari, Ranita Rusydina, Putri Auliya dan Ega
Gumilang sebagai teman-teman yang gigih dalam berorganisasi,
bermanfaat bagi banyak orang, belajar dan berlibur.
8. Kepada teman-teman yang selalu ada untuk saya Auditya Rachmania,
Amalia Oktaviana, Shofi Adriani, Primalia Atika dan Enggar Cesarini.
Terima kasih juga kepada Irvan Fathurohman yang telah memberi
semangat dan nilai-nilai positif kehidupan yang belum pernah saya dapat
dari siapapun.
9. Seluruh mahasiswa PSPD 2012 yang telah bersama-sama berjuang dari
awal dan saling bahu membahu dalam mencapai tujuan.
10. Mas Yasin yang telah mengizinkan peminjaman alat untuk penelitian ini.

Peneliti sangat berbesar hati menerima kritik dan saran yang membangun
dan bermanfaat demi menyempurnakan penulisan hasil penelitian ini. Semoga
karya penelitian ini dapat menjadi penelitian yang memicu orang lain untuk
meneliti lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Ciputat, 26 Agustus 2015

vi
ABSTRACT

Adlina Zahra. Medical Education Study Programme. The relation between Body Mass
Index, Gender, Coffee Drinking and Physical Activity and Low Back Pain in Medical
Students of FKIK UIN.

Low Back Pain is the most common musculoskeletal problems worldwide and
affect productivity of both adult and youth population. Medical students tend to have
sedentary lifestyle due to its time consuming curriculum. The aim of this research was to
identify prevalence of LBP and evaluate potential risk factors of LBP in the daily routines
of medical students of FKIK UIN. The sample consisted of 225 medical students (male
and female) . They were diagnosed LBP by Roland Morris Questionnaire. Their daily
routines such as physical activity and coffee drinking were identified by filling the
questionnaire. Their BMI were measured at the period of data collection. The overall
prevalence of LBP among the students over the past one year was 16.9% and 11.1% over
the past one week. There was a negative association between LBP and all the variables:
BMI, gender, coffee drinking and physical activity.

Keywords: low back pain, medical student, gender, body mass index, coffee drinking, ,
physical activity, risk factor

Adlina Zahra. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Indeks Massa Tubuh, Jenis
Kelamin, Kebiasaan Minum Kopi dan Kebiasaan Berolahraga dengan kejadian Low Back
Pain pada Mahasiswa Kedokteran FKIK UIN.

Low Back Pain merupakan masalah musculoskeletal paling sering di dunia dan
mempengaruh produktivitas populasi dewasa dan muda. Mahasiswa kedokteran
cenderung memiliki aktivitas yang sedikit karena jam belajar yang lama. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan mengevaluasi faktor risiko LBP
pada kehidupan sehari-hari mahasiswa kedokteran FKIK UIN. Sampel terdiri dari 225
mahasiswa kedokteran (laki-laki dan perempuan). Mereka didiagnosis LBP menggunakan
kuesioner Roland Morris. Kebiasaan sehari-hari seperti kebiasaan olahraga dan kebiasaan
minum kopi diketahui dari kuesioner. IMT mereka diukur saat periode pengambilan data.
Prevalensi setahun terakhir LBP adalah 16.9% dan 11.1% selama satu minggu terakhir.
Tidak terdapat hubungan antara LBP dan semua variabel: IMT, jenis kelamin, kebiasaan
minum kopi, dan kebiasaan berolahraga.

Kata kunci: low back pain, jenis kelamin, mahasiwa kedokteran, indeks massa tubuh,
kebiasaan minum kopi, kebiasaan berolahraga, faktor risiko.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii


LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................. 3
1.3 Hipotesis ........................................................................................... 4
1.4 Tujuan penelitian .............................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 4
1.5 Manfaat penelitian ............................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori ................................................................................. 6
2.1.1 Definisi LBP ........................................................................... 6
2.1.2 Epidemiologi LBP .................................................................. 6
2.1.3 Faktor Risiko LBP …………………………………………... 7
2.1.3.1 Riwayat LBP sebelumnya…………………….. 8
2.1.3.2 Usia……………………………………………. 8
2.1.3.3 Jenis Kelamin…………………………………. 8
2.1.3.4 Karakteristik sosioekonomi…………………… 9
2.1.3.5 Merokok………………………………………. 9
2.1.3.6 Psikologi............................................................. 9
2.1.3.7 Kafein................................................................. 10
2.1.3.8 Aktivitas fisik..................................................... 10
2.1.3.9 Obesitas.............................................................. 11
2.1.4 Anatomi................................................................................... 12
2.1.4.1 Kolumna vertebrae............................................. 12
2.1.4.2 Struktur vertebrae............................................... 12
2.1.4.3 Karakterisik regio vertebrae............................... 13
2.1.4.4 Struktur diskus intervertebralis............................ 15
2.1.4.5 Sendi faset.......................................................... 16
2.1.4.6 Otot punggung.................................................... 18
viii
2.1.4.7 Biomekanika torakolumbar................................ 19
2.1.5 Postur tubuh............................................................................... 20
2.1.5.1 Postur tubuh normal dan ideal............................. 20
2.1.5.2 Postur tubuh saat berdiri...................................... 20
2.1.5.3 Perbandingan beban Lumbal saat berdiri, duduk
dan bersandar…………………………………………... 21
2.1.6 Patofisiologi LBP……………………………………………... 21
2.1.6.1 Dorsal Root Ganglia………….......……………. 23
2.1.6.2 Sinuvertebral nerve dan Nosiseptor……………. 23
2.1.7 Roland-Morris Disablity Questionnaire………………………. 24
2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 26
2.3 Kerangka Konsep ............................................................................... 26
2.4 Definisi Operasional........................................................................... 27
BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................... 29
3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 29
3.2 Lokasi dan waktu penelitian............................................................... 29
3.3 Alat dan bahan penelitian................................................................... 29
3.4 Populasi dan sampel penelitian........................................................... 29
3.4.1 Populasi subjek penelitian..................................................... 29
3.4.2 Besar sampel.......................................................................... 29
3.4.3 Teknik pengambilan sampel.................................................. 31
3.4.4 Kriteria sampel...................................................................... 32
3.4.4.1 Kriteria inklusi................................................................. 32
3.4.4.2 Kriteria eksklusi............................................................... 32
3.5 Cara kerja penelitian........................................................................... 32
3.5.1 Persiapan penelitian............................................................... 32
3.5.2 Identifikasi subjek penelitian................................................. 33
3.5.3 Randomisasi sampel.............................................................. 33
3.5.4 Informed consent................................................................... 33
3.5.5 Pengambilan data................................................................... 33
3.5.5.1 Pengisian kuesioner......................................................... 33
3.5.5.2 Pengukuran tinggi badan dan berat badan....................... 33
3.5.6 Pengolahan data dan uji statistik........................................ 34
3.6 Alur penelitian.................................................................................... 35
3.7 Pengolahan dan analisa data............................................................... 36
3.8 Anggaran penelitian............................................................................ 37
3.9 Etika penelitian................................................................................... 37
3.9.1 Ethical clearance.................................................................... 37
3.9.2 Informed consent dan kerahasiaan data................................. 37
3.9.3 Perizinan penggunaan kuesioner Roland-Morris.................. 37
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Kuesioner Roland-Morris ............................................................ 38
4.2 Analisis univariat…………………………………………………… 38
4.2.1 LBP satu minggu terakhir……………………………… 38
4.2.2 LBP satu tahun terakhir………………………………... 39
4.2.3 IMT…………………………………………………….. 40
4.2.4 Jenis Kelamin………………………………………….. 40
ix
4.2.5 Kebiasaan minum kopi………………………………… 41
4.2.6 Kebiasaaan berolahraga………………………………... 41
4.3 Analisis bivariat ................................................................................. 42
4.3.1 IMT.................................................................................. 42
4.3.2 Jenis Kelamin.................................................................. 45
4.3.3 Kebiasaan minum kopi.................................................... 48
4.3.4 Kebiasaan berolahraga..................................................... 51
4.4 Keterbatasan penelitian....................................................................... 54

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN................................................................... 56


5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 56
5.2 Saran ................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 57


LAMPIRAN ...................................................................................................... 61

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambaran vertebra servikal, torakal dan lumbal………………12

Gambar 2.2 Vertebrae lumbal sisi lateral…………………………………...13

Gambar 2.3 Vertebrae lumbal……………………………………………... 13

Gambar 2.4 Diskus intervertebralis…………………………………………16

Gambar 2.5 Sendi faset……………………………………………………...17

Gambar 2.6 . Otot-otot punggung…………………………………………...18

Gambar 2.7 Arah Gaya gerak pada vertebrae lumbal potongan sagittal……19

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi LBP mahasiswa kedokteran FKIK UIN Jakarta Tahun
2015 seminggu terakhir…………………………………………………….39

Tabel 4.2 Distribusi LBP mahasiswa kedokteran FKIK UIN Jakarta Tahun
2015 setahun terakhir……………………………………………………... 39

Tabel 4.3 Distribusi Indeks Massa Tubuh mahasiswa kedokteran FKIK UIN
Jakarta Tahun 2015………………………………………………………...40

Tabel 4.4 Distribusi Jenis Kelamin mahasiswa kedokteran FKIK UIN


Jakarta Tahun 2015………………………………………………………...41

Tabel 4.5 Distribusi Kebiasaan minum kopi mahasiswa kedokteran FKIK


UIN Jakarta Tahun 2015………………………………………………...…41

Tabel 4.6 Distribusi Kebiasaan berolahraga mahasiswa kedokteran FKIK


UIN Jakarta Tahun 2015………………………………………………...…42

Tabel 4.7 Hubungan IMT dengan LBP satu minggu terakhir……………...43

Tabel 4.8 Hubungan IMT dengan LBP satu tahun terakhir………………..43

Tabel 4.9 Hubungan Jenis Kelamin dengan LBP satu minggu terakhir…...46

Tabel 4.10 Hubungan Jenis Kelamin dengan LBP satu tahun terakhir….....47

Tabel 4.11 Hubungan Kebiasaan Minum Kopi dengan LBP satu minggu
terakhir…………………………………………………………………...…49

Tabel 4.12 Hubungan Kebiasaan Minum Kopi dengan LBP satu tahun
terakhir……………………………………………………………………...50

Tabel 4.13 Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan LBP satu minggu


terakhir…………………………………………..…………………………51

xii
Tabel 4.14 Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan LBP satu tahun
terakhir…………………………………………………………..…………52

xiii
DAFTAR SINGKATAN

LBP = Low Back Pain

IMT = Indeks Massa Tubuh

RDQ = Roland-Morris Disability Questionnaire

IK = Interval kepercayaan

OR = Odds ratio

RP = Rasio prevalens

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Validitas RDQ LBP Satu Minggu Terakhir………………….. 61

Lampiran 2 Uji Validitas RDQ LBP Satu Tahun Terakhir…………………… 62

63
Lampiran 3 Uji Reliabilitas RDQ LBP Satu Minggu Terakhir……………….

Lampiran 4 Uji Reliabilitas RDQ LBP Satu Tahun Terakhir………………… 63

Lampiran 5 Uji Normalitas……………………………………………………. 64

Lampiran 6 Analisis univariat………………………………………………… 64

Lampiran 7 Analisis bivariat………………………………………………… 66

Lampiran 8 Perizinan Penggunaan dan Penerjemahan RDQ…………………. 73

Lampiran 9 Informed Consent………………………………………………... 74

Lampiran 10 Kuesioner penelitian……………………………………………. 75

79
Lampiran 11 Ethical clearance………………………………………………….

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup…………………………………………... 80

xv
BAB I

PENDAHULUAN

. 1.1. Latar Belakang

Low Back Pain (LBP) masih merupakan masalah yang sangat besar di
negara barat selama sepuluh tahun terakhir ini. Sejak itu, penelitian tentang
LPB terus meningkat dan telah didemonstrasikan bahwa LPB juga merupakan
1
masalah utama bagi negara berpenghasilan menengah dan ke bawah. LBP
telah teridentifikasi menjadi penyebab paling sering disabilitas pada orang
dewasa, dengan kehilangan lebih dari 100 juta hari kerja setiap harinya. 2 LBP
juga merupakan penyebab tersering seseorang memiliki keterbatasan aktivitas,
hal ini menyebabkan masalah besar pada bidang ekonomi, keluarga,
komunitas dan pemerintahan.1 Prevalensi seumur hidup dari LBP non-
spesifik diperkirakan sekitar 60%-70% di Negara industri. Prevalensi pada
anak-anak dan remaja lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa,
namun beberapa waktu belakangan ini prevalensinya meningkat.3,4 Prevalensi
LBP meningkat dan mencapai puncaknya pada umur antara 35-55 tahun.5
Faktor usia dari seluruh populasi juga sangat berpengaruh, LBP akan secara
substansial meningkat karena perburukan progresif yang terjadi pada diskus
intervertebralis pada manusia seiring bertambahnya usia.5

Pada era sekarang, tidak hanya pekerja dan orang tua yang mengalami
LBP. LBP saat ini juga dapat terjadi pada mahasiswa. Mahasiswa dengan
beban belajar yang cukup berat dan waktu kuliah yang lama seperti
mahasiswa kedokteran berisiko mengalami LBP. Mahasiswa kedokteran
cenderung menghabiskan waktu lama untuk belajar, sesuai dengan kurikulum
yang mengharuskan untuk belajar dengan materi yang banyak . Kurikulum ini
seakan-akan membawa mahasiswa kedokteran ke kebiasaan dengan aktivitas
fisik yang sedikit, sehingga membuat mahasiswa kedokteran cenderung
mudah mengalami keluhan LBP. 6 Menurut penelitian Moroder et al di tahun

1
2011, prevalensi mahasiswa kedokteran yang mengalami LBP selama 12
bulan terakhir sejumlah 53.4% dan 47.5% pada mahasiswa kedokteran di
India menurut Aggarwal et al.6,7 Prevalensi ini merupakan angka yang relatif
tinggi dibandingkan dengan prevalensi populasi general LBP, yaitu sebanyak
8,9,10
15%-63%. Faktor gaya hidup mahasiswa kedokteran termasuk kebiasaan
olahraga, kebiasaan merokok, jam tidur yang sedikit, kebiasaan minum kopi
juga merupakan kebiasaan-kebiasaan yang berpengaruh menjadi faktor risiko
LBP.7 Hasil penelitian ini menandakan adanya ancaman serius terhadap
kesehatan generasi muda. 6

Sebanyak 10-40% remaja yang mengalami LBP mengalami


keterbatasan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari karna nyeri
punggungnya.7 LBP juga mengganggu mood seseorang yang dapat
menyebabkan depresi, ansietas, iritabilitas, gangguan interaksi sosial dan
menurunkan status kesehatan secara keseluruhan. 7 Jika mahasiswa kedokteran
mengalami LBP dan merasakan dampak-dampak tersebut, maka akan menjadi
masalah yang sangat besar dalam produktivitas sehari-hari terutama dampak
LBP ini akan mengganggu prestasi akademisnya.

Karakteristik individu mahasiswa kedokteran seperti jenis kelamin,


Indeks Massa Tubuh (IMT) , kebiasaan minum kopi dan kebiasaan
berolahraga dapat menjadi faktor risiko terjadinya LBP.7 Pada penelitian
kohort di populasi Cina, menyatakan bahwa laki-laki lebih berisiko
mengalami LBP karena risiko degenerasi diskus intervertebralisnya lebih
besar dibanding wanita.11 IMT yang tinggi merupakan faktor risiko LBP
melalui mekanisme kompresi yang terlalu berlebihan dan melalui jalur
metabolik.11 Sedangkan pada mahasiswa kedokteran di India, Aggarwal et al
(2014) membuktikan bahwa minum kopi secara teratur berhubungan dengan
kejadian LBP. Selain itu, aktivitas fisik berupa olahraga terutama olahraga
yang berkaitan dengan mengangkat beban juga berhubungan dengan kejadian
LBP.12 Mengangkat beban yang berat dan sering merupakan faktor risiko

2
sedang berat untuk terjadinya LBP.12

Penelitian pada mahasiswa di India dan Austria menggambarkan


prevalensi yang tinggi.6,7 Tingginya prevalensi LBP pada mahasiswa
kedokteran berdampak pada penurunan tingkat produktivitas dan sangat
merugikan bagi masa depan mahasiswa kedokteran. Karakteristik individu
yang berkaitan dengan gaya hidup sehari-hari merupakan fokus penting yang
berhubunan dengan kejadian LBP. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
seperti aktivitas sehari-hari dapat dikendalikan untuk mencegah terjadinya
LBP. Hingga saat ini, belum ada penelitian mengenai faktor risiko LBP di
Indonesia, terutama pada mahasiswa kedokteran maka penelitian ini menjadi
sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini akan sangat berguna untuk
melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan LBP, sehingga LBP dapat
dicegah dengan memodifikasi gaya hidup dan aktivitas sehari-hari mahasiswa
kedokteran.

. 1.2. Rumusan Masalah

1. Berapakah prevalensi LBP pada mahasiswa kedokteran FKIK tahun


2015?

2. Adakah hubungan beberapa karakteristik individu (IMT, jenis


kelamin, kebiasaan minum kopi, dan kebiasaan berolahraga) dengan
kejadian LBP pada mahasiswa kedokteran FKIK UIN?

3
1.3. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan kejadian LBP

2. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian LBP

3. Terdapat hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian LBP

4. Terdapat hubungan antara kebiasaan berolahraga dengan kejadian LBP

1.4. Tujuan 


1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui prevalensi LBP tahun 2015 dan hubungan antara faktor risiko
dengan kejadian LBP pada mahasiswa kedokteran FKIK UIN


 1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi LBP pada mahasiswa kedokteran FKIK


UIN

2. Mengetahui hubungan IMT dengan LBP pada mahasiswa


kedokteran FKIK UIN

3. Mengetahui hubungan kebiasaan olahraga dengan LBP pada


mahasiswa kedokteran FKIK UIN

4. Mengetahui hubungan kebiasan minum kopi dengan LBP pada


mahasiswa kedokteran FKIK UIN

4
1.5. Manfaat Penelitian

Penelitiaan ini diharapkan akan bermanfaat untuk:

 Peneliti

Peneliti mendapatkan pengetahuan mengenai hubungan faktor risiko


yang berhubungan dengan LBP.

 Masyarakat

Masyarakat mendapatkan informasi mengenai faktor risiko LBP

 Institusi

Institusi akan mendapatkan tambahan literatur penelitian mengenai


hubungan faktor risiko yang berhubungan dengan LBP.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori


2.1.1 Definisi LBP
LBP sebenarnya bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebuah
gejala. Pada banyak kasus, penyebab dan asalnya masih belum diketahui. LBP
merupakan masalah kesehatan yang paling sering di dunia dan merupakan
penyebab utama dari disabilitas yang sangat berpengaruh pada kinerja seseorang
terutama ketika bekerja dan beraktivitas sehari hari. LBP menurut waktunya dapat
terbagi menjadi 3 jenis menurut waktu, yaitu akut, sub-akut dan kronik. Walaupun
terdapat beberapa faktor risiko seperti postur tubuh, keadaan depresi, obesitas,
tinggi badan dan umur, penyebab dan onset dari LBP masih belum jelas dan
sangat sulit untuk mendiagnosisnya. LBP terjadi pada semua kelompok usia, dari
anak anak hingga usia tua dan merupakan alasan tersering yang menyebabkan
seseorang berkonsultasi ke dokter. 13
Pembagian LBP berdasarkan waktu terdiri atas kronik dan akut/subakut.
Definisi dari LBP kronik adalah nyeri atau ketidaknyamanan yang terletak
dibawah batas costae dan di atas lipatan gluteal, dengan atau tanpa nyeri alih ke
kaki yang berlangsung selama minimal dua belas minggu. Sedangkan LBP
akut/subakut merupakan nyeri yang berlangsung kurang dari 12 minggu.6

Studi menunjukkan bahwa LBP dapat disebabkan salah satunya oleh


struktur anatomi, termasuk tulang, diskus intervertebralis, sendi, ligamen, otot,
struktur neurologis dan pembuluh darah. Sekitar 5-15% LBP disebabkan oleh
kausa yang spesifik seperti fraktur akibat osteoporosis, neoplasma atau infeksi.
Untuk 85-95% kasus lainnya, penyebab spesifik LBP masih belum jelas
diketahui.1

2.1.2 Epidemiologi LBP


Prevalensi LBP 12 bulan terakhir pada mahasiswa kedokteran di Austria
adalah sebesar 53.7% dan di Negara India adalah sebesar 47.5%.6,7 Angka yang

6
tinggi ini disebabkan oleh aktivitas fisik yang minimal dan rutinitas dengan stress
tinggi pada mahasiswa kedokteran.7
Sedangkan di Malaysia, pada mahasiswa kesehatan terdapat 40.1%
mahasiswa yang pernah dan sedang mengalami LBP di tahun 2014. Hasil ini
termasuk tinggi dibandingkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.14
Prevalensi LBP tinggi juga ternyata didapatkan pada mahasiswa okupasi terapi di
Australia yaitu sebanyak 64.6%.
Selain itu, jenis kelamin merupakan faktor risiko pada mahasiswa
pendidikan olahraga. Sedangkan obesitas dan merokok tidak berhubungan dengan
15
LBP. LBP lebih banyak terjadi pada wanita. Mahasiswa dengan IMT normal
lebih banyak megalami LBP dibandingkan dengan underweight, overweight dan
obese. Sedangkan mahasiswa yang merokok kurang dari 20 batang per hari lebih
sedikit mengalami LBP dibandingkan dengan yang merokok lebih dari sama
dengan 20 rokok per hari.15
Prevalensi LBP pada mahasiswa ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan
prevalensi populasi umum di beberapa negara. Prevalensi LBP satu minggu
terakhir di Iran, Inggris, Thailand berturut-turut sebesar 14.8%, 15.6%, dan
11.7%. Sedangkan pada prevalensi satu tahun terakhir Denmark sebesar 56%,
Ukraina 50.3% dan Inggris sebesar 36.1%.1

2.1.3 Faktor risiko LBP


Faktor risiko dari LBP yang paling sering adalah yang berhubungan
dengan faktor pekerjaan ergonomik. Faktor pekerjaan ini termasuk berpindah,
pekerjaan berat, vibrasi dari seluruh tubuh dan ketidaknyamanan postur. Faktor
risiko yang utama dalam menyebabkan LBP adalah karakteristik individual.
Karakteristik individual ini termasuk riwayat LBP sebelumnya, umur,
jenis kelamin, faktor sosioekonomik, , kebiasaan merokok, masalah psikologi atau
emosi, jenis personality, dan tingkat pemahaman. LBP merupakan gejala yang
kompleks yang berasal dari efek interaksi dari psikososial, biomekanika dan
faktor individual. Oleh karena itu faktor karakteristik individual ini menjadi
sangat penting dalam menjelaskan bagaimana seseorang dapat mengalami LBP. 16

7
2.1.3.1 Riwayat LBP sebelumnya
Riwayat LBP sebelumnya merupakan faktor risiko yang sangat
kuat untuk seorang individu mengalami LBP di masa depan.16
2.1.3.2 Usia
Usia memiliki peran tersendiri dalam kejadian LBP. Kejadian LBP
meningkat berhubungan dengan peningkatan usia. Pada rentang umur 50
hingga 60 merupakan kejadian terbanyak dan setelah umur 60 terjadi
penurunan kejadian LBP. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan LPB
yang berhubungan dengan usia adalah akumulasi kerusakan tulang
belakang akibat beban kerja tulang belakang seperti mikrotrauma,
degenerasi natural tulang belakang dan penurunan kapasitas tulang
belakang dalam hal weight-bearing.16
2.1.3.3 Jenis Kelamin
Berdasarkan survei berbasis komunitas, risiko LBP lebih tinggi
pada wanita dibanding dengan pria. Risiko dari LBP ini menigkat dua kali
lipat untuk wanita dengan riwayat LBP sebelumnya. Wanita yang
mengalami LPB biasanya disebabkan oleh faktor lebarnya pelvis,
perubahan hormon akibat stress, dan akibat melahirkan. Studi retrospektif
menunjukkan bahwa 10-25% wanita dengan LBP kronik mengeluhkan
gejala pertamanya pada saat kehamilan. Pada saat kehamilan, sebanyak
50-80% wanita mengalami pregnancy related LBP (PLBP) dan pelvic
girdle pain (PPGP). Wanita yang mengalami LPB ketika masa kehamilan
cenderung akan mengalami LPB di kehamilan berikutnya. Nyeri yang
dirasakan akibat LBP mengganggu aktivitas, pola tidur dan sewaktu waktu
menganggu produktivitas. Nyeri yang dialami oleh keseluruhan wanita
yang mengalami LPB terkadang bisa berlanjut menjadi nyeri yang kronik
atau rekuren.16

8
2.1.3.4 Karakteristik sosioekonomi
LBP lebih sering ditemukan pada wanita dengan kelas
sosioekonomi yang tinggi dengan pekerjaan sebagai manajer, pegawai
bayaran maupun pekerjaan profesi. Pada studi kohort dengan basis
populasi pada 1.412 pekerja dewasa, hubungan signifikan antara LBP
dengan ketidakcukupan gaji lebih banyak ditemukan pada wanita.
Tingkatan stress pada wanita dengan sosioekonomi kelas tinggi dan
menengah disebabkan oleh kombinasi dari stress berhubungan dengan
pekerjaan dan stress yang berhubungan dengan kewajiban wanita terhadap
keluarga.16
2.1.3.5 Merokok
Beberapa studi mengemukakan dua pendapat yang berbeda,
merokok merupakan faktor risiko LBP dan pendapat lain mengemukakan
merokok bukan merupakan faktor risiko dari LBP. Beberapa penjelasan
mengarah pada spekulasi bahwa LBP disebabkan oleh batuk yang
berhubungan dengan rokok dan meningkatkan tekanan diantara diskus
intervertebralis, menyebabkan pembengkakan diskus dan herniasi.
Penjelasan yang lainya adalah terkait dengan efek nikotin. Nikotin yang
terkandung di dalam rokok menyebabkan penurunan perfusi darah pada
corpus vertebrae yang mengganggu metabolism diskus dan penurunan
mineral pada tulang yang dapat menyebabkan mikrofaktur.16
2.1.4.6 Psikologi
Terdapat bukti yang kuat bahwa komorbiditas tinggi antara
gangguan psikologi dan nyeri, pada sebagian pasien dengan nyeri kronik.
Terdapat laporan mengenai nyeri yang menyebabkan ansietas pada jenis
kelamin spesifik. Terdapat hubungan yang signifikan antara ansietas dan
nyeri pada pria, bukan pada wanita. Tetapi pada wanita, faktor faktor
seperti depresi, penderitaan, ansietas yang sensitif, stress, dan tidak
bersemangat dengan nyeri dilaporkan secara signifikan berhubungan
dengan LBP.16
Beberapa jenis gangguang psikologi berhubungan dengan LBP
pada wanita. Pada studi case control (Quin, et al), ditemukan bahwa

9
wanita memiliki tingat gangguan psikis yang lebih tinggi dibanding laki
laki. Depresi yang dialami wanita meningkatkan risiko relatif LBP
sebanyak 30%. Padahal, pada studi cross section yang dilakukan pada 53
pasien LBP kronik ditemukan hubungan signifikan antara kecemasan
dengan permulaan nyeri pada laki laki, bukan pada perempuan.16

2.1.5.7 Kafein
Kafein memiliki efek sentral, dalam beberapa studi telah
dibuktikan bahwa kafein mempengaruhi proses nyeri. Kafein merupakan
antagonis reseptor adenosine A1 , A2A dan A2B yang banyak terletak pada
korda spinalis, thalamus dan bagian supraspinal lainya.17
Kafein berperan dalam meningkatkan efek analgesik dari beberapa
obat seperti asetaminofen, dan beberapa NSAID. Analgesik yang
mengandung campuran kafein ini banyak digunakan pada beberapa
gangguan berupa nyeri.17

2.1.5.8Aktivitas fisik
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa olahraga memiliki efek
positif terhadap pencegahan back pain, mencegah penambah episode dari
back pain, dan mencegah disabilitas pada penderita LBP. Besar dari efek
aktivitas fisik terhadap pencegahan LBP dilaporkan merupakan efek
ringan sedang.18
Aktivitas fisik yang berhubungan dengan beban merupakan faktor
risiko untuk LBP akut. Tingkat beban mekanik, postur dan beban spinal
merupakan alat ukur yan baik untuk mengidentifikasi faktor risiko LBP
akibat aktivitas fisik.19

Aktivitas fisik yang sangat sedikit merupakan faktor risiko LBP


pada populasi umum. Namun hal ini juga berlaku bagi para atlit yang
sering melakukan olahraga. Studi telah mengidentifikasi bahwa herniasi
diskus, spondilosis, gerakan regangan yang berlebihan, menekuk dan
memutar pada vertebra, serta beban yang berlebihan pada bagian posterior
vertebra dapat menyebabkan hiperlordosis pada atlit, terutama atlit

10
gimnastik.20 Namun pada studi kohort yang dilakuakn pada remaja usia
12-17 tahun menyatakan bahwa olahraga dapat menurunkan risiko
terjadinya LBP.20

Semakin banyak jumlah aktivitas fisik maka risiko terjadinya LBP


juga meningkat. Olahraga yang dapat menyebabkan LBP adalah
gimnastik, judo, bola voli, dan bola tangan. Tetapi ada olahraga yang
memiliki efek pencegahan terhadap LBP yaitu, berenang. Berenang
mengaktivasi otot-otot batang tubuh seperti muskulus erector spinae,
sehingga dapat mencegah LBP.15

2.1.5.9 Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor yang menjadi suspek yang


tidak terlalu berhubungan dengan LBP namun faktanya dapat
21
menyebabkan LBP. Terdapat beberapa hipotesis mengenai hubungan
obesitas dengan LBP, yaitu

1. Kelebihan berat badan menyebabkan gangguan mekanik,


yang akan berefek kepada punggung karna terjadi proses
weight bearing berlebih pada
2. Obesitas dapat menyebabkan LBP dengan mekanisme wear
and tear
3. Gangguan metabolisme pada penderita obesitas dapat
menyebabkan degenerasi diskus intervertebralis.11,21
4. Jika obesitas diiringi dengan komorbiditas seperti diabetes
dan hipertensi maka akan merubah patofisiologi tendon
dan ligament dalam proses degenerative, yang akan
meningkatkan potensi terjadinya LBP.21

Menurut penelitian Samartzis et al, obesitas dan overweight


merupakan faktor yang berhubungan dengan degenerasi diskus
intervertebralis, namun mekanisme pastinya masih dalam
perdebatan. Selama ini overweight dan obes di postulasikan
sebagai penyebab degenerasi diskus karena terdapat beban

11
kompresif yang berlebihan pada vertebra orang yang overweight
dan obesitas.13

2.1.4 Anatomi
2.1.4.1 Kolumna vertebralis
Kolumna vertebralis secara fisik menyokong bagian kepala dan batang
tubuh, yang berperan dalam pergerakanya, melindungi korda spinalis dan
mengurangi stress akibat berjalan, berlari, dan mengangkat. Kolumna vertebralis
juga merupakan tempat penempelan untuk anggota gerak, thoracic cage dan
postural muscle. Kolumna vertebralis terdiri atas 33 vertebrae dengan diskus
intervertebralis yang merupakan fibrokartilago yang ada diantara tiap vertebrae.22
Vertebrae terbagi atas 5 grup, yaitu
a. 7 servikal
b. 12 torakal
c. 5 lumbal
d. 5 sakral
e. 4 koksigeal
2.1.4.2 Struktur Vertebrae
Fungsi yang paling nyata dan utama dari vertebra adalah fungsi dari
korpus atau centrum. Korpus vertebrae merupakan sebuah masa dari tulang
spongiosa dan sumsum tulang merah yang dilapisi oleh tulang kompakta. Bagain
korpus vertebrae ini merupakan bagian yang memiliki fungsi weight-bearing bagi
tubuh. Bagian superior dari korpus vertebrae kasar sedangkan bagian inferiornya
menempel secara kokoh dengan diskus intervertebralis.22

Gambar 2.1 Gambaran vertebra cervical torakal dan lumbal23

12
2.1.4.3 Karakteristik regio vertebrae

A. Vertebrae Lumbal
Terdapat 5 vertebrae lumbal. Karakteristik yang terdapat pada vertebrae
lumbal ini adalah bentuknya yang tebal, padat pendek dan tumpul, dan prosesus
spinosus yang berbentuk seperti persegi. Artikulasi dari prosesus pada vertebrae
lumbal berbeda dengan bagian vertebra yang lain. Pada vertebrae torakal,
prosesus inferior menghadap ke arah ventral dan prosesus superior menghadap ke
arah dorsal sedangkan pada vertebrae lumbal prosesus superior menghadap
medial dan prosesus inferior menghadap ke lateral ke arah prosesus superior
vertebrae berikutnya. Susunan lumbal yang seperti ini membuat regio vertebrae
lumbal menjadi resisten terhadap pembungkukan atau twisting.22

Gambar 2.2 Vertebrae lumbal sisi lateral23

Gambar 2.3 Vertebrae lumbal23

13
B. Vertebrae Sakral
Sakral merupakan suatu lempengan tulang yang membentuk bagian
dinding belakang dari rongga pelvis. Pada anak anak terdapat lima bagian terpisah
sacrum (S1-S5) dan mulai menyatu pada usia sekitar 16 tahun dan menyatu secara
sempurna pada sekitar umur 26 tahun.22
Permukaan anterior dari sacrum relatif lembut dan berbentuk konkav,
memiliki empat garis transversal yang menandai bahwa ke lima vertebrae telah
menyatu. Permukaan ini memiliki empat pasang foramen sakral anterior yang
besar, yang merupakan tempat lewatnya saraf dan arteri yang menuju ke organ
yang ada di rongga pelvis. Permukaan dorsal dari sacrum sangat kasar. Prosesus
spinosus dari vertebrae menyatu menjadi sebuah penumpukan di dorsal (dorsal
ridge) yang disebut krista sacrum medial. Prosesus transversus dari sakrum
menyatu menjadi krista sakrum lateral yang terletak di samping setiap krista
sakrum medial. Krista sakrum medial lebih prominen atau menonjol dibandingkan
dengan krista sakrum lateral. Pada bagian dorsal sakrum, terdapat empat pasang
bagian yang terbuka untuk tempat lewatnya saraf spinal, yaitu disebut foramen
sacrum posterior. Saraf yang ada pada foramen ini menginervasi bagian gluteal
dan tungkai bawah.22
Kanalis sakrum berjalan sepanjang sakrum dan berakhir di bagian bawah
yang terbuka yang disebut kanalis hiatus. Kanal ini terisi dengan akar saraf, di
setiap sisi dari sacrum terdapat regio yang berbentuk seperti telinga yang disebut
juga permukaan auricular. Permukaan aurikula ini berartikulasi dengan
permukaan yang tajam dari osseus coxae dan membenyuk artikulasi yang kuat
yaitu sacroiliac joint. Pada bagian ujung atas dari sacrum, lateral dari krista
medial terdapat sepasang prosesus articular superior yang berartikulasi dengan
vertebrae L5. Bagian lateral dari prosesus articular superior terdapat sepasang
lempengan yang besar, kasar, berbentuk seperti sayap yang melebar yang disebut
dengan alae.22

14
2.1.4.4 Struktur diskus intervertebralis
Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago, yang
meminimalisir beban pada kolumna spinal dan mengizinkan sedikit pergerakan
pada tulang belakang. Diskus intervertebralis memiliki struktur yang unik, yang
tersusun atas gelatin di bagian dalam nucleus pulposus yang dikelilingi oleh
annulus fibrosus di bagian luar. Pergerakan dari likuid dan transpor ion, sama
seperti pergerakan mekanik dari kumpulan matriks solid kolagen, yang
mempengaruhi perubahan bentuk dari nucleus pulposus. Sementara annulus
fibrosus terdiri dari lapisan silang lamella kolagen dan mengandung susunan
homogeny sel yang mirip kondrosit yang menghasilkan matriks kaya kolagen dan
sedikit proteoglikan.24
Kolagen tipe I dan II adalah kolagen yang yang dominan pada material
dari diskus intervertebralis. Kolagen tipe 1 memiiki konsentrasi yang sangat tinggi
di annulus fibrosus dan kolagen tipe II konsentrasinya tinggi di nucleus pulposus.
Kolagen tipe V dan XI juga terdapat pada annulus fibrosus dan nucleus pulposus
dalam konsentrasi kecil. Beberapa non fibrilar, short-helix kolagen seperti VI dan
IX terdapat pada keduanya, sedangkan tipe XII hanya terdapat pada annulus
fibrosus.24
Pada diskus intervertebralis yang normal, elemen vaskular dan neural
terbatas hanya pada bagian serat perifer annulus fibrous. Bagian atas dan bawah
diskus adalah lapisan lapisan kartilago hialin yang disebut lempeng akhir yang
memiliki pori. Pori-pori ini merupakan kanal untuk difusi, mekanisme utama
diskus untuk mendapatkan nutrisi. Sel sel yang ada di diskus intervertebralis tidak
padat, hanya mengisi 1%-5% dari volume jaringan. Kondrosit adalah sel yang
dominan pada nukleus, dan jumlah sel menurun secara cepat melewati diskus dari
end plate ke nukleus.24
Jalinan serabut-serabut kolagen di dalam annulus fibrosus memiliki
kekuatan tekanan dan membatasi ekspansi dari kumpulan molekul proteoglikan di
dalam nucleus. Molekul ini daya tekan yang kaku yang mengizinkan jaringan
memiliki kemampuan untuk berubah bentuk yang reversible. Nukleus kaya akan
proteoglikan dan secara normal memiliki 70%-80% air, yang berfungsi untuk
mengatur ketinggian diskus dan mengurangi beban. Properti viskoelastis dari

15
nukleus dan bagian dalam annulus memiliki dua fase yang berhubungan dengan
perubahan volume yang terjadi akibat tekanan dan absorbsi cairan interstisial.
Pergerakan pembungkukan dan kompresi dari vertebra-diskus-vertebrae
menyebabkan diskus menonjol, perubahan bentuk end-plate, dan perubahan
volume. Padahal, gerakan memutar merubah bentuk dari annulus fibrosus tanpa
perubahan volume.24

Fungsi dari diskus intervertebralis tergantung pada komposisi dan


integritas dari matriks ekstraselular. Suatu kompleks aktivasi-inhibisi sietem yang
meregulasi proses normal pada diskus intervertebalis. Ketika proses normal
regulasi tidak berjalan dengan baik, maka terjadi proses degenerasi. Kehilangan
homeostasis diantara katabolisme dan sintesis pada matriks akan menyebabkan
perubahan biokemikal dan mikrostruktural pada diskus yang merupakan awal dari
gangguan makroskopik diskus intervertebralis.24

Gambar 2.4 Diskus intervertebralis25

2.1.4.5 Sendi faset


Sendi faset merupakan sepasang sendi diartrosis yang terletak di bagian
posterior dari vertebrae, sendi faset juga disebut sebagai sendi zigoapofisial. Sendi
faset ini terbentuk oleh artikulasio dari prosesus articular inferior vertebrae
dengan processus articula superior pada vertebrae bagian bawahnya. Sendi ini
merupakan sendi sinovial yang permukaanya di lapisi oleh kartilago articular,
membrane synovial, kapsula fibrosa, dan lapisan jaringan ikat areola.36
Pada bagian ventral, kapsul memiliki struktur yang lebih tipis dan
berhubungan dengan ligamentum flavum. Kapsul sendi sepanjang bagian superior
dan inferior membentuk resesus yang terisi dengan villi sinovial ataupun bantalan

16
lemak. Jaringan lemak yang ada di dalam resesus superior berhubungan dengan
jaringan lemak yang terdapat di saraf spinalis.26
Sendi faset banyak dipersarafi oleh serat saraf yang berasal dari cabang
medial ramus dorsalis saraf spinalis. Setiap sendi faset memiliki dua inervasi,
yang pertama merupakan inervasi dari ramus dorsal pada level yang sama dan dari
level yang berada di atasnya. Masing masing radix saraf spinalis menginervasi
dua sendi faset, pada bagian tempat keluarnya dan pada bagian bawahnya. Tetapi
ada beberapa pengecualian,yaitu pada sendi atlanto oksipital, atlantoaksila dan
sendi C2-C3 yang masing masing diinervasi oleh C1, C2 dan C3. Secara
histologis, kapsul dari sendi faset diperkaya inervasi oleh free nerve endings yang
memebuat sendi faset memiliki kemampuan sensoris yang baik untuk
mentransmisi sinyal proprioseptif dan nosiseptif.26
Sendi faset secara anatomi berfungsi untuk mengendalikan mobilitas dan
mendistribusikan beban secara merata. Variasi dari bentuk dan orientasi sendi
faset berguna untuk mencegah dislokasi anterior dan dislokasi rotasional.
Prosesus artikular memiliki permukaan yang fleksibel untuk beberapa pergerakan
sekitar 5-7 mm. Sendi faset pada vertebrae servikal berorientasi pada sumbu
koronal obliq, sudut superior ke inferior mengarah ke bagian posterior. Sedangkan
sendi faset pada vertebrae torakal hampir vertical dan koronal pada orientasinya,
memutar terhadap potongan sagittal dekat thoracolumbal junction. Bagian
superior faset di vertebrae lumbal berorientasi pada potongan sagittal, dan bagian
inferiornya memutar ke arah sumbu koronal dengan penurunan pada vertebrae
lumbal sehingga sendi faset berada pada sagittal-koronal dari sumbu oblique di
lumbosacral junction. 26

Gambar 2.5 Sendi faset27

17
2.1.4.6 Otot punggung
Otot-otot yang ada di punggung bekerja untuk mengekstensi,
rotasi dan abduksi dari kolumna vertebralis. Otot ini bekerja saat punggung
membungkuk ke depan dan kembali lagi ke posisi tegak. Terdapat klasifikasi
untuk otot ini, yaitu bagian superfisial yaitu otot yang memanjang dari vertebra ke
arah costae dan bagian profunda yang menghubungkan vertebrae satu dan
lainya.19
Pada bagian superfisial, otot utama yang bergerak untuk ekstensi adalah
muskulus erector spinae. Otot ini digunakan untuk menjaga postur dan untuk
berdiri tegak setelah menunduk. Muskulus erector spinae terbagi menjadi 3
kolumna, yaitu iliokostal, longisimus dan spinalis. Bagian ini merupakan bagian
yang kompleks, terdapat multi bagian ototpada servikal, torakal dan lumbal. Otot
tulang punggung bagian bawah atau otot lumbal terdapat pada grup longisimus. 2
buah muskulus serratus posterior (superior dan inferior) berada di atas muskulus
erector spinae dan berkerja untuk menggerakkan costae.19

Gambar 2.6 . Otot-otot punggung19

18
2.1.4.7 Biomekanika Torakolumbal
Biomekanika merupakan studi yang mempelajari tentang gaya yang
bekerja pada tubuh dan efek gaya tersebut pada jaringan tubuh manusia. Gaya
yang bekerja pada regio torakolumbal adalah kompresi, menekuk, dan torsi. Gaya
yang bekerja tegak lurus dengan garis tengah diskus disebut gaya kompresi dan
komponen lain yang bekerja secara paralel dengan diskus disebut gerakan
menekuk. Komponen yang menyebabkan tulang belakang bergerak secara sagittal
dan frontal merupakan gerakan dari menekuk. Torsi merupakan gerakan yang
menyebabkan tulang belakang berputar, gerakan ini disebut rotasi aksial.25 Arah
gaya gerakan regio torakolumbal dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.7 Arah gaya gerak pada vertebrae lumbal potongan sagittal25

Kompresi tulang belakang disebabkan oleh gaya gravitasi, gaya reaksi dari
permukaan bumi, dan gaya yang diproduksi dari kontraksi otot dan ligamen. Gaya
kompresi dari torakal lebih berat dibandingkan dari servikal karena beban yang
berat dari berat badan pada bentuk kifotik pada torakal. Garis beban dari gravitasi
memanjang ke arah vertebra torakal. Hal ini menimbulkan gerakan fleksi vertebra
torakal yang berlawanan dengan gaya yang diberikan oleh ligamen posterior dan
otot-otot ekstensor vertebra. Fungsi utama dari regio lumbal adalah untuk

19
menopang berat badan dari tubuh bagian atas pada saat statis maupun dinamis.
Dolan et al berpendapat bahwa gaya kompresi yang dialami vertebra lumbal
disebabkan oleh tarikan otot-otot vertebra. Gaya yang tegak lurus terhadap
vertebra cenderung menyebabkan vertebra mengalami translasi (bergerak secara
anteroposterior atau dari samping ke samping terhadap vertebra di bagian
inferiornya).25

2.1.5 Postur tubuh


2.1.5.1 Postur Tubuh Normal dan Ideal
Postur tubuh normal bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung dari
keunikan antropometri dan profil fisiologis. Sedangkan postur tubuh ideal
diartikan sebagai kesimetrisan bagian tubuh atau keseimbangan antara kanan dan
kiri juga posterior dan anterior. Tetapi para peneliti masih memperdebatkan
definisi dari postur tubuh yang ideal. Postur tubuh yang asimetris dan asimtomatik
jarang ditemukan dan jika asimetris tidak terlalu parah maka tidak berhubungan
dengan nyeri punggung atau keterbatasan fungsi fisiologis.28
2.1.5.2 Postur saat berdiri
Ketika seseorang berdiri, otot-otot postur tubuh menjadi aktif secara
konstan. Aktivitas dari otot-otot ini akan menjadi minimal ketika seseorang
berdiri dengan keadaan lurus dengan sumbu tubuh. Selama berdiri, garis arah
gravitasi biasanya melewati bagian ventral lalu ke bagian tengah korpus lumbal 4.
Sehingga, garis ini mengarah dari ventral ke arah aksis transversal dari pergerakan
vertebra, dan segmen pergerakan menjadi menekuk ke depan, yang harus
diseimbangi oleh gaya-gaya ligamen dan muskulus erector spinae. Ketika garis
gravitasi tidak pada garis sumbu tubuh yang tepat, maka akan mengganggu
keseimbangan dari vertebra. Vertebra akan mengompensasi dengan cara
meningkatkan aktivitas otot, yang akan memindahkan secara perlahan postur pada
posisi equilibriumnya secara intermiten.29 Selain itu, otot- otot erector spinae,
otot-otot perut dan otot psoas sering menjadi aktif secara intermitten dalam
menjaga posisi tubuh tetap tegak.29
Posisi pelvis juga berpengaruh terhadap aktivitas otot-otot punggung dan
dalam menghasilkan beban pada vertebra selama berdiri. Basis sakrum memiliki
kemiringan ke depan dan ke bawah. Kemiringan ini membentuk sudut 30°

20
terhadap transversal selama berdiri secara normal. Ketika pelvis bergerak ke arah
belakang, sudut sakrum menjadi berkurang dan postur lumbal lordosis menjadi
lebih lurus. Pelurusan pada torakal ini menyebabkan sedikit pelebaran untuk pusat
gravitasi tubuh sehingga pemakaian energi dalam penggunaan otot menjadi
minimal. Sedangkan jika sakrum bergerak ke arah depan, sudut sakral melebar
menyebabkan peningkatan bentuk lordosis lumbal dan kifosis torakal.29

2.1.5.3 Perbandingan beban Lumbal saat berdiri, duduk dan bersandar


Selama berdiri secara rileks, beban pada diskus lumbal 3 yang dihitung
dari besar tekanan diskus adalah sebesar 100% dari berat tubuh. Beban ini hampir
mencapai 2 kali lipat berat tubuh bagian atas lumbal 3. Diperkirakan berat di atas
lumbal 3 adalah 60% dari berat badan tubuh total.29
Selama duduk tanpa sandaran, beban pada lumbal lebih besar
dibandingkan dengan saat berdiri secara rileks. Pada posisi ini pelvis mengarah ke
belakang dan tingkat lordosis pada lumbal menurun dan cenderung menjadi lurus.
Sedangkan saat duduk tegak, pergerakkan pelvis ke arah depan dan peningkatan
lordosis pada lumbal menurunkan beban dan vertebrae lumbal. Namun, beban
pada posisi duduk tegak masih lebih besar dibandingkan dengan posisi berdiri
secara rileks.29
Ketika dalam posisi bersandar, beban pada vertebrae lumbal lebih ringan
dibandingkan dengan posisi duduk tanpa bersandar. Hal ini terjadi karena beban
tubuh bagian atas dialihkan kepada sandaran vertebrae.29

2.1.6 Patofisiologi LBP


Patofisiologi LBP secara mekanik sangat kompleks dan disebabkan oleh
banyak faktor. Struktur anatomis dan elemen dari vertebrae lumbar seperti tulang,
otot, tendon, ligamen dan diskus masing-masing mempunyai peran dalam
menyebabkan LBP. Secara biomekanik, pergerakkan vertebrae lumbar yang
merupakan faktor risiko terbesar terjadinya LBP adalah ketika menekuk ke depan,
memutar, dan ketika mengangkat beban berat tanpa melebarkan kedua lengan.
Beban yang dirasakan selama durasi yang singkat akan dikompensasi oleh serat
kolagen annulus di diskus. Sedangkan jika beban ini terus menerus menimpa

21
diskus, meningkatkan tekanan pada annulus fibrosus dan peningkatan tekanan
pada end plate diskus. Jika annulus dan end plate intak, maka gaya yang diberikan
oleh beban dapat ditahan dengan baik. Bagaimanapun, gaya tekanan dari otot
yang bersamaan dengan gaya beban meningkatkan tekanan intradiskus yang akan
melampaui kekuatan serat annulus.30
Hubungan antara degenerasi diskus intervertebralis dan LBP sebenernya
belum jelas. Dapat dilihat bahwa gangguan pada properti biomekanika pada
diskus intervertebralis, sensitisasi pada nerve endings oleh pelepasan mediator
kimia, dan pertumbuhan neurovaskular pada diskus yang telah megalami
degenerasi adalah faktor faktor yang menyebabkan nyeri. Diskus yang mengalami
degenerasi dapat ditandai dengan pertumbuhan serat saraf dan vaskular di dalam
annulus fibrosus. Struktur diskus yang hilang mengganggu proses penahanan
beban oleh diskus dan kemiringan dari kolumna spinalis, termasuk sendi faset,
ligamen, dan otot di paraspinal, yang menyebabkan nyeri bertambah hebat. 31
Nyeri di tulang belakang dan nyeri radix bisa terjadi bahkan ketika tidak
terjadi perubahan morfologi, kebanyakan pasien tidak mengeluhkan nyeri bahkan
sudah ada tanda degenerasi. Nukleus pulposus terbukti mengalami inflamasi dan
perubahan degenerative dengan kerusakan nerve root tanpa kompresi mekanik.
Sekarang ini, konsep nyeri oleh mediator kimia local dari jaringan yang cedera
menjadi teori yang banyak digunakan. Beberapa mediator kimia yang
berpengaruh terhadap nyeri adalah Fosfolipase A2, nitrit oksida, matrix
metalloproteinase, IL-1, TNF-α, Prostaglandin E2, CGRP (Calcitonin-gene related
Peptide), glutamate, substansi P, IL-6, TIMP-1 (Tissue Inhibitor
Metalloproteinase), Superfamily TGF-β, IGF-1, PDGF. Secara bersamaan
inhibitor dari sitokin ini terisolasi, sehingga fungsi inhibisi terhadap sitokin ini
berkurang.31

Terdapat proliferasi vaskular dan sensory nerve yang mengandung


calcitonin-gene related peptide di bagian endplate dan korpus vertebrae yang
berdampingan dengan diskus yang degenerasi. Peningkatan densitas dari saraf
sensoris dan defek pada lempeng kartilago menyebabkan peran dari end plates
dan korpus vertebralis sebagai pain generator pada pasien yang mengalami
degenerasi pada diskus intervertebralis.31

22
2.1.6.1 Dorsal Root Ganglia

Dorsal root ganglia (DRG) merupakan instrumen yang memodulasi LBP.


Mendapatkan limpahan suplai darah tanpa sawar darah otak yang memiliki
hubungan antara saraf spinal intrateka dan ekstrateka saraf perifer. Nervi nevorum
dan nosiseptor sensitif mekanik yang terletak pada DRG menyebabkan
pembentukan neuropeptida, termasuk peptida gene related kalsitonin dan
substansi P. Tingkat keparahan dari nyeri disebabkan oleh terjadinya herniasi
pada diskus intervertebralis. Semakin memburuk jika diskus intervertebralis
semakin mendekat ke DRG. DRG memiliki banyak reseptor glutamate, yang
berhubungan dengan nosiseptor di dalam DRG. Breakdown dari proteglikan bisa
menjadi lebih cepat pada diskus yang mengalami herniasi, diskus yang memiliki
konsentrasi tinggi neurotransmiter glutamate. Degradasi dari herniasi diskus
intervertebalis oleh enim endogen bisa menjadi sumber dari glutamat bebas yang
akan menjadi potensi sinyal nyeri dengan cara mengisi glutamat reseptor pada
neuron DRG.31

Herniasi pada diskus intervertebralis tanpa kompresi pada nerve root


terkadang terasa nyeri karena terjadi peningkatan tekanan cairan endoneural dan
penurunan suplai darah ke DRG ketika terekspos pada jaringan nucleus pulposus.
Bagian dorsal dari diskus intervertebralis pada lumbal pada tikus menerima
inervasi segmen sensori dari DRG bagian atas melalui trunkus simpatis dan dari
DRG bawah melalui sinuvertebral nerve (SVN). Jadi, DRG mungkin memiliki
peran sentral pada mediasi LBP dari intervertebral disk-related disorders.31

2.1.6.2 Sinuvertebral Nerve dan Nosiseptor

Nervus sinuverterabal muncul dari ventral root dan gray rami yang
berhubungan dekat kutub dital dari DRG. SVN menginervasi struktur yang berada
di dalam kanalis vertebralis juga menginervasi PLL, dura ventral, annulus
fibrosus posterior dan oembuluh darah. SVN memiliki cabang asenden yang
menginervasi PLL dan sebuah cabang desenden yang lebih kecil yang menyuplai
PLL dan annulus fibrosus. Cabang asenden melewati sepanjang batas lateral PLL,
mencapai bagian atas diskus intervertebralis dan overlap dengan SVN. Ligamen

23
longitudinal anterior di suplai oleh cabang cabang gray rami komunikans atau dari
trunkus simpatis.16

Cabang medial dari dorsal rami primer melewati basis dari artikulasi faset
superior dan menginervasi kapsul sendi faset lumbal pada level yang sama.
Cabang medial desenden mengarah ke kaudal dan menginervasi otot, ligament
dan sendi faset dibawahnya. Setiap sendi faset menerima inervasi minimal dari
dua nervus spinal.16

Nosiseptor adalah nerve ending terminal perifer dari neuron sensori yang
merespon stimulasi nyeri tertentu. Serat aferen mekanosensitif dari ligament
longitudinal lumbal posterior memiliki fungsi nosiseptif.16

Mekanisme patofisiologi yang pasti oleh mediator kimia dalam diskus


intervertebralis menghasilkan hiperalgesia masih belum jelas. Terdapat beberapa
pendapat dari penelitian sebelumnya, yaitu:

 Weinstein et al: menginvestigasi bahwa nyeri diproduksi dari diskografi


dan disimpulkan bahwa jenis jenis perubahan neurokemikal di dalam
diskus yang terekspresi oleh sensitisasi pada nosiseptor annulus.
 Kawakami et al: memiliki hipotesis bahwa mediator kimia mungkin
ditransportasikan ke akson dari nerve root dan menginisiasi produksi dari
agen inflamasi seperti prostaglandin yang akan menyebabkam nyeri radix.
 Byrod et al: mendemonstrasikan rute transport direk ke akson dari nerve
root spinal dan menyatakan bahwa mediator kimia yang diproduksi di
ruang epidural bisa menganggu eksitasi dari serat C.16

2.1.7 Roland-Moris Disability Questionnaire

Penelitian ini menggunakan Roland-Moris Disability Questionnaire


(RDQ). RDQ merupakan kuesioner yang didesain untuk mengidentidikasi
disabilitas yang disebabkan oleh LBP. Desain ini digunakan untuk kepentingan
penelitian dan memonitor pasien dengan LBP. RDQ dibuat berdasarkan kuesioner
penilaian fungsi mental dan fisik Sickness Impact Profile. Sejumlah 24 pertanyaan

24
yang berhubungan dengan LBP dipilih untuk dijadikan indikator penilaian LBP.
Kuesioner ini memiliki hasil reliabilitas yang tinggi (r = 0,93, r = 0,80 dan r =
0,64), hal ini menyatakan bahwa kusioner ini sangat reliabel. RDQ juga
merupakan kuesioner yang memiliki validitas tinggi dalam penilaian nyeri tulang
belakang dibandingkan dengan Oswestry Disability Index dan Quebec Back
Scale.32
Responden penelitian akan menjawab ya pada setiap yang pernyataan
yang sesuai dengan yang dirasakan sehari-hari. Kuesioner ini sangat cocok untuk
mengidentifikasi LBP yang dialami dalam durasi singkat dan akut. RDQ dihitung
dengan melihat berapa jumlah ya yang terisi, nilai 0 berarti tidak terdapat
disabilitas hingga nilai 24 yang berarti mengalami disabilitas yang parah. RDQ
sebenarnya di disain untuk pengisian pada lembaran kertas, namun karena
pertanyaan yang sederhana dan mudah dimengerti maka bisa dilakukan melalui
pengisian di komputer atau wawancara melalaui telfon. Tetapi RDQ juga
memiliki kelemahan, karena RDQ tidak menilai faktor psikologi terhadap LBP.32

25
2.2 Kerangka teori

2.3 Kerangka Konsep

Indeks Massa
Tubuh

Kebiasaan
minum kopi
LBP
Jenis Kelamin

Kebiasaan
Olahraga
26
2.4 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Pengukur Alat ukur Cara Pengukuran Skala
1. LBP Gangguan Peneliti Kuesioner Roland Kuesioner Roland-Morris Nominal
muskuloskeletal berupa Morris 1. Mengalami LBP (mengisi YA ≥ 3 )32
nyeri dan rasa tidak 2. Tidak mengalami LBP (mengisi ya < 3)
nyaman pada tulang
belakang tanpa riwayat
trauma dan penyakit
yang mendasari.
2. Indeks Indeks massa tubuh, Pengamat Timbangan digital Berdasarkan Danish Survey33 yang membagi Ordinal
Massa diukur dengan cara penelitian SECA dua kriteria BMI berdasarkan hubunganya
Tubuh membagi berat badan dengan LBP
(IMT) (kilogram) dengan 1. BMI 25, 00 kg/
kuadrat tinggi badan 2. BMI < 25, 00 kg/
(meter)
Klasifikasi Indeks Masa
Tubuh Asia-Pasifik34:
 Underweight
(<18.5)

27
 Normal weight
(18.5– 23)
 Berisiko (23-
24.9)
 Obesitas 1
(
 Obesitas 2 (>30)
3. Jenis Jenis kelamin Peneliti Kuesioner Sesuai dengan data kuesioner Nominal
Kelamin responden 1. Pria
2. Wanita
4. Kebiasaan Kebiasaan olahraga Peneliti Kuesioner Sesuai dengan yang tertera di kuesioner. Ordinal
olahraga yang dilakukan oleh Terbagi menjadi 3 7
responden 1. Tidak berolahraga
2. Kadang-kadang (1-2x per minggu)
3. Rutin (≥3x dalam satu minggu)
5. Kebiasaan Kebiasaan minum kopi Peneliti Kuesioner Ordinal
minum yang dilakukan oleh
kopi responden

28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah cross sectional atau potong
lintang.35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitiaan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN yang dilakukan mulai bulan Juni 2015-Juli 2015.

3.3 Alat dan Bahan penelitian


Penelitian ini menggunakan kuesioner Roland-Morris bahasa
Indonesia dan timbangan digital SECA.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


3.4.1 Populasi Subjek Penelitian
 Populasi target
Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran di
Indonesia.
 Populasi terjangkau
Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran FKIK
UIN.
 Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang telah terpilih
dengan menggunakan metode Simple Random Sampling.

3.4.2 Besar Sampel


Untuk mengetahui besaran masalah LBP pada mahasiswa
kedokteran FKIK UIN, maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan
prevalensi LBP dengan rumus sebagai berikut:

29
Deskriptif kategorik37

n =

Keterangan rumus
n = jumlah sampel
Z = kesalahan tipe I = 1,96
P = Proporsi kategori variabel yang diteliti
Q = 1-P
d = presisi (0.07)

, , ,
n =
.

= 196
Jadi sampel minimal untuk penelitian deskriptif kategorik adalah
sebesar 196 sampel. Hasil sampel ini memenuhi syarat karena prediksi
prevalensi (47% ± 7%) dikalikan dengan jumlah sampel (196) lebih dari
5.

Penelitian kategorik tidak berpasangan35


Setelah prevalensi ditentukan, dilakukan analisis mengenai
hubungan LBP dengan karakteristik faktor risiko pada mahasiswa
kedokteran FKIK UIN dengan rumus sampel analitik kategorik tidak
berpasangan. Rumus penelitian analitik kategorik tidak berpasangan
adalah sebagai berikut:

n1 = n2 =

30
Keterangan rumus:
n = jumlah sampel
Z = deviat baku alfa = 1,96
Zβ = deviat baku beta = 0,84
P = Proporsi kategori variabel yang diteliti
Q = 1-P

Dengan menggunakan kesalahan tipe I 5%, hipotesis dua arah,


kesalahan tipe II 20% dan P2 adalah sebesar 0,6, maka besar sampel yang
diperlukan adalah sebagai berikut:

, . ( . ) . . . . ( . )
n1=n2=
. .

= 82

Untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada penelitian ini, maka


sampel ditambahkan dengan menggunakan rumus36:

n’ =( )

=
,
= 225

n’ = besar sampel setelah antisipasi drop out


n = besar sampel
f = prediksi drop out

3.4.3 Teknik pengambilan Sampel


Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling,
yakni memilih secara acak sampel dari populasi terjangkau. Pemilihan

31
secara acak dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel
menggunakan rumus random.

3.4.4 Kriteria Sampel


3.4.4.1 Kriteria Inklusi
 Mahasiwa kedokteran FKIK UIN preklinik angkatan 2012, 2013
dan 2014.
 Mahasiswa kedokteran FKIK UIN yang bersedia mengisi
kuesioner dan pengukuran IMT
3.4.4.2 Kriteria Eksklusi
 Mahasiswa dengan riwayat penyakit tulang belakang berupa
kelainan anatomis, trauma, infeksi dan kelainan lainya yang
dikonfirmasi dengan kuesioner
 Kuesioner dengan informasi yang kurang lengkap

3.5 Cara Kerja Penelitian


3.5.1 Persiapan penelitian
 Pengajuan ethical clearance
Pengajuan ethical clearance ditujukan kepada komite etik penlitian
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
 Persiapan kuesioner
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Roland-Morris bahasa
Indonesia. Karena kuesioner ini singkat, mudah diisi dan mudah
dimengerti oleh responden.32 Kuesioner ini menilai aktivitas
sehari-hari responden yang berhubungan dengan LBP.38 Selain itu,
kuesioner ini juga sangat baik digunakan untuk menilai LBP
dengan durasi singkat atau akut sehingga sangat tepat untuk
mengidentifikasi LBP non spesifik responden pada penelitian
ini.Kuesioner ini sebelumnya diuji validitas dan reliabilitas untuk
mengetahui ketajamanya dalam mengidentifikasi LBP. Perizinan
pemakaian kuesioner kepada website resmi Roland-Morris telah
dilakukan melalui email.

32
 Peminjaman alat
Alat yang digunakan adalah timbangan digital SECA. Timbangan
ini merupakan fasilitas kampus yang dipinjam selama periode
penelitian.
3.5.2 Identifikasi Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan mahasiswa kedokteran FKIK
angkatan 2012, 2013, dan 2014. Subjek penelitian ini merupakan populasi
terjangkau dari penelitian ini.
3.5.3 Randomisasi Sampel
Setelah menentukan populasi terjangkau, peneliti mengacak responden
yang akan diikut sertakan dalam penelitian menggunakan metode Simple Random
Sampling.
3.5.4 Informed consent
Nama-nama yang sudah teracak, akan diberikan lembaran Informed
Consent. Apabila responden bersedia untuk mengikuti penelitian ini maka akan
diarahkan ke langkah penelitian berikutnya. Sedangkan bagi yang tidak bersedia,
maka tidak diikutsertakan pada penelitian ini.
3.5.5 Pengambilan Data
3.5.5.1 Pengisian kuesioner
Dalam penelitian ini akan digunakan data primer kuesioner dari
sampel yang mencakup informasi mengenai:
 Informasi identitas pasien
 Data Jenis Kelamin, Kebiasaan Berolahraga, Kebiasaan Minum
Kopi
 Hasil jawaban kuesioner Roland Morris
3.5.5.2 Pengukuran tinggi badan dan berat badan
Pengukuran diawali dengan mengukur berat badan dilanjutkan
dengan tinggi badan responden. Dengan tahap-tahap sebagai berikut39:
 Memastikan angka pada timbangan digital menunjukkan angka
0

33
 Memperiapkan pasien dengan meminta pasien untuk melepas
jaket, topi, alas kaki dan benda lain yang mengurangi akurasi
pengukuran.40
 Memastikan responden berdiri tegak di tengah timbangan,
tidak bergerak dengan pandangan lurus ke depan selama
pengukuran berat badan
 Mencatat hasil pengukuran berat badan
 Meminta responden tetap berdiri tegak, tidak menunduk
maupun mengadah selama pengukuran tinggi badan
meggunakan moveable microtoise
 Mencatat hasil pengukuran tinggi badan
Data responden yang termasuk ke dalam kriteria inklusi
diikutkan dalam tahap selanjutnya, sedangkan yang termasuk ke
dalam kriteria eksklusi tidak diikutkan dalam pengolahan data.

3.5.6 Pengolahan data dan uji statistik


Setelah data primer dari kuesioner didapatkan maka informasi yang
telah didapat di input ke dalam SPSS dan selanjutnya dilakukan penelitian
deskriptif kategorik. Setelah itu, dilakukan penelitian analitik kategorik
tidak berpasangan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko berupa
IMT, jenis kelamin, kebiasaan minum kopi dan kebiasaan olahraga dengan
kejadian LBP pada mahasiswa kedokteran di FKIK UIN.
Perancangan dummy table dilakukan sebelum penelitian untuk
memetakan pola pikir mengenai faktor risiko dengan LBP. Dibawah ini
merupakan dummy table pada penelitian ini:

LBP Non-LBP Risiko Prevalens


(RP)
Faktor a b ∶
+ +
risiko +
Faktor c d
risiko -

34
3.6 Alur Penelitian

35
3.7 Pengolahan dan Analisa Data
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor risiko
dengan LBP. Data primer yang telah terkumpul akan dianalisis menggunakan
IBM SPSS 21 for Mac yang meliputi deskriptif kategorik dan analitik kategorik
tidak berpasangan.
Deskriptif kategorik bertujuan untuk melihat besaran masalah yang ada
pada penelitian ini, setelah itu dilanjutkan dengan penelitian analitik kategorik
tidak berpasangan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara Indeks
Massa Tubuh, jenis Kelamin, kebiasaan minum kopi, dan kebiasaan berolahraga
dengan LBP.
Prinsip langkah-langkah analisis epidemiologis dalam penelitian ini:
1. Analisis kategorik univariat
2. Analitik kategorik bivariat: merumuskan hubungan LBP dengan faktor
risikonya

Analisis kategorik univariat digunakan untuk menggambarkan


distribusi responden pada masing-masing kategori. Selanjutnya dilakukan
uji normalitas data untuk menentukan uji statistik yang akan dilakukan
selanjutnya. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen. Setelah dilakukan uji
normalitas, jika didapatkan hasil setiap kategori adalah tidak normal (<0.01)
maka uji yang dilakukan adalah uji non parametric Chi-Square. Rumus
perhitungan Chi-square:

∑( − )
=

X2 = nilai Chi-square
O = Nilai yang diobservasi
E = Nilai yang diharapkan

Melalui uji statistik Chi-square akan diperoleh derajat kemaknaan


hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yaitu nilai p.

36
Dalam penelitian ini digunakan derajat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian
antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p < 0,05.
Jika uji chi square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan, maka
dilakukan penggabungan sel menjadi tabel 2x2. Jika setelah penggabungan
sel masih tidak memenuhi syarat lagi, maka dilakukan uji Fisher Exact Test.

3.8 Anggaran Penelitian

No Nama Total
1. Biaya ATK Rp 100.000
2. Biaya pengambilan kuesioner Rp 300.000
3. Biaya peminjaman timbangan dan Rp 100.000
pengukuran tinggi badan
4. Biaya tidak terduga Rp 100.000
Total Biaya Rp 600.000

3.9 Etika Penelitian


3.9.1 Ethical Clearance
Ethical clearance untuk penelitian ini diajukan ke Panitia Etik Penelitian
Kedokteran FKIK UIN Syarif Hidayatullah.
3.9.2 Informed Consent dan Kerahasiaan Data
Seluruh responden akan dimintai persetujuan berupa informed consent
untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Seluruh data penelitian merupakan data
yang bersifat rahasia.
3.9.3 Perizinan penggunaan kuesioner Roland-Morris
Perizinan penggunaan kuesioner dilakukan melalui email kepada Professor
Martin Roland sebagai pembuat kuesioner.

37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Kuesioner Roland-Morris


RMQ yang digunakan pada penelitian ini adalah RMQ yang sudah
diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Sebelum dibagikan kepada responden, RMQ
berbahasa Indonesia ini terlebih dahulu diuji validitas dan realibilitas. Hasilnya
terdapat 7 pernyataan yang tidak valid (<0.404) sedangkan 17 pernyataan sisanya
valid. Setelah uji validitas, uji reliabilitas dilakukan pada pertanyaan yang valid.
Hasil uji reliablitas menunjukkan bahwa kuesioner merupakan kuesioner yang
reliabel dengan nilai r = 0.742 untuk kuesioner penilaian satu minggu terakhir
dan r = 0.877 untuk satu tahun terakhir.32
Pertanyaan-pertanyaan yang tidak valid tetap dimasukkan dalam kuesioner
namun diubah urutanya menjadi yang paling bawah. Penyebab beberapa
pernyataan ini tidak valid dimungkinkan karena beberapa hal, seperti karakteristik
populasi yang berbeda dari setiap negara, responden kurang memahami arti
pertanyaan atau penerjemahan bahasa yang kurang tajam. Responden yang
menyetujui pernyataan pada RMQ lebih dari atau sama dengan 3 butir, maka
dinyatakan LBP.32

4.2. Analisis Univariat


Pada analisis univariat ini akan digambarkan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yang telah diteliti, baik variabel independen maupun
variabel dependen.

4.2.1 LBP satu minggu terakhir


Distribusi LBP satu minggu terakhir pada mahasiswa kedokteran FKIK
UIN tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

38
Tabel 4.1
Distribusi LBP mahasiswa kedokteran FKIK UIN Jakarta Tahun 2015
seminggu terakhir

LBP Jumlah (n) Persentase (%) IK (%)


LBP 25 11.1 7%-15,2%
Non-LBP 200 88.9
Total 225 100

Berdasarkan data Tabel 4.1, diketahui bahwa dari 225 responden terdapat
25 responden (11.1 %) mahasiswa kedokteran FKIK UIN mengalami LBP
selama seminggu terakhir sejak responden mengisi kuesioner. Sedangkan
mahasiswa yang tidak mengalami LBP sebanyak 200 orang (88.9%).

4.2.2 LBP satu tahun terakhir


Distribusi LBP satu tahun terakhir pada mahasiswa kedokteran FKIK UIN
tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2
Distribusi LBP mahasiswa kedokteran FKIK UIN Jakarta Tahun 2015
setahun terakhir

LBP Jumlah (n) Persentase (%) IK (%)


LBP 38 16.9 12%-21.8%
Non-LBP 187 83.1
Total 225 100

Selama setahun terakhir sejak Bulan Juni 2014-Juni 2015, prevalensi LBP
pada mahasiswa kedokteran FKIK adalah sejumlah 38 orang (16.9%). 187 orang
lainnya (83.1%) tidak mengalami LBP.
Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, prevalensi LBP dalam
satu tahun pada mahasiswa okupasi terapi di Queensland (Leggat et al, 2007)

39
sebesar 64.6%.41 Pada penelitian di India (Aggarwal et al) pada tahun 2014,
prevalensi LBP pada mahasiswa kedokteran setahun terakhir adalah sebesar
47.5% .7 Sedangkan prevalensi LBP saat dilakukan penelitian di India ini adalah
sebesar 32.5%.7 Hasil ini sejalan dengan yang terdapat pada mahasiswa
kedokteran UIN FKIK di tahun 2015, bahwa prevalensi LBP setahun terakhir
lebih besar dibandingkan dengan prevalensi LBP saat dilakukan survei atau
seminggu terakhir. Prevalensi LBP pada mahasiswa kedokteran di India lebih
banyak di Indonesia dimungkinkan karena perbedaan tingkat stress, beban
kurikulum dan perbedaan budaya. Kemungkinan besar faktor risiko yang
terpajan pada mahasiswa kedokteran Indonesia lebih rendah dibandingkan
dengan India, sehingga prevalensi LBP nya lebih sedikit.

4.2.3 Indeks Massa Tubuh


Distribusi Indeks Massa Tubuh satu tahun terakhir pada mahasiswa
kedokteran FKIK UIN tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3
Distribusi Indeks Massa Tubuh mahasiswa kedokteran FKIK UIN Jakarta
Tahun 2015

IMT Jumlah (n) Persentase (%)


Obesitas 45 20
Tidak Obesitas 180 80
Total 225 100

Dalam penelitian ini terdapat 45 orang (20%) dari mahasiswa kedokteran


yang obesitas dan 180 orang (80%) tidak obesitas.

4.2.4 Jenis Kelamin


Distribusi Jenis Kelamin satu tahun terakhir pada mahasiswa kedokteran
FKIK UIN tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

40
Tabel 4.4
Distribusi Jenis Kelamin mahasiswa kedokteran FKIK UIN Jakarta Tahun
2015

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)


Laki-laki 78 34.7
Perempuan 147 65.3
Total 225 100

Jumlah perempuan pada penelitian ini lebih banyak dibanding laki-laki


dengan persentase laki-laki sejumlah 34.7% dan perempuan sejumlah 65.3%.

4.2.5 Kebiasaan minum kopi


Distribusi kebiasan minum kopi pada mahasiswa kedokteran FKIK UIN
tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5
Distribusi Kebiasaan minum kopi mahasiswa kedokteran FKIK UIN
Jakarta Tahun 2015

Kebiasaan minum kopi Jumlah (n) Persentase (%)


Reguler 28 12.4
Kadang-kadang 134 59.6
Tidak pernah 63 28
Total 225 100

Mahasiswa kedokteran FKIK yang memiliki kebiasaan minum kopi secara


reguler ( ≥ 3x dalam satu minggu) adalah sejumlah 12.4%, sedangkan yang
memiliki kebiasaan minum kopi kadang-kadang (<3x dalam satu minggu) adalah
sejumlah 59.6% (197). Sejumlah 28% mahasiswa tidak pernah minum kopi.

4.2.6 Kebiasaan olahraga


Distribusi Kebiasaan olahraga pada mahasiswa kedokteran FKIK UIN
tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

41
Tabel 4.6
Distribusi Kebiasaan olahraga mahasiswa kedokteran FKIK UIN Jakarta
Tahun 2015

Kebiasaan berolahraga Jumlah (n) Persentase (%)


Reguler 14 6.2
Kadang-kadang 187 83.1
Tidak pernah 24 10.7
Total 225 100

Kebiasaan berolahraga secara teratur mahasiswa kedokteran (≥3x


seminggu) dimiliki oleh 14 orang (6.2%). Selain itu 83.1% berolahraga kadang-
kadang (<3x seminggu) dan 24 orang (10.7%) tidak pernah berolahraga.

4.3 Analisis Bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan depeden yang dianalisis melalui uji Chi Square. Hasil analisis
dikatakan bermakna jika p ≤ 0.05 dan tidak bermakna jika p mempunyai nilai >
0.05.

4.3.1 Indeks Massa Tubuh


Hasil analisis bivariat antara LBP satu minggu terakhir dengan Indeks
Massa Tubuh dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

42
Tabel 4.7
Hubungan IMT dengan LBP satu minggu terakhir

IMT LBP Mahasiswa UIN P value OR


satu minggu terakhir Total
LBP Non-LBP
N % N % N %
Obesitas 4 1.8 41 18.2 45 20 0.791 0.739
(0.240-
2.271)
Tidak 21 9.3 159 70.7 180 80
Obesitas
Total 25 19.6 200 88.9 225 100

Hasil analisis data hubungan antara IMT dengan LBP yang dialami selama
seminggu terakhir diperoleh bahwa terdapat 4 orang (1.8%) obesitas yang
mengalami LBP. Sedangkan yang tidak obesitas dan mengalami LBP sejumlah 21
orang (9.3%). Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0.791 (p = >0.05) maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan
LBP pada penelitian ini.
Hasil analisis bivariat antara LBP satu tahun terakhir dengan IMT dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8
Hubungan IMT dengan LBP satu tahun terakhir

IMT LBP Mahasiswa UIN P value OR


satu tahun terakhir Total
LBP Non-LBP
N % N % N %
Obesitas 7 3.1 38 16.9 45 20 0.965 0.885
(0.362-
0.885
Tidak 31 13.8 149 66.2 180 80 2.165)
obesitas
Total 38 16.9 187 83.1 225 100

43
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa LBP dalam setahun terakhir lebih banyak
dialami oleh mahasiswa dengan IMT normal yaitu sebanyak 31 orang (13,8%).
Untuk mahasiswa yang mengalami LBP selama setahun terakhir dengan IMT
obesitas sejumlah 7 orang (3.1%). Untuk mahasiswa yang tidak mengalami LBP
selama setahun terakhir, paling banyak terdapat pada mahasiswa yang juga
mempunyai IMT normal yaitu berjumlah 149 orang (66.2%), sedangkan pada
mahasiswa yang mengalami obesitas yang tidak mengalami LBP selama setahun
terakhir berjumlah 38 orang (16.9%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara IMT dengan kejadian LBP selama satu tahun terakhir pada mahasiswa
kedokteran. Selain itu, nilai OR sejumlah 0,885 yang berarti mahasiswa
kedokteran dengan IMT obesitas berisiko 0,885 kali lebih besar untuk mengalami
LBP dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki IMT normal atau
mahasiswa kedokteran dengan IMT normal berisiko 1,13 kali lebih besar untuk
mengalami LBP dibandingkan dengan mahasiswa kedokteran dengan IMT
obesitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini mahasiswa yang
memiliki IMT normal lebih berisiko mengalami LBP.
Hubungan yang tidak signifikan juga dikemukakan oleh penelitian Triki et
al (2015) pada mahasiswa dengan aktivitas olahraga tinggi, IMT tidak
menentukan besar kecilnya prevalensi LBP.15 Falavigna et al (2011) juga
menyatakan hal yang sama berdasarkan penelitianya pada mahasiswa fisioterapi
dan mahasiswa kedokteran.42
Hasil penelitian pada mahasiwa kedokteran FKIK ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rita et al (2014) pada mahasiswa di Brazil yang
menyatakan bahwa responden yang memiliki IMT lebih rendah maka lebih rentan
mengalami LBP. Pada penelitian Rita et al (2014) dikemukakan bahwa terdapat
hubungan antara IMT dengan kejadian LBP (p =<0.001)20 Selain itu, hubungan
yang sangat signifikan juga terdapat pada tinggi badan responden dari mahasiswa
fisioterapi dan mahasiswa kedokteran.42 Pada mahasiswa kedokteran di Malaysia,
kejadian LBP seminggu terakhir berhubungan dengan IMT sedangkan pada
setahun terakhir IMT tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan LBP.43

44
Pada penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Shiri et al 2009, secara statistik
IMT berhubungan dengan LBP. Jika dibandingkan dengan yang memiliki IMT
normal responden yang memiliki IMT overweight dan obesitas lebih berisiko
mengalami LBP.44 Pada studi kohort, pada wanita dan pria dengan Indeks Massa
Tubuh kategori Obesitas, bukan overweight menunjukkan terdapat hubungan
dengan peningkatan prevalensi LBP selama 12 bulan terakhir.44 Pada beberapa
studi kohort tertentu, dinyatakan bahwa IMT berhubungan dengan degenerasi dari
diskus interverterbralis pada laki-laki maupun wanita.12 Selama beberapa tahun,
penelitian mempostulasikan bahwa overweight dan obesitas menyebabkan LBP
melalui mekanisme degenerasi diskus yang disebabkan oleh kompresi beban
secara belebihan.41,45 Tetapi terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa
terdapat kelainan pada lokasi anatomis lain yang disebabkan oleh karena obesitas
atau overweight namun tidak memiliki fungsi weight bearing.11 Selain itu,
dicurigai juga bukan hanya melalui kompresi beban berlebihan yang dapat
menyebabkan nyeri melainkan terdapat mekanisme metabolik yang berperan
secara bersamaan.41,45 penjelasan dari mekanisme ini kemungkinan berasal dari
respon inflamasi oleh mediator sekunder yang disekresi oleh sel adiposit.
Mediator-mediator tersebut diantaranya adipositokin (adiponektin, leptin,
resistin), faktor derivat makrofag (interleukin), sitokin proinflamasi dan kemokin
(C-reaktif protein, tumor nekrosis faktor). Mekanisme yang lainya dapat
bepengaruh terhadap insufisiensi dari vaskular diskus karena ateroskleoris atau
tingginya serum lipid yang dapat menurunkan suplai nutrisi dan transport
metabolik ke diskus.11
Faktanya, orang yang memiliki IMT yang tinggi mungkin mempunyai
massa otot dan tulang yang kuat sehingga dapat mencegah kejadian LBP.
Walaupun demikian, terdapat penelitian pada wanita Sri Lanka yang menyatakan
bahwa IMT yang rendah maupun tinggi atau overweight keduanya merupakan
faktor risiko LBP.12

4.3.2 Jenis Kelamin


Hasil analisis bivariat antara LBP satu minggu terakhir dengan Jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

45
Tabel 4.9
Hubungan Jenis Kelamin dengan LBP satu minggu terakhir

Jenis LBP Mahasiswa UIN P value OR


Kelamin satu minggu terakhir Total
LBP Non-LBP
N % N % N %
Laki-laki 7 3.1 71 31.6 78 34.7 0.603 0.707
(0.282-
1.773)
Perempuan 18 8 129 57.3 147 65.3

Total 25 11.1 200 88.9 225 100

Tabel 4.9 menggambarkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami


LBP dalam seminggu terakhir dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan LBP
sejumlah 18 orang (8%) dan laki-laki sejumlah 7 orang (3,1%). Pola yang sama
terjadi juga pada mahasiswa yang tidak mengalami gejala LBP selama seminggu
terakhir. Mahasiswa yang tidak mengalami gejala LBP paling banyak juga
dialami oleh wanita dengan jumlah 129 orang (57,3%), sedangkan laki-laki hanya
berjumlah 71 orang (31,6%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara kejadian LBP pada mahasiswa kedokteran selama seminggu
terakhir dengan jenis kelamin. Selain itu, nilai OR menunjukkan bahwa laki-laki
memiliki risiko 0,707 kali lebih besar dibandingkan wanita untuk mengalami LBP
selama seminggu terakhir. Nilai OR tersebut adalah nilai protektif sehingga dapat
juga dibaca sebagai perempuan berisiko 1,414 mengalami LBP selama seminggu
terakhir dibandingkan laki-laki.
Hasil analisis bivariat antara LBP satu minggu terakhir dengan
Jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

46
Tabel 4.10
Hubungan Jenis Kelamin dengan LBP satu tahun terakhir

Jenis LBP Mahasiswa UIN P value OR


Kelamin satu tahun terakhir Total
LBP Non-LBP
N % N % N %
Laki-laki 13 5.8 65 28.9 78 34.7 1 0.976
(0.468-
2.035)
Perempuan 25 11.1 122 54.2 147 65.3

Total 38 16.9 187 83.1 225 100

Seperti yang tertera pada tabel 4.10 bahwa perempuan lebih banyak
mengalami LBP dalam setahun terakhir dibandingkan laki-laki. Perempuan
dengan LBP sejumlah 25 orang (11.1%) dan laki-laki sejumlah 13 orang (5.8%).
Pola yang sama terjadi juga pada mahasiswa yang tidak mengalami gejala LBP
selama seminggu terakhir. Mahasiswa yang tidak mengalami gejala LBP paling
banyak juga dialami oleh wanita dengan jumlah 122 orang (54,2%), sedangkan
laki-laki hanya berjumlah 78 orang (34,7%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara kejadian LBP pada mahasiswa kedokteran selama setahun
terakhir dengan jenis kelamin. Selain itu, nilai OR menunjukkan bahwa laki-laki
memiliki risiko 0,976 kali lebih besar untuk mengalami LBP selama setahun
terakhir. Nilai OR tersebut adalah nilai protektif sehingga dapat juga dibaca
sebagai perempuan berisiko 1,0245 mengalami LBP selama seminggu terakhir
dibandingkan laki-laki.
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini sejalan dengan hasil yang
diperoleh dari penilitian oleh Aggarwal et al (2014) yang dilakukan pada
mahasiswa kedokteran di India dan oleh Alshagga et al (2013) di Malaysia bahwa
kelompok jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
kejadian LBP.7,43 Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Nordin et al

47
(2014) pada mahasiswa kesehatan dan oleh Leggat et al (2007) pada mahasiswa
okupasi terapi bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian LBP.14,41
Namun Rita et al (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan
antara jenis kelamin dengan kejadian LBP pada mahasiswa usia 18-29 tahun di
Sao Paulo, Brazil.20 Falavigna et al (2011) juga menyatakan terdapat hubungan
yang signifikan diantara keduanya pada mahasiswa fisioterapi dan mahasiswa
kedokteran.42 Kelompok jenis kelamin wanita lebih rentan mengalami LBP
daripada laki-laki.15,20 Sedangkan berdasarkan penelitian kohort berbasis populasi
di Cina menyatakan bahwa laki-laki lebih rentan mengalami risiko degenerasi
diskus daripada wanita.11 Pada mahasiswa yang memiliki aktivitas olahraga yang
tinggi, jenis kelamin memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kejadian
LBP (p = <0.001).15

Secara umum wanita memiliki respon infalamasi yang lebih tinggi


dibandingkan dengan pria. Respon inflamasi terhadap stimulasi meliputi
ektravasasi plasma, atraksi kemokin terhadap leukosit dan stimulasi pelepasan
sitokin inflamasi. Peptida-peptida lain juga dilepaskan oleh serat C, aktivasi
reseptor NMDA terjadi, dan produksi nitrit oksida. Kaskade ini mengganggu
proses transduksi dari nosiseptor, menurunkan aktivasi ambang batas nyeri, dan
sensitisasi perifer bisa menyebabkan sensitisasi sentral.46 Hormon gonad juga
dapat mempengaruhi nyeri melalui aferen perifer. Reseptor estrogen terdapat pada
aferen primer dan estrogen meningkatkan aktivitas serat C yang dipicu oleh
distensi serviks uterus.46

4.3.3 Kebiasaan Minum Kopi


Hasil analisis bivariat antara LBP satu minggu terakhir dengan Kebiasaan
minum kopi dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:

48
Tabel 4.11
Hubungan Kebiasaan Minum Kopi dengan LBP satu minggu terakhir

Minum Low Back Pain Mahasiswa UIN P value


kopi satu minggu terakhir Total
LBP Non-LBP
N % N % N %
Reguler 4 1.8 24 10.7 28 12.4 0.841

Kadang 14 6.2 120 53.3 134 59.6


-kadang
Tidak 7 3.1 56 24.9 63 28
pernah
Total 25 11.1 200 88.9 225 100

Berdasarkan tabel 4.11, mahasiswa kedokteran yang memiliki kebisaan


reguler minum kopi dan mengalami LBP seminggu terakhir adalah 4 orang
(1.8%). Jumlah ini merupakan yang paling sedikit dibandingkan dengan
mahasiswa yang memiliki kebiasaan minum kopi kadang-kadang dan tidak pernah
yaitu sejumlah 14 orang (6.2%) dan 7 orang (3.1%). Mahasiswa yang memiliki
kebiasaan minum kopi secara reguler dan tidak mengalami LBP adalah sejumlah
24 orang (10.7%), mahasiswa dengan kebiasaan minum kopi kadang-kadang dan
tidak LBP adalah sejumlah 120 orang (53.3%) sedangkan yang tidak pernah
minum kopi dan tiak LBP sejumlah 56 orang (24.9%).
Uji statistik mengenai hubugan antara kebiasaan minum kopi dan dengan
kejadian LBP seminggu terakhir ini menyatakan bahwa nilai p adalah sebesar
0.841 yang berarti tidak ada hubungan signifikan diantara keduanya.
Hasil analisis bivariat antara LBP satu tahun terakhir dengan kebiasaan
minum kopi dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:

49
Tabel 4.12
Hubungan Kebiasaan Minum Kopi dengan LBP satu tahun terakhir

Minum Low Back Pain Mahasiswa UIN P value


kopi satu tahun terakhir Total
LBP Non-LBP
N % N % N %
Reguler 3 1.3 25 11.1 28 12.4 0.15

Kadang 28 12.4 106 47.1 134 59.6


-kadang
Tidak 7 3.1 56 24.9 63 28
pernah
Total 38 16.9 187 83.1 225 100

Pada tabel 4.12, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kedokteran yang


memiliki kebiasaan minum kopi secara reguler dan mengalami LBP dalam
setahun terakhir sejumlah 3 orang (1.3%), yang memiliki kebiasaan minum kopi
kadang-kadang sejumlah 28 orang (12.4%) dan yang tidak pernah minum kopi
sejumlah 7 orang (3.1%). Pada mahasiswa kedokteran yang tidak mengalami
LBP, ternyata 25 diantaranya (11.1%) merupakan peminum kopi secara reguler,
106 (47.1%) memiliki kebiasaan minum kopi secara kadang-kadang dan 56
sisanya (24.9%) tidak pernah minum kopi. Dari 187 orang yang tidak mengalami
LBPm sebanyak 25 orang (11.1%) memiliki kebiasaan olahraga secara reguler,
106 orang (47.1%) memiliki kebiasaan olahraga secara kadang-kadang dan 56
orang (24.9%) tidak pernah berolahraga.
Berdasarkan uji statistik mengenai hubungan kejadian LBP setahun
terakhir dengan kebiasaan minum kopi didapatkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan (p= 0.15), antara faktor risiko kebiasaan meminum kopi dengan
kejadian LBP setahun terakhir.
Penelitian yang dilakukan oleh Alshagga et al (2013) pada mahasiswa
kedokteran di Malaysia, menunjukkan hal yang sama dengan hasil penelitian ini.
Kebiasaan minum kopi tidak berhubungan dengan kejadian LBP seminggu
maupun setahun terakhir.43
Hasil yang didapatkan pada peneilitian ini berbeda dengan hasil dari

50
penelitian Aggarwal et al (2014) pada mahasiswa kedokteran India. Pada
penelitian yang dilakukan pada 160 responden ini menyatakan bahwa kebiasaan
minum kopi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian LBP dengan
nilai p sebesar 0.03.7 Kafein yang terkandung di dalam kopi mempengaruhi kerja
molekul adenosin yang berada di otak. Kafein berperan dalam menduduki
reseptor adenosin, hal ini efektif dalam menurunkan tingkat rasa nyeri. Adenosin
diproduksi di otak dan ketika adenosin meningkat melebihi kebutuhan, maka
adenosin akan berikatan dengan reseptornya. Ketika hubungan adenosin dan
reseptor ini terjadi, maka akan menimbulkan kelelahan, nyeri dan rasa kantuk
pada seseorang. Semakin banyak ikatan antara adenosine dan reseptornya maka
akan semakin meningkat juga kelelahan, nyeri dan rasa kantuk yang dialami.
Namun, ternyata peningkatan adenosin bebas pada otak juga memberi efek yang
berhubungan dengan nyeri. Adenosin bebas akan melebarkan vena di otot dan
meningkatkan sirkulasi darah pada otot tersebut. Sehingga dengan mekanisme ini,
faktor-faktor inflamasi akan bergerak ke fokus nyeri dan enzim-enzim inflamasi
akan meningkat.47

4.3.4 Kebiasaan Olahraga


Hasil analisis bivariat antara LBP satu minggu terakhir dengan Kebiasaan
berolahraga dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:

Tabel 4.13
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan LBP satu minggu terakhir

Olahraga Low Back Pain Mahasiswa P value


UIN satu minggu terakhir Total
LBP Non-LBP
N % N % N %
Reguler 0 0 14 6.2 14 6.2 0.332

Kadang- 23 10.2 164 72.9 187 83.1


kadang
Tidak 2 0.9 22 9.8 24 10.7
pernah
Total 25 11.1 200 88.9 225 100

51
Tabel 4.13 menggambarkan bahwa mahasiswa dengan kebiasaan olahraga
reguler tidak mengalami LBP dalam seminggu terakhir, jika dibandingkan dengan
yang berolahraga kadang-kadang dan yang tidak pernah maka jumlahnya sangat
kecil. Mahasiwa yang berolahraga secara reguler sebanyak 14 orang (6.2%) tidak
mengalami LBP. Sedangkan mahasiswa yang kadang-kadang berolahraga
sebanyak 23 orang (10.2%) mengalami LBP dan 164 orang (72.9%) tidak
mengalami LBP. Selain itu, mahasiswa yang tidak pernah berolahraga 2 orang
(0.9%) mengalami LBP dan 22 orang (9.8%) tidak mengalami LBP.
Hasil analisis bivariat antara LBP satu tahun terakhir dengan Jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini:

Tabel 4.14
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan LBP satu tahun terakhir

Olahraga Low Back Pain Mahasiswa P value


UIN satu tahun terakhir Total
LBP Non-LBP
N % N % N %
Reguler 1 0.4 13 5.8 14 6.2 0.472
Kadang- 34 15.1 153 68 187 83.1
kadang
Tidak 3 1.3 21 9.3 24 10.7
pernah
Total 38 16.9 187 83.1 225 100

Data yang tercantum pada table 4.14 menggambarkan tidak adanya


hubugan antara kejadian LBP selama satu minggu terakhir dengan kebiasaan
berolaharaga pada mahasiswa kedokteran. Selain itu, tabel 4.14 juga menunjukkan
bahwa LBP dialami paling banyak oleh mahasiswa yang berolahraga kadang-
kadang yaitu sebanyak 34 orang (15.1%) dibandingkan dengan yang reguler
sejumlah 1 orang (0.4%) dan yang tidak pernah berolahraga sama sekali sejumlah
3 orang (1.3%). Untuk mahasiswa yang tidak mengalami LBP, paling banyak juga
terjadi pada mahasiswa yang berolahraga kadang-kadang yaitu sejumlah 153

52
orang (68%). Mahasiswa non-LBP yang tidak berolahraga sejumlah 21 orang
(9.3%) dan reguler berolahraga sejumlah 13 orang (5.8%).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rita et al
2014 pada mahasiswa dari rentang usia 18-29 tahun, kebiasaan berolahraga tidak
berhubungan dengan kejadian LBP.20 Kebiasaan berolahraga secara reguler juga
tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian LBP pada mahasiswa
kedokteran di Malaysia.43
Nordin et al (2014) dalam penelitianya di Malaysia menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan berolahraga dengan LBP
pada mahasiswa kesehatan.14 Prevalensi LBP lebih rendah terjadi pada mahasiswa
yang memiliki kebiasaan berolahraga rutin.14
Hubungan signifikan antara LBP dengan kebiasaan olahraga juga
dibuktikan oleh Leggat et al (2007) di penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
okupasi terapi. Mahasiswa okupasi terapi yang tergabung dalam klub olahraga
lebih cenderung memiliki keluhan LBP dan membutuhkan pengobatan untuk
keluhanya. Sedangkan mahasiswa yang berolahraga selama 6-10 jam dalam
seminggu lebih rentan mengalami LBP dibandingkan dengan mahasiswa yang
menghabiskan waktu untuk berolahraga kurang dari 6 jam dalam seminggu dan
lebih dari 10 jam seminggu.41
Aktivitas fisik seperti olahraga secara rutin memiliki hubungan yang
sangat erat dalam pencegahan primer kejadian LBP dibandingkan dengan tidak
melakukan aktivitas fisik sama sekali. Namun, tidak semua jenis olahraga dapat
dilakukan sebagai tindakan pencegahan. Olahraga yang baik untuk mencegah
terjadinya LBP adalah berenang dan bermain sepak bola.12 Selain itu, berjalan dan
berlari 20 menit sehari dan lebih dari 3x dalam seminggu memiliki efek protektif
yang signifikan terhadap LBP.12 Beberapa jenis olahraga lain sebaliknya dapat
menyebabkan LBP adalah olahraga angkat beban. Semakin berat beban yang
diangkat dan frekuensi mengangkat barang semakin sering merupakan risiko
sedang berat untuk menimbulkan LBP.12
Selain dengan mekanisme secara mekanik dari kebiasaan berolahraga
terhadap efeknya terhadap LBP, terdapat mekanisme metabolik yang secara tidak
langsung berhubungan dengan pencegahan LBP. Masalah yang terjadi pada

53
vaskular akan menyebabkan gangguan suplai nutrisi pada diskus
intervertebralis.12 Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik secara rutin maka
akan menurunkan faktor risiko aterosklerosis termasuk peningkatan tekanan
darah, resistensi insulin, intoleransi glukosa, peningkatan konsentrasi trigliserida,
menurunkan HDL, dan obesitas. Karena itu aktivitas fisik berupa olahraga sangat
penting dalam mencegah kejadian LBP.12

4.4 Keterbatasan penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
 Pengambilan dengan data metode cross sectional
Penelitian analitik cross sectional ini digunakan untuk melihat
adanya hubungan faktor risiko dengan timbulnya penyakit akibat pajanan
faktor risiko tersebut. Desain cross sectional dengan tujuan analitik
memiliki kelebihan karna desain ini dapat dilakukan di waktu yang
singkat, cepat dan efisien.48 Tetapi terdapat beberapa kekurangan desain
ini, yaitu pengamatan antara sebab-akibat atau faktor risiko-penyakit
dilakukan di waktu yang bersamaan tanpa ada waktu yang ditentukan,
sehingga tidak diketahui batasan waktu yang jelas antara sebab atau akibat
yang terjadi terlebih dahulu.48
Namun, pada penelitian ini metode yang paling memungkinkan
dipakai adalah cross sectional. Desain penelitian ini sangat cocok karena
desain ini memiliki tujuan untuk memperlihatkan prevalensi dan hubungan
faktor risiko dengan penyakit pada periode waktu tertentu.48
 Roland-Morris Bahasa Indonesia
Kuesioner Roland Morris sebenarnya kuesioner yang sangat baik
untuk mengidentifikasi LBP karena desainya yang sederhana dan mudah
dimengerti. RDQ juga sudah diterjemahkan ke dalam 12 bahasa, namun
belum ada RDQ dalam bahasa Indonesia. Kuesioner RDQ menanyakan
tentang aktivitas yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga jika
responden tidak mengingat secara pasti maka pengisian menjadi tidak
sesuai kenyataan.

54
 LBP disebabkan oleh multifaktor
Pada penelitian ini, hanya menilai faktor risiko IMT, Jenis
kelamin, kebiasaan minum kopi dan kebiasaan berolahraga. Padahal LBP
merupakan sebuah masalah muskuloskeletal yang disebabkan oleh banyak
faktor yang saling berhubungan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya
diharapkan menganalisis multivariat dari tiap-tiap variabel faktor risiko
LBP.

55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Prevalensi LBP pada mahasiswa kedokteran FKIK UIN selama satu minggu
terakhir adalah sebesar 11.1 % dan selama satu tahun terakhir sebesar 16.9%
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dengan kejadian LBP
seminggu terakhir maupun setahun terakhir
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
kejadian LBP seminggu terakhir maupun setahun terakhir
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan minum kopi
dengan kejadian LBP seminggu terakhir maupun setahun terakhir
5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan berolahraga
dengan kejadian LBP seminggu terakhir maupun setahun terakhir

5.2 Saran
Melanjutkan penelitian analisis multivariat dengan menambahkan faktor-
faktor risiko lain sebagai variabel dependen.

56
DAFTAR PUSTAKA

1. D. Hoy, P. Brooks. The Epidemiology of Low Back Pain. Australia.2010


2. Croft P et al. The prevalence and characteristics of chronic widespread pain in
the general population. Journal of Rheumatology, 1993, 20:710-3
3. Taimela S, Kujala UM, Salminen JJ & Viljanen T. The prevalence of low
back pain among children and adolescents: a nationwide, cohort-based
questionnaire survey in Finland. Spine, 1997,22: 1132-1136
4. Balague F, Troussier B & Salminen JJ. Non-specific low back pain in children
and adolescent: risk factors. Eur Spine J, 1999, 8:429-438
5. Andersson GBJ. The epidemiology of Spinal Disorders. In Frymoyer JW (ed.)
The Adult Spine: Principles and Practice. Philadelphia, Lippincott-Raven,
1997, pp. 93-141
6. Philipp Moroder, Armin Runer, Herbert Resch, Mark Tauber . Low Back Pain
among medical students. Acta Orthop. Belgia. 2011
7. Nuppur Aggarwal, Tanu Anand, Jugal Kishore, Gopal Krishna Ingle. Low
Back Pain and Associated Risk Factors Among Undergraduate Students of A
Medical College in Delhi. Department of Community Medicine Maulana
Azad Medical College. New Delhi India. 2013
8. Andersson GB. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet
1999 ; 354 : 581-585
9. Brennan G, Shafat A, Mac Donncha C, Vekins C. Lower back pain in
physically demanding college academic programs : a questionnaire based
study. BMC Musculoskelet Disord 2007 ; 8 : 67.
10. Nyland LJ, Grimmer KA. Is undergraduate physio- therapy study a risk factor
for low back pain ? A prevalence study of LBP in physiotherapy students.
BMC Musculoskelet Disord 2003 ; 4 : 22
11. Samartzis. D, Karppinen J, Cheung JPY, Lotz J. Disk degeneration and low
back pain: are they fat-related conditions? Global Spine Journal. 2013
12. Karunanayake Aranjan Lionel. Risk Factors for chronic Low Back
Pain.Community Med Health Educ. 2014

57
13. World Health Organization[Internet]. Priority disease and inclusion. [place
unknown] World Health Organization. [year unknown] available from:
http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/Ch6_24LBP.pdf
14. Nor Azlin Mohd Nurdin, Devinder Kaur A.S, Lim Kang Lun. Low Back Pain
and Associated Risk Factors among Health Science Undergraduate. Sains
Malaysiana. 2014
15. Moez Triki, Abdessalem Koubaa, Liwa Masmoudi, Nicole Fellmann, Zouhair
Tabka. Prevalence and risk Factors of back pain among undergraduate
students of a sport and physical education institute in Tunisia. Libyan Journal
of Medicine.2015
16. Simon Ho. Physchosocial factors in development of LBP. In: Yoshihito Sakai,
editor. Low Back Pain Pathogenesis and Treatment. Croatia:In Tech;2012. P
79-90
17. Dagny Holle, Anke Heber, Steffen Naegel, Hans Christoph Diener, Zaza
Katsarva, Mark Obermann. Influences of smoking and caffeine consumption
on trigeminal pain processing. The journal of Headache and Pain 2014
18. European Guideline For Prevention in Low Back Pain. November 2004
19. Saladin. Anatomy and physiology: The unity of form and function. The
McGrawHill Companies. 2003
20. Rita Neli Vilar Furtado, Luiza H.R, Bruno de Arruda A, Fernanda Justo
Descio, Celso Eduardo Martucci J, Debora C.S. Nonspecific low back pain in
young adults: Associated risk factor. Elsevier. Brazil. 2014
21. Derek Tobim, Tom Shaw. Ellen Daly. Obesity and low back pain A review of
the literature. Greater Glashgow Back Pain Service (GGBPS). Maret. 2009
22. Saladin. Human anatomy. The McGrawHills Company. 2004
23. Tortora GJ & Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12th
Edition. USA: Johne Wiley & Sons, Inc.2009
24. Buckwalter JA, Mow VC, Boden SD, Eyre DR, Weidenbaum M. In:
Buckwalter JA, Einhorn TA, Simon SR, editors. Orthopaedic Basic Science.
2nd edition. American Academy of Orthopaedic Surgeon; 2000. P 547-566
25. M, Rathore, D.K Sharma, Manisha B.S, Siddiqui, Soumitra Trivedi. A
focused review Thoracolumbar spine: anatomy, biomechanics and clinical
significance. Indian Journal of Clinical Anatomy and Physiology. 2014

58
26. Peh, W. Image-guided facet joint injection. Biomedical Imaging and
Intervention Journal.2011
27. Elsevier [Internet].Nikolai Bogduk. Lumbar Facet Syndrom. [date unknown]
cited July 2015.p 769-774. Available from:
http://www.us.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9780721603346/C
hapter%2084.pdf
28. Makku Kankaanpaa. Lumbar Muscle function and dysfunction in low back
pain. Department of Physical and rehabilitation and department of physiology
university of Kuopio. Finland
29. Margareta Nordin, Victor H.F. Basic Biomechanics of the musculoskeletal
system. 2nd ed. Lea& Febiger. Philadelphia,London. 1989
30. Everett C Hills. Mechanical Low Back Pain. Medscape.2015
31. Ashok Biyani, Gunnar B. J Andersson. Low Back Pain: Patophysiology and
Management. Jurnal of American Academy of Orthopaedic Surgeon. Chicago.
2004
32. Martin Roland, Jeremy Fairbank. The Roland Morris Disability Questionnaire
and the Oswestry Disablity Questionnaire. Lippincot Williams & Wilkins.
2000
33. Harreby M, Nygaard B, Jessen T, et al. Risk factors for low back pain in a
cohort of 1389 Danish school children: an epidemiologic study. European
Spine Journal. 1999;8(6):444-450
34. WHO. The Asia-Pacific perspective: Redefining obesity and its treatment.
2000
35. M. Sopiyudin Dahlan. Langkah-langkah membuar proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan. Seri 3. Seri Evidence Based Medicine Edisi 2.
Sagung Seto. 2009
36. Sudigdo S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta Sagung Seto.
2008
37. Lemeshow S, Hormer DW, Klar J, Lwanga SK. Adequacy of sample size in
health studies. John Wiley & Sons. 1993
38. Umile Giuseppe Longo,Mattia Loppini,Luca Denaro,Nicola Maffuli,
Vincenzo Denaro. Rating Scales for LBP. Oxford University Press. 2010

59
39. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN. Buku panduan Keterampilan
Klinik Dasar. 2014
40. Bickley L.S, Szilagyi PG. Bates Guide to Physical Examination and History
Taking. 9th edition. Lippincot Williams & Wilkins. 2007
41. Peter A Leggat, Derek R Smith, Michele J Clark. Prevalence and Correlates of
low back painamong occupational therapy students in Northern
Queensland.CJOT. 2007
42. Asdrubal Falavigna, Alisson R. T, Thais Mazzocchin, Gustavo Lisboa de
Braga, Fabrico Diniz Kleber, Felipe B, et al. Increased prevalence of low back
pain among physiotherapy students compared to medical students. Eur Spine
J. 2011
43. Mustafa Ahmed Alshagga, Amal R.Nimer, Looi Pui Y, Ibrahim Abdel A. I,
Saeed S Al-Ghamdi, Sami Abdo Radman Al-Dubai. Prevalence and factor
associated with neck, shoulder and Low Back Pains among medical students
in a Malaysian Medical College. BMC research. 2013
44. Rahman Shiri, Jaro Karppinen, Palvi Leino_Arjas, Svetiana Solovieva, Eira
V.J. The Association Between Obesity and Low Back Pain: A Meta-Analysis.
American Journal of Epidemiology. 2009
45. Oded Hershkovich, Alon Friedlander, Barak Gordon, Harel Arzi, Estela
Derazne, dorit Tzur, et al. Association of Body Mass Index and Body Height
With Low Back Pain in 829,791 Adolescent. American Journal of
Epidemiology. 2013
46. Roger BF, Christopher DK, Margarete C, Bridgett RW, Joseph LR, Sex,
Gender and Pain: A review of recent clinical and experimental findings, J Pain
2009; p21
47. Sara Karbaleifar, Mohammad Nasiri, Mir Hamid Salehian. The effects of
caffeine on perceived pain of muscles. Annals of biological research. Iran.
2011
48. Budiarto. Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta,
EGC. 2004 p (58-60)

60
LAMPIRAN

Lampiran 1

Uji Validitas RDQ LBP Satu Minggu Terakhir

61
Lampiran 2

Uji Validitas LBP Satu Tahun Terakhir

62
Lampiran 3 Lampiran 4

Uji Reliabilitas RDQ LBP Satu Uji Reliabilitas RDQ LBP Satu
Minggu Terakhir Tahun Terakhir

Case Processing Summary Case Processing Summary


N % N %
Valid 31 100.0 Valid 31 100.0
a a
Cases Excluded 0 .0 Cases Excluded 0 .0
Total 31 100.0 Total 31 100.0
a. Listwise deletion based on all a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure. variables in the procedure.

Reliability Statistics Reliability Statistics


Cronbach's Alpha N of Items Cronbach's Alpha N of Items
.742 17 .877 17

63
Lampiran 5

UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kebiasaan olahraga .539 225 .000 .257 225 .000
minum kopi .522 225 .000 .386 225 .000
kelamin .420 225 .000 .601 225 .000
kategoriIMT .491 225 .000 .490 225 .000
kat.lbp1minggu .527 225 .000 .363 225 .000
katergori lbp 1 .505 225 .000 .452 225 .000
tahun
a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 6
ANALISIS UNIVARIAT
Statistics
Kategori Kat.Lbp1 Katergori
Kelamin Olahraga Kopi
IMT minggu Lbp 1 Tahun
Valid 225 224 225 225 225 225
N
Missing 0 1 0 0 0 0
Mean 1.6533 1.7991 1.8889 1.8311 2.0444 2.1556
Median 2.0000 2.0000 2.0000 2.0000 2.0000 2.0000
Std. .47697 .40157 .31497 .37549 .40946 .61802
Deviation
Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Maximum 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 3.00

Kat.lbp1minggu
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
lbp 25 11.1 11.1 11.1
Valid non-lbp 200 88.9 88.9 100.0
Total 225 100.0 100.0

64
Katergori lbp 1 tahun
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
lbp 38 16.9 16.9 16.9
Valid non-lbp 187 83.1 83.1 100.0
Total 225 100.0 100.0

Kategori IMT

Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
OW 45 20.0 20.1 20.1
Valid normal 180 79.6 79.9 100.0
Total 224 99.6 100.0
Missing System 0 0
Total 225 100.0

Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
laki-laki 78 34.7 34.7 34.7
Valid perempuan 147 65.3 65.3 100.0
Total 225 100.0 100.0

kopi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
regular 28 12.4 12.4 12.4
kadang-kadang 134 59.6 59.6 72.0
Valid
tidak pernah 63 28.0 28.0 100.0
Total 225 100.0 100.0
olahraga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
regular 14 6.2 6.2 6.2
kadang-kadang 187 83.1 83.1 89.3
Valid
tidak pernah 24 10.7 10.7 100.0
Total 225 100.0 100.0

65
66
Lampiran 7
ANALISIS BIVARIAT
SATU MINGGU TERAKHIR
Crosstab
kat.lbp1minggu
Total
lbp non-lbp
Kategori IMT 1.00 Count 4 41 45
% of Total 1.8% 18.2% 20.0%
2.00 Count 21 159 180
% of Total 9.3% 70.7% 80.0%
Total Count 25 200 225
% of Total 11.1% 88.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .281a 1 .596
Continuity Correctionb
.070 1 .791
Likelihood Ratio .295 1 .587
Fisher's Exact Test .792 .411
Linear-by-Linear
.280 1 .597
Association
N of Valid Cases 225
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
kat.lbp1minggu Total
lbp non-lbp
kelamin laki-laki Count 7 71 78
% of Total 3.1% 31.6% 34.7%
perempuan Count 18 129 147
% of Total 8.0% 57.3% 65.3%
Total Count 25 200 225
% of Total 11.1% 88.9% 100.0%

67
Crosstab
kat.lbp1minggu Total
lbp non-lbp
Count 0 14 14
regular
% of Total 0.0% 6.2% 6.2%
Count 23 164 187
olahraga kadang-kadang
% of Total 10.2% 72.9% 83.1%
Count 2 22 24
tidak pernah
% of Total 0.9% 9.8% 10.7%
Count 25 200 225
Total
% of Total 11.1% 88.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.205a 2 .332
Likelihood Ratio 3.761 2 .153
Linear-by-Linear .212 1 .645
Association
N of Valid Cases 225
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.56.

Crosstab
kat.lbp1minggu Total
lbp non-lbp
Count 4 24 28
regular
% of Total 1.8% 10.7% 12.4%
Count 14 120 134
kopi kadang-kadang
% of Total 6.2% 53.3% 59.6%
Count 7 56 63
tidak pernah
% of Total 3.1% 24.9% 28.0%
Count 25 200 225
Total
% of Total 11.1% 88.9% 100.0%

68
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .345a 2 .841
Likelihood Ratio .326 2 .850
Linear-by-Linear .093 1 .760
Association
N of Valid Cases 225
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.11.

SATU TAHUN TERAKHIR

Crosstab
katergori lbp 1 tahun
Total
lbp non-lbp
Count 7 38 45
1.00
% of Total 3.1% 16.9% 20.0%
kategoriIMT
Count 31 149 180
2.00
% of Total 13.8% 66.2% 80.0%
Count 38 187 225
Total
% of Total 16.9% 83.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .071a 1 .790
Continuity Correction b
.002 1 .965
Likelihood Ratio .072 1 .788
Fisher's Exact Test 1.000 .494
Linear-by-Linear
.071 1 .790
Association
N of Valid Cases 225
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.60.
b. Computed only for a 2x2 table

69
Crosstab
katergori lbp 1 tahun
Total
lbp non-lbp
kelamin laki-laki Count 13 65 78
% of Total 5.8% 28.9% 34.7%
perempuan Count 25 122 147
% of Total 11.1% 54.2% 65.3%
Total Count 38 187 225
% of Total 16.9% 83.1% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .004a 1 .948
Continuity Correction b
.000 1 1.000
Likelihood Ratio .004 1 .948
Fisher's Exact Test 1.000 .554
Linear-by-Linear
.004 1 .948
Association
N of Valid Cases 225
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.17.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab
katergori lbp 1 tahun Total
lbp non-lbp
Count 1 13 14
regular
% of Total 0.4% 5.8% 6.2%
Count 34 153 187
olahraga kadang-kadang
% of Total 15.1% 68.0% 83.1%
Count 3 21 24
tidak pernah
% of Total 1.3% 9.3% 10.7%
Count 38 187 225
Total
% of Total 16.9% 83.1% 100.0%

70
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 1.499a 2 .472
Likelihood Ratio 1.736 2 .420
Linear-by-Linear .018 1 .892
Association
N of Valid Cases 225
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.36.

Crosstab
katergori lbp 1 tahun Total
lbp non-lbp
Count 3 25 28
regular
% of Total 1.3% 11.1% 12.4%
Count 28 106 134
kopi kadang-kadang
% of Total 12.4% 47.1% 59.6%
Count 7 56 63
tidak pernah
% of Total 3.1% 24.9% 28.0%
Count 38 187 225
Total
% of Total 16.9% 83.1% 100.0%

71
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.791a 2 .150
Likelihood Ratio 3.965 2 .138
Linear-by-Linear .303 1 .582
Association
N of Valid Cases 225
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 4.73.

RISK ESTIMATE
SATU MINGGU TERAKHIR
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower Upper
Odds Ratio for kategoriIMT (1.00 / 2.00) .739 .240 2.271
For cohort kat.lbp1minggu = lbp .762 .275 2.109
For cohort kat.lbp1minggu = non-lbp 1.031 .928 1.146
N of Valid Cases 225

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower Upper
Odds Ratio for kelamin (laki-laki / perempuan) .707 .282 1.773
For cohort kat.lbp1minggu = lbp .733 .320 1.679
For cohort kat.lbp1minggu = non-lbp 1.037 .946 1.137
N of Valid Cases 225

72
SATU TAHUN TERAKHIR
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower Upper
Odds Ratio for kategoriIMT (1.00 / 2.00) .885 .362 2.165
For cohort katergori lbp 1 tahun = lbp .903 .426 1.917
For cohort katergori lbp 1 tahun = non-lbp 1.020 .885 1.176
N of Valid Cases 225

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Lower Upper
Odds Ratio for kelamin (laki-laki / perempuan) .976 .468 2.035
For cohort katergori lbp 1 tahun = lbp .980 .532 1.806
For cohort katergori lbp 1 tahun = non-lbp 1.004 .888 1.136
N of Valid Cases 225

73
Lampiran 8

Perizinan Penggunaan dan Penerjemahan RDQ

74
Lampiran 9

Informed Consent

75
Lampiran 10
Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Nama :
NIM :
Angkatan :
Usia :
Jenis kelamin :
Nomor hp :

Pengukuran BMI
Berat Badan :
Tinggi Badan :
BMI :
1. Berapa kali anda biasa berolahraga?
a. Tidak pernah
b. Kadang kadang (1-2x per minggu)
c. Rutin (setiap hari)
2. Olahraga apa yang biasanya anda lakukan?............
3. Berapa kali anda biasanya meminum kopi?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang (1-2x per minggu)
c. Rutin (setiap hari)
4. Berapa lama rata-rata anda duduk dalam satu hari?
a. 6-9 jam
b. lebih dari 9 jam
5. Di mana biasanya anda belajar?
a. tempat tidur
b. meja belajar
c. keduanya
6. Berapa Sering Anda menggunakan Tas Punggung Berat (seberat > 4 Kg) ke
kampus ?
a. Tidak Pernah
b. Kadang-kadang (1-2x per minggu)
c. Rutin (Setiap Hari)
7. Dengan menggunakan apa anda pergi ke kampus?
a. Mobil

76
b. Sepeda Motor
c. Sepeda
d. Jalan Kaki
e. Yang lainnya….
8. Apakah anda pernah mengalami kecelakaan atau penyakit yang berhubungan
dengan tulang belakang? (ya/tidak)
Jika ya, apa penyakitnya?...........
Apabila telah ke dokter, apa diagnosis dokter?.............

77
Translated Rolland-Morris Questionnaire

Seminggu Terakhir Setahun Terakhir


No. Pernyataan
Ya Tidak Ya Tidak
Saya menghabiskan banyak
1 waktu di rumah karena
punggung saya
Saya sering berganti posisi
2 untuk membuat punggung saya
nyaman
Saya berjalan lebih lambat dari
3
biasanya karena punggung saya
Saya tidak melakukan aktivitas
sehari hari di rumah yang biasa
4
saya lakukan karena punggung
saya
Saya lebih sering berbaring
5 untuk istirahat karena
punggung saya
Saya membutuhkan bantuan
orang lain untuk melakukan
6
sesuatu bagi saya karena
punggung saya
Saya hanya bisa berdiri
7
sebentar karena punggung saya
Saya menghindari untuk
8 membungkukkan badan atau
berlutut karena punggung saya
Saya merasa sulit untuk
9 berganti posisi saat berbaring
karena punggung saya
Nafsu makan saya menurun
10
karena punggung saya
Saya kesulitan ketika memakai
11 kaus kaki atau stoking karena
nyeri punggung saya
Saya hanya bisa berjalan jarak
12 dekat karena nyeri punggung
saya
Saya tidak bisa tidur nyenyak
13
karena punggung saya
Saya menghindari pekerjaan
berat karena punggung saya
14
(contoh: mengangkat atau
mendorong benda berat)
Saya lebih mudah tersinggung
15 dengan orang lain daripada
biasanya karena nyeri

78
Seminggu Terakhir Setahun Terakhir
No. Pernyataan
Ya Tidak Ya Tidak
punggung saya
Saya naik tangga lebih lambat
16 dari biasanya karena punggung
saya
Saya berbaring di tempat tidur
17 hampir setiap waktu karena
punggung saya
Saya berpegangan ketika naik
18
tangga karena punggung saya
Saya harus memegang sesuatu
19 untuk berdiri dari kursi karena
punggung saya
Saya berpakaian lebih lambat
20 dari biasanya karena punggung
saya
Saya merasa sulit untuk berdiri
21 dari kursi karena punggung
saya
Punggung saya nyeri hampir
22
setiap saat
Orang lain membantu saya
23 untuk berpakaian karena nyeri
punggung saya
Saya duduk sepanjang hari
24
karena punggung saya

79
Lampiran 11
Ethical clearance

80
Lampiran 12

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Adlina Zahra


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juli 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pondok Duta Raya no. 22 Pondok Duta 1 Cimanggis,
Depok
Nomor telepon/HP : 08567228383
Email : zahradlin@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. TKIT Nurul Fikri (1999-2000)
2. SDIT Nurul Fikri (2000-2006)
3. SMPN 68 Jakarta (2006-2009)
4. SMAN 28 Jakarta (2009-2012)
5. Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN (2012-Sekarang)

81

Anda mungkin juga menyukai