Anda di halaman 1dari 6

12.

Sintesis Penyakit1,2,3

Definisi Anemia Aplastik


Anemia adalah suatu sindrom kegagalan sum-sum tulang yang ditandai dengan
pansitopenia perifer dan hipoplasia sum-sum tulang.
Aplasia sumsum tulang:
Jumlah atau fungsi:
jaringan hemopoietik (blood forming-elements) ® berkurang ® aktivitas sumsum tulang ¯
® pembentukan sel-sel darah dewasa ¯
Selain istilah anemia aplastik yang paling sering digunakan, masih ada istilah – istilah
lain seperti anemia hipoplastik, anemia refrakter, hipositemia progresif, anemia
aregeneratif, hipositemia progresif, anemia aregeneratif, aleukia hemoragika,
panmieloftisis dan anemia paralitik toksik.Anemia aplastik dapat diwariskan atau
didapat. Perbedaan antara keduanya bukan pada usia pasien, melainkan berdasarkan
pemeriksaan klinis dan laboratorium.
Etiologi Anemia Aplastik
Anemia aplastik bisa berupa kelainan kongenital (genetik) bisa berupa kelainan yang di
dapat. Sebagai kelainan kongenital anemia aplastik dibedakan menjadi dua kelompok :
1. Aplasia yang hanya mengenai salah satu dari sel. Misalnya :
-Anemia hipoplastik kongenital (erithroblastopenia)→ seri eritropoetik
-Agranulositosis, genetik infanital (agranulositosis) → seri granulopoetik
-Amegakaryolite trombositopeni purpura → seri trombopoetik.
2. Aplasia yang mengenai seluruh seri hematopoetik dan biasanya disertai dengan
kelainan kongenital. Misalnya :
-Sindrom kongenital
-Diskeratosis bawaan.
-Anemia aplastik konstitusional tampa kelainan kulit atau tulang.
Sedangkan anemia aplastik yang di dapat adalah yang berasal dari
1. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan, seperti: Radiasi, benzen, bahan-bahan toxic
seperti insektisida, obat-obatan sitosantika, kloramphenicol,
oksiperbutazon, sulfonamid.dll.
2. Virus, seperti: Hepatitis virus, sitomegalo virus, dengue, hespes simplex, robeola dan
varicella.
3. Idiopatik. Kelompok ini merupakan kelompok yang terbesar, hampir 50 % penderita
anemia aplasik tergolong idiopatik, pengertian idiopatik tidak menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab, sekalipun sampai saat ini belum terbukti.
Epidemiologi Anemia Aplastik
Relatif jarang ditemukan. Insidens berkisar antara 2-6 kasus per 1 juta penduduk per
tahun. Umumnya terjadi pada usia 15-25 tahun; puncak insidens kedua (lebih jarang)
terjadi setelah usia 60 tahun.
Klasifikasi Anemia Aplastik
Klasifikasi Kriteria
1. Anemia aplastik berat
Selularitas sumsum tulang < 25%
Sitopenia, minimal dua dari tiga seri sel Hiitung neutrofil < 50 /µL
darah Hiitung trombosit < 20.000 /µL
Hiitung retikulosit absolute ,
60.000 / µL
2. Anemia aplastik sangat berat Sama seperti criteria anemia aplastik
berat, kecuali Hiitung neutrofil <
200 /µL
3. Anemia aplastik tidak berat Sumsum tulang hiposeluler, namun
sitopenia tidak memenuhi criteria
berat.

Patofisiologi Anemia Aplastik


Anemia aplastik terjadi ketika terjadi kerusakan sumsum tulang yang mengakibatkan
lambatnya atau bahkan berhentinya produksi sel sel darah baru.
Sumsum tulang adalah jaringan berwarna merah, dengan struktur seperti spons yang
terdapat dalam tulang yang menghasilkan sel induk (stem cell), dari sel induk ini
terbentuklah sel-sel lain. Stem sel di sumsum tulang memproduksi sel – sel darah merah,
sel darah putih dan trombosit. Pada anemia aplastik, sumsum tulang berada pada kondisi
aplastic (a=tidak, plastic=jaringan) atau hipoplastic (hipo=rendah/sedikit,
plastic=jaringan)- yang berarti bahwa sumsum tulang itu kosong (aplastik) atau
mengandung sel darah yang sangat sedikit (hipoplastik).
Manifestasi klinis Anemia Aplastik
Pada sebagian besar penderita anemia aplasik didapat gejala pertama adalah anemia
dengan atau tanpa pendarahan. Sering pula disertai dengan demam dan tanda-tanda
infeksi. Pendarahan dapat berupa purpura, epistaxia, bahkan dapat terjadi pendarahan
gastrointestinal. Infeksi mudah terjadi karena adanya granulositopenia. Pembesaran kel
limfe dan limpa tidak dijumpai karena sifatnya aplasia pada sistem hematopoetik, sering
juga dijumpai adanya ukresi mulut dan tenggorokan. Keadaan anemia akan menyebabkan
berbagai gejala seperti pucat, anorexia, lemah, sesak, jantung berdebar-debar dan bahkan
bisa jatuh ke decompensasio cordis.

Tatalaksana Anemia Aplastik


Secara garis besarnya terapi untuk anemia aplastik terdiri atas:
1. Terapi kausal;
2. Terapi suportif;
3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang: terapi untuk merangsang
pertumbuhan sumsum tulang;
4. Terapi definitif yang terdiri atas:
a. Pemakaian anti-lymphocyteglobuline;
b. transplantasi sumsum tulang
Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan
pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang diketahui, tetapi sering hal ini sulit
dilakukan karena etiologinya yang tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
Terapi Suportif
Terapi untuk mengatasi akibat pansitopenia.
1. Untuk mengatasi infeksi antara lain:
a. Hygiene mulut
b. Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat.
Sebelum ada hasil biakan berikan antibiotika berspektrum luas yang dapat
mengatasi kuman gram positif dan negatif. Biasanya dipakai derivat penisilin
semisintetik (ampisilin) dan gentamisin. Sekarang lebih sering dipakai sefalosporin
generasi ketiga. Jika hasil biakan sudah datang, sesuaikan antibiotika dengan hasil
tes kepekaan. Jika dalam 5-7 hari panas tidak turun, pikirkan infeksi jamur, dapat
diberikan amphotericin—B atau flukonasolparenteral,
c. Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat kuman gram negatif,
dengan netropenia berat yang tidak memberikan respons pada antibiotikaadekuat.
Granulosit konsentrat sangat sulit dibuat dan masa efektifnya sangat pendek.
2. Usaha untuk mengatasi anemia: berikan transfuse packed red cell (PRC) jika
hemoglobin <7 g/dl atau ada tanda payah jantung atau anemia yang sangat
simtomatik. Koreksi sampai Hb 9-10 g%, tidak perlu sampai Hb normal, karena akan
menekan eritropoesisinternal. Pada penderita yang akan dipersiapkan untuk
transplantasi sumsum tulang pemberian transfusi harus lebih berhati-hati.
3. Usaha untuk mengatasi perdarahan: berikan transfusi konsentrat trombosit jika
terdapat perdarahan major atau trombosit < 20.000/mm. Pemberian trombosit
berulang dapat menurunkan efektivitas trombosit karena timbulnya antibodi
antitrombosit. Kortikosteroid dapat mengurangi perdarahan kulit.
Terapi untuk Memperbaiki Fungsi Sumsum Tulang
Beberapa tindakan di bawah ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan sumsum
tulang meskipun penelitian menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, contohnya:
1. Anabolik steroid: dapat diberikan oksimetolon atau stanozol. Oksimetolon diberikan
dalam dosis 2-3 mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-12 minggu. Awasi efek
samping berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
2. Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah: fungsi steroid dosis rendah belum
jelas. Ada yang memberikan prednison 60—100 mg/hari, jika dalam 4 minggu tidak
ada respons sebaiknya dihentikan karena memberikan efek samping yang serius.
GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah netrofil, tetapi
harus diberikan terus menerus. Eritropoetinjugadapat diberikan untuk mengurangi
kebutuhan transfusi sel d .u uli merah.
Terapi Definitif
Terapi definitif adalah terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas 2 jenis pilihan terapi.
Terapi imunosupresif antara lain:
a. pemberian anti lymphocyte globuline: Anti lymphocyte globuhn (ALG) atau anti
thymocyteglobulin (ATG) dapat menekan proses imunologik. ALG mungkin juga
bekerja melalui pcningkatan pelepasan haemopoieticgrowthfactor. Sekitar 40-70%
kasus memberi respons pada ALG, meskipun sebagian respons bersifat tidak
komplit (ada defek kualitatif/ kuantitatif). Pemberian ALG merupakan pilihan
utama untuk penderita anemia aplastik yang berumur di atas 40 tahun.
b. terapi imunosupresif lain: pemberian metilprednisolon dosis tinggi dengan/atau
sisklosporin-A dilaporkan memberikan hasil pada beberapa kasus, tetapi masih
memerlukan konfirmasi lebih lanjut. Pernah juga dilaporkan keberhasilan pem-
beriansiklofosfamid dosis tinggi.
2. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan harapan
kesembuhan, tetapi biayanya sangat mahal, memerlukan peralatan canggih, serta
adanya kesulitan dalam mencari donor yang kompatibel. Transplantasi sumsum
tulang, yaitu:
a. merupakan pilihan untuk kasus berumur di bawah 40 tahun;
b. diberikan siklosporin A untuk mengatasi GvHD (grafi versus hostdisease)
c. transplantasi sumsum tulang memberikan kesembuhan jangka panjang pada 60-
70% kasus, dengan kesembuhan komplit.
Komplikasi Anemia Aplastik
Infeksi berat (dapat berakibat fatal) perdarahan, gagal jantung pada anemia berat.
Komplikasi yang paling sering terjadi dari anemia aplastik ini adalah perdarahan dan
rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan karena kurangnya kadar trombosit dan
kurangnya kadar leukosit. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kadar leukosit dan
trombosit ini menurun diakibatkan kegagalan sumsum tulang.
Terapi anemia aplastik juga dapat menyebabkan komplikasi pada penderita
anemia aplastik ini. Komplikasi yang dimaksud adalah GVHD (Graf-Versus-Host-
Disease) hal ini merupakan kegagalan dari terapi transplantasi sumsum tulang.
Transplantasi sumsum tulang merupakan salah satu terapi untuk penderita Anemia
aplastik. Terai ini dapat dilakukan jika pasien masih muda dan HLA pendonor cocok
dengan penderita. HLA yang cocok biasanya jka berasal dari saudara kandung atau orang
tua penderita. GVHD terjadi sebagai bukti bahwa terapi yang dilakukan gagal.
Prognosis Anemia Aplastik
Tergantung pada derajat penyakitnya. Pada tahun pertama setelah didiagnosis, pasien
dengan anemia aplastik berat memilikinsurvival rate sekitar 20%. Pada umumnya pasien
meninggal karena infeksi, perdarahan, atau komplikasi transfusi darah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chris Tanto dkk (editor). 2014. Kapita selekta kedokteran Jilid II Edisi keempat.
Jakarta : Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI.
2. Bakta, I.M . 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.
3. Sudoyo, Aru W. 2014. Anemia Aplastik dalam Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta :
FKUI

Anda mungkin juga menyukai