Anda di halaman 1dari 8

Mixed Germ Cell Tumor Ovarium dengan Komponen

Endodermal Sinus Tumor dan Teratoma Matur

Nur Silfiah, Ni Putu Ekawati, I Wayan Juli Sumadi


Bagian/SMF Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar

ABSTRAK

Mixed germ cell tumor ovarium merupakan neoplasma ovarium yang jarang ditemukan. Tumor ini
minimal terdiri dari dua komponen germ cell tumor dan minimal satu diantaranya bersifat primitif.
Berikut kami laporkan satu kasus mixed germ cell tumor ovarium terdiri dari elemen endodermal
sinus tumor dan teratom matur. Pasien seorang wanita berusia 29 tahun dengan perut membesar
sejak 3 bulan. Durante operasi didapatkan massa tumor ovarium kiri berukuran 16x13x9 cm. Secara
makroskopis tumor mengandung bagian kistik dan solid. Pada pemeriksaan mikroskopis didapatkan
gambaran histopatologi yang khas untuk endodermal sinus tumor dan teratoma matur, disimpulkan
sebagai mixed germ cell tumor ovarium dengan komponen endodermal sinus tumor dan teratoma
matur. [MEDICINA 2014;45:127-9]

Kata kunci: mixed germ cell tumor, ovarium, endodermal sinus tumor, teratoma

Mixed Germ Cell Tumor Ovarium Consists of


Endodermal Sinus Tumor and Matur Teratoma Element

Nur Silfiah, Ni Putu Ekawati, I Wayan Juli Sumadi


Department of Pathology Anatomic, Udayana University Medical School/ Sanglah Hospital Denpasar

ABSTRACT
Ovarian mixed germ cell tumor is a very rare neoplasm. Mixed germ cell tumors are composed of
at least two different germ cell elements of which one is primitive. We report one case of ovarian mixed
germ cell tumor consists of endodermal sinus tumor and matur teratoma element. 29-year-old female
patient came with abdominal mass since 3 months. There was a 16x13x9 cm mass in left ovarium. On
macroscopic examination, the tumor consists of cystic and solid part. Microscopic examination revealed
characteristic histopathologic features of endodermal sinus tumor and matur teratoma. We concluded
as mixed germ cell tumor, consists of endodermal sinus tumor and matur teratoma element. [MEDICINA
2014;45:127-9]

Keywords: mixed germ cell tumor, ovary, endodermal sinus tumor, teratoma

PENDAHULUAN minimal satu di antaranya seorang wanita berusia 29 tahun


bersifat primitif. Mixed germ cell dengan gambaran histopatologi

M ixed germ cell tumor


ovarium merupakan
tumor ini bisa mengandung
berbagai kombinasi seperti
didiagnosa sebagai mixed germ cell
tumor ovarium terdiri dari
neoplasma ovarium yang jarang dysgerminoma , teratoma, komponen endodermal sinus
ditemukan, yaitu hanya 2-3% dari endodermal sinus tumor (yolk sac tumor dan teratoma matur. Kasus
malignansi ovarium. Umumnya tumor), dan choriocarcinoma. ini dilaporkan karena merupakan
mengenai usia muda antara 20-30 Kombinasi yang paling sering kasus yang jarang ditemukan,
tahun.1 Germ cell tumor adalah ditemukan secara histopatologi mengenai wanita usia muda, dan
kelompok tumor heterogen yang adalah dysgerminoma dan ditekankan pada aspek
berasal dari stem cell system dan endodermal sinus tumor. klinikopatologinya.
memiliki kemampuan untuk Kombinasi lain yang pernah
berdiferensiasi menjadi berbagai dilaporkan adalah teratoma ILUSTRASI KASUS
jenis sel. Germ cell tumor matur atau imatur, embryonal Pasien seorang wanita 29
sebagian besar terjadi pada gonad, carcinoma, polyembryoma, dan tahun suku Bali menderita
namun dapat pula terjadi pada choriocarcinoma . Tumor ini pembesaran perut sejak 3 bulan
organ ekstragonad.1,2 bersifat agresif lokal dan sering yang lalu. Riwayat perdarahan
Mixed germ cell tumor bermetastasis ke hepar, paru, pervaginam tidak ada. Pasien juga
minimal terdiri dari dua peritoneum, dan omentum.2-4 mengeluh demam, nafsu makan
komponen elemen germ cell dan Berikut dilaporkan satu kasus menurun, dan terdapat

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 127


Mixed Germ Cell Tumor Ovarium dengan Komponen Endodermal Sinus Tumor dan Teratoma Matur | Nur Silfiah, dkk.

penurunan berat badan. Pada


pemeriksaan fisik ditemukan
adanya pembesaran abdomen,
tetapi belum dilakukan
pemeriksaan áFP serum.
Kemudian dilakukan operasi
oovorektomi sinistra di salah satu
rumah sakit swasta di Bali.
Durante operasi didapatkan
massa tumor pada ovarium kiri
berukuran 16x13x9 cm dan Gambar 2. Bagian tumor yang
dikirim ke laboratorium patologi Gambar 1. Foto makroskopis
tumor, terdapat bagian solid dan menunjukkan gambaran teratoma
anatomi. matur. Tampak epitel permukaan
Pada pemeriksaan makrosko- kistik. Tampak gigi pada bagian
terdiri dari epitel skuamus, di bawah
pis tampak massa tumor yang kistik. epitel tampak jaringan ikat kolagen,
mengandung bagian kistik dan kelenjar sebasea, dan lemak
solid. Pada bagian kistik (pembesaran 40x, pewarnaan HE).
ditemukan adanya rambut, gigi
dan jaringan lemak. Sementara
pada bagian solid tampak
berwarna kecoklatan dengan
konsistensi rapuh (Gambar 1).
Pada pemeriksaan mikrosko-
pis tampak dinding kista pada
bagian tumor yang kistik terdiri
dari jaringan ikat kolagen ditutupi
epitel berlapis skuamus
menyerupai epidermis kulit.
Terdapat pula kelenjar sebasea, Gambar 3. A. Bagian tumor yang menunjukkan pola retikuler,
jaringan lemak, dan serat saraf
terdapat mikrokistik yang saling berhubungan dilapisi sel-sel primitif
tepi. Pada beberapa bagian
(pembesaran 100x, pewarnaan HE). B. Tampak sel-sel primitif, di
tampak jaringan tulang dan
antaranya banyak hyalin globule (pembesaran 100x, pewarnaan HE)
tulang rawan matur. Bagian
tumor yang solid menunjukkan
gambaran mikroskopis yang
bervariasi. Sebagian menunjuk-
kan reticular pattern, terdapat
ruang-ruang kistik kecil yang
saling terhubung dilapisi sel-sel
primitif dengan sitoplasma jernih,
inti besar ireguler dan pleomorfik,
dengan anak inti prominen. Pada
beberapa bagian tampak
gambaran Schiller-Duval bodies
tersusun atas single papillae Gambar 4. Bagian tumor yang menunjukkan gambaran polyvesicular
dengan fibrovascular core yang vitelline pattern (pembesaran 40x, pewarnaan HE).
mengandung pembuluh darah
tunggal. Struktur papillae
tersebut dilapisi sel-sel kolumnar
primitif. Tampak banyak fokus
hyalin bodies di antara sel-sel
tumor. Terdapat pula bagian
tumor yang menunjukkan
gambaran polyvesicular vitelline
variant dan hepatoid variant
(Gambar 2-5). Berdasarkan atas
gambaran histopatologi yang khas
tersebut, maka kasus ini
disimpulkan sebagai mixed germ Gambar 5. Tampak struktur Schiller Duval bodies. A. Pembesaran
cell tumor ovarium yang terdiri 100x. B. Pembesaran 400x. (pewarnaan HE).

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 128


Mixed Germ Cell Tumor Ovarium dengan Komponen Endodermal Sinus Tumor dan Teratoma Matur | Nur Silfiah, dkk.

dari komponen endodermal sinus dehydrogenase, dan placental-like Tumours of the Breast and
tumor dan teratoma matur. alkaline phosphatase pada Female Genital Organs.
komponen dysgerminoma.3,8-10 France: IARC; 2003. h. 163-
DISKUSI Semua elemen yang ganas 75.
Mixed germ cell tumor pada mixed germ cell tumor 4. Young RH, Clement PB. Sex
ovarium merupakan neoplasma ovarium memiliki kemampuan cord-stromal, steroid cell, and
ovarium yang jarang ditemukan, untuk metastasis jauh. Tumor germ cell tumors of the ovary.
insiden tumor ini terjadi sekitar metastasis bisa terdiri dari satu Dalam: Mills SE, Carter D,
8-10 persen dari keseluruhan tipe elemen germ cell atau dari Greenson JK, Reuter VE,
primitive germ cell tumor beberapa elemen. Regimen terapi Stoler MH, penyunting.
ovarium.4 Diagnosis ditegakkan harus didasarkan pada komponen Sternberg’s Diagnostic
bila tumor terdiri dari minimal terganas pada tumor tersebut.3 Surgical Pathology. Edisi ke-
dua komponen germ cell tumor Pada kasus ini, monitoring kadar 5. Philadelphia: Lippincott
dan minimal satu di antaranya áFP serum diperlukan untuk Williams & Wilkins; 2010. h.
bersifat primitif.3,4 menilai respon terapi. Penurunan 2309-37.
Tumor ini menunjukkan kadar áFP serum pada pasien 5. Koshy M, Vijayananthan A,
gambaran klinik berupa mixed germ cell tumor ovarium Vadiveloo V. Malignant
ditemukannya pembesaran perut yang mengandung komponen ovarian mixed germ cell
dan adanya peningkatan kadar endodermal sinus tumor tumour: a rare combination.
penanda tumor tertentu pada merupakan indikator prognostik Biomedical Imaging and
serum seperti áFP dan beta- yang penting.7 Intervention Journal.
human chorionic gonadotropin (â- 2005;1(2):1-4.
hCG), yang berkontribusi dalam RINGKASAN 6. Philippe T. Ovarian germ cell
diagnosis dan prognosis penyakit Telah dilaporkan satu kasus malignant tumors [diakses
ini. Namun pada kasus, mixed germ cell tumor dengan tanggal 15 Juni 2013].
pemeriksaan kadar penanda komponen endodermal sinus Diunduh dari: http://
tumor tersebut belum dilakukan tumor dan teratoma matur pada www.orpha.net/data/patho/
sebelum operasi. Pemeriksaan seorang wanita berusia 29 tahun. GB/uk-OVARI.pdf.2004.
kadar penanda tumor juga dapat Diagnosis ditegakkan 7. Kwok KKM, Loke TKL, Hui
digunakan dalam follow-up berdasarkan data klinis, JPK, Lai MHY, Chan JCS.
progresifitas pasien pascaoperasi gambaran makroskopis tumor Malignant mixed germ cell
dan monitoring respon terapi.5-7 mengandung bagian kistik dan tumour of the ovary in a 10
Secara histopatologi, solid, serta mikroskopis year old girl. Journal Hong
kombinasi yang paling sering histopatologi yang khas berupa Kong College of Radiologists.
ditemukan pada mixed germ cell komponen yolk sac tumor 2008;11:92-5.
tumor ovarium adalah (endodermal sinus tumor) dan 8. Malati T. Tumour markers:
dysgerminoma dan yolk sac teratoma matur. an overview. Indian Journal
tumor . Komponen lain yang of Clinical Biochemistry.
pernah dilaporkan adalah DAFTAR PUSTAKA 2007;22(2):17-31.
teratoma matur atau imatur, 1. Talerman A, Vang R. Germ 9. Mittal K, Soslow R,
embryonal carcinoma , Cell Tumors of the Ovary. McCluggage WG. Application
polyembryoma dan Dalam: Kurman RJ, Ellenson of Immunohistochemistry to
choriocarcinoma . Semua LH, Ronnett BM, penyunting. Gynecologic Pathology. Arch
komponen pada mixed germ cell Blaustein’s Pathology of the Pathol Lab Med.
tumor harus disebutkan dalam Female Genital Tract. Edisi 2008;132:402-18.
diagnosis histopatologi.1-7 Pada ke-6. New York: Springer; 10. Prat J. Pathology of cancers
kasus ini, ditemukan komponen 2011. h. 848-92. of the female genital tract.
yolk sac tumor (endodermal sinus 2. Rosai J. Female reproductive International Journal of
tumor) dan teratoma matur. system. Rosai and Gynecology and Obstetrics.
P e m e r i k s a a n Ackerman’s Surgical 2012;119S2:137-50.
imunohistokimia seringkali tidak Pathology. Edisi ke-10. 11. Kwok KKM, Loke TKL, Hui
diperlukan bila gambaran London: Mosby Elsevier; 2011. JPK, Lai MHY, Chan JCS.
histopatologinya sudah jelas. h. 1583-95. Malignant mixed germ cell
Pemeriksaan imunohistokimia 3. Nogales F, Talerman A, tumour of the ovary in a 10
memberikan hasil positif yang Kubik-Huch RA, Tavassoli year old girl. Department of
bermakna tergantung dari FA, Devouassoux- Radiology and Organ Imaging,
komponen tumornya, seperti áFP Shisheboran M. Germ cell United Christian Hospital,
pada komponen endodermal sinus tumours. Dalam: Tavassoli and Department of Radiology,
tumor, â-hCG pada komponen FA, Devilee P, penyunting. Tuen Mun Hospital. Honkong.
choriocarcinoma, lactate WHO Pathology and Genetics 2008;11:92-5.

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 129


MEDICINA • VOLUME 45 NOMOR 2 • MEI 2014
LAPORAN KASUS

PENANGANAN TULI SENSORINEURAL PADA SINDROM RUBELA KONGENITAL

Yudi Mahayana, Suardana W


Bagian/ SMF THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar

ABSTRAK

Infeksi rubela kongenital dapat menyebabkan kematian janin dan defek pada bayi yang dilahirkan.
Diagnosis sindrom rubela kongenital ditegakkan berdasarkan adanya tiga manifestasi klinis yaitu
gangguan pendengaran sensorineural, katarak kongenital, dan penyakit jantung kongenital. Gangguan
pendengaran merupakan manifestasi klinis yang paling sering ditemukan. Dilaporkan satu kasus
gangguan pendengaran sensorineural pada bayi berusia 3 bulan yang dikonsulkan dari bagian Mata
dengan katarak kongenital dan penyakit jantung kongenital. Gangguan pendengaran pada kasus ini
ditegakkan dengan pemeriksaan oto acoustic emission (OAE) dan brainstem evoked response audiometry
(BERA). Penanganan gangguan pendengaran pada kasus ini dengan pemakaian alat bantu dengar
(ABD). [MEDICINA 2014;45:130-3]

Kata kunci: sindrom rubela kongenital, tuli sensorineural, alat bantu dengar

MANAGEMENT OF SENSORINEURAL HEARING LOSS


IN CONGENITAL RUBELLA SYNDROME

Yudi Mahayana, Suardana W


Departement of Ear, Nose and Throat, Udayana University Medical School/
Sanglah Hospital, Denpasar

ABSTRACT

Congenital rubella infection can cause fetal death and birth defects in infants. The diagnosis of congenital
rubella syndrome is based on 3 clinical symptoms which include sensorineural hearing loss, cataract
congenital and congenital heart disease. Hearing loss is the most common symptom found. We reported
a case of sensorineural hearing loss in a 3 months old baby who was consulted by the Opthalmologist
department with congenital catarract and congenital heart disease. Hearing loss in this case was
determined by oto accoustic emission (OAE) and brainstem evoked response audiometry (BERA).
Patient was managed with hearing aid. [MEDICINA 2014;45:130-3]

Keywords: congenital rubella syndrome, sensorineural hearing loss, hearing aid

PENDAHULUAN Tal.4,5 Bila infeksi rubela terjadi (ABD) selama 3-6 bulan, diikuti
pada trimester pertama dengan audio verbal therapy dan

I nfeksi rubela kongenital


dapat menyebabkan
kehamilan maka 90% akan
menimbulkan kelainan, namun
apabila tidak mendapat manfaat
dengan pemakaian ABD,
kematian pada janin dan juga jika terjadi pada trimester kedua dianjurkan untuk dilakukan
dapat menyebabkan defek pada dan ketiga maka 25% akan implantasi koklea.8,9
bayi yang dilahirkan disebabkan menimbulkan kelainan. Program vaksinasi rubela
oleh virus rubela. Virus rubela Kebanyakan bayi yang terinfeksi bertujuan untuk mencegah
adalah merupakan togavirus, rubela pada awalnya asimtomatis, terjadinya infeksi rubela. Virus
hanya didapatkan pada manusia kelainan akan muncul pada usia rubela kurang infeksius jika
dan ditularkan dari orang ke orang 5 tahun. Kelainan yang paling dibandingkan dengan measles dan
melalui saluran napas. Virus ini sering ditemukan adalah influenza. Sebelum adanya
mudah dihancurkan dengan gangguan pendengaran. program vaksinasi, rubela
deterjen, pemanasan dan pH yang Gangguan pendengaran pada endemik di seluruh dunia dan
rendah.1-3 sindrom rubela kongenital adalah terjadi setiap 4-7 tahun. Insiden
Trias rubela kongenital atau tuli sensorineural.4,6,7 rubela kongenital pada negara-
disebut juga sindrom rubela Penanganan gangguan negara berkembang bervariasi
kongenital yaitu gangguan pendengaran sensorineural dalam umur, namun proporsinya
pendengaran, katarak kongenital, kongenital adalah dengan sama dengan negara maju
dan penyakit jantung kongeni- pemakaian alat bantu dengar sebelum adanya program

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 130


Penanganan Tuli Sensorineural Pada Sindrom Rubela Kongenital | Yudi Mahayana, dkk.

vaksinasi yaitu berkisar 15- tidak tahu vaksinasi yang hasil refer pada kedua telinga.
20%.1,10 diberikan. Penderita lahir di Orangtua penderita diberikan
bidan, lahir normal, cukup bulan, penjelasan tentang hasil
ILUSTRASI KASUS berat badan lahir 2100 gram, dan pemeriksaan dan disarankan
Penderita KSN, perempuan 3 langsung menangis. untuk dilakukan pemeriksaan
bulan dikonsulkan bagian mata Hasil pemeriksaan fisik brainstem evoked response
dengan katarak kongenital dan telinga, hidung, dan tenggorok audiometry (BERA).
penyakit jantung kongenital masih dalam batas normal, Pada tanggal 26 April 2012
suspek rubela kongenital, untuk sedangkan pemeriksaan penderita kontrol ke poliklinik
evaluasi kelainan kongenital di behavioral observation THT untuk dilakukan
bidang Telinga Hidung Tenggorok audiometry (BOA), mendapatkan pemeriksaan BERA. Hasil
(THT). Penderita dikeluhkan oleh hasil tidak ada respon terhadap pemeriksaan BERA seperti yang
orangtuanya terdapat bintik stimulus. Kesimpulan dalam tampak pada Gambar 2 yaitu
keputihan pada kedua mata bidang THT belum dapat tidak didapatkan adanya
diketahui sejak seminggu sebelum disingkirkan adanya gangguan gelombang V sampai intensitas 95
ke rumah sakit. Keluhan pendengaran. Saran pemeriksaan dB. Selanjutnya orangtua pasien
gangguan pendengaran tidak timpanometri dan oto acoustic diberikan penjelasan untuk
diketahui oleh orangtuanya. Tidak emission (OAE). pemakaian ABD disertai dengan
ada batuk, pilek, demam, dan Pada tanggal 2 April 2012 menjalani audio verbal therapy.
riwayat keluar cairan dari telinga. dilakukan pemeriksaan Apabila tidak mendapatkan
Tidak ada riwayat penyakit pada timpanometri dan OAE dengan manfaat setelah pemakaian ABD
ibu saat hamil, tidak ada riwayat hasil timpanometri tipe A pada selama 3-6 bulan yang diikuti
vaksinasi pada ibu. Anak kedua telinga, sedangkan hasil dengan audio verbal therapy,
mendapatkan vaksinasi di OAE seperti tampak pada disarankan untuk implantasi
puskesmas namun orangtuanya Gambar 1 yang menunjukkan koklea.

Gambar 1. Hasil pemeriksaan OAE refer pada kedua telinga.

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 131


MEDICINA • VOLUME 45 NOMOR 2 • MEI 2014

kongenital disebabkan karena


kolaps sebagian dari membran
Reissner, perlengketan organ Corti
dan membran Reissner, stria
vaskularis, organ Corti dan
membran tektorial terbungkus
pada sulkus interna. Untuk
mengetahui adanya gangguan
pendengaran pada bayi sangat
sulit sehingga banyak kasus
gangguan pendengaran terlambat
diketahui. Untuk itu pada tahun
2007 Joint Commitee on Infant
Hearing (JCIH) mengeluarkan
protokol tentang skrining
pendengaran yang dilakukan pada
bayi baru lahir di rumah sakit.
Untuk skrining pendengaran pada
bayi baru lahir dilakukan sebelum
bayi keluar dari rumah sakit
dengan melakukan pemeriksaan
OAE dan BERA.8 Pada pasien ini
adanya gangguan pendengaran
baru diketahui pada usia 3 bulan
setelah dikonsulkan oleh bagian
mata dengan adanya kecurigaan
sindrom rubela kongenital. Pasien
dilahirkan di bidan dengan proses
kelahiran normal, cukup bulan,
dan langsung menangis. Setelah
dilakukan serangkaian
pemeriksaan dan dilanjutkan
Gambar 2. Hasil pemeriksaan BERA, tidak tampak gelombang V
dengan pemeriksaan OAE dengan
sampai intensitas 95 dB.
hasil refer pada kedua telinga dan
juga pemeriksaan BERA dengan
DISKUSI pendengaran kongenital, katarak hasil tidak tampak adanya
Sindrom rubela kongenital kongenital, glaukoma kongenital, gelombang V sampai intensitas 95
adalah kelainan kongenital yang dan penyakit jantung kongenital, dB pada telinga kanan dan kiri,
terjadi pada bayi dengan tiga atau satu gejala mayor dan satu kemudian disarankan untuk
manifestasi klinis yaitu gangguan gejala minor seperti purpura, pemakaian ABD disertai dengan
pendengaran, katarak, dan splenomegali, mikrosefali, audio verbal therapy.
penyakit jantung kongenital dan meningoensefalitis, ikterus dalam Tidak ada obat antivirus
juga manifestasi klinis yang waktu 24 jam setelah lahir, dan untuk pengobatan rubela, untuk
lainnya seperti purpura, retardasi mental.4,5 Pada kasus ini itu yang terpenting adalah
splenomegali, mikrosefali, tidak dilakukan pemeriksaan melakukan pencegahan terhadap
retardasi mental, dan laboratorium dengan penularannya. Vaksinasi
meningoensefalitis. Diagnosis pertimbangan secara klinis dikerjakan untuk melindungi
sindrom rubela kongenital pada sindrom rubela kongenital sudah populasi yang berisiko yaitu pada
kasus ini ditegakkan berdasarkan bisa ditegakkan berdasarkan ibu dan bayi. Vaksin rubela
adanya tiga manifestasi klinis dari adanya tiga manifestasi klinis diberikan dalam bentuk
sindrom rubela kongenital yaitu sindrom rubela kongenital. Pada kombinasi dengan measles dan
gangguan pendengaran, katarak, literatur disebutkan bahwa mumps (MMR). Vaksinasi rubela
dan penyakit jantung kongenital. pemeriksaan laboratorium diberikan kepada ibu yang
Ini sesuai dengan yang disebutkan dikerjakan sebagai konfirmasi merencanakan untuk hamil,
pada literatur yaitu kasus sindrom terhadap kasus sindrom rubela maksimal satu bulan sebelum
rubela kongenital secara klinis kongenital.1 hamil. Pada bayi, vaksinasi
yaitu adanya minimal dua dari Gangguan pendengaran yang rubela diberikan pada usia 13
gejala mayor yaitu gangguan terjadi pada sindrom rubela bulan dan selanjutnya diberikan

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 132


Penanganan Tuli Sensorineural Pada Sindrom Rubela Kongenital | Yudi Mahayana, dkk.

pada usia sebelum sekolah.1 Pada in medical virology. London: 7. Banatvala JE. Rubella.
kasus ini riwayat vaksinasi pada Elsevier; 2007. h. 79-93. Lancet. 2004;363:1127-37.
ibu tidak ada, riwayat vaksinasi 3. Cooper LZ, Alford CA. 8. Deborah LC, Hillary LR.
pada bayi di puskesmas namun Rubella. Dalam: Remington Pediatric audiology. Dalam:
orangtuanya tidak tahu vaksinasi JS, Klein JO, penyunting. Bailey BJ. Jonhson
yang diberikan. Infectious diseases of the fetus JT,penyunting. Head and
and newborn infant. neck surgery otolaryngology.
RINGKASAN Philadelphia: Elsevier; 2006. Edisi ke-4. Philodelphia:
Telah dilaporkan satu kasus h.894-926. Lippincott William &
penanganan tuli sensorineural 4. Patrick EB. Sensorineural Wilkins; 2006. h. 1278-89.
yang merupakan bagian sindrom hearing loss. Dalam: Bailey 9. Joseph H. Hearing loss.
rubela kongenital pada seorang B.J, Jonhson JT, penyunting. Dalam: Kliegman RM.
bayi berusia 3 bulan. Diagnosis Head and neck surgery Behrman RE, penyunting.
tuli sensorineural pada kasus ini otolaryngology. Edisi ke-4. Nelson textbook of pediatric.
ditegakkan dengan pemeriksaan Philodelphia: Lippincott Edisi ke-18. Philadelphia: WB
OAE dan BERA, dan telah William & Wilkins; 2006. Saunders elsevier; 2007.
dilakukan penanganan dengan h.1290-302. h. 940-68.
pemakaian ABD. 5. Duszak RS. Congenital ru- 10. Gay NJ, Jennifer MB.
bella syndrome-major review. Reducing the global burden of
DAFTAR PUSTAKA Optometry. 2009;80:36-43. congenital rubella syndrome :
1. Jennifer MB. Rubella. 6. Valley PJ. Infection causes of report of the world health
Seminars in fetal and pediatric hearing impair- organization steering
neonatal medicine. Elsevier. ment. Dalam: Valerie EN, committee on research related
2007;12:182-92. penyunting. Pediatric audio- to measles and rubella
2. Reef S. Rubella Vaccine. logy medicine. London: vaccines and vaccination. JID.
Dalam: Banatvala JE, Whurr publisher; 2002. 2005;192:1890-7.
Peckham C, penyunting. h.185-210.
Rubella viruses, perspectives

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 133


Penanganan Tuli Sensorineural Pada Sindrom Rubela Kongenital | Yudi Mahayana, dkk.

JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN • 134

Anda mungkin juga menyukai