LAPORAN PBL
BLOK KARDIOVASKULER
Kelompok 12A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM
INDONESIA MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
SKENARIO 2
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
sesak nafas terutama bila naik tangga atau berjalan jauh. Sesak memberat bila
pasien beraktivitas atau baring terlentang dan membaik dengan istirahat. Keluhan
disertai bengkak pada kaki dan lebih nyaman tidur dengan 2-3 bantal ditinggikan.
Riwayat penyakit jantung , pernah berobat dengan keluhan yang sama tetapi tidak
teratur.
KATA SULIT
KATA KUNCI
PEMBAHASAN
5. Bagaimana hubungan dari hasil pemeriksaan tanda vital dengan keluhan yang
dialami pasien?
● Takiaritmia
Pada pasien dengan penyakit jantung terkompensasi, aritmia adalah
salah satu penyebab pemicu gagal jantung. Aritmia menimbulkan efek
yang merusak karena sejumlah alasan. Takiaritmia mengurangi periode
waktu yang tersedia untuk pengisian ventrikel selain itu pada pasien
penyakit jantung iskemik takiaritmia juga dapat menyebabkan disfungsi
miokardium iskemik. Pemisahan antara kontraksi ventrikel dan atrial yang
merupakan ciri khas bradiaritmia dan takiaritmia menyebabkan hilangnya
mekanisme pompa atrium sehingga tekanan darah arteri jadi naik. Kinerja
jantung semakin rusak karena hilangnya kontraksi ventrikel yang sinkron
pada aritmia yang disebabkan oleh konduksi tidak normal di dalam
ventrikel.6
● Hiperventilasi
Penyebab adanya dispnea secara umum adalah gagal jantung
kongestif karena perubahan posisi pada pasien akan menyebabkan
perubahan ventilasi dan perfusi. Penyebab adanya sesak nafas pada pasien
jantung biasanya karena hiperventilasi. Hiperventilasi ini terjadi karena
metabolisme tubuh yang terlalu tinggi sehingga mendesak alveolus
melakukan ventilasi secara berlebihan.7
● Hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko utama bagi penyakit jantung dan
stroke. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik
(menurunnya suplai darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri
dada atau angina dan serangan jantung) dari peningkatan suplai oksigen
yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal. Hipertensi
meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan berjalannya waktu
hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena jantung
memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah
yang meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa
jantung setiap menitnya (cardiac output) berkurang. Tapa terapi, gejala
gagal jantung akan makin terlihat.8
● Elektrokardiografi
menunjukan hasil normal,ataupun adanya perubahan iskemik dan
hipertensif. perhatikan adanya bukti aritmia. jika kecurigaan aritmia tinggi,
pemantauan EKG 24 jam secara berkala perlu dilakukan
● Rontgen Dada
Kardiomegali sebagai indikator dilatasi ventrikel kiri dapat tampak
pada rontgen dada. Gambaran edema paru dengan vena pulmonalis yang
tampak jelas, diversi darah ke lobus atas paru, dan garis Kerley B (garis
horizontal dari fisura yang terisi cairan di sudut kostofrenikus). Tingkatan
edema pada rontgen dada adalah sebagai berikut:
● Kateterisasi Jantung
Penting untuk melakukan evaluasi adanya penyakit jantung
koroner sebagai penyebab gagal jantung. Hal itu karena revaskularisasi
koroner (bila diperlukan) dapat memperbaiki fungsi pompa jantung.
Tindakan ini dilakukan setelah gejala gagal jantung dapat distabilkan
dengan terapi medikamentosa optimal, kecuali terdapat bukti objektif
adanya iskemia akut.9
Definisi
Gagal jantung kongestif (CHF), atau biasa disebut gagal jantung adalah
kondisi dimana otot jantung tidak memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Berlawanan dengan konotasi harfiahnya, gagal
jantung tidak berarti bahwa jantung benar-benar gagal bekerja. Ketika gagal
jantung kongestif, kemampuan jantung untuk memompa darah menjadi
lemah dan kurang bertenaga. Seperti, perputaran aliran darah melalui
jantung dan tubuh dengan lebih lambat, menyebabkan meningkatnya
tekanan dalam pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan pembuluh darah
mendorong cairannya ke jaringan tubuh lainnya, menyebabkan
penumpukan di paru-paru, hati, tangan, kaki, dan saluran pencernaan.
Etiologi
Manifestasi Klinis
Setidaknya ada tiga tahapan gejala yang bisa dialami seorang penderita
gagal jantung kongestif, yaitu:
· Sesak napas saat melakukan aktivitas fisik ringan atau ketika sedang
berbaring
· Rasa nyeri di dada yang menjalar hingga tubuh bagian atas. Kondisi ini
bisa juga menandakan adanya serangan jantung
· Pingsan
· Pada kondisi gagal jantung kongestif berat, gejala akan dirasakan ketika
tubuh sedang beristirahat. Pada tahap ini, penderita gagal jantung kongestif
akan mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Faktor Resiko
Salah satu organ yang akan mengalami kegagalan fungsi saat terjadinya
gagal jantung kongestif adalah ginjal. Hal ini terjadi karena berkurangnya
aliran darah ke ginjal. Jika tidak diobati, penderitanya akan mengalami
kerusakan organ ginjal atau gagal ginjal.
Selain ginjal, organ tubuh lain yang dapat mengalami gangguan fungsi
karena gagal ginjal kongestif adalah hati.
3. Aritmia
Salah satu komplikasi berbahaya yang perlu diwaspadai pada gagal jantung
kongestif adalah henti jantung mendadak. Ketika fungsi jantung terganggu
dan tidak segera ditangani, kinerja jantung pun akan mengalami penurunan
drastis dan berisiko mengalami henti jantung mendadak.
Bahkan, pasien dengan gagal jantung kongestif 6–9 kali lebih berisiko
mengalami henti jantung mendadak dibandingkan pasien aritmia.
Epidemiologi
Komplikasi
Klasifikasi
Tatalaksana
2. Emboli Paru
Definisi
Etiologi
Etiologi emboli paru adalah lepasnya thrombus pada vena dalam.
Pembentukan thrombus umumnya disebabkan dan dipengaruhi oleh
gangguan dari triad Virchow, yaitu stasis vena, kerusakan dinding
pembuluh darah, dan hiperkoagulabilitas.
Manifestasi Klinis
Sesak napas yang muncul secara tiba-tiba. Nyeri dada yang bisa menjalar
ke rahang, leher, bahu dan lengan atau nyeri dada yang memberat saat
menarik napas (nyeri pleuritik) Batuk berdahak atau berdarah. Pusing atau
pingsan.
Faktor Resiko
· Tidak bisa bangun dari tempat tidur, misalnya karena lumpuh atau tirah
baring (bed rest) yang lama di rumah sakit
Epidemiologi
Komplikasi
Emboli paru dapat mengalami komplikasi berupa:
· Henti jantung
Tatalaksana
● Antikoagulan
● · Pemasangan kateter
● · Bedah embolektomi
هّٰللا
َ ْضلَّهٗ يَجْ َعل
ص ْد َر ٗه ِ ُّص ْد َر ٗه لِاْل ِ ْساَل ۚ ِم َو َم ْن ي ُِّر ْد اَ ْن ي َ ْفَ َم ْن ي ُِّر ِد ُ اَ ْن يَّ ْه ِديَهٗ يَ ْش َرح
س َعلَى الَّ ِذي َْن اَل هّٰللا َ ِص َّع ُد فِى ال َّس َم ۤا ۗ ِء َك ٰذل
َّ َضيِّقًا َح َرجًا َكاَنَّ َما ي
َ ْك يَجْ َع ُل ُ ال ِّرج َ
يُْؤ ِمنُ ْو َن
Artinya
Daftar Pustaka
1. Muti Syahidah (2017) “Ronki Basah”
2. Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn. Keperawatan Medikal Bedah Buku
Saku untuk Brunner dan Suddarth, Edisi 1, Alih bahasa: Yasmin asih, Editor
Monica Ester, Jakarta: EGC. 2000.Joewono, B .S .2003, Ilmu Penyakit
Jantung, Airlangga University Press, Surabaya.
3. Joewono, B .S .2003, Ilmu Penyakit Jantung, Airlangga University Press, Surabaya.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2016. Panduan
Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah Edisi I.
5. Mindriyah, H. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN NY. M DENGAN KELEBIHAN
VOLUME CAIRAN PADA GAGAL JANTUNG KONGESTIFDI RSUD TIDAR
MAGELANG.
6. Wijaksono, F. D. (2020) “Congestive Heart Failure (CHF) dengan
Ketidakefektifan Pola Napas di RSUD dr. Soekardjo” Universitas Bhakti
Kencana
7. Mugihartadi, Handayani, M. R. (2020) “Pemberian Terapi Oksigenasi dalam
Mengurangi Ketidakefektifan Pola Nafas pada Pasien Congestive Heart
Failuer (CHF) di Ruang ICU/ICCU RSUD Dr. Soedirman Kebumen”
8. Ningrum, A. F. (2019) “ Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Hypertensive
Heart Disease” Universitas Lampung
9. Kalim H. Crash Course Kardiologi dan Kelainan.(2017).Elsevier
Singapore.Pte.Ltd
10. Adabag, S. & Langsetmo, L. (2020). Sudden Cardiac Death Risk Prediction in
Heart Failure
12. Leidi, A., et al. (2022). Risk Stratification in Patients with Acute Pulmonary
Embolism: Current Evidence and Perspectives. Journal of Clinical Medicine,
11(9), pp. 2533.
13. Morrone, D., & Morrone, V. (2018). Acute Pulmonary Embolism: Focus on
the Clinical Picture. Korean Circulation Journal, 48(5), pp. 365-81.