NIM : PO714251201007
KELAS : D4 FARMASI TK. 3
ANAMNESIS PASIEN
1. SKENARIO
Pasien datang sadar ke UGD RSUP Sanglah Denpasar pada tanggal 16 Mei 2017
dengan keluhan sesak napas. Sesak dirasakan sejak satu bulan sebelum masuk rumah
sakit dan memberat dalam satu minggu SMRS. Sesak dirasakan sepanjang hari dan
memberat ketika beraktivitas dan ketika berbaring sehingga pasien menggunakan dua
bantal untuk tidur sesak membaik saat duduk dan berbaring kearah kanan. Pasien
mengatakan sesaknya terjadi perlahan dan memberat sehingga pasien datang ke RS.
Pasien juga mengeluhkan batuk-batuk yang menyertai keluhan sesak nafasnya. Batuk
muncul saat pasien berjalan. Pasien mengaku batuk berdahak, dengan dahaknya
berwarna putih tanpa adanya darah. Pasien menyangkal adanya faktor memperingan
untuk mengurangi rasa batuk. Pasien juga merasakan demam tiga hari SMRS yang
dikatakan tinggi dan hilang ketika diberikan obat penurun panas namun kembali naik.
Demam dirasakan sepanjang hari dan muncul setelah dirasakan sesak. Keluhan seperti
keringat malam dan penurunan berat badan disangkal pasien. Pada saat pemeriksaan,
pasien mengaku keluhan sesak nafasnya sudah berkurang. Hal ini di diakui pasien
setelah dilakukan tindakan berupa water sealed drainage (WSD). Pasien juga
mengatakan lebih nyaman untuk tidak menggunakan nasal kanul. Keluhan seperti
demam dan batuk-batuk sudah tidak dirasakan kembali oleh pasien.
Pertanyaan : Sesak napas ini sudah berapa lama terjadi ?
Jawaban : Sesak dirasakan sejak satu bulan sebelum masuk rumah sakit dan
memberat dalam satu minggu SMRS.
2. DESKRIPSI KASUS
Nama : AAOT
Umur : 70 tahun
No. Rekam Medis : 17021237
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Caregiver : Suami dan anak
Alamat : Perum Dalung Permai A 3 No 3
Tanggal MRS : 16 Mei 2017
Tanggal Pemeriksaan : 30 Mei 2017
Pengobatan : IVFD NaCl 0,9% ~ 20 tetes/menit
Mechanical thrombo-prophilaxis, N acetylsistein 200 mg @8
jam IO, Furosemide 40 mg @24jam,
Pemeriksaan Penunjang : Darah lengkap, kimia klinik, analisis gas darah, sitologi
cairan pleura, foto thorax AP, penapisan Deep Vein Thrombosis.
3. EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi menunjukkan bahwa efusi pleura merupakan salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas tertinggi terkait penyakit pulmonal. Namun, data mengenai
insidensi pasti efusi pleura pada dasarnya sulit ditentukan karena efusi pleura
hanyalah manifestasi dari penyakit yang mendasari.
Data epidemiologi menunjukkan sebanyak 1.5 juta kasus atau sekitar 5 % dari
populasi Amerika Serikat mengalami efusi pleura setiap tahunnya. Efusi pleura paling
banyak disebabkan oleh gagal jantung kongestif, pneumonia bakterial, keganasan,
dan emboli paru. Insidensi efusi pleura diyakini setara antara pria dan wanita,
meskipun 2/3 kasus efusi pleura akibat keganasan muncul pada wanita, umumnya
terkait kanker payudara.
Meskipun umumnya ditemukan pada orang dewasa, kasus efusi pleura pada anak-
anak cenderung meningkat akibat pneumonia atau disebut parapneumonic
effusion. Kasus efusi pleura juga dijumpai pada bayi atau disebut fetal
hydrothorax, tetapi kasus ini jarang terjadi. Tingkat insidensi efusi pleura pada bayi
dilaporkan sekitar 2.2–5.5 per 1.000 kelahiran.
4. ETIOLOGI
Etiologi efusi pleura berbeda sesuai dengan penyakit yang mendasarinya yang dapat
berupa kondisi pulmonal maupun non pulmonal. Etiologi efusi pleura juga
diklasifikasikan berdasarkan jenis cairan transudat dan eksudat.
Berikut merupakan etiologi yang umumnya menyebabkan efusi pleura eksudat, yaitu:
a. Infeksi paru: pneumonia, tuberkulosis, infeksi jamur, pericarditis
b. Keganasan: kanker payudara, limfoma, leukemia, sarkoma, melanoma
c. Penyakit inflamasi: lupus, pankreatitis, rheumatoid arthritis
d. Obstruksi limfatik yang menyebabkan terjadinya chylothorax
e. Peningkatan kolesterol cairan pleura secara kronis: pseudochylothorax
f. Hemothorax
g. Iatrogenik: akibat obat seperti methotrexate, amiodarone, phenytoin, dasatinib
atau setelah radioterapi
h. Emboli paru
i. Perforasi/ ruptur esofagus
j. Post-cardiac injury syndrome
k. Uremia
l. Fistula: ventrikulo-pleural, bilio-pleural, maupun gastro-pleural
5. PATOFISOLOGI
Patofisiologi efusi pleura didasari ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi
cairan di cavum pleura, sehingga menyebabkan akumulasi cairan pleura, baik berupa
transudat maupun eksudat. Keduanya terbentuk melalui mekanisme yang berbeda,
meskipun tidak jarang cairan pleura ditemukan memiliki karakteristik transudat dan
eksudat bersamaan.
6. SOAP
S O A P
Tx DRP (Drug
Related
Problem)
Anamnesis Pemeriksaan IVFD NaCl 20 tetes/menit,
Sitem : Sesak Sakit : Saat 0,9% ~, 3 kali sehari
napas pada duduk : Mechanical sebanyak 200
waktu kerja, 110/70 thrombo- mg, 1 kali
sesak saat mmHg, Nadi prophilaxis, N sehari 40 mg.
berbaring tanpa : 80 acetylsistein
bantal, bengkak kali/menit, 200 mg @8
pada laju respirasi jam IO,
kaki/tungkai, : 24 Furosemide 40
demam, batuk kali/menit, mg @24jam,
berdahak/kering suhu axilla : IO
. 36oC, BB: 55
kg, TB: 165
cm, BMI :
20,2 kg/m2,
tinggi lutut :
41 cm/ 41
cm, lingkar
lengan atas :
28 cm/25 cm
7. INTERAKSI OBAT
8. EDUKASI
a. Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien dan penyakitnya.
b. Menjaga asupan nutrisi yang bergizi baik dan seimbang.
c. Menganjurkan untuk mobilisasi ringan
9. MONITORING
Monitoring :
10. REFERENSI
https://docplayer.info/83058016-Case-based-discussion-efusi-pleura-oleh-i-gede-
arya-eka-wibawa-pembimbing-dr-ni-ketut-rai-purnami-sp-pd.html