Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Jl. Limo Raya No. 1, Limo, Sawangan, Limo, Kota Depok, Jawa Barat 16514
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi
ini dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Halusinasi .................................................................................................
2.6 Pengkajian
a. Factor Predisposisi................................................................................................
b. Factor Prepisipitasi................................................................................................
c. Penilaian stressor (tanda dan gejala).....................................................................
d. Sumber koping......................................................................................................
e. Mekanisme koping................................................................................................
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima
jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanda adanya ransangan apapun pada
pancaindera seseorang, yang mungkin terjadi pada keadaan sadar atau bangun dasarnya
mungkin organic, fungsional, psikotik, ataupun husterik (Maramis, 1990).
Menurut Yusuf, dkk (2015) halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu
objek tanpa rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca
indera. Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa yang seseorang mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan dan penciuman.
Pasien halusinasi merasakan adanya stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku
yang teramati pada pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien
merasa mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. Sedangkan pada
halusinasi penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan orang atau sesuatu yang
menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada halusinasi penghidu pasien
mengatakan membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi
serupa. Sedangkan pada halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum
sesuatu yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa ada
binatang atau sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di permukaan kulit.
Stuart and Larala menjelaskan tentang respon neurobiologis pada pasien dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi sebagai berikut :
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis proses pikir kadang terganggu gangguan proses pikir Waham
Persepsi akurat ilusi Halusinasi
Emosi konsisiten emosi berlebihan/kurang Kerusakan Proses emosi
Perilaku sesuai perilaku tidak terorganisir perilaku tidak sesuai
Hub sosial harmonis isolasi sosial
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologi
sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi
konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi delusi,
halusinasi, dan isolasi sosial.
1) Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku.dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif :
a. pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2) Respon Psikososial
Meliputi:
a. proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah misinterpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
c. Emosi berlebih atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
3) Respon Maladaptif
Adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif antara lain :
a. kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b. halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
d. isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam (Damayanti, 2012)
2.4 Jenis-jenis Halusinasi
Tahapan Halusinasi;
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
1) Tahap I (comforting): Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien
sedang. Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan. Karakteristik :
Karakteristik tahap ini ditAndai dengan adanya perasaan bersalah dalam diri
pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien mencoba menenangkan
pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa pikiran dan
sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati:
Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
Respon verbal yang lambat
Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
2) Tahap II (comdemming): Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami
ansietas tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik : Pengalaman sensori yang dialami pasien bersifat menjijikkan
dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan
kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang
dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik
diri dari orang lain (non psikotik).
Perilaku yang teramati :
Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan timbulnya
ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan.
Kemampuan kosentrasi menyempit.
Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan
untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
3) Tahap III (controlling) : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku
pasien, pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi
menguasai pasien.
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya.
Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian
jika pengalaman tersebut berakhir ( Psikotik ) Perilaku yang teramati:
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
dari pada menolak.
Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari
ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti
petunjuk.
4) Tahap IV (conquering): Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan
tingkat ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih
rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari
apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
Perilaku menyerang - teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Amuk, agitasi dan menarik diri.
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
2.6 Pengkajian
a. Factor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1) Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (herediter),
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban, pelaku maupun saksi
dari
perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau
overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi
rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia
perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan
yang rendah serta pernahmmengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b. Factor Prepisipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
1) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik yang
maladatif termasuk :
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
b) Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c) Pemicu Gejala
Pemicu merupakan stimulus yang sering menimbulkan episode baru
suatu penyakit. Berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan
perilaku klien.
e. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah upaya dalam pelaksanaan stresss, termasuk
dengan upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. (Susilo, 2009)
Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan oleh seseorang
untuk menghadapi perubahan yang diterima. (Nursalam, 2009_
Pada halusinasi biasanya digunakan mekanisme proyeksi yang dapat
memberikan kemampuan pada ego untuk mengatasi rangsangan yang
mengancam dari luar sehingga mengurangi kecemasan.
Seorang perempuan berusia 34 tahun dirawat di RSJ. Seorang wanita berusia berusia 34
tahun, belum menikah, dirawat untuk kelima kalinya di RSJ sejak tahun 2008 dengan
diagnosa medik Skizofrenia paranoid. Klien dibawa oleh keluarga dengan alasan masuk
bicara kacau, marah-marah dan merusak alat rumah tangga. Klien kesal dengan suara yang
pacarnya dan berusaha mengusir dengan cara melempar barang. Suara muncul pada malam
dan siang hari. Klien juga malas ngobrol dengan teman sekamarnya. Klien bercerita selama
di rumah juga selalu marah-marah, hal ini terjadi karena ia tersinggung dengan keluarga
yang tidak mempedulikan dirinya sehingga klien jarang untuk kontrol ke dokter. Dari hasil
observasi perawat didapatkan data klien tampak senyum-senyum sendiri, pandangan mata
melihat ke satu sudut ruangan, kontak mata mudah beralih, saat komunikasi dengan perawat
klien blocking (terdiam). Klien menolak bergabung dengan temannya, lebih senang duduk
sendiri, melamun atau berjalan mondar-mandir tanpa arah
c. Penilaian stressor
1. Kognitif
Klien bercerita selama di rumah juga selalu marah-marah, hal ini terjadi karena ia
tersinggung dengan keluarga yang tidak mempedulikan dirinya sehingga klien
jarang untuk kontrol ke dokter.
2. Afektif
Klien merasa kesal dengan suara pacarnya dan berusaha mengusir dengan cara
melempar barang Suara muncul pada malam dan siang hari
3. Fisiologi
Tidak ada
4. Behaviour
Klien berbicara kacau, marah-marah dan merusak alat rumah tangga.
5. Respon social
Klien malas ngobrol dengan teman sekamarnya, klien blocking (terdiam), klien
juga menolak bergabung dengan temannya, lebih senang duduk sendiri dan
melamun atau berjalan mondar-mandir tanpa arah.
d. Sumber koping
Klien bercerita
e. Mekanisme koping
Selama di rumah juga selalu marah-marah
DO :.
klien tampak senyum-senyum
sendiri, pandangan mata melihat ke
satu sudut ruangan, kontak mata
mudah beralih,
Pasien lebih senang duduk sendiri.
melamun atau berjalan mondar-
mandir tanpa arah
Kategori : psikologis
Subkategori : integritas
ego
Kode DX : D.0085
Hal. 190 (SDKI PPNI –
edisi 1 cetakan III 2017)
2. Isolasi social : menarik Rabu, maret 2021 Kamis, maret 2021 KEL.
diri berhubungan
dengan harga diri
rendah
Kategori : fisiologis
Subkategori : respirasi
Kode DX : D.0121
Hal. 268 (SDKI PPNI –
Edisi 1 cetakan III 2017)
Hasil: Kelompok
- Klien hanya di rumah selalu marah-marah,
08.07 – Mengidentifikasi
fokus pelatihan keterampilan sosial
Hasil:
- Pasien mampu memberikan senyum
Hasil:
- Pasien bercerita tentang aktivitasnya dirumah
selama setelah sedang mengalami gangguan ini
Hasil:
- Halusinasi pasien dapat tercontrol
Kelompok
3.5 Evaluasi
No Hari/ Evaluasi hasil Paraf & nama
diagnosa tanggal (SOAP) jelas
jam
1 Rabu, S : Klien mengatakan hanya di rumah selalu marah-
maret 2021 marah Kelompok
13:00 O : Pasien mampu memberikan senyum, pasien diberikan
terapi obat antipsikosis
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN
Link Roleplay
https://drive.google.com/file/d/14la_svON-hZdEY3ZulnDNc2E4eNkvcw9/view?
usp=drivesdk
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima
jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
5.2 Saran
1. perawat mampu menentukan jenis halusinasi
2. perawat mampu membuat rencana dan melakukan tindakan keperawatan yang
efektif untuk menangani klien dengan gangguan halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Keperawatan Jiwa. (2021). Modul Pembelajaran Keperawatan Jiwa. Jakarta : UPNVJ
Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN-Basic Course).
Jakarta:ECG.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24963/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y di akses pada tanggal 18 maret 2021 pukul 18.50 WIB