Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu :

- Ns. Evin Novianti, M. Kep., Sp.Kep.J


- Ns. Duma Lumban Tobing. M.kep., Sp.Kep.J

Disusun Oleh :

- Sapna Santika – 1910701020


- Farda Nabila Huda – 1910701031
- Roosmalinda Rezki Amalia - 1910701035

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

Jl. Limo Raya No. 1, Limo, Sawangan, Limo, Kota Depok, Jawa Barat 16514

Telp. (021) 75332884, website: www.upnvj.ac.id

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi
ini dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan pembaca.

Depok, 06 Maret 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Halusinasi .................................................................................................

2.2 Proses Terjadinya Halusinasi .....................................................................................

2.3 Rentang Respon ..........................................................................................................

2.4 Jenis-jenis Halusinasi .................................................................................................

2.5 Tahapan halusinasi .....................................................................................................

2.6 Pengkajian

a. Factor Predisposisi................................................................................................
b. Factor Prepisipitasi................................................................................................
c. Penilaian stressor (tanda dan gejala).....................................................................
d. Sumber koping......................................................................................................
e. Mekanisme koping................................................................................................

2.7 Pohon Masalah............................................................................................................

2.8 Hasil-hasil Penelitian Asuhan Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian Keperawatan
a. Factor Predisposisi................................................................................................
b. Factor Prepisipitasi................................................................................................
c. Penilaian stressor (tanda dan gejala).....................................................................
d. Sumber koping......................................................................................................
e. Mekanisme koping................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................................
3.3 Perencanaan Keperawatan
a. Individu ................................................................................................................
b. Keluarga ...............................................................................................................
c. Kelompok/TAK.....................................................................................................
3.4 Tindakan keperawatan.................................................................................................
3.5 Evaluasi.......................................................................................................................
BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN...............................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................................................
5.2 Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat merawat pasien gangguan jiwa, sering ditemukan pasien sedang menyendiri
disudut ruangan sambil bercakap-cakap atau tertawa sendiri tanpa ada orang disekitar
pasien. Atau tiba-tiba melihat pasien marah dengan mengeluarkan kata-kata kotor,
memaki, melukai diri sendiri atau membanting barang-barang yang ada disekilingnya
tanpa ada orang lain disekitar pasien atau tanpa ada sebab yang jelas.
Referensi masalah kesehatan jiwa baik psikososial maupun gangguan jiwa meningkat
tajam. Hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan pada tahun 2007 mengidentifikasi
prevalensi masalah kesehatan jiwa sebesar 12.06% diantaranya mengalami gangguan jiwa
ringan sampai berat.
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Halusinasi?
2. Bagaimana proses Terjadinya Halusinasi ?
3. Apa rentang Respon ?
4. Apa saja jenis-jenis Halusinasi ?
5. Bagaimana tahapan halusinasi ?
6. Pengkajian
a. Factor Predisposisi
b. Factor Prepisipitasi
c. Penilaian stressor (tanda dan gejala)
d. Sumber koping
e. Mekanisme koping
7. Gambaran Pohon Masalah ?
8. Hasil-hasil Penelitian Asuhan Keperawatan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menambah wawasan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis halusinasi
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan klien halusinasi
4. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah keperawatan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Halusinasi

Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima
jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanda adanya ransangan apapun pada
pancaindera seseorang, yang mungkin terjadi pada keadaan sadar atau bangun dasarnya
mungkin organic, fungsional, psikotik, ataupun husterik (Maramis, 1990).
Menurut Yusuf, dkk (2015) halusinasi adalah gangguan persepsi sensori atau suatu
objek tanpa rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca
indera. Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa yang seseorang mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merupakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan dan penciuman.
Pasien halusinasi merasakan adanya stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku
yang teramati pada pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien
merasa mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. Sedangkan pada
halusinasi penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan orang atau sesuatu yang
menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada halusinasi penghidu pasien
mengatakan membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi
serupa. Sedangkan pada halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum
sesuatu yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa ada
binatang atau sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di permukaan kulit.

2.2 Proses Terjadinya Halusinasi

Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi


Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,
2.3 Rentang Respon

Stuart and Larala menjelaskan tentang respon neurobiologis pada pasien dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi sebagai berikut :
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis proses pikir kadang terganggu gangguan proses pikir Waham
Persepsi akurat ilusi Halusinasi
Emosi konsisiten emosi berlebihan/kurang Kerusakan Proses emosi
Perilaku sesuai perilaku tidak terorganisir perilaku tidak sesuai
Hub sosial harmonis isolasi sosial

Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologi
sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi
konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi delusi,
halusinasi, dan isolasi sosial.
1) Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku.dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif :
a. pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2) Respon Psikososial
Meliputi:
a. proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah misinterpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
c. Emosi berlebih atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
3) Respon Maladaptif
Adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif antara lain :
a. kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b. halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
d. isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam (Damayanti, 2012)
2.4 Jenis-jenis Halusinasi

Terdapat 6 jenis halusinasi :

2.5 Tahapan halusinasi

Tahapan Halusinasi;
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
1) Tahap I (comforting): Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien
sedang. Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan. Karakteristik :
Karakteristik tahap ini ditAndai dengan adanya perasaan bersalah dalam diri
pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien mencoba menenangkan
pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa pikiran dan
sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati:
 Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
 Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
 Respon verbal yang lambat
 Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
2) Tahap II (comdemming): Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami
ansietas tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik : Pengalaman sensori yang dialami pasien bersifat menjijikkan
dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan
kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang
dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik
diri dari orang lain (non psikotik).
Perilaku yang teramati :
 Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan timbulnya
ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan.
 Kemampuan kosentrasi menyempit.
 Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan
untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
3) Tahap III (controlling) : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku
pasien, pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi
menguasai pasien.
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya.
Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian
jika pengalaman tersebut berakhir ( Psikotik ) Perilaku yang teramati:
 Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya
dari pada menolak.
 Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
 Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari
ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti
petunjuk.
4) Tahap IV (conquering): Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan
tingkat ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih
rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari
apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
Perilaku menyerang - teror seperti panik.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
Amuk, agitasi dan menarik diri.
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

2.6 Pengkajian
a. Factor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1) Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (herediter),
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban, pelaku maupun saksi
dari
perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar atau
overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi
rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia
perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan
yang rendah serta pernahmmengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.

b. Factor Prepisipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
1) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik yang
maladatif termasuk :
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
b) Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c) Pemicu Gejala
Pemicu merupakan stimulus yang sering menimbulkan episode baru
suatu penyakit. Berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan
perilaku klien.

c. Penilaian stressor (tanda dan gejala)


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi menurut
(Nurhalimah, 2016) sebagai berikut :
1. Data Subjektif :
1) Pasien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mengdengar suara ajakan bercakap-cakap
3) Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan dan merasakan rasa seperti darah, feses,urin
6) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
2. Data Objektif :
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu
6) Ketakutan pada suatu hal tidak jelas
7) Terlihat seperti sedang mencium bebauan
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit
d. Sumber koping

Sumber koping pada klien dengan halusinasi, yaitu :


a. Keterlibatan dalam hubungan yang luas dengan keluarga dan teman

b. Hubungan dengan hewan peliharaan

c. Gunakan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti


kesenian, music dan tulisan.

e. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah upaya dalam pelaksanaan stresss, termasuk
dengan upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. (Susilo, 2009)
Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan oleh seseorang
untuk menghadapi perubahan yang diterima. (Nursalam, 2009_
Pada halusinasi biasanya digunakan mekanisme proyeksi yang dapat
memberikan kemampuan pada ego untuk mengatasi rangsangan yang
mengancam dari luar sehingga mengurangi kecemasan.

2.7 Pohon Masalah

Pohon masalah berdasarkan (Fitria, 2009) adalah sebagai berikut :


Effect Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Masalah Utama Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Penyebab Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis


2.8 Hasil-hasil Penelitian Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
GAMBARAN KARAKTERISTIK KLIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT
JIWA PROF. DR. MUHAMMAD ILDREM MEDAN TAHUN 2019 oleh Lasmi
Rohana dari Jurusan Keperawatan Poltekkes Negeri Medan
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2163/1/JURNAL
%20KTI.pdf
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang perempuan berusia 34 tahun dirawat di RSJ. Seorang wanita berusia berusia 34
tahun, belum menikah, dirawat untuk kelima kalinya di RSJ sejak tahun 2008 dengan
diagnosa medik Skizofrenia paranoid. Klien dibawa oleh keluarga dengan alasan masuk
bicara kacau, marah-marah dan merusak alat rumah tangga. Klien kesal dengan suara yang
pacarnya dan berusaha mengusir dengan cara melempar barang. Suara muncul pada malam
dan siang hari. Klien juga malas ngobrol dengan teman sekamarnya. Klien bercerita selama
di rumah juga selalu marah-marah, hal ini terjadi karena ia tersinggung dengan keluarga
yang tidak mempedulikan dirinya sehingga klien jarang untuk kontrol ke dokter. Dari hasil
observasi perawat didapatkan data klien tampak senyum-senyum sendiri, pandangan mata
melihat ke satu sudut ruangan, kontak mata mudah beralih, saat komunikasi dengan perawat
klien blocking (terdiam). Klien menolak bergabung dengan temannya, lebih senang duduk
sendiri, melamun atau berjalan mondar-mandir tanpa arah

3.1 Pengkajian Keperawatan


a. Faktor predisposisi
1. Psikologis :
Faktor psikologis adalah pernah dirawat untuk kelima kalinya di RSJ sejak tahun
2008 dengan diagnosa diagnosa medik Skizofrenia paranoid.
2. Biologis :
 Wanita usia 34 tahun
 Belum menikah
b. Faktor presipitasi
Nature : faktor psikolognya, Klien merasa kesal dengan suara pacarnya dan berusaha
mengusir dengan cara melempar barang Suara muncul pada malam dan siang hari.
Klien juga malas ngobrol dengan teman sekamarnya.
Origin : persepsi internal, karena ia tersinggung dengan keluarganya yang tidak
mempedulikan dirinya sehingga klien jarang untuk kontrol kedokter.

c. Penilaian stressor
1. Kognitif
Klien bercerita selama di rumah juga selalu marah-marah, hal ini terjadi karena ia
tersinggung dengan keluarga yang tidak mempedulikan dirinya sehingga klien
jarang untuk kontrol ke dokter.
2. Afektif
Klien merasa kesal dengan suara pacarnya dan berusaha mengusir dengan cara
melempar barang Suara muncul pada malam dan siang hari
3. Fisiologi
Tidak ada
4. Behaviour
Klien berbicara kacau, marah-marah dan merusak alat rumah tangga.
5. Respon social
Klien malas ngobrol dengan teman sekamarnya, klien blocking (terdiam), klien
juga menolak bergabung dengan temannya, lebih senang duduk sendiri dan
melamun atau berjalan mondar-mandir tanpa arah.

d. Sumber koping
Klien bercerita
e. Mekanisme koping
Selama di rumah juga selalu marah-marah

3.2 Diagnosa Keperawatan


ANALISA DATA

No. SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI


1. DS : Gangguan persepsi Gangguan
Klien dibawa oleh keluarga dengan sensori : halusinasi penginderaan :
alasan masuk bicara kacau, marah- pendengaran dan
marah dan merusak alat rumah Kategori : psikologis penglihatan
tangga. Subkategori :

Klien kesal dengan suara pacarnya integritas ego


dan berusaha mengusir dengan cara Kode DX : D.0085
melempar barang Suara muncul Hal. 190 (SDKI PPNI
– edisi 1 cetakan III
pada malam dan siang hari. 2017)

DO :.
klien tampak senyum-senyum
sendiri, pandangan mata melihat ke
satu sudut ruangan, kontak mata
mudah beralih,
Pasien lebih senang duduk sendiri.
melamun atau berjalan mondar-
mandir tanpa arah

2. DS : Isolasi social : harga diri rendah


Klien juga malas ngobrol dengan menarik diri
teman sekamarnya.
Klien bercerita selama di rumah
juga selalu marah-marah, Kategori : fisiologis
Subkategori : respirasi
Kode DX : D.0121
DO : Hal. 268 (SDKI PPNI
Kontak mata pasien mudah beralih, – Edisi 1 cetakan III
saat komunikasi dengan perawat 2017)
klien blocking (terdiam).
Klien menolak bergabung dengan
temannya, lebih senang duduk
sendiri. melamun atau berjalan
mondar-mandir tanpa arah.

No. Dx Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi Paraf &


Nama
1. Gangguan persepsi Rabu, maret 2021 Kamis, maret 2021 KEL.
sensori : halusinasi
berhubungan gangguan
penginderaan :
pendengaran dan
penglihatan

Kategori : psikologis
Subkategori : integritas
ego
Kode DX : D.0085
Hal. 190 (SDKI PPNI –
edisi 1 cetakan III 2017)
2. Isolasi social : menarik Rabu, maret 2021 Kamis, maret 2021 KEL.
diri berhubungan
dengan harga diri
rendah
Kategori : fisiologis
Subkategori : respirasi
Kode DX : D.0121
Hal. 268 (SDKI PPNI –
Edisi 1 cetakan III 2017)

3.3 Perencanaan Keperawatan


No
Dx. NOC/Tujuan Khusus NIC/Intervensi TTD
Kep
1. SLKI : L.09083 Manajemen Halusinasi
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 2x24 - Monitor perilaku yang
ja diharapkan gangguan mengidentifikasi halusinasi
persepsi Sensori dapat - Monitor halusinasi
teratasi dengan kriteria Terapeutik
hasil : - Pertahankan lingkungan yang
- Verbalisasi aman
mendengar - Lakukan tindakan
- Verbalisasi melihat keselamatan ketika klien
bayangan tidak mampu mengontrol
- Menarik diri perilaku
- Distori sosial Edukasi
- Mondar-mandir - Ajurkan memonitor sendiri
Dapat teratasi dan pasien situasi terjadinya halusinasi
membaik - Anjurkan pasien bercerita
- Anjurkan melakukan
distraksi
- Ajarkan pasien dan keluarga
cara mengontrol halusinasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan antiansietas
jika perlu.
2. Setelah dilakukan tindakan SIKI : I.13484
selama 2 x 24 jam. Modifikasi Perilaku Keterampilan
Diharapkan masalah isolasi Sosial
social teratasi dengan Hal.23
Kriteria hasil : Observasi :
- Perasaan nyaman - Identifikasi
dengan situasi fokus pelatihan keterampilan
sosial sosial
- Perasaan mudah Teraupetik :
menerima atau - Motivasi untuk berlatih
mengkomunikasika keterampilan sosial
n perasaan - Beri umpan balik positif
- Responsif pada misal. Pujian terhadap
orang lain kemampuan sosialisasi
- Perasaan tertarik - Libatkan keluarga selama
pada orang lain latihan keteramplan sosial
Edukasi :
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan akibat masalah
yang dialami
- Edukasi keluarga untuk
dukungan keterampilan
sosial
- Latih keterampilan sosial
secara bertahap

3.4 Tindakan keperawatan


Hari/ Jam, Tindakan Keperawatan & Hasil Paraf &
tanggal Nama Jelas
Rabu, 08.00 – Memonitor perilaku yang mengidentifikasi
mret 2021 halusinasi
Hasil:
- klien tampak senyum-senyum sendiri, pandangan
mata melihat ke satu sudut ruangan, kontak mata
mudah beralih,

08.05 – Memonitor halusinasi

Hasil: Kelompok
- Klien hanya di rumah selalu marah-marah,

08.07 – Mengidentifikasi
fokus pelatihan keterampilan sosial

Hasil:
- Pasien mampu memberikan senyum

08.08 - Menganjurkan pasien bercerita

Hasil:
- Pasien bercerita tentang aktivitasnya dirumah
selama setelah sedang mengalami gangguan ini

08.10 – Berkolaborasi pemberian obat antipsikotik dan


antiansietas jika perlu
Hasil:
- Pasien diberikan obat antipsikosis

08.20 - Melibatkan keluarga selama latihan keteramplan


social
Hasil:
- Keluarga bersedia mengambil peran dalam
keterampilan sosial

08.25 - Mengedukasi keluarga untuk dukungan


keterampilan sosial
- Melatih keterampilan sosial secara bertahap
Hasil : keluarga memahami dan mampu mempraktekkan
cara mendampingi dan menemani pasien berbincang
dengan sabar.
Kamis, 14.00 - Memberikan umpan balik positif misal. Pujian
maret terhadap kemampuan sosialisasi
2021 Hasil:
- Pasien merasa percaya diri

14.05 - Mengajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol


halusinasi

Hasil:
- Halusinasi pasien dapat tercontrol
Kelompok

3.5 Evaluasi
No Hari/ Evaluasi hasil Paraf & nama
diagnosa tanggal (SOAP) jelas
jam
1 Rabu, S : Klien mengatakan hanya di rumah selalu marah-
maret 2021 marah Kelompok
13:00 O : Pasien mampu memberikan senyum, pasien diberikan
terapi obat antipsikosis

A : Masalah sebagian teratasi.


P: Intervensi lanjutkan

2 Kamis, S : Pasien merasa percaya diri


maret 2021 O : Halusinasi pasien dapat tercontrol Kelompok
17:30 A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN

Link Roleplay
https://drive.google.com/file/d/14la_svON-hZdEY3ZulnDNc2E4eNkvcw9/view?
usp=drivesdk

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan dari panca
indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima
jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.

Halusinasi terdapat 4 tahapan, yaitu : Tahap I (comforting), Tahap II (comdemming),


Tahap III (controlling) dan Tahap IV (conquering.

5.2 Saran
1. perawat mampu menentukan jenis halusinasi
2. perawat mampu membuat rencana dan melakukan tindakan keperawatan yang
efektif untuk menangani klien dengan gangguan halusinasi.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Keperawatan Jiwa. (2021). Modul Pembelajaran Keperawatan Jiwa. Jakarta : UPNVJ

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN-Basic Course).
Jakarta:ECG.

Nurhalimah.(2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.

Yosep I. (2011) Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

SDKI PPNI – Edisi 1 Cetakan III 2017

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24963/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y di akses pada tanggal 18 maret 2021 pukul 18.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai