Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Konsep dan Teori Belajar

DOSEN PENGAJAR :
Yelstria Ulina Tarigan S.Kep

DISUSUN OLEH:

Elvant Olrando Darlin NIM. 2019.C.11a.1007

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


PRODI S1 KEPERAWATAN TINGKAT 1A
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya, makalah yang penulis susun dengan judul “ Konsep dan Teori
Belajar ” dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari apabila makalah
yang kami susun ini jauh dari sempurna. Maka dari itu kami memohon saran serta
kritiknya baik dari Bapak/Ibu Dosen maupun teman-teman, supaya kami dapat
merefisi makalah kami sehingga menjadi lebih baik.
Semoga makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat, memberikan
tambahan wawasan bagi teman-teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa
menjadi bahan referensi untuk pembelajaran kita bersama.

Palangka Raya,15 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan ..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Pengertian klien................................................................................................3
2.2 Pengertian pendidikan klien.............................................................................3
2.3 Tujuan pendidikan klien ..................................................................................4
2.4 Standar untuk pendidikan klien .......................................................................4
2.5 Domain pengajar ..............................................................................................5
2.6 Prinsip pembelajaran dasar...............................................................................9
2.7 Kebutuhan kesehatan klien...............................................................................11
2.8 Penggabungan proses keperawatan dan proses pengajaran..............................13

BAB III PENUTUP..............................................................................................................15

3.1 Kesimpulan....................................................................................................15
3.2 Saran..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diera globalisasi sekarang ini bidang kesehatan banyak mengalami
pemuktahiran dan pekembangan-perkembangan ilmu yang mencuri perhatian
masyarakat dunia. Seiring dengan itu banyak pula masalah-masalah yang tentunya
mampu membuat derajat kesehatan manusia menurun. Dengan adanya masalah-
masalah tersebut maka status kesehatan masyarakat juga mengalami degradasi,
maka pada masa sekarang status kesahatan menjadi suatu keharusan yang harus
dipertahankan bagi setiap orang. Satus kesehatan bisa didapat jika seorang
masyarakat/klien dapat dengan melalui suatu Pendidikan Kesehatan. Dimana
pendidikan kesehatan ini mencakup semua instasi kesehatan. Status kesehatan
dapat diketahui dengan mengetahui Kebutuhan Dasar Manusia. Dalam makalah
ini akan dibahas tentang klien sebagai sebagai peserta didik dan kebutuhan dasar
klien.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian klien
2.      Apa Pengertian pendidikan klien
3.       Apa Tujuan Pendidikan Klien
4.      Apa Saja Standar Untuk Pendidikan Klien
5.       Bagaimana Domain Pengajaran
6.       Bagaimana Prinsip Pembelajaran Dasar
7.      Apa SajaKebutuhan Kesehatan Klien
8.      Bagaimana Penggabungan Proses Keperawatan dan Proses Pengajaran

1.3.Tujuan
Pembaca dapat mengetahui :
1.      Pengertian klien
2.      Pengertian pendidikan klien
3.       Tujuan Pendidikan Klien

4
4.      Standar Untuk Pendidikan Klien
5.       Domain Pengajaran
6.       Prinsip Pembelajaran Dasar
7.      Kebutuhan Kesehatan Klien
8.      Penggabungan Proses Keperawatan dan Proses Pengajaran

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Pengertian Klien
Menurut KBBI (2001) Klien adalah orang yang memperoleh bantuan, orang yang
membeli sesuatu atau memperoleh layanan.  Menurut fundamental keperawatan
(Potter; Perry) Klien ialah orang yang mencari pelayanan kesehatan dan anggota
keluarga atau orang yang berarti bagi orang yang mencari pelayanan kesehatan
tersebut.Dalam keperawatan, yang menjadi klien bisa saja individunya itu sendiri
maupun keluarga atau kerabatnya. Jenis jenis klien yang disebutkan dalam
Neuman System Model juga bisa dalam bentuk individu maupun kelompok.
Klien sebagai individu yaitu seseorang yang mendapatkan asuhan keperawatan.
Klien sebagai keluarga ialah keluarga tersebut yang diberikan asuhan
keperawatan/apabila seorang anggota dari keluarga tersebut mengalami suatu
penyakit atau kelemahan pada tubuhnya yang mengakibatkan ia tidak dapat
memberikan keterangan secara jelas kepada perawat maka ia dibantu oleh
keluarganya. Sedangkan klien sebagaik kelompok atau masyarakat ialah klien
yang ruang lingkupnya lebih luas daripada keluarga.

2.2     Pengertian Pendidikan Kesehatan


Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi
keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok,
maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan kegiatan
pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian kebutuhan
belajar klien, penegakan diagnose keperawatan, perencanaan pendidikan
kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan kesehatan,
dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002).
Pendidikan kesehatan merupakan tindakan mandiri perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan untuk meningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui
kegiatan pembelajaran sehingga dari yang tidak tahu jadi tahu,yang tidak mau jadi
mau dan yang tidak mampu menjadi mampu untuk menjaga dan mempertahankan

6
kesehatannya atau mencegah terjadinya penyakit dan tingkat keparahan sakit pada
dirinya dan proses pemulihan kesehatan dari sakit untuk mencapai kesehatan yang
optimal.
2.3    Tujuan Pendidikan Klien
Pada dasarnya pendidikan kesehatan ditujukan agar klien dapat meningkatkan,
memperbaiki dan mempertahankan status kesehatannya. Pendidikan pasien/klien
yang komprehensif terdiri dari tiga tujuan, yaitu:
a.      Pencegahan penyakit, pemeliharaan serta peningkatan kesehatan
b.      Perbaikan kesehatan
c.       Koping terhadap gangguan fungsi
2.4    Standar Untuk Pendidikan Klien
Menurut The Joint Commisson on Accreditation of Healthcare Organization
(JCAHO) (1995) (dalam Potter dan Pery, 2005: 337),  standar untuk pendidikan
klien/keluarga  adalah sebagai berikut:
a.      Klien/keluarga diberi pendidikan yang dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang diperlukan untuk memberikan keuntungan penuh
dari intervensi kesehatan yang dilakukan oleh institusi.
b.      Organisasi merencanakan dan mendorong pengawasan dan koordinasi
aktivitas dan sumber pendidikan klien/keluarga.
c.       Klien/keluarga mengetahui kebutuhan belajar mereka, kemampuan, dan
kesiapan untuk belajar.
d.      Proses pendidikan klien/keluarga bersifat interdisiplin sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan.
e.       Klien/keluarga mendapatkan pendidikan yang spesifik sesuai dengan hasil
pengkajian kemampuan dan kesiapannya. Pendidikan kesehatan meliputi
pemberian obat-obatan, penggunaan alat medis, pemahaman tentang interaksi
makanan/obat dan modifikasi makanan, rehabilitasi, serta bagaimana melakukan
pengobatan selanjutnya.
f.       Informasi mengenai instruksi pulang yang diberikan pada klien/keluarga
diberikan institusi atau individu tertentu yang bertanggung jawab terhadap
kesinambungan perawatan klien.

7
Keberhasilan untuk mencapai stadar di atas tergantung pada keikutsertaan seluruh
tenaga kesehatan profesional. 
2.5  Domain pengajaran
Domain merupakan suatu realisasi definisi dari bidang teknologi pembelajaran.
Domain mewujudkan apa yang dapat dilakukan oleh suatu disiplin ilmu agar
disiplin tersebut mampu memberikan sumbangan langsung dalam bentuk rumusan
praktik yang dilakukan oleh para praktisi. Domain juga berfungsi sebagai panduan
para praktisi dan tenaga ahli untuk bergerak dalam bidang yang dimaksud. Selain
itu, domain perlu dirumuskan berdasarkan definisi yang sudah ada agar
pembentukan profesi dan praktik menjadi lebih mudah. Domain memberi
penjelasan bagi para profesional dan praktisi mengenai apa yang harus dan boleh
dilakukan atau apa yang menjadi batasan perilaku dan ruang lingkup pekerjaan
dan layanan yang harus diselesaikan. Konsep kognitif, afektif, dan psikomotorik
dicetuskan oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956. Karena itulah konsep tersebut
juga dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom.
a.      Pembelajaran kognitif
Pembelajaran kognitif adalah pembelajaran yang mencakup kegiatan mental
(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk dalam ranah kognitif. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud
adalah:
a)      Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa
mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
b)     Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-

8
katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang
setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
c)      Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori
dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
d)     Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-
faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang
aplikasi
e)      Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir
analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang
berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat
lebih tinggi daripada jenjang analisis.
f)       Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam
taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang
untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
b.      Pembelajaran afektif
Pembelajaran afektif adalah pembelajaran yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Pembelajaran afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang,
yaitu:

9
a)      Receiving atau Attending (menerima atau memperhatikan)
Receiving atau attending (menerima ataa memperhatikan), adalah kepekaan
seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Receiving atau
attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan
suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka
bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan
mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri
dengan nilai itu.
b)     Responding (menanggapi)
Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving.
c)      Valuing (menilai atau menghargai)
Valuing (menilai/menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan
nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga
apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau
penyesalan. Valuing adalah merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi
daripada receiving dan responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar,
peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka
telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena,  yaitu baik atau buruk.
d)     Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan
dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu
nilai denagan nilai  lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.

10
e)      Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu
nilai atau kompleks nilai)
Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu nilai
atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini
proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai.
Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi
emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin
peserta didik telah benar-benar bijaksana.
c.       Pembelajaran psikomotor
Pembelajaran psikomotor merupakan pembelajaran yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu, berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar psikomotor
ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Menurut simpson (dalam sagala,
2003), pembelajaran psikomotor terbagi atas tujuan kategori yaitu:
a)       Persepsi
Aspek ini mengacu pada alatuntuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau
gerakan dan mengalihkannya kedalam kegiatan atau perbuatan. Aspek ini
merupakan tindakan yang paling rendah dalam pembelajaran psikomotor.
b)      Kesiapan
Aspek ini mengacu pada kesiapan memberikan respons secara mental,
fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.  Aspek yang berada satu tingkat
diatas persepsi ini mensyaratkan perencanaan yang matang.
c)     Respons terbimbing (guide respons)
Aspek ini mengacu pada pemberian respons perilaku, gerakan-gerakan yang
diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya. Latihan-latihan ujian sebelum
mengikuti ujian sesungguhnya merupakan salah satu contoh dari respons
terbimbing. Aspek ini berada satu tingkat di atas kesiapan.

11
d)        Mekanisme (mechanical respons)
Aspek ini mengacu pada keadaan di mana respons fisik yang dipelajari telah
menjadi kebiasaan. Peserta didik yang selalu melakukan latihan secara rutin
sehingga menjadikan latihan tersebut sebagai bagian dari dirinya merupakan
contoh dari aspek mekanisme. Aspek ini berada satu tingkat di atas respons
terbimbing.
e)       Respons yang kompleks (complex response)
Aspek ini mengacu pada pemberian respons atau penampilan perilaku atau
gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien. Peserta didik terampil
mengerjakan latihan sebelum ujian merupakan salah satu contoh respons yang
kompleks. Aspek ini berada satu tingkat di atas mekanisme.
f)     Penyesuaian pada gerakan atau adaptasi
Aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respons atau perilaku
gerakan dengan situasi yang baru. Setelah menguasai latihan dengan baik, bahkan
mengerjakan soal yang sulit, seorang peserta didik dapat menerapkan dan
menggunakan kemampuannya dalam ujian yang sebenarnya. Aspek ini berada
satu tingkat di atas respons yang kompleks.
g)        Originalisasi
Aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak gerik yang
baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atas
prakarsa atau inisiatif sendiri. Setelah cukup lama belajar, seorang peserta didik
dapat menciptakan model latihan yang berbeda dari teman-temannya. Aspek ini
menduduki tingkat paling tinggi dalam domain.
2.6     Prinsip pembelajaran dasar
Pembelajaran bergantung dari motivasi seseorang untuk belajar, kemampuan
belajar, serta lingkungan pembelajaran.
a.      Motivasi untuk belajar
a)      Perangkat perhatian
Perangkat perhatian yaitu status mental dari peserta didik untuk fokus dan
memahami materi. Ketidaknyamanan fisik, distraksi lingkungan dan ansietas
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam belajar. Kondisi fisik seperti
kelaparan, kelelahan dan nyeri dapat mengganggu kemampuan seseorang dalam

12
berkonsentrasi, sehingga sangat berpengaruh pada pembelajaran. Ansietas
merupakan perasaan tidak menentu, oleh karena itu ansietas bisa meningkatkan
atau bahkan menurunkan kemampuan seseorang di dalam memberikan perhatian.
Sedangkan distraksi lingkungan berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam
memperhatikan pengajar dan aktivitas dalam proses pembelajaran.
b)     Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang membuat seseorang mengambil atau
melakukan suatu tindakan. Motivasi berasal dari motif sosial, tugas dan fisik.
Motivasi sosial dierlukan untuk berhubungan, harga diri, atau penampilan sosial.
Biasanya seorang individu mencari oranglain dalam membandingkan
kemampuan, pendapat, dan emosinya. Motivasi fisik juga sering terjadi kepada
klien, klien yang mempunyai perubahan fungsi fisik  biasanya termotivasi untuk
belajar. Tidak semua orang merasa perlu melakukan tindakan menjaga dan
mempertahankan kesehatan. Oleh karena itu, keyakinan bahwa kesehatan adalah
yang utama bisa dijadikan motivasi yang kuat untuk seseorang dalam menjaga
kesehatannya. Model keyakinan kesehatan dapat digunakan oleh perawat di dalam
melaksakan pendidikan kesehatan kepada klien. Model ini dibuat untuk
menjelaskan alasan seseorang dalam mencoba tindakan kesehatan.
c)      Adaptasi psikososial terhadap penyakit
Penurunan kesehatan tubuh sering kali sulit diterima oleh klien. Secara psikologis
proses berduka akan membuat klien membutuhkan lebih banyak waktu untuk
beradaptasi dengan implikasi emosi dan fisik dari penyakit. Kesiapan seseorang
untuk belajar bergantung pada tingkat berduka. Ketika klientidak sanggup
menerima realitas penyakitnya, ia akan sulit atau bahkan tidak akan mau untuk
diajak belajar. Sehingga, pengajaran untuk klien harus dijadwalkan sesuai dengan
kesiapannya untuk belajar.
d)     Partisipasi aktif
Keikutsertaan klien di dalam proses pengajaran dipengaruhi oleh keinginan klien
dalam mendapatkan pengetahuan. Dalam hal ini klien tidak hanya terlihat sebagai
seorang penerima pendidikan atau asuhan kesehatan yang pasif, tetapi juga
sebagai mitra aktif pemberian asuhan.

13
b.      Kemampuan untuk belajar
a)      Kemampuan perkembangan
Perkembangan kognitif klien sangat berpengaruh terhadap kemampuannya dalam
belajar. Sebelum seseorang mempelajari informasi baru, kedewasaan serta
perkembangan kognitifnya mutlak ada. Usia seseorang  menunjukkan
perkembangan kemampuannya dalam proses belajar.
b)     Kemampuan fisik
Selain kemampuan perkembangan, kemampuan seseorang di dalam belajar juga
bergantung dari tingkat perkembangan dan kesehatan fisik secara umum. Kondisi
seseorang yang menguras tenaga juga bisa membuat kemampuan belajar
seseorang menjadi terganggu.
c.        Lingkungan belajar
“Faktor dalam lingkungan fisik merupakan faktor dimana pengajaran dilakukan
sehingga membuat proses belajar tersebut menjadi menyenangkan atau menjadi
suatu pengalaman yang menyulitkan. Perawat harus memilih lingkungan yang
membantu klien untuk memfokuskan diri pada tugas pembelajaran” (Potter dan
Pery, 2005:346). Lingkungan ideal yang sesuai digunakan untuk melangsungkan
kegiatan belajar adalah ruangan dengan penerangan yang cukup dan terdapat
sirkulasi udara yang baik, suhu udara yang nyaman, serta perabot yang layak.
Suasana tenang juga dibutuhkan di dalam melangsungkan kegiatan belajar.
2.7    Kebutuhan kesehatan klien
Kebutuahan kesehatan klien merupakan kebutuhan yang berpatokan pada
kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan manusia/klien merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia/klien dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis
maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatan.  Walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan,
kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang
sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan
dan posisi pada rentang sehat-sakit. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow
adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan
antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Hierarki

14
kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas
yaitu:
a.       Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang
yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan melakukan
berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih
dahulu. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan
akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan
nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal, kebutuhan istirahat dan tidur,
kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual. 
b.      Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan dan
rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis yang
mengancam diri.
c.       Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging
Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki
dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta
mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
d.      Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten,
serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
e.       Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan baik
(mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan sendiri –
sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif, serta
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi
merupakan orang  yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan
yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin
tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.

15
2.8 Penggabungan Proses Keperawatan dan Proses PengajaranBerikut ini adalah
tabel perbandingan antara proses keperawatan dan pengajaran menurut Potter dan
Pery (2005:349)

Langkah Dasar Proses Keperawatan Proses Pengajaran


Pengkajian Kumpulkan data mengenai kebutuhan Kumpulkan data mengenai
fisik psikologis, sosial, kultural, kebutuhan belajar klien,
perkembangan dan spiritual pasien itu motivasi, kemamuan untuk
sendiri, keluarga, tes diagnostik, belajar serta sarana
catatan medis, riwayat keperawatan pengajaran dari klien,
dan literatur. keluarga, lingkungan
belajar, catatan medis,
riwayat keperawatan, dan
literatur.
Diagnosa Identifikasidiagnosa keperawatan Identifikasi kebutuhan
keperawatan yang tepat. pengajaran klien mengaccu
pada tiga domain
pengajaran.
Perencanaan Kembangkan rencana asuhan secara Tetapkan tujuan pengajaran.
individual. Tetapkan prioritas Rumuskan dalam
diagnosa berdasarkan kebutuhan terminologi tingkah laku.
segera klien. Rundingkan rencana Identifikasi prioritas yang
asuhan dengan klien. berhubungan dengan
kebutuhan belajar.
Rundingkan dengan klien
tentang rencana pengajaran.
Identifikasi metode
pengajaran yang digunakan.
 Implementasi Lakukan terapi asuhan keperawatan. Implementasikan metode
Libatkan klien sebagai peserta aktif pengajaran.  Secara aktif
dalam asuhan keperawatan. Libatkan libatkan klien dalam
keluarga dalam asuhan sesuai aktivitas pengajaran.
kebutuhan. Libatkan partisipasi
keluarga sesuai kebutuhan.

16
Evaluasi Identifikasi keberhasilan dalam Nilai hasil proses belajar
memenuhi hasil yang diharapkan serta mengajar. Ukur kemampuan
keberhasilan asuhan keperawatan. klien untuk mencapai tujuan
pengajaran. Ulangi
pengajaran bila dibutuhkan.

BAB III
PENUTUP

17
3.1    Kesimpulan
Sekarang ini didalam praktik perawatan kesehatan untuk seorang pasien, lebih
ditekankan pada pendidikan kesehatan yang berkualitas. Pendidikan untuk klien
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seorang perawat.  Selain untuk
kepentingan perawat, pendidikan kesehatan ini juga memiliki peran penting pula
bagi diri si pasien itu sendiri, sebab pasien mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi mengenai diagnosis, prognosis, pengobatan serta akibat dari pengobatan
terhadap dirinya.  

3.2     Saran

Sebagai seorang perawat kita haruslah memahami betul tentang keadaan klien
yang ingin mengetahui tentang dunia kesehatan. Jadi jadilah perawat yang bisa
memberi informasi dunia kesehatan kepada klien/masyarakat. 

DAFTAR PUSAKA

18
Notoatmodjo, (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Mubarak, W, dkk (2011). Komunikasi Dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
Fitriani, Sinta. Promosi Kesehatan.Yogyakarta : Graha Ilmu. 2011.
Maulana Heri D.J, 2002 Promosi Kesehatan.Jakarta.EGC
Pusat Promosi Kesehatan, 2004, Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai