Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH TENTANG SISTEM REPRODUKSI

Dosen pengampu:
Ns., Hardin La Ramba, S.Kep., M.Biomed

Oleh:
1. Alia Santika Sari (2230095)
2. Chiristina Shilfilia Riberu (2230096)
3. Gracia Nafthalie.F. (2230097)
4. Ananda Agustin (2230098)
5. Putri Setia Arilia.NK. (2230099)
6. Ulfah Laelatusyifa (2230100)
7. Dian Natalia (2230101)
8. Syamsiatu Rahmi (2230102)
9. Mahendra (2230103)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah Ta'ala atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. kami berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman kepada pembaca tentang system reproduksi pada
manusia.
Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan makalah ini. Kepada orang tua
kami yang telah berjasa besar kepada kami, kepada dosen pengampu bapak Ns., Hardin La
Ramba, S.Kep., M.Biomed dan juga kepada teman teman. Kami berharap informasi dan
materi yang terkandung dalam makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Tidak ada yang
sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, mohon kritik dan saran
yang membangun untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikianlah makalah ini kami buat mohon maaf jika ada kesalahan ketik atau
inkonsistensi dalam materi yang tercakup dalam dokumen ini. Penyusun menerima kritik dan
saran dari pembaca sebanyak-banyaknya agar pembaca dapat membuat esai yang lebih baik
untuk kesempatan berikutnya.

Jakarta, 5 Oktober 2022

penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ciri makhluk hidup khususnya manusia adalah reproduksi.


Berkembang biak untuk melestarikan keturunan manusia. Manusia membutuhkan
organ reproduksi untuk berkembang biak. Organ reproduksi adalah alat yang
digunakan dalam proses reproduksi manusia.Organ reproduksi manusia terdiri dari
beberapa bagian yang disebut sistem reproduksi.Set dan interaksi. Baik perempuan
maupun laki-laki harus memiliki organ reproduksi, yang nantinya digunakan untuk
melahirkan generasi manusia berikutnya. Tanpa alat reproduksi, sebuah keluarga
tidak memiliki generasi.

Pada saat ini, ada dua jenis organ reproduksi manusia yaitu, organ reproduksi
wanita dan pria. Ada dua jenis organ reproduksi: internal dan eksternal. Pada wanita,
alat kelamin luar terdiri dari vagina, labia mayora, labia minora, dan klitoris. Organ
reproduksi internal terdiri dari ovarium, saluran tuba atau saluran tuba, dan rahim atau
rahim. Sedangkan pada pria, alat kelamin luar terdiri dari penis dan skrotum. Organ
reproduksi internal terdiri dari testis, epididimis, prostat, vesikula seminalis, dan vas
deferens.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu sistem reproduksi?


2. Bagaimana system reproduksi pada pria?
3. Bagaimana system reproduksi pada wanita?
4. Bagaimana proses pembentukan sel kelamin Pria dan Wanita?
5. Apa itu embrio?
6. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan embrio manusia?
7. Apa saja hormon reproduksi pada manusia?
8. Apa saja penyakit pada system reproduksi manusia?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dan memahami system reproduksi manusia


2. Untuk mengetahui dan memahami system reproduksi pada pria dan Wanita
3. Untuk bisa mengetahui ap aitu embrio
4. Untuk mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan embrio
manusia
5. Untuk mengetahui dan memahami hormon reproduksi pada manusia
6. Untuk mengetahui dan memahami penyakit pada system reproduksi manusia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Reproduksi

Salah satu ciri makhluk hidup khususnya manusia adalah berkembang biak.
Manusia berkembang biak untuk melestarikan keturunannya. Untuk berkembang biak
manusia memerlukan alat reproduksi. Alat reproduksi adalah alat yang digunakan
untuk proses reproduksi manusia, Alat reproduksi pada manusia terdiri dari beberapa
bagian yang disebut sistem reproduksi. Sistem reproduksi adalah sebuah rangkaian
dan interaksi organ dan zat dalam organisme (manusia) yang dipergunakan untuk
berkembang biak.

Baik wanita maupun pria pasti memiliki alat reproduksi, dan alat reproduksi
itulah yang nantinya digunakan untuk melahirkan generasi penerus manusia. Tanpa
adanya alat reproduksi tidak akan terjadi penerusan generasi dalam sebuah
keluarga.Pada kesempatan kali ini akan ada dua jenis alat reproduksi yang nantinya
akan dibahas yaitu alat reproduksi pada wanita dan pria. alat reproduksi sendiri terdiri
dari dua jenis yaitu alat reproduksi dalam dan alat reproduksi luar.

Bagi wanita / perempuan alat reproduksi bagian luar terdiri dari vagina, labia
mayora, labia minora mons pubis dan klitoris. sedangkan alat reproduksi bagian
dalamnya terdiri dari ovarium, tuba falopi atau oviduk dan juga uterus atau Rahim.
Kemudian bagi pria alat reproduksi bagian luar terdiri dari penis dan skrotum.
sedangkan alat reproduksi bagian dalamnya terdiri dari testis, Epididimis, Kelenjar
Prostat, Vesikula seminalis dan Vas deferens.

B. Sistem Reproduksi Pada Pria

Alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat kelamin
bagian dalam. Perhatikan gambar di bawah. Alat kelamin bagian dalam terdiri dari
testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral.
Sedangkan Alat kelamin bagian luar terdiri dari testis, penis dan skrotum.

Bagian-bagian alat reproduksi pada pria.


Berikut adalah penjelasan tiap bagian pada alat reproduksi pria :

1. Skrotum
Skrotum merupakan alat yang digunakan untuk membungkus testis. Letak
skrotum yaitu diantara penis dan juga anus. Skrotum terletak di depan perineum.
Skrotum ada dua, atau sepasang, ada skrotum kanan dan skrotum kiri pada bagian ini
krotum dibatasi oleh jarignan ikat dan juga otot dartos. Otot ini memiliki fungsi
sebagai alat gerak bagi skrotum hingga skrotum dapat mengendur dan juga dapat
mengerut. Pada bagian skrotum juga memiliki serat-serat yang berasal dari penerusan
otot luring dari dinding perut atau biasa disebut dengan otot kremaster.

Fungsi dari skrotum adalah sebagai berikut:

 Memberi ruang untuk testis agar dapat bergerak. Baik bergerak menjahui tubuh
maupun bergerrak mendekati tubuh.
 Mengatur suhu pada testis agar tetap terjaga yaitu dengan memberikan lingkungan
pada testis yang memiliki suhu dingin antara 1-8 derajat Celcius lebih dingin bila
dibandingkan dengan suhu pada tubuh. 

2. Testis
Testis disebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ kecil dengan
diameter sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis membutuhkan suhu lebih rendah dari
suhu badan agar dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu, testis terletak di luar
tubuh atau lebih tepatnya di dalam skrotum. Ukuran dan posisi testis sebelah kanan
dan kiri berbeda. Testis berfungsi sebagai tempat pembentukan sperma
(spermatogenesis). Spermatogenesis pada manusia berlangsung selama 2 - 3 minggu.
Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.
Sperma berbentuk seperti kecebong, dapat bergerak sendiri dengan ekornya.

Testis juga mempunyai tanggung jawab untuk membuat hormon testosteron.


Hormon ini merupakan hormon yang sangat berperan dalam perubahan anak laki-laki
menjadi dewasa. Membuat suara laki-laki menjadi besar dan berat, dan berbagai
perubahan lain yang memperlihatkan bahwa seorang anak telah beranjak dewasa.

3. Epididimis
Epididimis adalah saluran yang keluar dari testis. Setiap testis memiliki satu
epididimis sehingga jumlahnya sepasang. epididimis adalah bagian organ pada alat
reproduksi yang memilki bentuk sebagai saluran yang berkelok kelok, saluran
epdidimis berada pada skrotum dan juga berada diluar testis. Apabila dilihat
epdidimis ini berbentuk hampir seperti huruf C

Fungsi epididimis adalah sebagai berikut:

 Digunakan sebagai tempat penyimpanan sperma hingga matang


 Bagian saluran epdidimis merupakan alat untuk pengangkutan
4. Vas deferens
Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot yang merupakan
lanjutan dari epididimis. Vas deferens membentang dari epididimis ke uretra. Vas
deferens berfungsi sebagai penghubung antara epididimis dengan kantong sperma dan
sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis.

5. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kandung mani adalah sebuah kantong yang
dindingnya menghasilkan getah sebagai makanan untuk sperma. vesikula
seminalis juga berfungsi untuk mensekresikan cairan dalam tubuh yang memiliki sifat
basa, selain itu vesikula seminalis ini berjumlah sepasang yaitu kanan dan kiri

6. Kelenjar bulbouretral
Kelenjar bulbouretral / Kelenjar cowper adalah sepasang kelenjar kecil
eksokrin yang terdapat pada sistem reproduksi pria. Kelenjar cowper terletak di
belakang samping (posterior-lateral) bagian uretra yang bermembran di dasar penis.

Kelenjar Cowper menghasilkan cairan pra ejakulasi atau cairan preseminal,


yaitu cairan transparan, tidak berwarna, kental yang dikeluarkan dari uretra ketika
terjadi peningkatan hasrat seksual, sebelum terjadi ejakulasi. Cairan ini membantu
melubrikasi uretra agar dapat dilewati spermatozoa, dan membantu menyingkirkan
sisa urin dan benda asing lainnya.

7. Penis
Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis. Pada bagian
kepala terdapat kulit yang menutupinya, disebut preputium. Kulit ini diambil secara
operatif saat melakukan sunat. Penis tidak mengandung tulang dan tidak terbentuk
dari otot. Ukuran dan bentuk penis bervariasi, tetapi jika penis ereksi ukurannya
hampir sama. Kemampuan ereksi sangat berperan dalam fungsi reproduksi. Pada
bagian dalam penis terdapat saluran yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini
untuk mengalirkan sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat dalam 'berhubunan'
antara pria dan wanita, serta sebagai saluran pengeluaran sperma, dan urine.

Pada usia remaja (sekitar usia 12 – 13 tahun), umumnya organ kelamin laki-
laki telah mampu menghasilkan sel sperma. Biasanya ditandai dengan mimpi dan
keluarnya sel sperma (mimpi basah). Dalam satu tetes semen (air mani) terdapat
kurang lebih 200 – 500 juta sperma. Sel sperma dapat bergerak aktif karena
mempunyai flagela (ekor).

8. Uretra
Uretra merupakan saluran sperma dan urine. Urethra merupakan saluran
panjang terusan dari saluran ejakulasi. Uretra merupakan saluran akhir reproduksi
yang terdapat di dalam penis. 
Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan
saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.

9. Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran atau saluran reproduksi terdiri atas saluran epididimis,
saluran vas deferens, saluran ejakulasi, dan saluran uretra.
10. Saluran Epididimis
Epididimismerupakan saluran berliku-liku yang memiliki panjang 4-6 meter
dan menghubungkan antara testis dengan vas deferens. Di dalam epididimis ini,
tempat menyimpan sperma kurang lebih selama 2 minggu hingga mengalami proses
pematangan sampai sperma menjadi dewasa dan siap membuahi sel telur.

11. Saluran Vas Deferens


Setelah sperma matang, dari saluran epididimis sperma disalurkan ke dalam
vas deferens. Bagaimana prosesnya? Saat ereksi maka iotot dinding saluran
epididimis akan berkontraksi mendorong sel sperma ke saluran vas deferens.

12. Saluran Ejakulasi (duktus ejakulatoris)


Setelah dari vas deferens, semen/mani (sel sperma dan air) yang terbentuk
dialirkan ke bagian saluran pemancaran yang disebut duktus ejakulatoris. Dari bagian
ini, sperma disemprotkan lewat saluran uretra. Pada keadaan ini, penis dalam keadaan
menegang, untuk dapat menyalurkan semen ke dalam alat kelamin wanita, peristiwa
ini disebut ejakulasi. Sperma yang tidak dikeluarkan dari dalam tubuh akan mati lalu
diserap oleh tubuh.

13. Saluran Uretra


Saluran uretra memiliki dua fungsi yaitu mengeluarkan cairan sperma dan
mengeluarkan urine.

C. Kelenjar Kelamin Pria

Vesikula Seminalis dan duktus seminalis Merupakan kantong-kantong kecil


yang berbentuk tidak teratur,
panjangnya 5 cm, dan terletak di antara vesika urinaria dan rektum. Vesika seminalis
berjumlah sepasang, terletak di bawah dan atas kandung kemih. Kelenjar ini
merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga disebut kantung semen,
mensekresi cairan kental berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi sperma
dan bersifat alkali serta membantu cairan semen. Cairan tersebut mengandung
glukosa yang berfungsi memberi nutrisi
pada sperma (cairan semen) dan berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam
saluran reproduksi wanita. Masing-masing vesikula bermuara pada duktus seminalis
yang bergabung dengan vas deferens pada sisi yang sesuai untuk membentuk dektus
ejakulatoris.

1. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah
kandung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol,
garam, dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma, selain
menghasilkan struktur berbentuk kerucut dengan panjang 4 cm, lebar 3 cm, tebal 2
cm, dan berat kira-kira 8 gram.

Sekret prostat diproduksi terus-menerus dan disekresi dalam urine, setiap


harinya kira-kira 1 mL, tetapi jumlahnya bergantung pada testosteron, karena hormon
ini yang merangsang sekresi tersebut. Sekret prostat mempunyai pH 6,6 dan
susunannya seperti plasma, tetapi mengandung bahan-bahan tambahan seperti
kolesterol, asam sitrat, dan enzim hialuronidase. Sekret prostat ditambahkan ke dalam
sperma dan cairan semen pada saat sperma dan cairan semen melewati uretra.

2. Kelenjar Cowper (Kelenjar Bulbouretra/Glandula bulbouretralis)


Merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Berbentuk
seperti kacang kapri, berwarna kuning, terletak di bawah prostat, saluran kelenjar ini
mempunyai panjang kira-kira 3 cm, dan bermuara ke dalam uretra sebelum mencapai
bagian penis. Sekresi dari glandula bulbouretralis mengeluarkan sedikit cairan
sebelum ejakulasi dengan tujuan untuk melumasi panis sehingga mempermudah
masuk ke dalam vagina. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali
(basa). Bila sekret prostat sendiri mempunyai pH 6,6 maka pH cairan semen secara
keseluruhan sama dengan darah yaitu 7,5.

D. Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan pembentukan dan perkembangan sperma yang
berlangsung secara terus menerus dan dalam jumlah besar pada laki-laki dewasa. Untuk
menghasilkan ratusan sperma setiap hari, pembelahan dan pematangan sperma terjadi di
sepanjang tubulus seminiferus yang menggulung di dalam kedua testis
(Campbell et al., 2010: 175).

Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran


kecil yang dinamakan spermatogenia yang terletak dalam dua sampai tiga lapisan di pinggir
luar epitel tubulus, lalu sel ini mengalami proliferasi dan berdiferensiasi membentuk sperma
(Guyton, 1990: 729).

Stadium pertama spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa


spermatogeniamenjadi spermatosit, kemudian mengalami meiosis membentuk dua
spermatosit yang mengandung 23 kromosom (Syaifuddin, 2006: 269).Spermatid mengalami
perubahan ekstensif sehingga berdeferensiasi (sel-sel sertoli menyedikan nutrien) menjadi
sperma.Proses pematangan spermatid menjadi sperma yang terdiri dari kepala, leher, badan
dan ekor disebut spermiasi
(Campbell et al., 2010: 176).
Urutan Proses spermatogenesislebih runutnya diantaranya :
1. Spermatogonium (tahap 1)
2. Spermatosit primer (tahap 2)
3. Spermatosit sekunder (tahap 3)
4. Spermatid (tahap 4)
5. Spermatozoa (tahap 5)

1. Sperma manusia berbentuk seperti kecebong dengan pembagian sebagai berikut


Kepala, berbentuk lonjong agak gepeng berisi nukleus (inti) haploid tebal dengan
sedikit sitoplasma, bagian ujungnya diselubungi oleh akrosom yang berfungsi
menghasilkan enzim-enzim yang membantu sperma dalam menembus ovum. Panjang
bagian kepala sekitar 5 µm.
2. Leher, yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah.
3. Bagian tengah, yang banyak mengandung mitokondria sebagai penghasil energi
(ATP) untuk pergerakan sperma. Panjang bagian tengah sekitar 5 µm.
4. Ekor, yang berupa flagela sebagai alat pergerakan sperma. Ekor ini dibagi lagi
menjadi bagian utama (principal piece)dengan panjang sekitar 50 µm dan bagian
ujung (end piece) dengan panjang sekitar 5 µm.

Spermatogenesis berlangsung di dalam testis, tepatnya di dalam duktus seminiferus.


Pada mulanya, di dalam tubulus seminiferus embrio laki-laki hanya ada 2 macam sel, yakni
sel induk atau sel punca (stem cell) besar yang akan berproliferasi secara mitosis membentuk
spermatogonia, dan sel kecil yang belum berspesialisasi. Pada waktu spermatogenesis
berlangsung, sebagian sel tetap berupa sel punca sedang yang lain berdiferensiasi selama
pembelahan meiosis.

Pada masa pubertas, spermatogenesis berlanjut dimana spermatogonia berproliferasi


menghasilkan semakin banyak spermatogonia yang masing-masing mengandung 23 pasang
kromosom atau diploid (2n = 46 kromosom). Beberapa spermatogonia berdiferensiasi
menjadi spermatosit primer yang juga diploid. Sel-sel spermatosit primer tersebut kemudian
membelah secara meiosis menjadi dua spermatosit sekunder dengan jumlah kromosom
menjadi setengahnya yaitu 23 kromosom atau haploid (n). Selanjutnya spermatosit sekunder
membelah lagi secara meiosis menjadi empat spermatid. Keempat spermatid ini memasuki
ujung sel-sel Sertoli untuk mematangkan diri menjadi spermatozoa yang merupakan tahap
akhir dari proses pembentukan sperma. Tahap tahap ini bermula dari bagian dalam dinding
luar duktus seminiferus menuju ke arah lumen, mengandung sel spermatogonia, spermatosit
primer, spermatosit sekunder, spermatid serta spermatozoa.

Proses pematangan spermatid menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis yang


terjadi di dalam epididimis. Spermiogenesis terbagi menjadi 4 fase, yaitu fase Golgi, fase
tutup (cap), fase akrosom, dan fase pematangan. Pada proses ini sebagian badan golgi
menjadi akrosom yang menutupi bagian apikal kepala. Sitoplasma didorong dari kepala ke
ekor sehingga hanya sedikit yang tersisa membungkus ekor, sedang sebagian besar
sitoplasma dibuang.
E. Proses Spermatogenesis

1) Spermatogonium
Spermatogonium memiliki kromosom yang berjumlah 23 pasang. Spermatogonium
merupakan awal dari tahap proses ini. Spermatogonium akan mengalami proses
mitosis dan berubah bentuk menjadi spermatosit primer atau pertama.

2) Spermatosit primer
-Spermatosit sekunder memiliki kromosom yang berjumlah 23 pasang.
- Spermatosit sekunder hasil dari pembelahan spermatogonium secara mitosis.
- Spermatosit primer akan mengalami pembelahan secara meiosis l dan berubah
bentuk menjadi spermatosit sekunder atau kedua.

3) Spermatosit sekunder
Spermatosit sekunder memiliki kromosom yang berjumlah 23. Pada tahap proses
ini keadaan kromosom tidak berpasangan karena sudah mengalami pembelahan
meiosis
1. Tidak lama kemudian, tahap proses ini terjadi pembelahan lagi yaitu meiosis.
2. Hasil dari pembelahan tersebut yaitu Spermatid tahap 4.

4) Spermatid
Spermatid memiliki kromosom yang berjumlah 23. Spermatid memiliki keadaan
yang sama dengan spermatosit sekunder atau yang kedua, yaitu keadaan kromosom
yang tidak berpasangan. Pada tahap ini, spermatid tidak mengalami pembelahan lagi
sesuai keadaan yang terjadi, melainkan berdeferenisiasi menjadi spermatozoa pada
induk telur.

5) Spermatozoa
Spermatozoa memiliki kromosom yang berjumlah 23. Spermatozoa
yang sudah selesai,akan menuju tempat penyimpanan sperma sementara atau melalui
testis.

Spermatogenesis menghasilkan 4 sel spermatozoa. Sperma akan keluar pada


kondisi epididimis sudah tidak bisa tertampung. Sperma dapat membuahi ovum jika
terjadi fertilisasi atau penumpukan di organ bagian sekitar kelamin.

 REGULASI HORMONAL PADA ALAT REPRODUKSI PRIA


Hormon androgen merupakan hormon kelamin utama pada pria. Jenis hormon androgen
yang terpenting adalah testosteron. Hormon androgen diproduksi oleh sel-sel interstisial dari
testis yang bertanggung jawab terhadap perkembangan sifat-sifat kelamin primer dan
sekunder pada pria. Perkembangan sistem reproduksi pria dan reproduksi spermatozoa
berhubungan dengan sifat kelamin primer sedangkan sifat kelamin sekunder berkenaan
dengan ciri kejantanan yang tidak berkaitan langsung dengan sistem reproduksi, seperti
jakun,suara,janggut, dan lain-lain.
Androgen menentukan tingkah laku pria,tingkah laku seksual, dan libido seksualis.
Hipofisis memproduksi dua jenis hormon gonadotrophin yakni LH dan FSH setelah
distimulasi oleh hipotalamus dan memberikan efek berbeda terhadap testis. Hormon LH
(luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis dan menstimulasi sel-sel
interstisial dan testis untuk memproduksi androgen. Hormon FSH juga dihasilkan oleh lobus
anterior hipofisis dan menginduksi tubuli seminiferi untuk meningkatkan produksi
spermatozoa. Berhubung hormon androgen juga diperlukan untuk produksi spermatozoa,
mka hormon LH secara tidak langsung menstimulasi proses spermatogenesis.
Produksi hormon LH dan FSH dikontrol oleh jenis hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus
yakni hormon GnRH (gonadotrophin –releasing hormone). Konsentrasi LH,FSH,dan GnRH
diatur secara umpan balik oleh hormon androgen, pada pria, umpan balik ini menjaga
hormon-hormon agar tetap konstan. Pada kebanyakan hewan mamalia terjadi daur musiman
produksi hormon yang berkaitan dengan berkelaminan (estrus).

F. Sistem Reproduksi Pada Wanita

Saat dilahirkan seorang anak wanita telah mempunyai alat reproduksi yang
lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat reproduksi ini akan berfungsi
sepenuhnya saat seorang wanita telah memasuki masa pubertas. 
Bagian-bagian alat reproduksi pada Wanita.

Secara umum, alat reproduksi wanita terdiri dari ovarium atau indung telur,
Tuba falopi, uterus atau rahim, vagina, mons veneris, Labia mayora atau bibir besar
kemaluan, Labia minora, Vestibulum, dan Hymen. Berikut adalah penjelasan bagian-
bagian dari alat reproduksi pada wanita :

1. Ovarium atau Indung Telur


Ovarium adalah tempat pembentukan sel telur (ovum). Ovarium berjumlah
sepasang dan terdapat di rongga badan. Ovarium disebut juga dengan indung telur.
Letak ovarium di sebelah kiri dan kanan rongga perut bagian bawah. Ovarium
berhasil memproduksi sel telur jika wanita telah dewasa dan mengalami siklus
menstruasi. Setelah sel telur masak, akan terjadi ovulasi yaitu pelepasan sel telur dari
ovarium. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Sel telur disebut juga dengan ovum.

2. Mons veneris
Mons veneris atau juga memiliki kata lain mons pubis, kerap sekali disebut
sebagai kemaluan, mons veneris ini merupakan lapisan lemak yang berfungsi untuk
menutupi tulang pada kemaluan.

Fungsi mons veneris adalah sebagai berikut:

1. Sebagai perlindungan untuk kemaluan


2. Melindungi tulang dan jaringan yang ada di bagian bawah kemaluan
3. Melindungi kemaluan pada saat melakukun hubungan seksual
4. Sebagai sarana untuk melayani dan mengamankan organ dari bahaya apapun
5. Membantu mearangsang dan menambah daya seksualitas pada pasangan.
6. Menghasilkan bau yang dapat merangsang seksual
3. Tuba fallopi
Tuba fallopi disebut juga dengan saluran telur. Saluran telur adalah sepasang
saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10 cm. Saluran ini
menghubungkan rahim dengan ovarium melalui fimbria. Ujung yang satu dari tuba
fallopii akan bermuara di rahim sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas
dan terhubung ke dalam rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai
dan bergerak bebas. Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur
saat dilepaskan oleh ovarium. Dari fimbria, telur digerakkan oleh rambut-rambut
halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.

4. Uterus atau Rahim


Uterus adalah wadah untuk Rahim, uterus memiliki berat sekitar 30 gram,
uterus juga tersusun dari lapisan otot otot yang kuat, karena uterus nantinya yang
digunakan untuk tempat tumbuh kembangnya janin, otot pada uterus memiliki sifat
yang elastis sehigga bisa berkembang dan mampu menompang janin pada saat
kehamilan. Selain itu pada bagian uterus juga memiliki sel-sel epitel yang berada di
dalam dinding Rahim yang memiliki fungsi sebagai membatas uterus.

5. Vagina
Vagina adalah akhir dari saluran kelamin wanita dan tempat bayi keluar pada
saat kelahiran. vagina memiliki panjang sekitar delapan sampai dengan sepuluh
sentimeter dan terletak diantara rectum dan kandung kemih. Vagina merupakan
membranasea (Otot-Selaput) yang berfungsi untuk menghubungkan Rahim ke bagian
luar. vagina yang sehat memiliki sifat yang asam, sifat ini disebabkan karena adanya
degradasi glikogen dan menjadi asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri bacillus.
vagina juga memiliki selaput lendir pada bagian terluar dan juga pada lapisan tengah
vagina terdiri dari otot-otot dan lapisan-lapisan lain yang meiliki banyak serat. Fungsi
vagina adalah sebagai jalan lahirnya bayi, tempat ketika sedang melakukan hubungan
seksual, tempat untuk menyalurkan darah ataupun menyalurkan lendir pada Rahim.

6. Labia mayora atau bibir besar kemaluan


Labia mayora merupakan bagian luar dari kemaluan wanita, bagian ini
berbentuk seperti bibir tapi agak terlihat lebih lebar, pada bagian ini terdiri dari
jaringnan kelenjar keringan dan juga jaringan lemak

7. Labia Minora atau bibir kecil kemaluan


Labia Minora adalah organ berbentuk lipatan yang terdapat di dalam Labia
Mayora. Alat ini tidak memiliki rambut, tersusun atas jaringan lemak, dan memiliki
banyak pembuluh darah sehingga bisa membesar ketika gairah seks bertambah. Bibir
Kecil Kemaluan ini mengelilingi Orifisium Vagina (lubang Kemaluan). Pada Alat
Reproduksi Pria, Kulit Skrotum analog dengan Labia Minora.

8. Himen (Selaput Dara)


Himen adalah selaput membran tipis yang menutupi lubang vagina. Himen ini
mudah robek sehingga dapat dijadikan salah satu indikator untuk menilai
keperawanan seorang perempuan. Normalnya Himen mempunyai satu lubang agak
besar yang berbentuk seperti lingkaran. Himen adalah tempat keluarnya cairan atau
darah saat menstruasi. Saat Melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya himen
biasanya akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan hanya akan
tertinggal sisa – sisa himen yang disebut caruncula mirtiformis (caruncula hymenalis)
9. Vestibulum
Vestibulum adalah rongga pada kemaluan yang dibatasi oleh labia minora
pada sisi kiri dan kanan, dibatasi oleh klitoris pada bagian atas, dan dibatasi oleh
pertemuan dua labia minora pada bagian belakang (bawah) nya.

10. Selaput lendir (membran mukosa)


Selaput lendir merupakan bagian terluar dari vagina yang dapat mense-
kresikan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh
kelenjar bartholin.

11. Jaringan otot


Jaringan otot penyusun vagina adalah otot polos yang dapat berkontraksi
untuk memperlebar saluran vagina dan uterus serta mengembalikan ke bentuk semula.
Hal ini diperlukan dalam proses persalinan.

12. Jaringan ikat


Jaringan ikat dan jaringan otot berperan dalam melebarkan uterus ketika janin
akan keluar. Pada saat janin sudah dilahirkan maka kedua jaringan ini akan
mengembalikan uterus ke bentuk semula.
13. Vulva
Vulva merupakan organ reproduksi wanita luar yang terdiri atas bagian-bagian
berikut:

 Mons pubis

Merupakan bagian vulva yang tersusun atas jaringan lemak, dan akan
ditumbuhi rambut bila sudah masa pubertas.

 Labia mayor

Labia mayor atau bibir besar terletak di bawah mons pubis, berupa lipatan
berjumlah sepasang, ditumbuhi rambut bila sudah masa pubertas.

 Labia minor

Labia minor atau bibir kecil merupakan dua lipatan kulit diantara kedua labia
mayor. Labia minor tidak ditumbuhi rambut, mengandung kelenjar keringat
dan kelenjar sebasea.

 Klitoris

Merupakan organ erektil pada wanita, terletak di bagian atas dari struktur
labium. Klitoris banyak terdapat pembuluh darah dan ujung-ujung saraf yang
sangat sensitif.

 Orifisium uretra

Merupakan saluran keluar urine dari kandung kemih.


 Mulut vagina

Mulut vagina dikelilingi membran yang disebut himen (selaput darah).

Jadi ada dua saluran yang langsung berhubungan dengan vulva yaitu orifisium uretra
dan vagina.

G. Proses Pembentukan Sel Kelamin Pria dan Wanita

1. Pembentukan Sel Kelamin Laki-laki


Gambar 4 menampilkan proses pembentukan sel kelamin laki-laki atau disebut
spermatogenesis yang terjadi di tubulus seminiferus dalam testis. Tubulus seminiferus
ini mampu memproduksi sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa. Jumlah
yang normal spermatozoa berkisar antara 35 - 200 juta, tetapi mungkin pada
seseorang hanya memproduksi kurang dari 20 juta, maka orang tersebut dapat
dikatakan kurang subur.

Proses pembentukan sperma bermula dari sel spermatogonium berkromosom 23


pasang (diploid) yang membelah secara mitosis menjadi spermatosit primer yang
masih bersifat diploid (2n). Melalui pembelahan secara meiosis tahap I, maka
spermatosit primer yang diploid itu akan menghasilkan spermatosit sekunder yang
bersifat haploid (n) yaitu memiliki kromosom 23 buah.

Setelah itu, spermatosit sekunder mengalami pembelahan meiosis tahap II yang


menghasilkan 4 spermatid yang bersifat haploid (n). Spermatid (n) akan mengalami
proses maturasi (pematangan) menjadi spermatozoa (sperma) yang haploid. Sperma
terdiri atas kepala, leher, dan ekor. Kepala sperma memiliki inti sel (nukleus) dan
dilapisi akrosom yang mengandung enzim untuk menembus ovum. Leher sperma
mengandung mitokondria yang menghasilkan energi untuk pergerakan sperma.

2. Pembentukan Sel Kelamin Wanita


Proses pembentukan sel k e l a m i n w a n i t a disebut oogenesis, berlangsung di
dalam ovarium (indung telur). Oogenesis dimulai dari oogonium yang bersifat diploid
yaitu mengandung kromoson sebanyak 23 pasang membelah secara mitosis menjadi
oosit primer yang masih bersifat diploid. Oosit primer mengalami pembelahan
meiosis I menjadi oosit sekunder dan badan kutub I. Selanjutnya oosit sekunder akan
mengalami pembelahan meiosis II membentuk ootid dan badan kutub II. Selanjutnya
ootid inilah yang akan berkembang menjadi ovum. Ovum yang dihasilkan dari proses
ini hanya berjumlah satu
H. Pembelahan folekul

Sel-sel bakal telur telah terbentuk oleh proliferasi sel-sel lapisan epitelium germinal
yang meliputi ovarium di dalam periode perkembangan janin perempuan di dalam uterus
ibunya. Bakal sel telur melepaskan diri dari lapisan epitelium germinal dan terbenam di
dalam bagian korteks dari ovarium. Di sana bakal sel telur berproliferasi membentuk
oogonium. Sel-sel yang berada di sekitar oogonium mengatur diri di sekelilingi oogonium
untuk memberikan perlindungan dan penyalur makanan bagi oogonium, membentuk
folikel primer. Sel-sel folikel di sekitar oogonium cepat berproliferasi menjadi beberapa
lapis. Sementara itu terjadi ruangan-ruangan di antara sel-sel folikel, disebut antrum
folikuli yang diisi oleh cairan likuor folikuli. Keseluruhan folikel yang terbenam dalam
korteks ovarium kini mulai berkembang ke arah permukaan ovarium. Setelah matang,
folikel menonjol keluar dari permukaan ovarium dan siap mengalami ovulasi. Folikel
yang sudah matang ini disebut folikel de Graaf. Pada tingkat ini ovum berada dalam
stadium oosit primer. Sitoplasmanya sudah mengandung substansi nutrisi sehingga oosit
primer bertambah besar. Ovum diliputi oleh suatu lapisan substansi nonselular yang
trasnparan disebut zona pelusida. Di luar zona pelusida sel-sel folikel mengatur diri
secara radial membentuk korona radiata. Lapisan sel-sel folikel yang bergerombol di
daerah perifer dari dinding folikel disebut stratum granulosum. Jaringan pengikat di luar
stratum granulosum berkondensasi membentuk teka folikuli. Pada folikel de Graaf ovum
dan sel-sel folikel yang meliputinya menonjol ke dalam antrum folikuli dan membentuk
kumulus ooforus.

• Ovulasi

Dengan bertambahnya likuor folikuli di dalam folikel de Graaf dan tekanan ke dalam
oleh teka folikuli, maka bagian yang menonjol keluar dari ovarium pecah, sehingga ovum
bersama korona radiata serta likuor folikuli terlempaar/tersembur keluar dan ditampung
oleh tuba Fallopi (oviduk). Proses ini disebut ovulasi.

• Korpus Luteum

Sel-sel folikel yang tersisa di dalam ovarium setelah ovulasi dan teka folikuli
membentuk korpus luteum. Pada saatterjadi ovulasi, beberapa pembuluh darah kapiler di
sekitar folikel putus sehingga sedikit darah tercurah ke dalam bekas antrum folikuli
(terjadi korpus rubrum). Eritrosit difagositosis oleh leukosit untuk digantikan oleh suatu
substansi berwarna kuning, sehingga keseluruhannya disebut korpus luteum. Korpus
luteum berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang memproduksi hormon. Hormon ini
berfungsi mempersiapkan dinding endometrium uterus untuk menerima embrio nanti.
Jika terjadi fertilisasi, korpus luteum dipertahankan akan tetapi jika tidak terjadi
fertilisasi, korpus luteum berdegenerasi. Sel-sel folikel berdegenerasi dan diganti oleh
jaringan pengikat berwarna keputihan sehingga kini disebut korpus albikans.

• Folikel Atresia
Tidak semua folikel primer yang terbentuk berkembangh menjadi folikel yang matang
(folikel de Graaf). Sebagian besar berhenti bertumbuh dan mulai berdegenerasi disebut
folikel atresia. Pada janin manusia berusia 5 bulan terdapat kurang lebih 7 juta folikel
primer dan pada waktu bayi lahir hanya tersisa 2 juta folikel primer (yang lain mengalami
atresia) dan pada waktu masa puber hanya terdapat kurang dari 200.000 folikel yang
aktif.

• Pematangan Ovum
Oogonium membesar menjadi oosit primer atau oosit I, sedangkan oosit sekunder
merupakan oosit primer yang kemudian mengalami pembelahan meiosis I menghasilkan
2 anak sel dimana sitoplasma terkonsentrasi pada salah satu anak sel yang besar. Oosit
sekunder disebut juga oosit II (n kromosom). Anak sel lain yang kecil, disebut polosit
primer atau badan polar I, kemudian berdegenerasi meskipun ada juga yang dapat
membelah pada meiosis kedua menghasilkan dua polosit. Sementara itu, oosit sekunder
mengalami pembelahan meiosis II menghasilkan 2 anak sel yang tidak sama besar. Anak
sel yang besar mengandung sitoplasma banyak disebut ootid dan akan menjadi ovum
matang yang siap dibuahi. Anak sel yang kecil disebut polosit sekunder atau badan pola II
akan berdegenerasi. Polosit primer dan polosit sekunder tidak berperan dalam fertilisasi
dan akhirnya berdegenerasi. Meiosis II berlanjut setelah dirangsang oleh penetrasi
spermatozoa pada waktu fertilisasi.

• Masa Diktioten
Oosit primer pada manusia terhenti perkembangannya pada stadium profase dari
meiosis primer sampai saatnya diovulasi. Tenggang waktu ini disebut masa diktioten.
Karena pada umumnya setiap bulan hanya satu folikel de Graaf yang mengalami ovulasi,
maka ada oosit primer yang mengalami masa diktioten lebih dari 40 tahun menjelang
masa menopause. Pada waktu menopause semua pembelahan meiosis terhenti, sehingga
tidak ada lagi ovum yang diproduksi.

gambar tentang "Pembelahan Folikel"

I. Ovulasi dan Menstruasi

1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepas-an sel telur (ovum) dari ovarium (indung telur).
Proses ovulasi dipengaruhi dua hormon, yai-tu LH (Luteinizing Hormone) dan FSH
(Follicle Stimulating Hormone) yang dihasil-kan oleh kelenjar hipofisis di dalam otak.
Saat ovulasi adalah masa subur seorang wanita. Masa subur seorang wanita
berlangsung beberapa hari. Satu siklus haid dimulai pada hari pertama setelah hari
terakhir masa haid sebelumnya dan berakhir pada hari pertama masa haid berikutnya.
Mulai pada hari pertama siklus ini sel telur bersama folikelnya akan mengalami pe-
matangan lalu sekitar 13 - 15 hari sebelum hari pertama haid akan terjadi ovulasi. Sel
telur yang berada dalam folikel bila telah masak maka folikel dan dinding ovarium
robek, lalu sel telur yang sudah matang akan keluar dan masuk ke dalam oviduk (tuba
falopi) melalui infundibulum. Telur dewasa yang berada di oviduk akan dihanyutkan
ke dalam rahim dengan cairan khusus. Sel telur dewasaini dapat dibuahi dalam tempo
24 jam setelah dilepaskan oleh ovarium yaitu pada saat dalam perjalanan menuju
rahim. Setelah sel telur dilepaskan, maka sel folikel menjadi kosong dan berubah
menjadi korpusluteum. Korpusluteu mini dengan didukung oleh LH akan memicu
terbentuknya hormon estrogen dan progestero

2. Menstruasi

Menstruasi yaitu proses meleburnya ovum yang gagal dibuahi bersama dengan
lapisan. dinding uterus berlangsung secara periodik. Pada saat terjadi menstruasi, pada
wanita sering kali dihasilkan darah yang disertai jaringan-jaringan kecil tetapi bukan
darah. Siklus pada saat menstruasi terjadi membutuhkan waktu sekitar 28 hari sampai
satu bulan, itulah sebabnya siklus ini diberi istilah mens yang berasal dari bahasa
Yunani yang artinya satu bulan. Menstruasi (haid) nya sendiri terjadi selama 2-7 hari.
Lalu bagaimana seorang wanita mengalami menopause? Menopause yang dialami
wanita mulai umur 45-50 tahun,
terjadi karena oosit primer yang terbentuk semuanya mengalami degradasi, sehingga
tidak sampai pada tahap pembentukan ovum.

3. Daur Menstruasi

Mulai hari pertama terjadinya perdarahan menses sampai hari pertama


perdarahan menses berikutnya dihitung satu daur menstruasi (menses). Daur
menstruasi dapat dibagi atas empat fase, yaitu pascamenstruasi, proliferasi, sekretoris
dan menstruasi.

4. Pascamenstruasi

Stratum kompaktum danstratum spongiosum dari endometrium telah selesai


meluruh (mengelupas atau mengalami erosi) pada waktu menstruasi berhenti. Pada
waktu ini konsentrasi hormon estrogen dan hormon progesteron rendah, dan keadaan
ini memberikan umpan balik positif bagi hipotalamus untuk meningkatkan produksi
hormon GnRH sehingga produksi FSH dan LH mulai pula dinaikkan.
Pascamenstruasi berlangsung kurang lebih empat hari.

5. Fase Proliferasi

Pada fase ini endometrium mulai menebal kembali secara progresif. Penebalan
dimungkinkan oleh proliferasi atau perbanyakan sel-sel endometrium di lapisan
stratum basalis yang tidak mengalami erosi pada waktu menstruasi. Proliferasi sel
diinduksi oleh hormon esterogen yang dihasilkan oleh teka folikuli interna dari folikel
yang sedang berkembang menjadi folikel de Graaf. Jadi, sementara folikel
berkembang menjadi folikel de Graaf yang diinduksi oleh hormon FSH, endometrium
berproliferasi menjadi tebal oleh hormon esterogen. Pada fase proliferasi tidak hanya
terjadi penebalan endometrium, akan tetapi terjadi regenerasi kelenjar-kelenjar dan
pembuluh darah yang terpotong pada waktu menstruasi. Akhirnya terbentuk lagi
stratum kompaktum dan stratum spongiosum dari endometrium. Fase ini berlangsung
kurang lebih 12 hari.

6. Fase Sekresi

Endometrium mengalami penebalan maksimum pada fase sekresi, yakni


mencapai 5 sampai 7 mm dari hanya 0,5 sampai 1 mm yang tersisa pada
pascamenstruasi. Bagian basal dari kelenjar-kelenjar uterus yang tersisa bertumbuh
memanjang dan kemudian berkelok-kelok. Diameter kelenjar bertambah. Sel-sel
kelenjar banyak memproduksi glikogen. Pada fase ini bagian apikal sel-sel kelenjar
melepaskan diri dan disekresikan ke ruang uterus bersama glikogen dan sekret lain.
Sekret berupa lendir berfungsi untuk menerima blastokistajika terjadi fertilisasi.

Setelah ovulasi, hormon LH dari lobus anterior hipofisis menginduksi folikel


de Graaf yang tersisa menjadi korpus luteum. Korpus luteum ini memproduksi
hormon progesteron. Oleh peredaran darah hormon progesteron tiba di uterus dan
menginduksi sekresi kelenjar-kelenjar serta mempertahankan eksistensi tebalnya
endometrium, sebagai persiapan untuk implantasi dan tempat perkembangan embrio.
Pada fase sekretoris berlangsung kurang lebih 8 hari.

7. Fase Menstruasi

Jika ovum tidak dibuahi, maka menjelang akhirnya fase sekretoris hormon
esterogen dan progesteron makin meningkat. Konsentrasi tinggi dari kedua hormon
tersebut memberikan umpan balik negatif bagi hipotalamus sehingga produksi
hormon GnRH ditekan dan mengakibatkan penurunan produksi hormon FSH dan LH.
Pada waktu LH berkurang, maka korpus luteum yang membutuhkan LH untuk
berfungsi mulai berdegenerasi dan berubah menjadi korpus albikans.
Hal ini mengakibatkan penurunan konsentrasi hormon esterogen dan
progesteron. Karena progesteron berfungsi mempertahankan fase sekretoris dan
keutuhan tebalnya endometrium, maka pada waktu konsentrasi hormon progesteron
menurun tajam, stratum kompaktum dan stratum spongiosum mengalami erosi.
Pembuluh darah terpotong, sehingga terjadi perdarahan. Peristiwa ini disebut dengan
menstruasi.

Darah menstruasi tidak berkoagulasi. Erosi endometrium tidak terjadi


sekaligus, melainkan setempat demi setempat akhir menstruasi. Stratum basalis yang
tersisa bertumbuh kembali pada fase proliferasi daur berikutnya dan fase ini
berlangsung kurang lebih empat hari.

oo

J. Hubungan Ovulasi dengan Daur Menstruasi

Pada daur menstruasi 28 hari, ovulasi terjadi sekitar pertengahan daur. Jarak
waktu antara ovulasi dan permulaanmenstruasi berikutnya adalah konstan 14 hari,
akan tetapi waktu antara ovulasi tersebut dengan permulaan menstruasi sebelumnya
tidak konstan. Hal ini terjadi oleh karena panjangnya daur menstruasi dapat bervariasi
dari bulan ke bulan pada individu yang sama. Oleh karena itu, sulit memprediksi
tanggal ovulasi berikutnya dihitung mulai dari tanggal permulaan menstruasi, kecuali
jika wanita memperlihatkan periode menstruasi yang sangat teratur.

Salah satu metode untuk mengetahui waktu ovulasi adalah dengan metode
pengukuran suhu. Suhu tubuh wanita diukur setiap pagi. Suhu menjadi rendah selama
menstruasi, kemudian akan naik. Pada kira-kira pertengahan daur, tiba-tiba suhu turun
dan diikuti oleh kenaikan suhu. Turun dan menaiknya suhu menandakan terjadinya
ovulasi. Selain pengukuran suhu tubuh untuk mengetahui waktu ovulasi adalah
dengan indikator berupa sifat lendir serviks.

Perubahan Hormonal Setelah Fertilisasi, setelah implantasi, zigot


mensekresikan human chorionic gonadotropin (HCG), yang serupa dengan LHdan
menimbulkan efek yang sama. HCG ini menyebabkan korpus luteum terus
berproliferasi dan mensekresikan kadar progesteron yang semakin meningkat,
sehingga endometrium dipertahankan. Hal inilah yang menyebabkan berhentinya daur
menstruasi.

K. Teknologi Sistem Reproduksi

Teknologi sistem reproduksi digunakan untuk mengatasi atau memberikan solusi atas kasus-
kasus kelainan reproduksi. Melalui teknologi ini hambatan reproduksi diupayakan untuk
diantisipasi. Beberapa teknologi sistem reproduksi yang akan dibahas adalah sebagai berikut.

 Obat Kesuburan
Obat kesuburan adalah obat yang meningkatkan tingkat kesuburan reproduksi.
Bagi wanita, obat kesuburan yang digunakan berguna untuk merangsang
pembentukan ovum atau meningkatkan kualitas ovum. Bagi laki-laki obat kesuburan
ini untuk merangsang pembentukan sel sperma atau meningkatkan kualitas sel
sperma.

 Ultrasonografi (USG)
Kamu mungkin pernah mendengar istilah USG. Ultrasonografi (USG)
merupakan teknik menggunakan gelombang ultrasonik untuk mendiagnosa keadaan
bayi dalam rahim. Misalnya ukuran tubuh, organ tubuh bayi termasuk organ kelamin,
dan kesehatan.

 Bayi tabung (Fertilisasi in vitro)


Pernahkah kamu mendengar istilah bayi tabung? Teknik bayi tabung
digunakan pada pasangan suami istri yang sulit mendapat keturunan. Teknik bayi
tabung memerlukan 3 tahap sebagai berikut.

a) Pengambilan ovum yang sudah matang dari seorang wanita (istri).


b) Menyediakan media kultur sebagai tempat pembuahan. Media ini harus mempunyai
kandungan kimia sesuai dengan cairan yang ada di saluran fallopii.
c) Pengambilan sperma dari seorang pria (suami).
Sperma diinjeksikan ke dalam ovum dalam media kultur. Setelah terjadi pembuahan dan
pembentukan embrio, embrio ini akan terus dikembangkan di media kultur hingga hari ke
enam dan baru diimplantasikan (ditanam) ke rahim ibu.

L. Oogenesis

Oogenesis adalah proses perkembangan oosit (sel telur) matang yang berlangsung di
dalam ovarium (Campbell et al., 2010: 175). Oogenesis dimulai di dalam embrio perempuan
dengan produksi oogonium dari sel-sel punca primordial.

Oogonium membelah secara mitosis untuk membentuk sel-sel lalu memulai proses
meiosis. Saat memasuki masa pubertas,anak perempuan akan mengalami perubahan hormon
yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertama.Oosit yang mengalami
meosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukuran.Hanya jika sebuah sperma
menembus oosit maka meiosis II akan diteruskan.

M. Proses Oogenesis

1) Proliferasi (Perbanyakan)
Tahap ini terjadi secara berulang-ulang. Hitungannya yaitu gametogonium
membelah menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan seterusnya. Sel benih primordial
ini berdiferensiasi menjadi oogonium, yang kemudia mengalami perbanyakan untuk
membentuk oosit primer dan siap memasuki periode tumbuh.

2) Pertumbuhan
Pada tahap ini, oogonium akan tumbuh membesar menjadi oogonium I. Tahapan
ini sangat memegang peran penting karena sebagian besar dari substansi telur akan
digunakan dalam perkembangan selanjutnya.

3) Pematangan
Pada tahapan ini terdapat 2 kali pembelahan meiosis. Setelah terjadi tahap
pertumbuhan, oogonium I mengalami tahap pematangan yang berlangsung secara
meiosis. Akhir meiosis I nantinya akan terbentuk oogonium II dan akhir meiosis II
terbentuk ootid.

4) Perubahan Bentuk
Ootid dalam fase terkhir akan mengalami perubahan bentuk menjadi gamet. Pada
mamalia, selesai meiosis I pada betina, terbentuk oosit II dan satu polosit. Polosit jauh
lebih kecil dari oosit, karena sitoplasma sedikit sekali. Akhir dari meiosis II akan
terbentuk satu ootid dan satu polosit II.

N. REGULASI HORMONAL PADA ALAT REPRODUKSI WANITA

 Estrogen
Estrogen disekresikan oleh sel-sel intrafolikel ovarium. Estrogen mempermudah
pertumbuhan folikel ovarium dan menimbulkan sifat kelamin atau seks sekunder
(Syaifuddin, 2006: 261).

 Progesteron
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta, yang bertanggung jawab atas
perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam serviks dan vagina, menghambat kerja
oksitosin, dan menyiapkan pertumbuhan dinding uterus untuk perlekatan zigot
(Syaifuddin, 2006: 261).
 LH (Luteinizing Hormone)
LH dan FSH bekerja sama untuk menyekresikan estrogen dari folekel de graaf. Bila
estrogen dibentuk dalam jumlah yang besar menyebabkan pengurangan produksi FSH
sedangkan produksi LH bertambah dan merangsang terjadinya ovulasi. Ovulasi adalah proses
pelepasan ovum dari ovarium.
(Syaifuddin, 2006: 261)
 FSH (Folicle Stimulating Hormone)
FSH berfungsi merangsang pertumbuhan folikel dalam ovarium sehingga matang, disebut
folikel de graff dan merangsang sel-sel folikel untuk menghasilkan hormon estrogen. FSH
dibentuk di lobus anterior kelenjar hipofise
(Syaifuddin, 2006: 261).

 Prolaktin
Hormon ini hanya ditemukan pada wanita yang mengalami menstruasi, dan masa laktasi
yang dibentuk di lobus anterior kelenjar hipofise. Fungsi hormon prolaktin adalah
mempertahankan produksi progesteron dari korpus luteum
(Syaifuddin, 2006: 261).

 GONADOTROPHIN RELEASING HORMONE ( GnRh )


GnRh merupakan hormon yang di produksi oleh hipotalamus di otak. GnRh akan
merangsang pelepasan Follicle Stimulating Hormone ( FSH ) di hipofisis. Bila kadar
esterogen tinggi, maka esterogen akan memberikan umpan balik ke hipotalamus sehingga
kadar GnRh akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
Hormon ini diproduksi di hipotalamus, kemudian di lepaskan, berfungsi menstimulasi
hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotrophin.
(Syaifuddin, 2006:2001).

 FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH)


Hormon ini di produksi pada sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap
GnRh yang berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di
ovarium wanita (pada pria memicu pematangan di tesis).
Pelepasannya periodik/pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3jam), sering
tidak ditemukan dalam darah, sekresinya di hambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa
ovarium, melalui mekanisme umpan balik negatif.
(Syaifuddin, 2006:2001).

 LUTENING HORMONE (LH) / INTERSTITAL CELL STIMULATING


HORMONE (ICSH)
Hormon ini di produksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH
berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus,
LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pasca ovulasi dalam
menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus,
waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam), kerja sangat cepat dan singkat. Pada pria
LH memicu sintesis testosteron di sel-sel leydig testis.
(Syaifuddin, 2006:2001).

 ESTEROGEN
Esterogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari esterogen,tetapiyang paling
penting untuk reproduksi adalah estradiol. Esterogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita,yaitu pembentukan payudara,lekuk tubuh,rambut
kemaluan, dan lain-lain.
Esterogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menajaga kualitas dan kuantitas cairan serviks dan vagina sehingga sesuai
untuk penestrasi sperma, selain fungsinya yang turut membantu mengatur temperatur suhu
(sistem pusat / otak).
Esterogen alami di produksi terutama oleh sel-sel interna folikel di ovaroium secara
primer, dan dalam jumlah lenih sedikit juga di produksi di kelenjar adrenal melalui konversi
hormon androgen.
Pada uterus, esterogen menyebabkan proliferasi endometrium, pada serviks menyebabkan
perlunakan serviks dan pengentalan lendir serviks, pada vagina menyebabkan proliferasi
epitel vagina, dan pada payudara menstimulasi pertumbuhan payudara. Selain itu, esterogen
juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, esterogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan /
regenerasi tulang. Pada wanita pasca menopouse, untuk pencegahan tulang kropos /
osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
(Syaifuddin, 2006:2001).

 HUMAN CHORIONIC GONADOTROPHIN (HCG)


Hormon ini di produksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu ( sampai
sekitar 100.000 mU/ml ). Kemudian turun pada trimester kedua ( sekitar 1.000 mU/ml).
Kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
HCG berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi
hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki
fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda
kemungkinan adanya kehamilan (tes GalliMainini, tes pack, dan sebagainya).
(Syaifuddin, 2006:2001)

 LACTOTROPHIC HORMOBE (LTH) / PROLACTIN


Diproduksi di hipofisi anterior, memiliki aktivitas memicu / meningkatkan produksi dan
sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi
pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin
juga diproduksi oleh plasenta ( Human Placentol Lactogen / HPL).
Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pasca
persalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus sehingga jika
kadarnya berlebihan ( hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan ovulasi, dan gangguan haid
berupa amenorea.
(Syaifuddin, 2006:2001).

 Daur Ovarium
GnRH menginduksi lobus anterior hipofisis untuk memproduksi FSH dan LH pada akhir
menstruasi. Melalui peredaran darah, kedua hormon tersebut tiba di ovarium, akan tetapi
folikel belum mempunyai reseptor untuk menangkap LH. Hormon FSH menginduksi
perkembangan folikel. Menjelang pembentukan folikel de Graaf, sel-sel yang meliputi
membran granulosa berkondensasi dan membentuk lapisan, yang disebut teka folikuli interna
dan berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon esterogen. Di bagian
luar dari teka folikel interna sel-sel membentuk teka folikuli eksterna.
Produksi hormon esterogen meninggi dengan cepat mendekati pematangan folikel de
Graaf. Konstenntrasi hormon esterogen yang tinggi memberikan umpan balik positif terhadap
hipotalamus untuk meningkatkan produksi GnRH sehingga produksi FSH dan LH meningkat.
Kini folikel telah dilengkapi dengan reseptor untuk mengikat hormon LH dan peningkatan
hormon LH menginduksi pematangan folikel de Graaf dan kemudian mengalami ovulasi. LH
mempunyai fungsi mengubah folikel menjadi korpus luteum setelah ovulasi, selanjutnya dari
korpus luteum bergantung pda ovum yang di ovulasi apakah dibuahi oleh spermatozoa atau
tidak.
Jika ovum dibuahi (terjadi kehamilan), maka korpus luteum di pertahankan selama 3
sampai 4 bulan. Hormon progesteron yang diproduksi oleh korpus luteum diperlukan untuk
mempertahankan endometrium dari uterus agar tidak meluruh pada bulan-bulan pertama
kehamilan. Sesudah 4 bulan korpus luteum berdegenerasi dan tidak menghasilkan hormon
progesteron lagi. Pada waktu ini plasenta mulai menghasilkan hormon progesteron.
Jika ovum tidak dibuahi , korpus luteum masih dapat bertahan selama kurang lebih 14
hari, dan kemudian berdegenerasi. Sel-sel luteal berubah menjadi jaringan fibrosa berwarna
putih, sehingga disebut korpus albikans dan produksi progesteron berhenti.
(Syaifuddin, 2006:2001).
O. Siklus Reproduksi Perempuan

Saat mencapai kematangan seksual, laki-laki melangsungkan gametogenesis secara


terus menerus, semenatara perempuan menghasilkan gamet menurut siklus. Ovulasi terjadi
hanya setelah endometrium (lapisan uterus) mulai menebal dan mengembangkan suplai darah
yang kaya sehingga mempersiapkan uterus untuk implantasi embrio yang mungkin terjadi
(Campbell et al., 2010: 178). Jika tidak terjadinya kehamilan, maka lapisan endometrium
akan luruh. Pelepasan siklis endometrium dari uterus yang terjadi dalam suatu aliran
melewati servik dan vagina dinamakan menstruasi. Siklus reproduktif pada perempuan terdiri
dari siklus ovarium dan siklus uterus (Gambar 5) adalah sebagai berikut:

 Siklus Ovarium
Siklus ovarium adalah peristiwa siklis yang terjadi dalam ovarium. Adapun
tahapannya adalah
a) Pelepasan GnRH (Gonadotropin-releasing hormone) dari hipotalamus.
b) GnRH merangsang pituitari anterior untuk menyekresikan FSH dan LH dalam
jumlah kecil.
c) Hormon perangsag folikel merangsang pertumbuhan folikel yang dibantu oleh
LH.
d) Sel-sel dari folikel yang sedang tumbuh mulai membuat ekstradiol.
e) Sekresi ekstradiol oleh folikel sedang tumbuh mulai meningkat tajam.
 Kadar FSH dan LH meningkat.
Peningkatan konsentrasi LHyang disebabkan oleh peningkatan sekresi ekstradiol
dari folikel yang sedang tumbuh sehingga menghasilkan folikel yang matang.
a) Folikel matang mengandung rongga internal berisi cairan, tumbuh sangat
besar membentuk suatu pembengkakan di dekat permukaan ovarium. Fase
folikular berakhir pada ovulasi.
b) Fase luteal dari siklus ovarium terjadi setelah ovulasi. LH merangsang
jaringan folikel di dalam ovarium menjadi korpus luteum.
c) Korpus luteum menyekresikan progesteron dan estradiol. Naiknya kadar
progresteron maka akan mengurangi sekresi LH dan FSH.
Pada fase akhir luteal, kadar gonadotropin menurun sehingga korpus luteum
berdisintegrasi sehingga kadar estradiol dan progresteron juga ikut menurun.
Pituitari akan menyekresikan FSH dalam jumlah yang cukup untuk
merangsang pemtumbuhan folikel-folikel baru di dalam ovarium sehingga
memulai siklus ovarium berikutnya.

 Siklus Uterus
Sebelum ovulasi, hormon-hormon steroid ovarium merangsang uterus agar
siap mendukung embrio. Estradiol yang disekresikan dalam jumlah yang meningkat
karena adanya folikel yang tumbuh mensinyalkan endometrium untuk menebal. Jadi,
fase folikular siklus ovarium dikoordinasikan dengan fase proliferatif dari siklus
uterus.

 Setelah ovulasi, ekstradiol dan progesteron yang disekresikan oleh korpus luteum
merangsang perkembangan dan pemeliharaan lanjutan lapisan uterus yaitu terjadi
pembesaran arteri-arteri dan pertumbuhan kelenjar endometrium yang berperan
dalam menyekresikan cairan nutrien yang dapat mempertahankan embrio awal
sebelum tertanam ke uterus. Jadi fase luteal dari siklus ovarium terkoordinasi dengan
fase sekresi dari siklus uterus.
 Merosotnya kadar hormon ovarium saat korpus luteum disintregasi menyebabkan
arteri dalam endometrium menyempit, melepaskan darah yang terbuang bersama
jaringan dan cairan endometrium. Hasilnya adalah menstruasi. Tahapan ini
dinamakan fase aliran menstruasi dari siklus uterus. Menstruasi disebabkan oleh
pengurangan hormon estrogen dan progresteron (Guyton, 1990: 747). Cairan
menstruasi dalam keadaan normal tidak membeku karena fibrinolisin dikeluarkan
bersama dengan endometrium yang nekrotik.

P. Perubahan Pada Organ Sistem Reproduksi Wanita

1. Uterus
Uterus akan tumbuh membesar, primer maupun sekunder, akibat pertumbuhan isi
konsep intrauterin. Estrogen dapat menyebabkan hiperplasia pada jaringan, hormon
progesteron berperan untuk elastisitas/kelenturan uterus.

Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus adalah :


• Tidak hamil/normal: sebesar telur ayam (±30 gram).
• Kehamilan 8 minggu : telur bebek.
• Kehamilan 12 minggu : telur angsa.
• Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis pusat.
• Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat.
• Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat.
• Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat xyphoid.
• Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat xyphoid.
• Kehamilan 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid.

2. Ishmus uteri
bagian dari serviks dan batas anatomiknya menjadi sulit ditentukan. Pada kehamilan
trimester I, isthmus uteri memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu isthmus uteri
menjadi satu bagian dengan korpus, dan pada kehamilan akhir di atas 32 minggu menjadi
segmen bawah uterus. Pada isthmus vaskularisasi sedikit, lapisan muskular tipis, mudah
ruptur, kontraksi minimal berbahaya jika lemah, mengancam nyawa janin dan ibu, dan dapat
ruptur.

3. Serviks uteri
Akibat stimulasi esterogen dan perlunakan akibat progesteron (tanda Hegar)
mengalami hipervaskularisasi, warna menjadi livide/kebiruan. Sekresi lendir serviks
meningkat pada kehamilan dan memberikan gejala keputihan.

4. Vagina/Vulva
Akibat pengaruh esterogen dan progesteron sehingga terjadi hipervaskularisasi, warna
merah kebiruan (Tanda Chadwick).

5. Ovarium
Fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta sejak usia kehamilan 16 minggu terutama
fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan, ovarium tenang/ beristirahat.
Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi
daur hormonal menstruasi.
6. Payudara
Terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara akibat pengaruh
estrogen. Hormon laktagenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan
hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara serta meningkatnya produksi zat-zat
kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, dan kolostrum. Kelenjar mammae
membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery,
terutama di daerah aerola dan papila akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan
menonjol.

Q. Penerapan Prinsip Reproduksi Sebagai Metode Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang artinya mencegah


atau melawan dan konsepsi yang artinya pembuahan. Maka kontrasepsi dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah pertemuan antara sel telur (ovum) dan
sel sperma (mani) agar tidak terjadi pembuahan yang dapat menyebabkan kehamilan.
Cara kontrasepsi ini dibedakan menjadi dua cara, yaitu secara permanen dan
nonpermanen.

1. Kontrasepsi Permanen
Kontrasepsi permanen yaitu cara mencegah kehamilan yang tidak dapat
dikembalikanlagi.Ataudengankatalain,kehamilansudahtidakmungkinlagidialami oleh
pengguna cara kontrasepsi permanen ini. Kebanyakan cara kontrasepsi ini dilakukan
dengan cara operasi, baik yang dilakukan pada wanita maupun pria. Contohnya,
vasektomi dan tubektomi.
Vasektomi adalah cara kontrasepsi permanen yang dilakukan pada pria dengan cara
pemotongan vasa deferensianya, dan pada setiap ujung potongan tersebut
dilakukan pengikatan, sedangkan tubektomi, yaitu cara kontrasepsi permanen
pada wanita dengan cara melakukan pemotongan pada oviduk yang setiap ujung
potongannya juga diikat.

2. Kontrasepsi Non permanen


Berbeda dengan metode kontrasepsi permanen yang melalui proses operasi,
pada metode kontrasepsi non permanen ini menggunakan bantuan obat-obat hormonal
atau alat-alat. Obat-obatan hormonal ini ada yang diminum (obat oral) atau melalui
suntikan (obat suntik). Obat hormonal yang diminum biasa disebut dengan pil KB
(Keluarga Berencana). Beberapa alat yang dapat mencegah proses pembuahan yaitu
susuk, kondom, diafragma, IUD (Intra Uterine Device), atau AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim).

Metode kontrasepsi ini disebut nonpermanen karena pengguna kontrasepsi ini


suatu saat masih mampu hamil atau kemampuan kehamilannya dapat dikembalikan
seperti semula sebelum dipasang alat kontrasepsi. Artinya bila pengguna metode
kontrasepsi nonpermanen ini tidak lagi menggunakan obat hormonal atau alat
pencegah kehamilan, maka bisa hamil kembali.

Pada penggunaan kontrasepsi nonpermanen ini selain menggunakan obat


hormonal atau alat pencegah kehamilan, bisa menggunakan caralain yaitu dengan cara
memperpanjang masa menyusui, sistem kalender, atau dengan senggama terputus
(koitus interrupt).
Melalui cara memperpanjang masa menyusui maka kerja hormonal
terdominasi pada produksiASI, sehingga padaintensitas produksiASI yang tinggi
menghambat
produksi sel telur (ovum). Pada sistem kalender proses memasukkan sperma pada
masa tidak subur yaitu masa tidak ada pelepasan sel telur. Sedangkan senggama
terputus yaitu mengeluarkan sperma saat ejakulasi, di luar tubuh wanita.

R. Fertilisasi
Penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung
di ampula tuba dinamakan fertilisasi. Fertilisasi mempunyai dua fungsi utama yaitu :

1. Fungsi reproduksi
Yang memungkinkan pemindahan unsur-unsur genetik dari orang tua kepada
keturunan. Jika pada gametogenesis terjadi reduksi (2n menjadi n) unsur genetik,
maka fertilisasi terjadi penggabungan unsur genetik (pemulihan kembali dari n
menjadi 2 n, masing-masing orang tua menyumbang n). Tanpa fertilisasi (kecuali
pada kasus-kasus tertentu) kesinambungan keturunan suatu spesies tidak akan terjadi.
• Tahap Fertilisasi
Fertilisasi terjadi melalui 4 tahap yaitu :
1. Penetrasi korona radiata, oleh sperma dengan bantuan enzim hialuronidase
yang melarutkan senyawa hialuronid pada
korona radiata.
2. Penetrasi zona pelusida, oleh sperma dengan bantuan enzim akrosin untuk
menghancurkan glikoprotein. Penetrasi ini memicu sel-sel granulosit di bagian
korteks oosit sekunder untuk mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan sel-
sel di zona pelusida berikatan satu sama lain membentuk suatu materiyang keras dan
tidak dapat ditembus oleh sperma lain. Proses ini mencegah ovum dibuahi oleh lebih
dari satu sperma
(polispermia).
3. Setelah menembus zona pelusida, spermatozoa masuk ke ruang perivitelin
(ruang antara zona pelusida dengan membran
vitelin/membran plasma), kemudian menempel dan terjadi fusi (peleburan)
membran spermatozoa dengan membran plasma oosit. Peleburan ini memungkinkan
nukleus spermatozoa masuk sitoplasma, kemudian berkondensasi dan membesar
sehingga menjadi pronukleus pria (n). Sedangkan ekor spermatozoa kemudian
terlepas dan berdegenerasi. Akibat masuknya nukleus spermatozoa ini juga
mengaktivasi oosit sekunder menyelesaikan pembelahan meiosis kedua-nya menjadi
ootid dan polosit sekunder (badan polar II) sedangkan nukleusnya berkondensasi
menjadi pronukleus wanita (n).
4. Kedua pronukleus bergerak ke tengah, lalu terjadi fusi (peleburan)
pronukleus wanita dan pronukleus pria (disebut syngami). Peleburan ini
mengembalikan jumlah kromosom dari haploid menjadi diploid dan sel baru hasil
peleburan ini disebut zigot (2n).v

2. Fungsi perkembangan
Ketika fertilisasi memicu oosit sekunder untuk melanjutkan dan
menyelesaikan proses pembelahan meiosisnya dan membentuk pronukleus wanita.
Pronukleus wanita ini yang akan melebur (syngami) dengan pronukleus pria (berasal
dari nukleus spermatozoa) untuk membentuk zigot. Jika fertilisasi tidak terjadi maka
oosit sekunder akan tertahan pada tahap metafase meiosis II dan kemudian
berdegenerasi.

Fertilisasi memerlukan oosit sekunder (ovum) yang telah masak dan siap
dibuahi. Sebelumnya ovum ini dikeluarkan dari ovarium pada proses yang dinamakan
ovulasi pada sekitar hari ke-14 dari daur menstruasi. Fimbriae pada ujung tuba fallopi
meliputi ovarium, sehingga ovum yang diovulasi mudah ditampung di infundibulum.
Ovum kemudian didorong oleh tuba fallopi (tuba uterina, disebut juga oviduk) ke arah
lumen uterus oleh aktivitas silia pada lumen tuba fallopi, gerak peristaltik tuba fallopi,
cairan yang dikeluarkan oleh sel-sel dan beberapa sebab lain.

Untuk mendukung aktivitas sperma, ovum mengeluarkan senyawa fertilizin


yang tersusun dari glikoprotein yang berfungsi untuk :
1.Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
2.Menarik sperma secara kemotaksis positif.
3.Mengumpulkan sperma di sekeliling ovum.

Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam


tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi miometrium dan
dinding tuba yang juga terjadi saat senggama. Kemudian spermatozoa mengalami
peristiwa sebagai berikut :

1. Reaksi kapasitasi : selama beberapa jam, protein plasma dan glikoprotein yang
berada dalam cairan mani diluruhkan.

2. Reaksi akrosom : setelah dekat dengan oosit, sel sperma yang telah menjalani
kapasitasi akan terpengaruh oleh zat-zat dari korona radiata ovum sehingga isi
akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan
korona radiata.

Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat melarutkan korona radiata,
trypsine-like agent dan lysine-zone yang dapat melarutkan serta membantu sperma
melewati zona pellucida untuk mencapai ovum. Sekali sebuah spermatozoa
menyentuh zona pellucida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang sangat
cepat. Sekali telah terjadi penembusan zona oleh satu sperma, terjadi reaksi khusus di
zona pellucida (zone-reaction) yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi
oleh sperma lainnya. Dengan demikian sangat jarang sekali terjadi penembusan zona
oleh lebih dari satu sperma.

Setelah sel sperma mencapai oosit, terjadi hal-hal berikut ini :


 Reaksi zona/reaksi kortikal pada selaput zona pellucida.
 Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya, menghasilkan oosit
definitif yang kemudian menjadi pronukleus wanita.
 Inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria.
 Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi.
 Pronukleus pria dan wanita, masing-masing haploid, bersatu dan membentuk
zigot yang memiliki DNA genap/diploid.

Hasil utama pembuahan adalah sebagai berikut :


 Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh
haploid dari ayah dan dari ibu menjadi suatu bakal individu baru dengan
jumlah kromosom diploid.
 Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X
atau Y yang dikandung oleh sperma yang membuahi ovum tersebut.
 Permulaan pembelahan dan stadium-stadium pembentukan dan perkembangan
embrio (embriogenesis).

S. Implantasi
Pada akhir minggu pertama (hari ke-5 sampai hari ke-7) zigot mencapai
kavum uteri. Pada saat itu, uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir di bawah
pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif sehingga lapisan
endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar
selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif.

Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan
tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler sehingga sel-sel trofoblas zigot
tersebut dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium
uterus (terjadi implantasi).

Setelah implantasi, sel-sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium


terus berkembang, membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah
maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi
dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin.
Peristiwa utama pada terjadinya kehamilan adalah :
 Fertilisasi atau pembuahan, yaitu bertemunya sel telur (ovum) wanita dengan
sel sperma (spermatozoa) pria.
 Pembelahan sel pada hasil fertilisasi tersebut (zigot).
 Nidasi atau implantasi zigot pada dinding saluran reproduksi. Pada keadaan
normal, implantasi terjadipada lapisan endometrium dinding kavum uteri.

T. Pengertian Embrio

Embrio (bahasa Yunani: egfipnov) yaitu, merupakan sel atau organisme yang
hidup pada masa di awal pertumbuhan yang tidak bisa bertahan hidup sendiri.
Sebenarnya definisi tentang embrio itu bervariasi, tergantung pada organisme masing-
masing. Misal pada manusia, yaitu organisme yang berkembang biak secara seksual,
ketika satu sel sperma membuahi ovum, hasilnya adalah satu sel yang disebut zigot
yang memiliki seluruh DNA dari kedua orang tuanya. Dalam tumbuhan, hewan, dan
beberapa protista, zigot akan mulai membelah untuk menghasilkan organisme
multisel. Hasil dari proses ini disebut embrio. Pada manusia, terbentuk embrio
(mudhghah) antara umur 3-5 minggu masa kehamilan dan sudah tampak rancangan
bentuk alat-alat tubuh.

Embrio merupakan organisme atau sel yang hidup di masa awal pertumbuhan,
yang tidak bisa bertahan hidup sendiri. Embrio terjadi bukan hanya pada manusia,
akan tetapi pada hewan dan tumbuhan pun mengalami pembentukan embrio.

Pada manusia, ovum atau sel telur yang telah dibuahi oleh sel sperma yang
disebut embrio, sampai sekitar minggu kedelapan masa kehamilan. Kemudian, embrio
itu disebut juga sebagai janin. Pembentukan embrio dimulai saat pembuahan sel telur
yang dibuahi oleh sel sperma. Pada saat sel telur dan sel sperma bertemu, maka
mereka akaan membentuk zigot yang merupakan sel diploid tunggal yang telah
terbentuk dari penggunaan dua sel haploid. Setelah pembuahan, maka zigot akan
memulaii membelah dan berkembang guna membentuk sel-sel dasar agar menjadi
organisme dewasa. Pada saat pembelahan sel dimulai, zigot akan berubah menjadi
embrio. Setelah menjadi embrio yang dewaasa, daging calon bakal bayi akan mulai
berubah menjadi bentuk yang mirip dengan bentuk manusia atau yang dikenal dengan
sebutan janin.

Fertilisasi (konsepsi) terjadi ketika sperma menyatu dengan sel telur(oosit


sekunder)di dalam oviduk. Zigot yang dihasilkan akan diimplantasikan pada dinding
uterus dan mengalami pembelahan secara mitosis berkali-kali (Gambar 6). Berikut
tahapannya:

 Sekitar 24 jam kemudian zigot yang dihasilkan mulai membelah yang sebut cleavage.
Pembelahan ini terjadi saat ovum yang dibuahi berjalan dari oviduk ke uterus yang
memakan waktu 3-5 hari

 Hasil pembelahan zigot yaitu sekelompok sel yangsama besar dengan bentuk seperti
buah murbei yang disebut morula. Terjadi Setelah 2-3 hari embrio tiba di uterus,
terdiri dari 16 sel dan akhirnya menjadi satu kelompok sel baru.

 Morula terus membelah sampai terbentuk blastosit.

 Blastosit berdiferensiasi menjadi tiga bagian yaitu tropoblas (sel terluar), embrioblas
(sel bagian dalam) dan blastosol.

 Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akanmembantu5.Sel-sel


bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akanmembantu5.Sel-sel bagian
luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akanmembantu implantasi blastosit
pada uterus.

 Beberapa hari setelah pembentukan blastosit, embrio tertanam kedalam endometrium


(implantasi). Implantasi terjadi pada hari 7 atau 9.Embrio yang diimplantasikan
menyekresikan hormon-hormon yang mensinyalkan keberadaannya dan meregulasi
sistem reproduksi ibu. Salah satu hormonnya adalah Human Chorionic
Gonadotropin(HCG).

 Selanjutnya embrioblas membelah diri sehingga menjadi satu kelompok sel yang
sedikit menonjol yang disebut bintik benih.

 Sel-sel tropoblas mengeluarkan cairan sehingga antara tropoblas dan bagian

 bintik benih terpisah. Namun antara tropblas dan bintik benihmasih 8.Sel-sel
tropoblas mengeluarkan cairan sehingga antara tropoblas dan bagian

 bintik benih terpisah.berhubungan pada satu tempat yang disebut selom. Stadium ini
disebut blastula.

 Blastula kemudian berkembang menjadi grastula. Pada tahap ini bintik benih. telah
mengalami diferensiasi sel menjadi ektoderma, mesoderma, dan endoderma.
Selanjutnya ketiga lapisan tersebut akan berkembang sebagai organ (organogenesis)
pada minggu keempat dan minggu kedelapan.

 Mulai minggu ke sembilan sampai beberapa saat sebelum kelahiran terjadi


penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini disebut
masa janin atau fetus

U.

Proses Pertumbuhan Embriogenesis

Zigotmulai tumbuh menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali.


Sel-sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran
induknya, disebut blastomer. Sesudah 3-4 kali pembelahan : zigot memasuki tingkat
16 sel, disebut stadiummorula (kira-kira pada hari ke-3 sampai ke-4 pascafertilisasi).
Morula terdiri atas inner cell mass (kumpulan sel-sel di sebelah dalam, yang akan
tumbuh menjadi jaringan-jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan
sel di sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblas sampai plasenta).

Kira-kira pada hari ke-5 sampai ke-6, di rongga sela-sela inner cell mass
merembes cairan menembus zona pellucida, membentuk ruang antar-sel. Ruang antar-
sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk
rongga blastokista.

Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sis, tetap berbatasan dengan
lapisan sel luar. Pada stadium ini zigot disebut berada dalam stadium blastula atau
pembentukan blastokista.

Inner cell mass kemudian disebut sebagai embrioblas, dan outer cell mass
kemudian disebut sebagai trofoblas.

Supaya janin tumbuh dan berkembang dengan sempurna, dibutuhkan


penyaluran darah yang membawa oksigen, asam amino, vitamin, dan mineral dari ibu
ke janin. Di samping itu, diperlukan pula pembuangan karbon dioksida dan limbah
metabolisme dari janin ke sirkulasi ibu. Beberapa istilah berkenaan dengan fungsi
tersebut adalah :

 Nutrisi : pemberian makan pada janin.

 Respirasi : penyaluran oksigen, pembuangan CO2.

 Ekskresi : pengeluaran sampah metabolisme.

 Produksi : pembuatan hormon-hormon.

 Imunisasi : penyaluran bermacam-macam antibodi ke janin.

 Pertahanan urine : penyaringan obat-obatan dan kuman melalui urine.

V. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio Manusia

 Pertumbuhan embrio

Manusia terbentuk diawali oleh pertemuan sebuah sel telur (ovum) dengan
sebuah sel sperma (spermatozoa). Pertemuan ini menghasilkan noktah yang
disebut zigot. Di dalam perut ibu, zigot lama-kelamaan akan tumbuh berkembang
menjadi janin. Pada manusia, proses pertumbuhan janin di dalam perut ibu dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu pertumbuhan janin trimester pertama, trimester kedua,
dan trimester ketiga. Satu trimester itu adalah selama 13 minggu atau kurang
lebih tiga bulan.

Embrio manusia memerlukan waktu berkembang selama 40 minggu (9 bulan


10 hari). Embrio akan memasuki periode janin (disebut janin) dari minggu ke-9
dari pembuahan. Pada periode janin, organ akan tumbuh dengan pesat. Tahap-
tahap periode embrio dan janin pada manusia secara lengkap yaitu sebagai
berikut:

 Minggu ke-1
Terjadi proses pembuahan (fertilisasi) membentuk zigot. Zigot akan
mengalami pembelahan untuk memperbanyak sel membentuk embrio. Embrio
kemudian akan menuju rahim.
 Minggu ke-2
Embrio membentuk tiga lapisan, yaitu endoderm, mesoderm, dan ektoderm.
Ketiga lapisan tersebut nantinya akan berkembang menjadi berbagai macam
organ.
 Minggu ke-3
Plasenta (ari-ari) terbentuk. Beberapa organ mulai berkembang, seperti
jantung, otak, dan pembuluh darah.
 Minggu ke-4
Jantung dan pembuluh darah mulai berfungsi. Tangan dan kaki mulai
terbentuk.
 Minggu ke-5
Tangan semakin sempurna kecuali jari-jari tangan yang belum terbentuk.
Organ-organ lain sepert mata dan telingan juga mulai berkembang.
 Minggu ke-6 sampai 8
Kelanjutan dari perkembangan embrio. Organ-organ makin berkembang dan
ukuran semakin besar.
 Minggu ke-9 sampai 12
Embrio sudah dapat disebutr sebagai janin karena telah memiliki bentuk wajah
manusia. Terdapat air ketuban yang berfungsi untuk menjaga suhu janin.
Bagian-bagian tubuh mulai nampak, seperti kepala, mata, dan tulang.
 Minggu ke-13 sampai 17
Pada tahap ini janin memiliki berat sekitar 50-100 gram dan panjang 10-15
cm. Pada tahap ini juga, janin dapat mengalami mimpi (tidur-bangun). Mulut
juga mulai dapat digerakkan.
 Minggu ke-18 sampai 22
Janin mulai dapat mendengar dan bergerak. Ibu dapat merasakan adanya
gerakan dari janin.
 Minggu ke-23 sampai 26
Organ-organ dalam seperti paru-paru mulai bekerja.
 Minggu ke-27 sampai 36
Semua organ tubuh semakin matang dan tumbuh sempurna.
 Minggu ke-37 sampai 40
Semua organ telah terbentuk dan berfungsi dengan baik. Janin telah siap
dilahrikan.
Gambar perkembangan embrio manusia.

 Perkembangan embrio manusia

Awal perkembangan manusia karena adanya peristiwa peleburan atau


pertemuan sel sperma dengan sel telur atau ovum, sehingga terjadinya fertilasi
atau pembuahan di dalam rahim. Pembuahan akan menghasilkan sel zygote atau
sel individu baru. Lalu, zigot akan melakukan pembelahan sel agar menuju suatu
perkembangan dan juga pertumbuhan sehingga menjadi embrio. Meri kita simak
beberapa tahapan perkembangan embrio :

1. Fase Morula
Yaitu fase dimana terjadinya suatu bentukan sel yang hampir mirip bentuk
bola yang merupakan hasil terjadinya pembelahan sel secara terus menerus.
Keberadaan sel satu dengan sel yang lain sangat rapat yang disebut dengan
morulasi.

2. Fase Blastula
ialah fase terjadinya pembentukan selanjutnya dari fase morula. Pada fase ini,
sel akan terus menjalani pembelahan. Fase blastula mempunyai suatu cairan sel
yang disebut dengan blastosoel.

3. Fase Gastrula
ialah terjadinya proses pembentukan selanjutnya dari fase blastula. Pada fase
ini sudah mempunyai lapisan dinding pada tubuh embrio dan meilikin rongga
tubuh, serta pelekukan tubuh embrio sudah terliihat.

Selain itu, perkembangan embrio pada manusia juga mempunyai tiga tahapan,
didantaranya yaitu :

1. Tahapan pre embrionik, pada tahap ini sama seperti fase morula yaitu
proses terjadinya pembelahan sel didalam rahim setelah terjadinya
pembuaahan pada sel ovum atau sel telur.
2. Tahapan embrionik, pada tahap ini pembelahan sel akan terus mengalami
perkembangan hingga sempurna, sehingga tidak lagi disebut istilah zigot
akan tetapi dengan istilah embrio. Tahapa ini sama dengan fase blastula
yaitu perkembangan selanjutnya dari pembelahan sel.
3. Tahapan fetusPada tahap ini embrio sudah terlihat menyerupai bentuk
manusia, tahap perkembangan ini akan terus berlangsung sampai
terjadiinya proses kelahiran.

W. Air Ketuban ( Cairan Amnion)

Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga amnion. Di dalam
ruangan ini terdapat cairan amnion (likour amnii). Asal cairan amnion diperkirakan
terutama disekresi oleh dinding selaput amnion/plasenta, kemudian setelah sistem
urinarius janin terbentuk, urine janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam
rongga amnion. Berikut adalah beberapa fungsi dari cairan amnion :
1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar.
2. Mobilisasi : memungkinkan ruang gerak bagi janin.
3. Homeostasis: menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH)
dalam rongga amnion, untuk suasana lingkungan yang optimal bagi janin.
4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterin
(terutama pada persalinan)
5. Pada persalinan : membersihkan / melicinkan jalan lahir, dengan cairan yang
steril sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.

Keadaan normal cairan amnion memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1.000-1.500cc.


2. Keadaan jernih agak keruh.
3. Steril.
4. Bau khas, agak manis, dan amis.
5. Terdiri atas 98-99% air, 1-2 % garam-garam anorganik dan bahan organik
(protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa, dan sel-
sel epitel.
6. Sirkulasi sekitar 500cc/jam.

Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar dan perputarannya cepat,
kira-kira adalah 350-500 cc. Air ketuban ini berasal dari urine janin, transudat darah
ibu, sekret epitel amnion dan campuran ketiganya.

Kelainan Jumlah Cairan Amnion Hidramnion (Polihidramnion) adalah air ketuban


yang berlebihan, yaitu di atas 2.000 cc. Keadaan ini dapat mengarahkan kecurigaan
adanya kelainan kongenital susunan saraf pusat atau sistem pencernaan, gangguan
sirkulasi, atau hiperaktivitas sistem urinariusjanin.

Oligodramnion adalah air ketuban sedikit, di bawah 500 cc. Umumnya kental,
keruh, berwarna kuning kehijauan. Prognosis bagi janin buruk.
gambar untuk materi tentang"Air Ketuban (Cairan Amnion"

X. Selaput Ketuban (Amniom dan Korion)

Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi/jonjot meliputi seluruh


lingkaran permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan :
1. Jonjot pada kutub embrional membentuk struktur korion lebat seperti semak-
semak (chorion frondosum)sementara.
2. Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi, menjadi tipis dan halus
disebut chorion laeve.

Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua, juga


mencerminkan perbedaan pada kutub embrional dan abembrional.
1. Desidua di atas korion frondosum menjadi desidua basalis.
2. Desidua yang meliputi embrioblas/kantong janin di atas korion laeve menjadi
desidua kapsularis.
3. Desidua di sisi/bagian uterus yang abembrional menjadi desidua parietalis.

Antara membran korion dengan membran amnion terdapat rongga korion.


Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran
amnion dan membran amnion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membran
karion-amnion (amniochorionic membrane). Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi
sehingga tertutup oleh persatuan chorion laevedengan desidua parietalis.

Y. Plasenta

1. Pertumbuhan dan Perkembangan Plasenta

Pada minggu-minggu pertama perkembangan, vili meliputi seluruh permukaan


korion. Semakin tua kehamilan, vili pada kutub embrional terus tumbuh dan meluas,
sehingga membentuk korion frondosum (korion bervili lebat seperti semak-semak).
Vili pada kutub abembrional mengalami degenerasi, dan pada bulan ketiga sisi korion
ini menjadi halus dan disebut korion laeve.
Perbedaan korion di kutub embrional dan abembrional juga tercermin pada
susunan desiduanya, yang merupakan lapisan fungsional endometrium dan
mengelupas pada saat persalinan. Desidua di atas korion frondosum, desiduabasalis,
terdiri atas sebuah lapisan kompak sel-sel besar, sel desidua, yang mengandung
banyak sekali lipid dan glikogen. Lapisan ini lempeng desidua melekat erat dengan
korion.

Lapisan desidua di kutub abembrional disebut desidua kapsularis. Dengan


bertambah besarnya gelembung karion, lapisan ini menjadi teregang dan mengalami
degenerasi. Selanjutnya, korion laeve bersentuhan dengan dinding rahim (desidua
parietalis) pada rahim sisi yang lain dan keduanya menyatu, dan dengan demikian
menutup rongga rahim.Oleh karena itu, satu-satunya bagian karion yang ikut serta
dalam proses pertukaran adalah karion frondosum yang bersama dengan desidua
basalis akan membentuk plasenta.

Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian


terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya sehingga rongga-rongga sinsitium
(sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid.
Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi
feto-maternal. Sementara itu, di antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel
selaput Heuser, terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan
membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm
ekstraembrional.

Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm,


ekstraembrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic
plate). Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac
disebut mesoderm ekstrembrional splanknopleural. Menjelang akhir minggu kedua
(hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi
pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem
trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan
daerah lainnya.

Pada lapisan mesoderm esktraembrional juga terbentuk celah-celah yang


makin lama makin besar dan bersatu sehingga terjadilah rongga yang memisahkan
kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom
ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic
space).

Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan


sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok
sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot
ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu. Pada awal minggu ketiga,
mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot primer
(bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam
jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem villi) yang terdiri atas
inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas.

Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang


dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan
pembuluh kapiler sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi
suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier/tertiary stem villi).

Selom ekstraembrional/rongga korion makin lama makin luas sehingga


jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas/selaput korion, hanya
dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai
penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki
kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan
connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat.

Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring


dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa,terbentuklah komponen
sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta
dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin
tetap tidak bercampur menjadi satu disebut sistem hemochorial, tetap berpisah oleh
dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion.

Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan


dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat, sistem
tersebut dinamakan sirkulasi feto-maternal.

Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu.
Plasenta lengkap yang normal memiliki karakteristik berikut ini :

1. Bentuk bundar/oval.
2. Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
3. Berat rata-rata 500-600 gram.
4. Insersi tali pusat atau tempat yang berhubungan dengan plasenta dapat berada
di tengah/sentralis, disamping/lateralis,atau di ujung tepi/marginalis.
5. Di sisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang
diliputi selaput tipis desidua basalis.
6. Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion)
menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat
sampai 600-700 cc/menit (aterm).
Pada kehamilan multipel/kembar, dapat terjadi variasi jumlah dan ukuran plasenta,
serta selaput janin.

2. Fungsi Plasenta

Fungsi plasenta adalah menjamin kehidupan dan pertumbuhan janin yang baik.

 Nutrisi : memberikan bahan makanan pada janin.


 Ekskresi: mengalirkan keluar sisa metabolisme janin.
 Respirasi : memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin.
 Endokrin : menghasilkan hormon-hormon hCG, HPL, esterogen, progesteron,
dan sebagainya.
 Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin.
 Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan yang
diberikan melalui ibu.
 Proteksi : barier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir-
akhir ini diragukan, karena pada kenyataannya janin sangat mudah terpapar
infeksi/intoksikasi yang dialami ibunya).

3. Struktur Plasenta

Plasenta berbentuk oval dengan diameter 15-20 cm dan berat 500-600 gram.
Plasenta terbentuk lengkap saat usia kehamilan 16 minggu, ketika ruang amnion telah
mengisi seluruh rongga rahim. Plasenta terletak di dalam rahim. Bagian –bagian
plasenta meliputi:

1. Bagian fetal : villi korialis, ruang intervili. Darah dari ibu di


ruang intervili berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua basalis. Pada
sistol, darah dipompa dengan tekanan 70-80 mmHg ke ruang intervili sampai
pada pangkal kotiloden, darah membanjiri ke vili korialis dan kembali secara
perlahan melalui pembuluh balik (vena) dengan tekanan 8 mmHg.
2. Bagian permukaan janin : merupakan bagian permukaan janin, tepatnya di uri
yang dilapisi oleh selaput amnion.
3. Bagian maternal : terdiri dari desidua kompakta yang terdiri dari beberapa
lobus dan kotiledon (15-20 lobus). Pertukaran uteroplasenta terjadi melalui
intervili tali pusat.

Menjelang permulaan bulan kedua, trofoblas ditandai oleh banyak sekali


vilisekunder dan tersier yang memberinya bentuk radial. Vili ini berakar pada
mesoderm lempeng korion dan di sebelah perifer melekat pada desidua ibu melalui
kulit sitotrofoblas luar.
Permukaan vili dibentuk oleh sinsitium, yang terletak di atas selapis sel
sitotrofoblas, yang selanjutnya akan membungkus inti mesoderm vaskular. Sistem
kapiler di dalam inti batang vili segera berhubungan dengan kapiler di dalam lempeng
korion dan tangkai penghubung, dengan demikian tersusunlah susunan pembuluh
darah ekstraembrional.

4. Peredaran Darah Plasenta

Kotiledon menerima darah dari 80 sampai 100 aa. Spiralis yang menembus
lempeng desidua dan memasuki ruang-ruang intervili dengan jarak yang cukup
teratur.

Lumen arteri spiralis sempit, sehingga mengakibatkan tingginya tekanan darah


sewaktu memasuki ruang intervili. Tekanan ini menyemburkan darah dalam-dalam ke
ruang intervili dan membasahi banyak vili kecil dari percabangan vili dengan arah
yang kaya oksigen. Pada waktu tekanan menurun, darah mengalir kembali dari
lempeng korion ke desidua, dan memasuki vena endometrium. Karena itu, darah yang
berasal dari danau-danau intervili mengalir kembali ke dalam peredaran darah ibu
melalui vena endometrium.

Secara keseluruhan, ruang intervili pada plasenta telah tumbuh sempurna


mengandung kira-kira 150 mL darah, yang diganti kira-kira 3 atau 4 kali dalam
semenit. Darah ini mengalir sepanjang vili korion, yang mempunyai luas permukaan
berkisar dari 4 hingga 14 meter persegi. Akan tetapi, pertukaran di plasenta tidak
berlangsung di semua vili, tetapi hanya pada vili yang pembuluh janinnya
berhubungan erat dengan membran sinsitium yang membungkusnya.

Pada vili ini, sinsitium kerap kali mempunyai brush border yang terdiri atas
banyak vili halus, sehingga sangat menambah luas permukaan, dan akibatnya
meningkatkan kecepatan pertukaran antara peredaran darah ibu dan janin.

Selaput plasenta memisahkan darah ibu dan janin dan mula-mula terdiri atas empat
lapisan :
(a) lapisan endotel pembuluh darah janin,
(b) jaringan ikat di dalam inti vili,
(c) lapisan sitotrofoblas, dan
(d) sinsitium.

Akan tetapi sejak bulan keempat dan seterusnya, membran plasenta menjadi
jauh lebih tipis, karena lapisan endotel pembuluh darah menjadi melekat erat pada
selaput sinsitium, dengan banyak sekali meningkatkan kecepatan pertukaran.
Meskipun kadangkala disebut sawar plasenta, membran plasenta bukanlah suatu
sawar yang sebenarnya, karena banyak zat dapat melintasinya dengan bebas. Oleh
karena darah ibudi dalam ruang intervili terpisah dari darah janin oleh sekat yang
berasal dari korion, plasenta manusia dianggap dari jenis hemokorialis.

5. Plasenta Cukup Bulan

Pada saat cukup bulan, plasenta berbentuk seperti cakram, garis tengahnya 15
sampai 25 cm, tebalnya kira-kira 3 cm dan beratnya kira-kira 500 sampai 600 gram.
Saat persalinan, plasenta terlepas dari dinding rahim dan kira-kira 30 menit setelah
bayi lahir, plasenta didorong keluar dari rongga rahim. Setelah dilahirkan, pada
plasenta sisi ibu tampak dengan jelas 15-20 daerah yang agak menonjol yang disebut
kotiledon, yang dilapisi oleh sebuah selaput tipis desidua basalis. Siklus-siklus di
antara kotiledon dibentuk oleh sekat-sekat desidua. Banyak desidua untuk sementara
tetap berada di dalam rahim dan dikeluarkan bersama-sama dengan lokia (cairan
nifas).

Plasenta pada sisi janin seluruhnya dibungkus oleh lempeng korion, sejumlah
pembuluh vena dan arteri besar, pembuluh-pembuluh darah korion, terlihat menuju ke
tali pusat. Korion selanjutnya akan dibungkus oleh amnion.

Tempat perlekatan tali pusat ke plasenta (insersi tali pusat) umumnya di


tengah plasenta (insersio sentralis). Pada beberapa kasus insersi sedikit ke samping
(insersio parasentralis), di samping (insersio lateralis) , atau di pinggir/tepi (insersio
marginalis). Jika tali pusat berinsersi di luar plasenta maka disebut insersio
velamentosa. Kondisi ini dianggap tidak normal namun jarang sekali terjadi.

6. Tali Pusat

Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik,


kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut
akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu
kecil untuk usus yang berkembang sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga
selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan
lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin
yang telah membesar.

Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus
vitellinus) yang terletak dalam rongga karion, yang juga tercakup dalam connecting
stalk juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan
karion. Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur, dan ductus vitellinus
menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2
arteri umbilikus dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin dengan
plasenta. Pembuluh darah umbilikalis ini diliputi oleh mukopolisakarida yang disebut
Wharton’s jelly.

Tali pusat janin rata-rata panjangnya 50-55 cm dengan diameter 1-2,5 cm. Tali
pusat terpanjang yang pernah ada adalah 200 cm dan yang terpendek 1 cm. Struktur
tali pusat terdiri dari 2 arteri umbilikalis yaitu 1 vena umbilikalis dan jeli warthon (zat
seperti agar-agar, yang banyak mengandung air sehingga setelah bayi lahir tali pusat
mudah menjadi kering dan lekas terlepas dari pusarnya). Dari luar, tali pusat tampak
berwarna putih.

Z. Kehamilan / Gestasi

Kondisi mengandung satu atau lebih embrio dalam uterus disebut kehamilan atau
gestasi. Kehamilan manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38minggu) dari fertilisasi telur
(Campbell et al.,2010:182). Gestasimanusia dapat dibagi menjadi tiga trisemester yang
masing-masing berlangsung sekitar tiga bulan.Selama 2-4 minggu pertama perkembangan
embrio memperoleh nutrient secara langsung dari endometrium.Sementara itu lapisan luar
blastosit yaitu trofoblas dan sel-sel lain akan membelah/berprolifersi dengan cepat
membentuk plasenta dan membran ekstra embrio (extraembryonic membrane) yang akan
membentuk amnion, plasenta, dan tali pusar (Kimball, 1983: 376).

1) Sakus vitelus/ kantong kuning telur


Sakus vitelinus ataukantungtelur adalahmembramberbentuk kantung yang pertama
kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm. Sakus vitelinus merupakan tempat
pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio.

2) Korion
Lapisan terluar blastosit disebut tropoblas berinteraksi dengan sakus vitelus
membentuk korion. Korion merupakan membram terluar yang melingkupi embrio.
Korion membentuk vili korion yang berisi pembuluh darah embrio yang berhubungan
dengan pembuluh darah ibu yang banyak terdapat didalam endometrium uterus.
Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk plasenta yang merupakan
organ pemberi nutrisi bagi embrio.

3) Amnion
Amnion merupakan membram yang langsung melingkupi embrio dalam suatu ruang
yang berisi cairan amnion. Cairan amnion dihasilkan dari membram amnion. Cairan
amnion berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas dan
melindungi embrio dari perubahan suhu.

4) Alantois
Alantois merupakan membram pembentuk tali pusar. Tali pusar menghubungkan
embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Darah dari embrio mengalir ke
plasenta melalui arteri tali pusar dan kembali melalui vena pusar. Alantois berfungsi
sebagai alat respirasi, saluran makanan dan eksresi.

Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon, diantaranya estrogen, progesteron,


hCG (human charionic gonadotropin), human charionic somatomammotropin,
prolaktin dan sebagainya. hCG merupakan hormon aktif khusus yang berperan selama
awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama masa kehamilan.

Anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan organ-organ tubuh


lainnya pada wanita hamil mengalami perubahan, dipengaruhi terutama oleh
perubahan keseimbangan hormon-hormon tersebut.

AA. Asi untuk Kesehatan dan Kecerdasan


Air susu ibu dihasilkan kelenjar air susu (glandula mamae). Terkait peran ASI untuk
kesehatan yaitu adanya kenyataan bahwa ASI memiliki keunggulan bila dibandingkan
dengan susu hewan atau susu sumber lain yaitu pada kecukupan dan kelengkapan nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan bayi, termasuk kandungan protein dan asam aminonya.
Kandungan fenilalanin dan tirosin di dalamASI lebih sedikit karena jika berlebihan
dapat berbahaya bagi neonatus (bayi baru lahir). Sistem yang penting untuk pertumbuhan
lebih banyak terdapat pada ASI. Metionin lebih banyak terkandung dalam susu sapi
karena jika berlebihan di dalam ASI maka neonatus tidak dapat mengubahnya menjadi sistin
karena enzim belum berfungsi sempurna. Jadi ASI mudah dicerna karena selain mengandung
zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang
terdapat dalam ASI tersebut.
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara whei dan
casein yang sesuai untuk bayi. Rasio whei dengan casein merupakan salah satu keunggulan
ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35.
Komposisi ini menyebabkan proteinASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu
sapi mempunyai perbandingan whey:casein adalah 20:80, sehingga tidak mudah diserap.
Disamping memiliki kandungan gizi yang diperlukan bayi, ASI juga berperan dalam
membentuk ketahanan bayi dalam menghadapi serangan penyakit, hal ini karena ASI pada
hari-hari pertama sesudah melahirkan (disebut kolostrum ) mengandung banyak antar
selnya.
Jumlah sel otak ditentukan oleh nutrisi, yang ternyata di dalam ASI ada zat
pembentuk sel otak, yang berarti semakin banyak minum ASI semakin banyak sel otak yang
dapat dibentuk. Hal ini yang menyebabkan dalam satu keluarga anak yang minum ASI lebih
lama berkecenderungan lebih cerdas.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya kandungan Taurin, Deco
Sahexanoic Acid (DHA), dan Arachidonic Acid (AA) dalam ASI yang berpengaruh dalam
pembentukan sel otak pada bayi. Pada beberapa susu
formula memang sudah memasukkan komposisi bahan tersebut, tetapi kandungannya tidak
sestabil pada ASI karena kandungan Taurin, DHA dan AA pada susu formula berasal dari
ikan.
Di dalam tubuh DHA dan AA dapat dibentuk dari substansi pembentuknya yaitu
masing-masing dari Omega 3 (Asam linolenat) dan Omega 6 (Asam linoleat). Selain itu
taurin yang penting untuk perkembangan otak terdapat 30-40 kali lebih
banyak pada ASI.
Lalu bagaimana dengan faktor kekuatan koneksi antar sel? Koneksi antar sel terjadi
melalui stimulasi, yang dalam hal ini untuk anak usia dini stimulasinya adalah dengan
beragam cara disesuaikan umurnya. Peranan ibu dan ayah sangat penting dalam hal ini.
Stimulasi akan terus ditingkatkan sesuai pertambahan umur. Beberapa stimulasi
yang bisa diberikan pada anak usia dini yaitu bermain, bercerita atau mendongeng,
menyanyi, bermain peran, dan lain-lain.
BB. ASI Ekslusif untuk Program Keluarga Berencana
Berdasarkan penjelasan di atas dua peran penting ASI bagi pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu kecerdasan dan sistem kekebalan tubuh bayi maka pemerintah melalui
instansi kesehatan pada Program Keluarga Berencana salah satunya menerapkan programASI
Eksklusif. Program ini mengharuskan bagi ibu-ibu yang baru melahirkan harus memberikan
ASI saja tanpa tambahan makanan lain pada bayinya selama 6 bulan.
Bilaibu-ibu menerapkan ini maka bayi akan mendapatkan asupan ASI yang cukup
untuk pembentukan sel otak yang berpengaruh pada kecerdasan, dan pembentukan sistem
kekebalan pada tubuh. Ini merupakan grand desain pemerintah dalam menyiapkan generasi
bangsa yang unggul yaitu cerdas dan sehat. Bila dalam masa enam bulan ini bayi diberi
makanan tambahan selainASI, hal ini akan mengurangi porsiASI, sehingga kebutuhan ASI
untuk pembentukan sel otak dan pembentukan sistem kekebalan akan tidak tercukupi.
Akibatnya bayi menjadi kurang cerdas dan mudah sakit.
Berdasar keterangan Ikatan Dokter Anak Indonesia, ketika lahir otak bayi mencapai
25 persen otak dewasa. Hanya dalam waktu satu tahun di awal kehidupan seorang bayi,
otaknya telah mencapai 70 persen ukuran otak orang dewasa. Jadi kita tahu bahwa
perkembangan otak bayi sangat pesat di tahun pertama.
Sehingga periode awal tahun pertama ini sangat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan anak, dan akan menentukan untuk seumur hidupnya. Maka program ASI
Eksklusif ini menyelaraskan dengan tahap perkembangan otak yang sangat cepat pada tahun
pertama.Setelah enam bulan bayi perlu di berimakanan tambahan selain ASI untuk memenuhi
kebutuhan makanan yang semakin banyak. Jatah ASI tetap diberikan hingga anak berusia dua
tahun.

CC. Gangguan pada Organ Reproduksi


Organ reproduksi ini juga adakalanya mengalami gangguan biologi-anatomis.
Kelainan ini seharusnya diketahui sedini mungkin agar memungkinkan tindakan operasi atau
korektif untuk meminimalisasi efek negatifnya.
Jenis gangguan biologis dan anatomis yang sering dijumpai adalah sebagai berikut :
1. Cryptorchidism : testis hanya satu atau tidak ada di dalam skrotumnya.
2. Hipospadia : lubang keluar sperma/urine pada laki-laki di sebelah bawah
biasanya ketika buang air kecil alirannya “tidak deras”.
3. Pseudohermaphrodite : bentuk alat kelamin ganda laki-laki dan peremuan
tetapi tidak sempurna; vagina tidak sempurna (tidak memiliki lubang vagina
misalnya) atau tidak memiliki vagina.
4. Micro penis : penis kecil/tidak berkembang.

DD. Kelainan / Penyakit Pada Sistem Reproduksi Manusi


1. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang dapat dapat
ditularkan melalui hubungan seksual atau transfusi darah.. Penyakit ini baru terlihat
pengaruhnya pada seseorang yang tertular setelah 30 hari penularan. Penyakit ini
jarang sekali tertular melalui benda-benda bekas penderita. Penyakit ini dapat diobati
dengan menggunakan antibiotik. Jika tidak diobati, bisa timbul efek yang mengerikan.
Pada sifilis primer, penderita mengalami luka atau tukak di penis, vagina,
anus, mulut, amandel, atau jari. Jika tidak diobati, akan berkembang menjadi sifi lis
sekunder.
Pada tahap ini, timbul kutil di daerah kelamin dan ruam di bagian tubuh
manapun. Selain itu, bisa muncul juga gejala yang mirip dengan flu. Kondisi tersebut
bisa hilang dan timbul kembali. Jika tidak diobati, maka berlanjut menjadi sifi lis
laten. Pada tahap ini, penderita tidak merasakan gejala apapun. Bakteri masih ada,
tetapi tidak ditularkan.
Jika tidak ditangani, maka bisa menjadi tahapan yang paling berbahaya yaitu
sifilis tersier. Penderita bisa mengalami kebutaan, stroke atau penyakit jantung.
Pencegahan penyakit ini adalah tidak melakukan seks bebas. Sifilis yang menular dari
seorang ibu penderita kepada anaknya yang masih dalam kandungan bisa
menyebabkan cacat, misalnya rusaknya tulang hidung dan mata.

2. Endometriosis
Endometriosis merupakan keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di
luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus,
misalnya di paru-paru. Gejala endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit
dan nyeri pada masa menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat
menyebabkan sulit terjadi kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan
pemberian obat-obatan, bedah laser atau laparoskopi.

3. Penyakit Kencing Nanah (Gonorrhea)


Kencing nanah adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan bagian putih mata. Penyakit ini bisa menyebar melalui aliran darah
ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonorrhea bisa
menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga
timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
5. AIDS

Penyakit yang mengerikan ini sudah dibahas menyerang sistem kekebalan


tubuh. Penyakit ini juga dikelompokkan pada penyakit kelamin karena bisa ditularkan
lewat hubungan kelamin.Selain itu, dapat ditularkan lewat transfusi darah.
Penyakit AIDS (Acquired Immunodefi ciency Syndrome) merupakan salah
satu penyakit yang mengakibatkan kematian. Menurut UNAIDS (United Nations
Programme on HIV and AIDS) dan WHO (World Health Organization), 25 juta jiwa
telah meninggal karena AIDS sejak pertama kali diidentifikasi pada tahun 1981.
Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefi ciency Virus).
Jika seseorang terinfeksi HIV, maka virus tersebut terdapat di dalam cairan tubuh
yaitu di dalam darah, air mani/cairan vagina dan air susu ibu.
Bila penderita kontak dengan orang lain maka ia bisa menularkan virus
melalui perpindahan cairan. Orang yang baru
terinfeksi HIV belum menampakkan gejala, tampak sehat dalam kurun 5-10 tahun.
Walaupun kelihatannya sehat, namun mereka bisa menularkan HIV melalui hubungan
seks, transfusi darah, atau pemakaian jarum suntik secara bergantian.

6. Penyempitan Saluran Tuba Fallopi/Oviduk

Penyempitan oviduk ini disebabkan faktor bawaan (genetis), atau karena


infeksi kuman tertentu. Kelainan ini akan membuat sperma sulit untuk menjangkau
bagian dalam saluran tersebut, sehingga menyebabkan pembuahan sulit terjadi.
Bila penyebabnya faktor genetis, maka tidak dapat disembuhkan. Kelainan ini dapat
disembuhkan bila disebabkan oleh infeksi kuman. Sebaiknya konsultasi ke dokter.

7. Mandul (Infertilitas)

Mandul atau tidak subur berarti seorang laki-laki tidak dapat memproduksi
sel-sel sperma atau wanita tidak dapat memproduksi ovum. Faktor paling besar
dipengaruhi oleh gangguan hormon reproduksi. Penanggulangan kelainan ini dengan
konsultasi ke dokter.
8. Impotensi
Impotensi yaitu suatu keadaan penis pada laki-laki tidak dapat melakukan
ereksi (tegang), sehingga sulit untuk melakukan kopulasi (persetubuhan). Kebanyakan
impotensi disebabkan oleh faktor hormonal, yaitu terhambatnya fungsi hormon
reproduksi, bisa juga disebabkan oleh faktor psikologis atau emosional seseorang.

Penanggulangan kelainan ini tergantung faktor penyebabnya. Bila disebabkan


oleh faktor hormonal maka konsultasi ke dokter, dan bila disebabkan oleh faktor
psikologis atau emosional maka konsultasi ke ahli jiwa (psikolog).

8. Kanker Serviks (Mulut Rahim)


Kanker mulut rahim dapat disebabkanoleh virus atau bakteri dan biasanya
menyerang seorang wanita usia 45 ke atas. Penyakit kanker pada wanita terbanyak
adalah kanker serviks. Pencegahan penyakit ini adalah dengan imunisasi HPV
(Human Papiloma Virus) dan tidak melakukan seks bebas. Deteksi dini penyakit ini
dengan pap smear (pemeriksaan mulut rahim) setiap setahun sekali. Pengobatan
penyakit ini adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis kanker.

DAFTAR PUSTAKA

abror, m. (2022). Pengertian dan Perkembangan Embrio Pada Manusia. Retrieved from
AyokSinau.com: https://www.ayoksinau.com/pengertian-embrio/

Pujiono, I. P., Munana, N., & Handayani, S. L. (2018). Sistem Reproduksi pada Manusia, Lengkap
Fungsi, Gambar dan Penjelasan. Retrieved from MARKIJAR:
https://www.markijar.com/2018/03/sistem-reproduksi-pada-manusia-lengkap.html

Anda mungkin juga menyukai