Anda di halaman 1dari 48

KEMENTERIAN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat
2017

Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
(STBM) – Stunting

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: i
Kata Pengantar Direktur
Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kementerian
Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: ii
DAFTAR ISI

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Filosofi Pelatihan 4
BAB II 7
PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI 7
A. Peran 7
B. Fungsi 7
C. Kompetensi 7
BAB III 8
TUJUAN PELATIHAN 8
A. Tujuan Umum 8
B. Tujuan Khusus 8
BAB IV 9
STRUKTUR PROGRAM 9
BAB V 10
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM
PEMBELAJARAN (GBPP) 10
BAB VI 36
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN 36
BAB VII 42

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: iii
PESERTA DAN PELATIH 42
A. Peserta 42
B. Pelatih/fasilitator/instruktur 42
BAB VIII 43
PENYELENGGARA DAN 43
TEMPAT PENYELENGGARAAN 43
A. Penyelenggara 43
B. Tempat Penyelenggaraan 43
BAB IX 44
EVALUASI 44
A. Peserta 44
B. Pelatih 44
C. Penyelenggara 45
BAB X 46
SERTIFIKAT 46
LAMPIRAN 47
A. Jadwal Pelatihan (tentatif) 47
B. Bank Soal 50

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara terbesar kelima


dengan jumlah anak stunting di dunia. Studi
Pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian
Kesehatan tahun 2016 mencatat terdapat 27,5%
anak di bawah lima tahun (balita) mengalami
stunting dan sebesar 21,7% anak dibawah dua
tahun mengalami stunting di Indonesia. Stunting
adalah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu cukup lama. Stunting terjadi mulai dari
dalam kandungan dan baru terlihat saat anak
berusia dua tahun, dimana anak secara fisik
terlihat lebih pendek daripada anak lain
seumurnya. Kekurangan gizi pada usia dini
meningkatkan angka kematian bayi dan anak,
menyebabkan penderitanya mudah sakit,
memiliki postur tubuh tidak maksimal saat
dewasa, dan tidak memiliki kemampuan kognitif
yang memadai, sehingga tidak saja
mengakibatkan kerugian bagi individu tetapi juga
kerugian sosial ekonomi jangka panjang bagi
Indonesia.

Stunting bukan hanya karena kurang makan.


Stunting disebabkan oleh berbagai faktor yang
berakar pada kemiskinan, ketahanan pangan dan
gizi, serta pendidikan. Secara tidak langsung akar
masalah ini mempengaruhi ketersediaan dan
pola konsumsi rumah tangga, pola asuh,
pelayanan kesehatan, dan kesehatan lingkungan

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 1
yang kemudian mempengaruhi asupan makanan
dan menyebabkan berbagai infeksi, sehingga
menimbulkan gangguan gizi ibu dan anak
(UNICEF 1990, disesuaikan dengan kondisi
Indonesia).

Untuk mencegah dan mengatasi stunting,


dilakukan dua model intervensi yaitu intervensi
spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik mencakup
upaya-upaya mencegah dan mengurangi
gangguan secara langsung misalnya melalui
imunisasi, pemberian makanan tambahan untuk
ibu hamil dan balita, dan pemantauan
pertumbuhan. Intervensi sensitif mencakup
upaya-upaya mencegah dan mengurangi
gangguan secara tidak langsung misalnya
melalui penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi,
peningkatan pendidikan, penanggulangan
kemiskinan, dan peningkatan kesetaraan gender.
Studi Lancet (2013) menemukan bahwa
intervensi spesifik hanya mendukung 20% upaya
pencegahan/penurunan stunting, sementara
intervensi sensitif berkontribusi hingga 80%.
Sementara itu berbagai studi yang dilakukan oleh
WHO, UNICEF, Bank Dunia, dan dari kalangan
akademisi menemukan bahwa ketersediaan
akses air minum yang aman dan sanitasi yang
layak merupakan kunci untuk mencegah paparan
penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang
menjadi penyebab terjadinya diare, cacingan,
infeksi saluran pernafasan, dan stunting.

Diterapkannya pendekatan Sanitasi Total


Berbasis Masyarakat (STBM) oleh Kemenkes
sejak 2008 telah meningkatkan akses sanitasi

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 2
dari 48,56% di tahun 2008 ke 67,80 di tahun
2016. Diadopsinya pendekatan STBM ke dalam
program-program air minum juga telah
berkontribusi pada peningkatan akses dari
46,45% tahun 2008 ke 71,14% di tahun 2016.
Masih ada sekitar 80 juta penduduk Indonesia
yang belum memiliki akses kepada sanitasi yang
layak dan 74 juta yang belum memiliki akses air
minum yang layak (BPS, 2017).

Pembangunan Kesehatan tahun 2015-2019


merupakan salah satu komponen pelaksanaan
ke-5 dari Nawacita Presiden, yaitu meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia. Di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) 2015-2019, pemerintah menetapkan
target tersedianya akses air minum dan sanitasi
universal (100%) bagi seluruh rakyat Indonesia
dan penurunan angka stunting dari 40% ke 28%
pada tahun 2019. Secara spesifik, Kementerian
Kesehatan menetapkan empat prioritas
kesehatan 2015-2019, yaitu: 1) menurunkan
angka kematian ibu dan angka kematian bayi, 2)
menurunkan prevalensi balita pendek (stunting),
3) menanggulangi penyakit menular HIV-AIDS,
Tuberculosis, dan Malaria, dan 4) menanggulangi
penyakit tidak menular Hipertensi, Diabetes,
Obesitas, Kanker, dan gangguan jiwa.

Dalam upaya menurunkan angka stunting dan


mencapai target akses universal air minum dan
sanitasi, diperlukan kolaborasi dan integrasi
antara program air minum, sanitasi, dan gizi.
Kolaborasi ini memerlukan sumber daya manusia
(SDM) yang mampu mengelola kegiatan terkait

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 3
STBM dan stunting yang tersebar merata di
seluruh Indonesia. Kolaborasi dan integrasi
antara SDM yang memahami STBM dan
memahami isu stunting merupakan hal baru.
Oleh karena itu, diperlukan kegiatan
pengembangan sumber daya manusia,
khususnya melalui pelatihan.

Dalam upaya penguatan kapasitas pengelola


program STBM dan program penurunan stunting,
perlu disusun Kurikulum dan Modul Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting. Diharapkan pelatihan
ini mampu mencetak fasilitator-fasilitator yang
mampu menggunakan pendekatan STBM untuk
berkontribusi menurunkan angka Stunting di
wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan
peran dan fungsinya.

Kurikulum ini didesain dengan pendekatan


“learner centered” yakni pendekatan yang
menempatkan pembelajar sebagai pusat
perhatian, sedangkan pelatih/fasilitator lebih
berperan sebagai katalisator (catalyst), pembantu
proses (process helper), dan penghubung
sumber daya (resource linker). Mengingat adanya
perbedaan gaya pengajaran dan budaya
setempat, maka tujuan pembelajarannyapun
diarahkan pada tumbuhnya proses penemuan
sendiri (self-discovery), sehingga kompetensi
yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam
pelaksanaan tugas.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 4
B. Filosofi Pelatihan

Pelatihan Fasilitator STBM-Stunting ini


diselenggarakan dengan memperhatikan:
1. Prinsip pembelajaran orang dewasa
(andragogi), dimana selama pelatihan peserta
berhak untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya
mengenai pemberdayaan masyarakat,
perubahan perilaku, advokasi, komunikasi,
penyelenggaraan STBM, dan pemantauan
dan perbaikan gizi.
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat,
sejauh berada di dalam konteks pelatihan.
c. Diberikan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam setiap proses
pembelajaran.
d. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun
diabaikan.

2. Berorientasi kepada peserta, di mana peserta


berhak untuk:
a. Mendapatkan 1 paket bahan belajar
tentang STBM-Stunting.
b. Mendapatkan pelatih profesional yang
dapat menfasilitasi dengan berbagai
metode, melakukan umpan balik, dan
menguasai materi STBM-Stunting.
c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang
dimiliki, baik secara visual, auditorial
maupun kinestetik (gerak).
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang
dimiliki masing-masing tentang STBM-
Stunting, saling berbagi antar peserta
maupun fasilitator.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 5
e. Melakukan refleksi dan memberikan
umpan balik secara terbuka.
f. Melakukan evaluasi dan dievaluasi tingkat
kemampuannya.

3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan


peserta untuk
a. Mengembangkan keterampilan langkah
demi langkah dalam memperoleh
kompetensi yang diharapkan dalam
mengelola program STBM-Stunting.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan
berhasil mencapai kompetensi yang
diharapkan pada akhir pelatihan.

4. Melakukan experimentasi dengan


menggunakan metode Experimental Learning
Cycle (ELC) yang memberikan petunjuk
praktis tentang desain pembelajaran, dengan
karakteristik:
a. Terkait dengan kehidupan nyata,
b. Mendorong peserta untuk dapat
mengekspresikan perasaan dan opini
berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan mereka, dan
c. Menerapkan evaluasi terintegrasi dengan
memberikan umpan balik kepada peserta
latih tentang kemajuan yang telah dicapai.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 6
BAB II
PERAN, FUNGSI, DAN KOMPETENSI

A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan
sebagai fasilitator pada kegiatan STBM-Stunting
di wilayah kerjanya masing-masing.

B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya peserta
mempunyai fungsi yaitu melakukan fasilitasi
kegiatan STBM-Stunting di wilayah kerjanya
masing-masing.

C. Kompetensi
Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki
kompetensi dalam:
1. Menjelaskan konsep dasar STBM-Stunting.
2. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam
STBM-Stunting.
3. Melakukan komunikasi, advokasi, dan
fasilitasi STBM-Stunting
4. Melakukan pemicuan STBM-Stunting di
komunitas.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 7
BAB III
TUJUAN PELATIHAN

A. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu


melakukan fasilitasi kegiatan STBM-Stunting di
wilayah kerjanya masing-masing.

B. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:


1. Menjelaskan konsep dasar STBM-Stunting.
2. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam
STBM-Stunting.
3. Melakukan komunikasi, advokasi, dan
fasilitasi STBM-Stunting
4. Melakukan pemicuan STBM-Stunting di
komunitas.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 8
BAB IV
STRUKTUR PROGRAM

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka


disusunlah materi yang akan diberikan secara rinci
pada tabel berikut:
No MATERI WAKTU
T P PL JML
A. MATERI DASAR
1. Kebijakan 2 0 0 2
Pembangunan
Kesehatan dalam
Percepatan Perbaikan
Gizi dengan STBM
Subtotal 2 0 0 2
B. MATERI INTI
1. Konsep Dasar STBM- 3 3 0 6
Stunting
2. Pemberdayaan 1 2 0 3
Masyarakat dalam
STBM-Stunting
3. Komunikasi, Advokasi, 2 6 0 8
dan Fasilitasi STBM-
Stunting
4. Pemicuan STBM- 6 8 10 24
Stunting di komunitas
Subtotal 12 19 10 41
C. MATERI PENUNJANG
1. Building Learning 0 3 0 3
Commitment (BLC)
2. Anti Korupsi 1 1 0 2
3. Rencana Tindak Lanjut
(RTL) 1 2 0 3
Subtotal 2 6 0 8
Total 16 25 10 51
Keterangan:
1 jpl @ 45 menit; T = Teori; P = Penugasan di kelas; PL =
Praktik Lapangan

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 9
BAB V
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

Nomor : MD.1
Judul Materi : Kebijakan Pembangunan Kesehatan dalam Percepatan
Perbaikan Gizi dengan STBM
Waktu : 2 JPL (T=2 jpl; P=0 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami
kebijakan pembangunan kesehatan untuk percepatan perbaikan
gizi dengan STBM.

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi


Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi/
sesi ini peserta latih mampu:
1. Menjelaskan Kebijakan 1. Kebijakan Pembangunan Ceramah  Bahan  Renstra
Pembangunan Kesehatan: tanya jawab tayangan/ Kementerian
Kesehatan a. Konsep Slide power
(CTJ) Kesehatan 2015-
Pembangunan
point 2019
Kesehatan
 Modul
b. Pendekatan keluarga  Pedoman
dalam pencapaian  Komputer

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 10
prioritas  LCD Perencanaan
pembangunan Projector Program Gerakan
kesehatan  Sound Nasional
c. Gerakan Masyarakat
System Percepatan
Hidup Sehat
 Flip chart Perbaikan Gizi
2. Menjelaskan Gerakan 2. Gerakan Nasional
Nasional Percepatan Percepatan Perbaikan  Spidol (ATK) Dalam Rangka
Perbaikan Gizi Gizi. Seribu Hari
3. Menjelaskan Kebijakan 3. Kebijakan dan Strategi Pertama Kehidupan
dan Strategi Nasional Nasional STBM. (Gerakan 1000
STBM HPK)
 Permenkes No. 3
tahun 2014 tentang
STBM

Nomor : MI.1

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 11
Judul Materi : Konsep Dasar STBM-Stunting
Waktu : 6 JPL (T=3 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami konsep
dasar STBM-Stunting.

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi


Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Peserta latih mampu:
1. Menjelaskan Stunting 1. Stunting:  CTJ  Bahan tayang  Andrew J
a. Pengertian stunting  Curah /slide power Prendergast,
b. Penyebab Stunting Pendapat point Jean H
c. Akibat Stunting  Pemutaran  Film Stunting Humphrey. The
Film dan Masa Stunting
dengan Depan Syndrome in
durasi 15 Indonesia, Developing
menit Film Dewi dan Countries.Paedia
(TPK 1 & Putri trics and
TPK 2)  Modul International
 Diskusi  LCD, Child Health.
kelompok komputer/lapt Vol.34 no 4, 2014
(TPK 3) op, p 250-265.
2. Menjelaskan 2. Pencegahan Stunting:  kertas  Black, et.al.
Pencegahan Stunting a. Pendekatan secara Maternal and

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 12
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
langsung/ kegiatan plano/flipchart, Child
gizi spesifik  spidol, Undernutritin and
b. Pendekatan secara  papan tulis, Overweight in
tidak langsung  kain tempel, Low Income and
 lem semprot Middle-Income
3. Menjelaskan Konsep 3. Konsep STBM: kain, Countries, Lancet
STBM a. Pengertian STBM  meta plan, 202 No. 9890:
b. Tujuan STBM  panduan 427-451.
c. Sejarah Program pemutaran  Chase, C and
Pembangunan film, Ngure, F, 2016.
Sanitasi.  panduan Multisectoral
4. Menjelaskan Prinsip- 4. Prinsip-prinsip STBM- diskusi Approaches to
Prinsip STBM-Stunting Stunting: kelompok, Improving
a. Tanpa subsidi Nutrition: Water,
(untuk non-kuratif) Sanitation and
b. Masyarakat sebagai Hygiene. Water
pemimpin and Sanitation
c. Tidak menggurui/ Program
memaksa Technical Paper,
d. Totalitas the World Bank.
5. Menjelaskan Strategi 5. Strategi STBM-Stunting:  Environmental
STBM-Stunting a. Peningkan Health

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 13
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
kebutuhan dan Perspective
Permintaan Volume 112 no
sanitasi-stunting 11, November
b. Peningkatan 2014, Beyond
layanan penyediaan Malnutrition The
sanitasi dan role of Sanitatiin
pencegahan in Stunted Grow.
stunting  Institute for
c. Penciptaan Development
lingkungan yang Studies, Working
kondusif Paper184,
6. Menjelaskan Delapan 6. Delapan Pilar STBM- Subsidy or Self-
Pilar STBM-Stunting Stunting: Respect Total
a. Pengertian pilar- Community
pilar dalam STBM- Sanitation in
Stunting Bangladesh,
b. Penyelenggaraan Kamal Kar,
pelaksanaan 8 pilar September 2003.
STBM-Stunting  Permenkes
c. Manfaat Nomor 3 Tahun
pelaksanaan 8 pilar 2014 tentang
STBM-Stunting

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 14
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
d. Tujuan STBM
pelaksanaan 8 pilar  Kemenkes RI,
STBM-Stunting Kurikulum dan
7. Menjelaskan Tangga 7. Tangga Perubahan Modul Pelatihan
Perubahan Perilaku Visi Perilaku Visi STBM- Fasilitator
STBM-Stunting Stunting: Pemberdayaan
a. Tangga Perubahan Masyarakat
Perilaku Sanitasi Bidang
b. Tangga Perubahan Kesehatan: Buku
Perilaku Asupan Sisipan STBM,
Gizi Jakarta, 2013.
c. Tangga Perubahan  Kemenkes RI,
Perilaku Visi STBM- Dit. Penyehatan
Stunting Lingkungan,
Modul Hiegiene
Sanitasi
Makanan dan
Minuman, 2012.

Nomor : MI.2

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 15
Judul Materi : Pemberdayaan Masyarakat STBM-Stunting
Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
pemberdayaan masyarakat STBM-Stunting.

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Media dan Referensi


Metode
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu:
1. Menjelaskan partisipasi 1. Partisipasi masyarakat  Ceramah  Bahan  Permenkes No.
masyarakat a. Pengertian partisipasi Tanya tayang/slide 65/2013 tentang
masyarakat jawab power point Pedoman
b. Tingkatan partisipasi  Curah  Modul Pelaksanaan dan
masyarakat Pendapat  LCD Pembinaan
2. Melakukan 2. Pemberdayaan masyarakat  Bermain  Komputer/ Pemberdayaan
pemberdayaan dalam STBM-Stunting Peran laptop Masyarakat bidang
masyarakat dalam a. Pengertian  Flipchart Kesehatan.
STBM-Stunting pemberdayaan  Spidol  Permenkes No.
masyarakat  Meta plan 3/2014 tentang
b. Prinsip dasar STBM.
 Kain tempel
pemberdayaan  Kurikulum dan
 Skenario
masyarakat Modul Pelatihan
bermain
c. Tahapan Fasilitator STBM,
peran
pemberdayaan Kemenkes RI,

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 16
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Media dan Referensi
Metode
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
masyarakat 2014.
d. Melakukan  Health Promotion
pemberdayaan and Community
masyarakat dalam Participation, WHO,
STBM-Stunting. 2002.

Nomor : MI.3

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 17
Judul Materi : Komunikasi, Advokasi dan Fasilitasi STBM-Stunting
Waktu : 8 JPL (T=2 jpl; P=6 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
Komunikasi, advokasi, dan fasilitasi STBM-Stunting

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi


Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu:
1. Melakukan komunikasi 1. Komunikasi STBM-  CTJ  Bahan  Buku Sisipan
STBM-Stunting Stunting  Curah tayang/ slide Kurikulum dan
a. Pengertian dan pendapat ppt Modul Pelatihan
bentuk-bentuk  Diskusi  Modul Fasilitator
komunikasi Kelompok  LCD Pemberdayaan
b. Strategi komunikasi  Bermain  Komputer/ Masyarakat
STBM-Stunting peran laptop Bidang
2. Melakukan Advokasi c. Komunikasi efektif  Praktik  Flipchart Kesehatan,
STBM-Stunting teknik-  Spidol Jakarta: 2013.
2. Advokasi STBM-Stunting teknik  Modul Teknologi
 Meta plan
a. Pengertian advokasi fasilitasi Advokasi
 Kain tempel
b. Langkah-langkah Kesehatan Bagi
advokasi STBM-  Panduan
Penyuluh
Stunting diskusi
Kesehatan
c. Cara melakukan kelompok

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 18
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
advokasi yang efektif  Skenario Masyarakat Ahli,
3. Melakukan fasilitasi 1. Teknik fasilitasi STBM- bermain Puspromkes,
STBM-Stunting Stunting peran Kemenkes: 2011.
a. Prinsip-prinsip fasilitasi  Panduan  Materi Teknik
STBM-Stunting praktik Fasilitasi
1) Pengertian teknik-teknik Partisipatif, Eko
fasilitasi fasilitasi Dermawan, 2012.
2) Prinsip dasar  Health Principles
fasilitasi of Housing, WHO,
3) Peran fasilitator 1989
4) Perilaku fasilitator  Issue in Health
dalam STBM- Advocay, JHU,
Stunting 1999.
b. Teknik-Teknik fasilitasi  Facilitator’s Guide
1) Teknik mendengar to Participatory
2) Teknik bertanya Decision Making,
3) Teknik Kaner, S,et all
menghadapi 2007.
situasi sulit
4) Dinamika bertanya
5) Curah pendapat

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 19
Nomor : MI.4
Judul Materi : Pemicuan STBM-Stunting di Komunitas
Waktu : 24 JPL (T=6 jpl; P=8 jpl; PL=10 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan
pemicuan STBM-Stunting di komunitas.

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi


Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu:
1. Melakukan kegiatan 1. Kegiatan pra-pemicuan  CTJ  Bahan  Permenkes No. 3
pra-pemicuan a. Observasi PHBS  Pemutaran tayang/ slide tahun 2014 tentang
dan film ppt Sanitasi Total
penapisan/screenin  Diskusi  Film Berbasis Masyarakat
g faktor resiko Kelompok Pemicuan  Permenkes no. 40
stunting  Simulasi Pilar 1 tahun 2011/2012
b. Persiapan  Praktik STBM dan tentang Pemberian
pemicuan dan pengisian Film singkat Makanan Bayi dan
menciptakan lembar pengukuran Anak
suasana yang observasi tinggi badan  Perpres no.42 tahun
kondusif sebelum  Praktik  Modul 2013 tentang
pemicuan. pengukuran  LCD, Gerakan Nasional
c. Persiapan teknis antropomet  komputer/lap Percepatan Pebaikan
dan logistik.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 20
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
2. Melakukan kegiatan 2. Kegiatan Pemicuan ri top, Gizi.
pemicuan a. Pengantar  Praktik  flipchart  Surat Edaran Menteri
b. Alat-alat utama Lapangan (lembar Kesehatan no. 184
untuk pemicuan balik), tahun 2015 tentang
c. Elemen pemicuan  spidol, Proporsi Pendanaan
dan faktor  metaplan, STBM dalam APBD
penghambat  Lembar  PP no. 33 tahun 2012
pemicuan diskusi tentang Pemberian
d. Langkah-langkah kelompok, ASI Eksklusif.
pemicuan di  tali,  PP no. 66 tahun 2014
komunitas.  kain tempel, tentang Kesehatan
3. Melakukan kegiatan 3. Kegiatan Paska  alat-alat dan Lingkungan.
paska pemicuan. Pemicuan bahan untuk  Inpres no.1 tahun
a. Cara membangun pemicuan(ter 2017 tentang
ulang komitmen lampir) Gerakan Masyarakat
b. Pilihan teknologi Hidup Sehat
 Buku KIA
sanitasi untuk 8  Pedoman Teknis
 Lembar
pilar STBM- Wirausaha Sanitasi
Observasi
Stunting.  Permenkes no.75
c. Teknik membangun  Tabel WHO
2005 tahun 2013 tentang
jejaring layanan Angka Kecukupan
penyediaan  Alat LILA
(Lingkar Gizi Bagi Bangsa

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 21
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
sanitasi dan gizi. Lengan Indonesia
d. Pendampingan dan Atas)  Permenkes no.23
monitoring  Panduan tahun 2014 tentang
e. Cara menggali simulasi, Upaya Perbaikan Gizi
media promosi  Panduan  Permenkes no. 35
untuk perubahan praktik tahun 2016 tentang
perilaku yang lapangan Pedoman
berkelanjutan.  Panduan Penyelenglenggaraan
praktik Program Keluarga
pengukuran Sehat Dengan
antropometri Pendekatan Keluarga
 Panduan  Kepmenkes no. 1955
pengisian tahun 2010 tentang
lembar Standar Antropometri
observasi Penilaian Status Gizi
Anak

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 22
Nomor : MP.1
Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar (BLC)
Waktu : 3 JPL (T=0 jpl; P=3 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu membangun
komitmen belajar dalam rangka menciptakan iklim pembelajaran
yang kondusif selama proses pelatihan berlangsung.

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi


Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu:
1. Mengenal sesama 1. Perkenalan  CTJ  Bahan  Buku Panduan
warga pembelajar pada  Curah tayang/ slide Dinamika Kelompok
proses pelatihan pendapat power point (LAN 2010 dan
 Permainan  Modul Pusdiklat Aparatur)
 Diskusi  Flipchart/  Depkes RI,Pusdiklat
2. Menyiapkan diri untuk 2. Pencairan (ice breaking) kelompok papan tulis Kesehatan, 2004,
belajar bersama secara  Spidol Kumpulan Games dan
aktif dalam suasana  Meta plan Energizer, Jakarta.
yang kondusif  Munir, Baderal, 2001,
 Jadwal dan
alur Dinamika Kelompok,
3. Merumuskan harapan- 3. Harapan-harapan dalam Penerapannya Dalam
Pelatihan
harapan yang ingin proses pembelajaran dan

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 23
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
dicapai bersama baik hasil yang ingin dicapai  Panduan Laboratorium Ilmu
dalam proses diskusi Perilaku, Jakarta
pembelajaran maupun kelompok
hasil yang ingin dicapai  Norma/ tata
di akhir pelatihan. tertib standar
pelatihan
4. Merumuskan 4. Norma kelas dalam  Panduan
kesepakatan norma pembelajaran permainan
kelas yang harus dianut
oleh seluruh warga
pembelajar selama
pelatihan berlangsung.
5. Merumuskan 5. Kontrol kolektif dalam
kesepakatan bersama pelaksanaan norma
tentang kontrol kolektif kelas
dalam pelaksanaan
norma kelas

6. Membentuk organisasi 6. Organisasi kelas


kelas

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 24
Nomor : MP. 2
Materi : Anti Korupsi
Waktu : 2 Jpl (T = 1, P = 1, PL = 0)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami Anti
Korupsi

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Media dan


Metode Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini,
peserta mampu menjelaskan: 1. Konsep korupsi  Curah  Bahan  Undang-undang
1. Konsep korupsi a. Definisi korupsi pendapat tayang/ Nomor 20 Tahun
b. Ciri-ciri korupsi  Ceramah slide 2001 tentang
c. Bentuk/jenis korupsi tanya jawab power Perubahan Atas
d. Tingkatan korupsi  Studi point Undang-undang
e. Faktor penyebab kasus  Modul Nomor 31 Tahun
korupsi  Kompu 1999 tentang
f. Dasar hukum tentang ter Pemberantasan
korupsi

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 25
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Media dan
Metode Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
2. Konsep anti korupsi 2. Konsep anti korupsi  Flipcha Tindak Pidana
a. Definisi anti korupsi rt Korupsi
b. Nilai-nilai anti korupsi  Spidol  Instruksi Presiden
c. Prinsip-prinsip anti  Pandu Nomor 1 Tahun 2013
korupsi an studi  Keputusan
kasus Menteri Kesehatan
Nomor
3. Upaya pencegahan korupsi 3. Upaya pencegahan dan 232/MENKES/SK/
dan pemberantasan pemberantasan korupsi VI/2013 tentang
korupsi a. Strategi Komunikasi
korupsi Pekerjaan dan
b. Budaya Anti Korupsi
korupsi
 Modul Anti
c.
Korupsi, Kemenkes,
Pemberatasan
2014
Korupsi (PK)

4. Tata cara pelaporan 4. Tata cara pelaporan


dugaan pelanggaran tindak dugaan pelanggaran
pidana korupsi Tindak Pidana Korupsi
(TPK)
a. Laporan
b. Penyelesaian hasil

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 26
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Media dan
Metode Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
penanganan
pengaduan
masyarakat
c. Pengaduan
d. Tatacara
penyampaian
pengaduan
e. Tim penanganan
pengaduan
masyarakat terpadu di
lingkungan
Kemenkes.
f. Pencatatan
pengaduan

5. Gratifikasi 5. Gratifikasi
a. Pengertian gratifikasi
b. Aspek hukum
c. Gratifikasi dikatakan
sebagai Tindak
Pidana Korupsi (TPK)
d. Contoh gratifikasi

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 27
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Media dan
Metode Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
e. Sanksi gratifikasi

Nomor : MP.3
Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Waktu : 3 JPL (T=1 jpl; P=2 jpl; PL=0 jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU): Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 28
tindak lanjut pelaksanaan kegiatan STBM-Stunting di wilayah
kerjanya masing-masing.

Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi


Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Setelah mengikuti materi ini
peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian 1. RTL:  Ceramah  Bahan  Kemenkes RI,
dan ruang lingkup RTL. a. Pengertian RTL Tanya Tayang/slide Pusdiklat Aparatur,
b. Ruang lingkup RTL. Jawab power point Rencana Tindak
2. Menjelaskan langkah- 2. Langkah-langkah  Diskusi  Modul Lanjut, Kurmod
langkah penyusunan penyusunan RTL. kelompok  Flipchart Surveillance,
RTL  Penugasa  Spidol Jakarta: 2008.
n  Meta plan  BPPSDM
3. Menyusun RTL dan 3. Penyusunan RTL dan gantt  Kain tempel Kesehatan,
Gantt Chart untuk chart untuk kegiatan yang Rencana Tindak
 LCD
kegiatan yang akan akan dilakukan. Lanjut, Modul TOT
 Lembar/
dilakukan. NAPZA, Jakarta:
Format RTL
2009.
 Panduan  Kemenkes RI,
4. Melakukan evaluasi 4. Evaluasi pelaksanaan Pedoman Umum
pelaksanaan STBM- STBM-Stunting Diskusi
Pengembangan
Stunting Desa dan
Kelurahan Siaga

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 29
Tujuan Pembelajaran Pokok Bahasan dan Metode Media dan Referensi
Khusus (TPK) Sub Pokok Bahasan Alat Bantu
Aktif, Jakarta: 2010,

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 30
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017
Hal: 31
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

BAB VI
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN

PRE TEST

PEMBUKAAN

Building Learning Commitment


(BLC)

Wawasan Pengetahuan dan Keterampilan


Materi Inti:
Materi dasar:
E
1. Konsep Dasar STBM-Stunting
V 1. Kebijakan
Pembangunan 2. Pemberdayaan Masyarakat dalam
A STBM-Stunting
Kesehatan
dalam 3. Komunikasi, Advokasi, dan
L Fasilitasi STBM-Stunting
Percepatan
U Perbaikan Gizi 4. Pemicuan STBM-Stunting di
komunitas
A dengan STBM
2. Anti korupsi Metode:
S
 Ceramah Tanya Jawab
I Metode:  Curah pendapat
 Ceramah  Diskusi kelompok
Tanya Jawab,  Bermain peran/Roleplay
 Curah  Simulasi
Pendapat,  Pemutaran film
 Praktik pengukuran antropometri

Praktek Lapangan (PL)

Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Penutupan Post Test & Evaluasi penyelenggaraan


Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

Rincian rangkaian alur proses pelatihan sebagai


berikut:

1. Pre Test
Pelaksanaan pre tes dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman awal
peserta terhadap materi yang akan diberikan
pada proses pembelajaran.

2. Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa
kegiatan berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan dan
penjelasan program pelatihan.
b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang
tentang latar belakang perlunya pelatihan dan
dukungannya terhadap program STBM-
Stunting.

3. Building Learning Commitment (BLC)/


Membangun Komitmen Belajar
Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan
peserta dalam mengikuti proses pelatihan. Faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam proses BLC
adalah tujuan pelatihan, peserta (jumlah dan
karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan
prasarana yang tersedia. Proses pembelajaran
dilakukan dengan berbagai bentuk permainan
sesuai dengan tujuan pelatihan. Proses BLC
dilakukan dengan alokasi waktu 3 jpl dan proses
tidak terputus. Dalam prosesnya, 1 (satu) orang
fasilitator memfasilitasi maksimal 30 orang
peserta.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 33
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

Proses pembelajaran meliputi:


a. Forming
Pada tahap ini setiap peserta masing-masing
masih saling observasi dan memberikan ide
ke dalam kelompok. Pelatih berperan
memberikan rangsangan agar setiap peserta
berperan serta dan memberikan ide yang
bervariasi.
b. Storming
Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin
lama suasananya makin memanas karena ide
yang diberikan mendapatkan tanggapan yang
saling mempertahankan idenya masing-
masing. Pelatih berperan memberikan
rangsangan pada peserta yang kurang terlibat
agar ikut aktif menanggapi.
c. Norming
Pada tahap ini suasana yang memanas
sudah mulai reda karena kelompok sudah
setuju dengan klarifikasi yang dibuat dan
adanya kesamaan persepsi. Masing-masing
peserta mulai menyadari dan muncul rasa
mau menerima ide peserta lainnya. Dalam
tahap ini sudah terbentuk norma baru yang
disepakati kelompok. Pelatih berperan
membulatkan ide yang telah disepakati
menjadi ide kelompok.
d. Performing
Pada tahap ini kelompok sudah kompak,
diliputi suasana kerjasama yang harmonis
sesuai dengan norma baru yang telah
disepakati bersama. Pelatih berperan
memacu kelompok agar masing-masing
peserta ikut secara aktif dalam setiap

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 34
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

kegiatan kelompok dan tetap menjalankan


norma yang telah disepakati.
Hasil yang didapatkan pada proses
pembelajaran adalah:
a. Harapan yang ingin dicapai
b. Kekhawatiran
c. Norma kelas
d. Komitmen
e. Pembentukan tim (organisasi kelas)

4. Pengisian wawasan
Setelah materi BLC/Membangun Komitmen
Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan
materi sebagai dasar pengetahuan/ wawasan
yang sebaiknya diketahui peserta dalam
pelatihan ini, yaitu: Arah dan Kebijakan Program
Kesehatan Masyarakat.

5. Pemberian pengetahuan dan keterampilan


Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan
dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi
yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian
materi dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode yang melibatkan semua peserta untuk
berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi
tersebut, yaitu ceramah tanya jawab, curah
pendapat, diskusi kelompok, diskusi pleno,
bermain peran, simulasi, pemutaran film, dan
praktek lapangan.

Pengetahuan dan keterampilan yang


disampaikan meliputi materi:
a. Konsep Dasar STBM-Stunting.
b. Pemberdayaan Masyarakat STBM-Stunting.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 35
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

c. Komunikasi, Advokasi, dan Fasilitasi STBM-


Stunting.
d. Pemicuan STBM-Stunting di komunitas

Setiap hari sebelum proses pembelajaran


dimulai, pelatih/fasilitator melakukan kegiatan
refleksi dimana pada kegiatan ini pelatih/fasilitator
bertugas untuk menyamakan persepsi tentang
materi yang sebelumnya diterima sebagai bahan
evaluasi untuk proses pembelajaran berikutnya.

6. Evaluasi
a. Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi
terhadap proses pembelajaran tiap hari
(refleksi) dan terhadap pelatih/fasilitator.
b. Evaluasi tiap hari (refleksi) dilakukan dengan
cara mereview kegiatan proses pembelajaran
yang sudah berlangsung, sebagai umpan
balik untuk menyempurnakan proses
pembelajaran selanjutnya.
c. Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh
peserta pada saat pelatih/fasilitator telah
mengakhiri materi yang disampaikannya.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
form evaluasi terhadap pelatih/fasilitator.

7. Praktek Lapangan
Praktek lapangan dilaksanakan setelah seluruh
materi dasar dan materi inti diberikan. Praktek
lapangan bertujuan agar peserta dapat
mengimplementasikan keterampilan yang sudah
didapatkan di kelas.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 36
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

8. Rencana Tindak Lanjut (RTL)


Masing-masing peserta menyusun rencana
tindak lanjut hasil pelatihan sesuai dengan peran
dan fungsinya di wilayah kerja masing-masing.

9. Post-test dan evaluasi penyelenggaraan


Post-test dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan peserta setelah mendapat materi
selama pelatihan. Selain post-tes, dilakukan
evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap
kemampuan yang telah didapat peserta melalui
penugasan-penugasan. Setelah itu dilakukan
evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan
yang dilakukan setelah semua materi
disampaikan dan sebelum penutupan. Tujuan
evaluasi penyelenggaraan adalah mendapatkan
masukan dari peserta tentang penyelenggaraan
pelatihan yang akan digunakan untuk
menyempurnakan penyelenggaraan pelatihan
berikutnya.

10. Penutupan
Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua
rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh pejabat
yang berwenang dengan susunan acara sebagai
berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.
b. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta.
c. Pembagian sertifikat.
d. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta.
e. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat
yang berwenang.
f. Pembacaan doa.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 37
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

BAB VII
PESERTA DAN PELATIH

A. Peserta

1. Kriteria Peserta adalah:


Peserta pelatihan berasal dari Tenaga
Kesehatan, TNI, MUI dan instansi/institusi
lainnya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal D3.
b. Bersedia menjadi Fasilitator STBM-
Stunting dan mendampingi program di
wilayah masing-masing.
c. Mendapat rekomendasi dari pemerintah
setempat atau lembaga lainnya yang
kompeten.

2. Jumlah Peserta :
Jumlah peserta dalam satu kelas maksimal
30 orang.

B. Pelatih/fasilitator/instruktur

Pelatih adalah tim pelatih/fasilitator STBM-


Stunting dari Kementerian Kesehatan dan praktisi
STBM dan Gizi dari berbagai instansi dan proyek
pendukung, dengan memenuhi kriteria berikut ini:
1. Pendidikan minimal S1
2. Menguasai substansi yang akan disampaikan.
3. Telah mengikuti TOT Fasilitator STBM-
Stunting/ TPPK/ Widyaiswara Dasar.
4. Memiliki pengalaman sebagai pelatih dalam
kegiatan STBM dan/atau Gizi.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 38
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

5. Memahami kurikulum pelatihan STBM


Stunting terutama GBPP yang telah
disampaikan.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 39
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

BAB VIII
PENYELENGGARA DAN
TEMPAT PENYELENGGARAAN

A. Penyelenggara

Pelatihan Fasilitator STBM-Stunting


diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI/
Instansi/Institusi bekerjasama dengan institusi
pelatihan yang terakreditasi (Balai Besar
Pelatihan Kesehatan (BBPK)/ Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes), dengan kriteria:
1. Memiliki tenaga
Pengendali Pelatihan atau seseorang yang
ditunjuk sebagai pengendali proses
pembelajaran yang menguasai materi
pelatihan.
2. Memiliki minimal 1
orang tenaga SDM yang telah mengikuti
pelatihan penyelenggara pelatihan (Training
Officer Course/TOC).

B. Tempat Penyelenggaraan

Pelatihan Fasilitator STBM-Stunting


diselenggarakan di Institusi pelatihan yang
terakreditas ((BBPK)/ (Bapelkes))/ instansi
lainnya yang memiliki sarana dan fasilitas yang
memenuhi kebutuhan/persyaratan Balai Besar
Pelatihan Kesehatan (BBPK)/ Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes) untuk pelatihan.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 40
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

BAB IX
EVALUASI

Evaluasi dilakukan terhadap:

A. Peserta

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil


pembelajaran dari peserta. Evaluasi terhadap
peserta dilakukan melalui:
1. Penjajagan awal melalui pre test.
2. Post test untuk mengukur pemahaman
peserta terhadap materi yang telah diterima.

Soal pre dan post test dapat menggunakan soal


dari bank soal (terlampir) sebanyak 30 soal.
Komposisi soal mencakup materi dasar dan
materi inti.

B. Pelatih

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui


kemampuan pelatih/ fasilitator dalam
menyampaikan materi pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan yang dapat
dipahami dan diserap peserta, yaitu:
1. Penguasaan materi
2. Ketepatan waktu
3. Sistematika penyajian
4. Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan
5. Empati, gaya dan sikap terhadap peserta
6. Penggunaan bahasa dan volume suara

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 41
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

7. Pemberian motivasi belajar kepada peserta


8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum
9. Memberikan kesempatan tanya jawab
10. Kemampuan menyajikan
11. Kerapihan berpakaian
12. Kerjasama antar Tim pelatih

C. Penyelenggara

Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap


pelaksanaan pelatihan sesuai form terlampir.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 42
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

BAB X
SERTIFIKAT

Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan


dengan ketentuan kehadiran minimal 95% dari
keseluruhan jumlah jam pembelajaran akan
mendapatkan sertifikat pelatihan yang dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit
1 (satu). Sertifikat ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang dan oleh panitia penyelenggara. Apabila
tidak memenuhi ketentuan tersebut maka peserta
hanya akan mendapatkan surat keterangan telah
mengikuti pelatihan yang ditandatangani oleh ketua
panitia penyelenggara.

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 43
Kurikulum Pelatihan
Fasilitator STBM-Stunting

Kementerian Kesehatan RI Tahun 2017


Hal: 44

Anda mungkin juga menyukai