PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Dasar hukum
a. UUD 1945
1) Pasal 28B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh &
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan & diskriminasi.
2) Pasal 28H ayat 1: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir & batin,
bertempat tinggal & mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan
b. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
c. UU No. 23 / 2002 tentang Perlindungan Anak
1) Pasal 1: Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan.
2) Pasal 4: Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan,serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
3) Pasal 8: Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan
sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.
d. Permenkes No. 25/2014 tentang Upaya Kesehatan Anak.
B. Gambaran Umum
Keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan
sumber daya kesehatan yang berkualitas, baik di pelayanan kesehatan dasar maupun
rujukan. Sumber daya kesehatan dalam memberi pelayanan kesehatan yang continuum
of care dan pelayanan yang terintegrasi sehingga pada setiap tahapan usia menerima
pelayanan yang lengkap dan berkualitas serta terbebas dari berbagai penyakit yang
dapat dihindari.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi
tingginya angka kematian bayi, balita dan maternal. Setiap tahun lebih dari 500 juta
penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia.
Tidak ada data yang pasti dampak komplikasi yang diakibatkan oleh malaria, baik terkait
dengan kualitas hidup seseorang maupun dampak cost yang ditimbulkan terkait dengan
biaya pelayanan kesehatan maupun kurangnya waktu kerja serta menurunnya kualitas
kerja.
Upaya menanggulangi malaria telah dilakukan dan memberi dampak yang cukup cukup
significant termasuk di Indonesia. Namun hingga saat ini ada 5 Provinsi prioritas yang
dinilai perlu pendekatan khusus untuk mengatasi malaria dikarenakan semua
wilayahnya termasuk katagori risiko tinggi malaria. Salah satu tujuan intervensi pada
program malaria yang difasilitasi oleh Global Fund ATM adalah balita dengan panas di
wilayah ini diharapkan diperiksa RDT atau mikroskopis apakah anak tersebut
menderita malaria atau tidak. Pendekatan penemuan kasus dan tatalaksana malaria
pada balita sudah masuk dalam tatalaksana balita sakit Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) dan di tingkat masyarakat melalui MTBS-M (Manajemen Terpadu Balita Sakit
Berbasis Masyarakat) yakni penguatan peran kader. Manajemen Terpadu Balita Sakit
Berbasis Masyarakat yang kontentnya case manajemen (deteksi dini dan dilanjutkan
dengan pengobatan) hanya diberlakukan bagi daerah yang sulit akses bidan/perawat
dan dokter namum mendapat supervisi ketat dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota di wilayah tersebut.
Upaya pencegahan melalui penggunaan kelambu berinsektisida pada ibu hamil dan
balita merupakan langkah tepat walaupun mengalami beberapa kendala terkait dengan
pengadaan, distribusi maupun pemanfaatan kelambu tersebut. Penerapan MTBS untuk
case finding dan tatalaksana malaria pun menjadi kendala terkait dengan tidak
terlatihnya tenaga kesehatan dan kepatuhan terhadap standar dilain pihak
pemberdayaan masyarakat yang belum dilaksanakan secara baikpun turut berkontribusi
terhadap belum maksimalnya tatakelola malaria di tingkat Puskesmas.
Selain masalah SDM kualitas pelayanan pasien malaria sangat tergantung dari kesiapan
SPA dan penunjang lainnya (termasuk laborat) baik di tingkat fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat dasar maupun rujukan selain mendukung menegakan diagnosis juga
dalam hal tatalaksana. Pasien termasuk balita dengan malaria dan mengalami
komplikasi membutuhkan penanganan yang lebih serius mengingat akibat yang
ditimbulkan, jika tidak ditangani secara maksimal akan berdampak pada kematian dan
kualitas hidup anak saat itu maupun dikemudian hari. Harus diperhitungkan dengan
cermat kerugian financial yang diakibatkan bila penanganan tidak tepat disamping
kerugian yang diakibatkan oleh penurunan kualitas hidup.
Kesiapan Puskesmas dan Rumah Sakit ini dilihat dari segi SDM nya, ketersediaan obat-
obatan serta kesiapan SPA (sarana prasarana dan alat termasuk laborat) yang
digunakan untuk mendukung tatalaksana malaria sesuai standar termasuk tatalaksana
malaria dengan komplikasi. Gambaran ini akan termonitor apabila setiap Kabupaten
Kota melaksanakan dan melaporkan hasil mapping secara rutin.
TOT MTBS revisi 2015 dilakukan agar MTBS Revisi 2015 yang telah mengakomodir
perubahan kebijakan program terkait MTBS, kemajuan ilmu kedokteran serta
rekomendasi WHO dapat dikuasai di MTBS tingkat kab/kota dan perubahan yang telah
dibuat dapat dimengerti dan diimplementasikan dalam pelayanan MTBS di tingkat
Puskesmas di Kab/Kota intervensi.
Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk tim fasilitator manajemen terpadu balita sakit di
Puskesmas yang nantinya dapat melakukan transfer pengetahuan dan keterampilan
kepada tenaga kesehatan terutama dokter, bidan, dan perawat di provinsinya masing-
masing sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Kematian balita merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan
derajat kesehatan masyarakat. Secara global, kematian balita mengalami penurunan
sebesar 53% sejak tahun 1990 ke 2015, namun masih ada sekitar 7,6 juta balita yang
meninggal tiap tahunnya. Indonesia memiliki kemajuan yang lebih pesat dalam
penurunan kematian balita yaitu sebesar 59%, namun, penurunan kematian balita di
Indonesia masih sangat lambat sejak satu dekade terakhir.
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan
bahwa angka kematian balita di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan negara-
negara di Asia Tenggara, yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data
Riskesdas 2007, penyebab utama kematian balita adalah diare (25%) dan pneumonia
(15%), sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah diare (42%) dan pneumonia
(24%). Penelitian Sample Registration System (SRS) tahun 2014 menunjukkan hasil
yang sedikit berbeda dimana penyebab utama kematian anak balita adalah diare (17%)
dan pneumonia (13%). Sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia
(18%), disusul dengan penyakit pneumonia (8%.
C. Filosofi Pelatihan
Pelatihan bagi Pelatih Manajemen Terpadu Balita Sakit ini diselenggarakan dengan
memperhatikan:
1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai penilaian angka kredit
jabatan fungsional.
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks
pelatihan.
c. Diberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam setiap proses
pembelajaran.
A. Peran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai pelatih pada pelatihan
Manajemen Terpadu Balita Sakit.
B. Fungsi
Dalam melaksanakan perannya peserta mempunyai fungsi dalam melatih pada
pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit.
C. Kompetensi
Untuk melaksanakan peran dan fungsinya tersebut, setelah mengikuti pelatihan ini,
peserta memiliki kompetensi yang mengacu kepada kewenangannya, sebagai berikut:
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan mampu melatih Manajemen Terpadu
Balita Sakit
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:
1. Melakukan penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun
2. Melakukan tindakan dan pemberian pengobatan Balita Sakit
3. Memberi konseling kepada ibu
4. Melaksanakan Manajemen Terpadu Bayi Muda umur kurang dari 2 bulan
5. Melakukan pelayanan tindak lanjut pengobatan
6. Menerapkan teknik melatih Manajemen Terpadu Balita Sakit
7. Menyelenggarakan praktik klinis di fasilitas rawat jalan
BAB IV
STRUKTUR PROGRAM
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka disusun materi yang akan diberikan
secara rinci pada struktur program sebagai berikut:
ALOKASI WAKTU
NO MATERI
T P PL JUMLAH
A. MATERI DASAR
Subtotal 2 0 0 2
B MATERI INTI
1. Pedoman penerapan MTBS di 2 - - 2
Puskesmas
2. Penilaian dan Klasifikasi anak sakit umur 2 6 4 12
2 bulan – 5 tahun
3. Tindakan dan pemberian pengobatan 2 3 1 6
4. Konseling bagi ibu 2 2 2 6
5. Tata laksana Bayi Muda umur kurang 4 3 5 10
dari 2 bulan
6. Tindak Lanjut pengobatan 2 2 2 6
Subtotal 14 16 14 42
C. MATERI PENUNJANG
1. Building learning commitment / BLC 0 2 - 2
2. Anti Korupsi 2 0 2
3. Rencana tindak lanjut / RTL 0 2 - 2
Subtotal 2 4 0 6
TOTAL 18 20 14 50
Nomor : MD. 1.
Materi : Kebijakan Kesehatan Anak
Waktu : 2Jpl (T = 2 Jpl; P = 0 Jpl; PL = 0 Jpl).
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami kebijakan Kesehatan Anak
3. Kunjungan ulang
3. Melakukan penilaian a. Pengertian
Kunjungan ulang kunjungan
ulang
b. Waktu
kunjungan
ulang
c. Penilaian saat
kunjungan
ulang
Nomor : MI. 3
Materi : Konseling bagi ibu
Waktu : 6 Jpl (T = 2 Jpl; P = 2 Jpl; PL = 2 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
Memberikan konseling bagi ibu
POKOK BAHASAN/
MEDIA/ ALAT REFEREN
TPK SUB POKOK METODE
BANTU SI
BAHASAN
Setelah selesai 1. Keterampilan 1. Ceramah 1. Bahan tayang Paket
pelatihan, peserta komunikasi yang Tanya 2. Modul MTBS modul
mampu: baik Jawab 3. Bagan dinding MTBS
1. Menggunakan 2. Teknik/ cara MTBS
keterampilan pemberian Obat 2. Bermain 4. Buku bagan
komunikasi yang baik Oral di rumah peran MTBS
2. Mengajari ibu cara 3. Teknik/ cara 5. Buku kumpulan
pemberian obat mengobati infeksi Foto
dirumah lokal dirumah 6. VCD MTBS
3. Mengajari ibu cara 4. Teknik/ cara 7. Kartu nasihat
mengobati infeksi mencampur dan Ibu/ Buku
lokal dirumah memberi oralit Kesehatan Ibu
4. Mengajari ibu cara 5. Anjuran pemberian dan Anak
pemberian cairan ASI dan makanan 8. Scenario
dirumah 6. Teknik/ cara bermain peran
5. Melakukan konseling/ pemberian makan 9. Flipchart
anjuran pemberian anak dan 10. LCD projector
ASI dan makanan Penentuan 11. Laptop
anak masalah 12. VCD player
6. Menilai masalah pemberian makan 13. Contoh obat-
pemberian ASI dan anak obatan MTBS
makanan anak 7. Konseling pada Ibu 14. Food Model
7. Melakukan konseling tentang masalah
pada Ibu tentang pemberian ASI dan
masalah pemberian makanan anak
ASI dan makanan 8. Konseling pada Ibu
8. Memberikan nasihat tentang kapan
kepada Ibu tentang harus kembali ke
kapan kembali untuk petugas kesehatan
kunjungan ulang 9. Prioritas nasihat
9. Membuat prioritas 10. Penggunaan alat
nasihat bantu Kartu
10. Menggunakan alat Nasihat Ibu / Buku
bantu Kartu Nasihat Kesehatan Ibu dan
Ibu / Buku Kesehatan Anak
Ibu dan Anak
Nomor : MI. 4
Materi : Manajemen Terpadu Bayi Muda Umur Kurang
dari 2 Bulan
Waktu : 10 Jpl (T = 2 Jpl; P = 3 Jpl; PL = 5 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melaksanakan manajemen terpadu bayi muda
umur kurang dari 2 bulan
POKOK BAHASAN/
MEDIA/ ALAT REFEREN
TPK SUB POKOK METODE
BANTU SI
BAHASAN
Setelah selesai pelatihan, 1. Teknik Wawancara 1. Ceramah 1. Bahan Paket
peserta mampu: Ibu mengenai Tanya Jawab tayang modul
1. Melakukan wawancara masalah yang 2. Demonstrasi 2. Modul MTBS
Ibu mengenai masalah dihadapi bayi video 3. Bagan
yang dihadapi bayi muda muda 3. Latihan dinding
2. Mengklasifikasikan bayi 2. Penilaian dan MTBS
muda umur kurang dari 2 klasifikasi bayi 4. Buku bagan
bulan muda umur kurang MTBS
3. Memeriksa status dari 2 bulan 5. Buku
imunisasi 3. Cara memeriksa kumpulan
4. Menilai masalah/ status imunisasi Foto
keluhan lain pada bayi 4. Penilaian masalah/ 6. VCD MTBS
muda maupun ibu keluhan lain pada 7. Kartu
5. Melakukan tindakan bayi muda maupun nasihat Ibu/
dan memberi ibu Buku
pengobatan 5. Tindakan dan Kesehatan Ibu
6. Melakukan konseling pengobatan dan Anak
bagi Ibu 6. Konseling bagi Ibu 8. Petunjuk
7. Memberikan pelayanan 7. Pelayanan tindak demonstrasi
tindak lanjut pada bayi lanjut pada bayi video
muda muda 9. Petunjuk
latihan
10. Flipchart
11. LCD
projector
12. Laptop
13. VCD player
14. Contoh
obat- obatan
MTBS
15. Food Model
16. Form
penilaian &
klasifikasi bayi
< 2 bln
Nomor : MI. 5
Materi : TIndak Lanjut Pengobatan
Waktu : 6 Jpl (T = 2 Jpl; P = 2 Jpl; PL = 2 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
melakukan pelayanan tindak lanjut pengobatan
MEDIA/
POKOK BAHASAN/ REFEREN
TPK METODE ALAT
SUB POKOK BAHASAN SI
BANTU
Setelah selesai pelatihan, 1. Penentuan kunjungan 1. Ceramah 1. Bahan Paket
peserta mampu: ulang anak sakit Tanya tayang modul
1. Menentukan 2. Pemeriksaan pada Jawab 2. Modul MTBS
kunjungan ulang anak kunjungan ulang anak 2. Diskusi 3. Bagan
sakit sakit 3. Penugasa dinding
2. Melakukan 3. Tindakan dan n MTBS
pemeriksaan pada pengobatan 4. Buku bagan
kunjungan ulang anak berdasarkan tanda – MTBS
sakit tanda yang ada pada 5. Buku
3. Memilih tindakan dan anak saat kunjungan kumpulan
pengobatan berdasarkan ulang Foto
tanda – tanda yang ada 4. Teknik 6. VCD MTBS
pada anak saat mengklasifikasikan anak 7. Kartu
kunjungan ulang seperti pada kunjungan nasihat Ibu/
4. Mengklasifikasikan pertama, jika anak Buku
anak seperti pada mempunyai masalah Kesehatan
kunjungan pertama, jika baru Ibu dan Anak
anak mempunyai 8. Flipchart
masalah baru 9. LCD
projector
10. Laptop
11. VCD
player
12. Contoh
obat- obatan
MTBS
13. Food
Model
Nomor : MP. 1
Materi : Building Learning Commitment (BLC)
Waktu : 2 Jpl (T = 0 Jpl; P = 2 Jpl; PL = 0 Jpl)
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
menyelenggarakan praktik klinis di fasilitas rawat
jalan
4. Gratifikasi 4. Gratifikasi
a. Pengertian Cerama
gratifikasi h Tanya
b. Landasan hukum jawab
c. Gratifkasi dan Curah
tindakan pidana pendapa
Korupsi t
Nomor : MP. 3
Materi : Rencana tindak lanjut (RTL).
Waktu : 2 JPL (T=0 JPL, P= 2 JPL, PL=0JPL).
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu
Menyusun rencana tindak lanjut (RTL) untuk
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pelatih
pada pelatihan penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal.
Pre test
Pembukaan
Praktik lapangan
Penutupan
A. Proses dan Metode Pembelajaran
1) Proses pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
a) Dinamisasi dan penggalian harapan peserta serta membangun komitmen belajar
diantara peserta.
b) Penyiapan peserta sebagai individu atau kelompok yang mempunyai pengaruh
terhadap perubahan perilaku dalam menciptakan iklim yang kondusif dalam
melaksanakan tugas.
c) Penjajakan awal peserta dengan memberikan pre test.
d) Pembahasan materi.
e) Penugasan-penugasan.
f) Praktik lapangan
g) Penjajakan akhir peserta dengan memberikan post test.
2) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran ini berdasarkan pada prinsip:
a) Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan yang
terkait dengan tugas yang dilaksanakan.
b) Peran serta aktif peserta sesuai dengan pendekatan pembelajaran.
c) Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya komunikasi dari
dan ke berbagai arah.
Oleh karena itu metode yang digunakan selama proses pembelajaran diantaranya
adalah:
1) Ceramah singkat dan tanya jawab.
2) Curah pendapat, untuk penjajakan pengetahuan dan pengalaman peserta terkait
dengan materi yang diberikan.
3) Penugasan berupa latihan / exercise, studi kasus, diskusi kelompok dan
presentasi.
4) Praktik lapangan
Jumlah soal pre test adalah 25 soal pilihan ganda yang meliputi dari seluruh materi
inti pelatihan manajemen terpadu balita sakit.
4) Pengisian pengetahuan/wawasan
Setelah materi membangun komitmen belajar, kegiatan dilanjutkan dengan
memberikan materi kebijakan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal sebagai dasar
pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini. Selain
itu, peserta akan diberikan pengetahuan terkait dengan budaya antikorupsi.
5) Pemberian ketrampilan
Pemberian materi ketrampilan (materi inti) dalam proses pelatihan mengarah pada
kompetensi keterampilan yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta
untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu metode tanya
jawab, curah pendapat, diskusi kasus, demonstrasi, latihan dan bermain peran.
Pada sesi praktik / penugasan di kelas, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok –
kelompok kecil sehingga peningkatan keterampilan lebih efektif.
6) Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap hari dengan cara melakukan review kegiatan proses
pembelajaran yang sudah berlangsung sebagai umpan balik untuk menyempurnakan
proses pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi dilakukan kepada peserta dan juga pelatih berupa umpan balik. Hal tersebut
dilakukan dimulai pada proses pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Evaluasi
yang dimaksud pada proses pembelajaran adalah evaluasi yang dilakukan terhadap
peserta :
a. Setiap hari dilakukan refleksi dengan cara melakukan review kegiatan proses
pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk
menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya.
b. Proses umpan balik juga dilakukan dari pelatih ke peserta berdasarkan
penjajagan awal melalui pre test, pemetaan kemampuan dan kapasitas peserta,
penilaian penampilan peserta, baik di kelas maupun pada waktu penugasan
selama proses pembelajaran.
Disamping itu juga dilakukan proses umpan balik dari pelatih ke peserta
berdasarkan penilaian penampilan peserta baik di kelas maupun di lapangan.
7) Praktik lapangan
Peserta mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan dengan melakukan praktik
lapangan. Praktik dilakukan di puskesmas dan atau rumah sakit yang telah
ditentukan menjadi tempat pelatihan.
8) Evaluasi Penyelenggaraan
Evaluasi penyelenggaraan dilakukan untuk mendapatkan masukan dari peserta
tentang penyelenggaraan pelatihan manajemen terpadu balita sakit dan akan
digunakan untuk penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan tersebut pada kegiatan
pelatihan selanjutnya.
10) Penutupan
Acara penutupan dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta
ke penyelenggara dan fasilitator untuk perbaikan pelatihan yang akan datang.
BAB VII
PESERTA DAN PELATIH
A. Peserta
1. Kriteria:
e. Peserta terdiri dari dokter, bidan, dan perawat dengan kriteria sebagai berikut:
Dokter :
Pendidikan S1 kedokteran umum.
Bekerja aktif sebagai fungsional/pemberi layanan di puskesmas
minimal 1 (satu) tahun.
Diutamakan berstatus pegawai negeri sipil (PNS).
Diutamakan telah mengikuti Orientasi /Standarisasi/Pelatihan MTBS
Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir pelatihan dengan
aktif.
Bersedia sebagai pelatih pada pelatihan MTBS
Bersedia mengaplikasikan hasil pelatihan di tempat kerjanya serta
tidak dipindah-tugaskan minimal selama 2 tahun setelah dilatih
dibuktikan dengan surat pernyataan diri dan diketahui atasan.
Bidan
Minimal pendidikan D3
Bekerja aktif sebagai fungsional/pemberi pelayanan di Puskesmas
minimal 1 (satu) tahun.
Diutamakan berstatus pegawai negeri sipil (PNS).
Diutamakan telah mengikuti orientasi/pelatihan/standarisasi MTBS.
Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir pelatihan dengan
aktif.
Bersedia sebagai pelatih pada pelatihan MTBS
Bersedia mengaplikasikan hasil pelatihan di tempat kerjanya serta
tidak dipindah-tugaskan minimal selama 2 tahun setelah dilatih
dibuktikan dengan surat pernyataan diri dan diketahui atasan.
Perawat
Minimal pendidikan D3
Bekerja aktif sebagai fungsional/pemberi pelayanan di puskesmas
minimal 1 (satu) tahun.
Diutamakan berstatus pegawai negeri sipil (PNS).
Diutamakan telah mengikuti orientasi/standarisasi/pelatihan MTBS.
Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir pelatihan dengan
aktif.
Bersedia sebagai pelatih pada pelatihan MTBS
Bersedia mengaplikasikan hasil pelatihan di tempat kerjanya serta
tidak dipindah-tugaskan minimal selama 2 tahun setelah dilatih
dibuktikan dengan surat pernyataan diri dan diketahui atasan.
2. Jumlah Peserta
Peserta pelatihan bagi pelatih (TOT) manajemen terpadu balita sakit yaitu
Dokter umum, Bidan, dan Perawat dalam 1 (satu) angkatan / kelas berjumlah
maksimal 10 orang.
B. Pelatih
Dengan kriteria:
1. Menguasai substansi/materi yang diajarkan.
2. Memiliki latar belakang pendidikan Dokter (Dokter umum) / Bidan (minimal D3
kebidanan) / Perawat (minimal D3 Keperawatan)
3. Telah mengikuti pelatihan kediklatan seperti pelatihan bagi pelatih (TOT) / TPPK /
widyaiswara dasar / lainnya yang terkait.
4. Memahami kurikulum pelatihan manajemen terpadu balita sakit, terutama garis-
garis besar program pembelajaran (GBPP).
5. Khusus pengajar materi teknis klinis, masih bekerja aktif sebagai
fungsional/pemberi pelayanan.
BAB VIII
PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN
A. Penyelenggara
Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit diselenggarakan oleh Kementerian
Kesehatan RI / institusi lain, dengan pengampuan dari BPPK / Bapelkes / institusi
pelatihan kesehatan yang terakreditasi, dengan kriteria:
1. Memiliki tenaga Tenaga Pengelola Diklat yang telah mengikuti TOC: (belum
ada)
2. Memiliki tenaga pengendali Diklat/MOT 2 orang (lampirkan SK
penyelenggaraan/Surat Tugas sebagai MOT).
Catatan:
Peran dan tugas Pengendali Diklat/MOT:
a. Perancang proses pelatihan
b. Pengendali proses pelatihan (mengendalikan dan membuat laporan proses
pembelajaran serta sebagai penghubung)
c. Perancang Evaluasi
Apabila ada institusi lain yang akan menyelenggarakan pelatihan ini maka institusi
tersebut harus terakreditasi oleh BPPSDM, mendapat ijin dari Kementerian
kesehatan dan bekerjasama dengan BPPK/Bapelkes setempat dalam
penyelenggaraannya.
B. Tempat Penyelenggaraan
Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit diselenggarakan di BPPK / Bapelkes /
instansi lain yang memiliki sarana dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan / tujuan
pelatihan.
BAB IX
EVALUASI
Hasil pembelajaran pelatihan bagi pelatih (TOT) Manajemen Terpadu Balita Sakit
dinyatakan dalam suatu nominal terukur dengan komponen penilaian terdiri dari pre dan
post test. Bobot nilai dari setiap komponen adalah sebagai berikut:
1) Pre test dan post test : 30 %
2) Evaluasi materi : 70 %
Setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan dengan ketentuan kehadiran minimal 95%
dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran akan mendapatkan sertifikat kehadiran pelatihan
yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan oleh panitia penyelenggara. Apabila tidak
memenuhi ketentuan tersebut maka peserta hanya akan mendapatkan surat keterangan
telah mengikuti pelatihan.
a. Rencana Evaluasi: (lampirkan instrument/soal evaluasi)
a. Kriteria Peserta :
I. Tenaga Kesehatan (dokter, bidan perawat) atau pengelola program kesehatan
keluarga di tingkat pusat/ dinas kesehatan provinsi/ kabupaten yang sudah
pernah mengikuti pelatihan standardisasi MTBS dan bersedia menjadi fasilitator
MTBS
II. Dalam 2 (dua) tahun ke depan belum purna tugas atau dialihtugaskan
III. Memegang jabatan maksimal Eselon IV
IV. Peserta mampu dan bersedia menjadi fasilitator MTBS.
2. KOMPONEN PELATIH/PENGAJAR/FASILITATOR
N
1 2 3 4 5 6
O
1.
3.
4.
5.
6.
Keterangan:
1. Nama Pengajar:
2. Materi yang diajarkan:
3. Dasar Pendidikan dan Pendidikan tambahan:
4. Pendidikan/pelatihan tambahan yang terkait dengan materi:
5. Pelatihan tentang diklat, seperti: TOT, AKTA atau pengalaman melatih/mengajar:
6. Pengalaman bekerja atau tugas yang berkaitan dengan materi yang diajarkan: