Anda di halaman 1dari 26

PELAYANAN KLINIS DI RUANG MTBS

1. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT


A. Definisi
Manajemen Terpadu Balita sakit (MTBS) adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita
sakit dengan fokus kepada anak usia 0-59 bulan (balita) secara
menyeluruh. Suatu manejemen untuk balita yang datang di
pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai
klasifikasi, status gizi, status imun maupun penanganan dan
konseling yang diberikan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit bukan merupakan suatu
program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksana balita sakit.

B. Ruang Lingkup Manajemen Terpadu Balita Sakit


1. Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari-
2 bulan
2. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
3. Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan
klasifikasi
4. Konseling bagi ibu
5. Tindakan dan pengobatan
6. Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut

C. Protap Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit


1. Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita
mengenai keluhan utama, lamanya sakit, pengobatan yang
telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
2. Pemeriksaan :
a. Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu
tubuh, adanya infeksi, ikterus, gangguan pencernaan, BB,
status imun.
b. Untuk bayi 2bulan-5 tahun
Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa
telinga, status gizi, imun, penilaian pemberian makanan.
Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan
konsultasi dokter.
D. Tatalaksana Balita Sakit dengan Pendekatan MTBS
1. Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan
MTBS oleh petugas kesehatan yang telah dilatih. Petugas
memakai bagan MTBS untuk melakukan penilaian/
pemeriksaan dengan cara : menanyakan kepada orangtua/
wali, apa aka keluhan – keluhan/ masalah anak kemudian
memeriksa dengan cara “lihat dan dengar” atau “lihat dan
raba”. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua
gejala berdasarkan hasil tanya jawab dan pemeriksaan.
Berdasarkan hasil klasifikasi, petugas akan menentukan
jenis tindakan/ pengobatan, anak dengan klasifikasi penyakit
sangat berat akan dirujuk ke dokter puskesmas, anak yang
imunisasinya belum lengkap akan dilengkapi, anak dengan
masalah gizi akan dirujuk ke ruang konsultasi gizi dan
seterusnya.
2. Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas
kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/ wali secara
berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya
umum.
a. Apakah anak tidak bisa minum/menetek?
b. Apakah anak memutahkan semuanya?
c. Apakah anak kejang?
d. Apakah anak letargis/tidak sadar?
3. Selanjutnya petugas menanyakan kepada ibu mengenai 4
keluhan utama dan mengklasifikasikannya
a. Apakah anak batuk / sukar bernafas? Jika Ya, hitung
respirasi anak
b. Apakah anak diare?
c. Apakah anak demam?
d. Apakah anak ada masalah telinga?
4. Kemudian menanyakan gejala lain yang berhubungan
dengan gejala utama,memeriksa dan menklasifikasikan
status gizi anak, anemia dan skrining HIV, menanyakan
status immunisasi dan pemberian Vit A dan menentukan
apakah anak membutuhkan immunisasi dan atau Vit A
pada saat kunjungan tersebut.
5. Selanjutnya menilai masalah / keluhan lain yang dihadapi
anak, menentukan perlunya dilakukan rujukan segera jika
kondisi perlu dirujuk dan menentukan tindakan dan
pengobatan pra rujukan (bila dirujuk).
6. Petugas merujuk anak, menjelaskan perlunya rujukan dan
membuat surat rujukan dan menentukan tindakan dan
pengobatan untuk anak yang tidak memerlukan rujukan
segera.
7. Petugas memilih obat yang sesuai dan menentukan dosis
obat, jadwal pemberian dan mengajarkan ibu cara
pemberian obat dirumah, memberi cairan tambahan untuk
diare dan melanjutkan pemberian makan.
8. Petugas memberikan immunisasi setiap anak sesuai
dengan kebutuhan misal memberikan suplemen Vit A dan
memberikan konseling, meliputi :
a. Pemberian makan
b. Pemberian cairan
c. Kapan harus kunjungan ulang
d. Menasehati ibu untuk menjaga kesehatan dirinya
9. Petugas mempersilahkan ibu untuk mengambil obat ke
apotek puskesmas dan mendokumentasikan semua hasil
pemeriksaan, therapy dan tindakan.
1. BILA ANAK BATUK DAN SUKAR BERNAFAS
1) Bila anak mengeluh mengeluh batuk atau sukar
bernafas lakukan,
a. hitung nafas dalam 1 menit
b. lihat apakah ada tarikan dinding dada ke dalam,
c. lihat dan dengar adanya wheezing
2) Selanjutnya melakukan pemeriksaan :
a. Posisikan anak dengan nyaman dan tenang, dipangku
oleh ibu atau ditiudrkan ditempat pemeriksaan
b. Hitung frekuensi pernapasan yaitu dengan
menghitung tarikan nafas pada gerakan dinding dada
melihatnya dengan menghitung permenit berapa kali
c. Apakah ada tarikan dinding dada kedalam dengan
cara melihat dinding dada bagian bawah pada cela
intercosta dan diamati apakah terjadi pada saat
inspirasi
d. Apakah ada pernapasan cuping hidung: lihat pada
cuping hidung yaitu gerakan cuping hidung pada saat
ekspirasi dan inspirasi
e. Mengukur suhu tubuh menggunakan thermometer
f. Apakah ada wheezing/stridor: dengan meletakan
stetoskop pada dinding dada dan akan terdengar
bunyi “Ngik” pada waktu inspirasi itulah suara
wheezing, begitu juga dengan stridor juga meletakan
stetoskop pada dinding dada dan akan terdengar
suara napas berbunyi “krosok-krosok”
3) Tentukan ada tidaknya tanda bahaya :
a. Tanda dan bahaya umur 2 bulan – 5 tahun : Tidak
bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, gizi
buruk, anak yang mempunyai salah satu tanda
bahaya harus segera dirujuk ke Rumah Sakit.
b. Tanda bahaya Umur Kurang 2 bulan : Kurang bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor,
wheezing, demam atau dingin. Anak yang mempunyai
salah satu tanda bahaya harus segera dirujuk
kerumah sakit.
4) Kemudian dilakukan klasifikasi yang sesuai :
a. Umur 2 bulan - < 12 bulan
a) Pneumonia Berat : Napas Cepat > 60x/menit dan
ada tarikan dinding dada kuat
b) Pneumonia : Napas Cepat ≥ 50x/m
c) Bukan Pneumonia : Tidak ada napas cepat atau
tarikan dinding dada
b. Umur 12 bulan - < 5 tahun
a) Pneumonia Berat : Bila ada tarikan dinding dada ke
dalam (wheezing berulang-ulang) dan napas cepat ≥
40x/menit
b) Pneumonia : Napas Cepat ≥ 40x/menit
5) Setelah dilakukan klasifikasi petugas melakukan
pemberian pelayanan tindak lanjut
a. Bila anak pneumonia berat
a) Beri antibiotik dosis pertama yang sesuai
b) RUJUK SEGERA
b. Bila Pneumonia atau napas cepat
a) Beri antiobiotik yang sesuai
b) Beri pereda tenggorokan dan pereda batuk yang
aman
c) Jika batuk >3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan
lanjutan
d) Nasihati kapan kembali
e) Kunjungan ulang 2 hari
c. Bila bukan pneumonia
a) Beri pelega tenggorokan atau pereda batuk yang
aman
b) Jika batuk >3 minggu, rujuk unruk pemeriksaan
lanjutan
c) Nasihati kapan kembali
d) Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan
10. Petugas memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
a. Anjurkan kontrol 2 hari kemudian pada anak dengan
pneumonia
b. Cara pemberian obat dirumah
c. Cara pengobatan / perawatan dirumah (makan cukup,
bersihkan hidung, banyak minum)
d. Menjaga makanan yang semakin memperparah penyakit
misalnya gorengan dan es
e. Hindari merokok dalam ruangan
2. BILA ANAK DEMAM
Demam pada anak adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh
anak meningkat melewati batas normal. Demam didefinisikan
ketika suhu tubuh anak lebih dari 37,2 derajat celcius jika
diukur dari ketiak dan melebihi 37,8 bila diukur dari mulut.
1. Petugas melaksanakan anamesa dengan menggunakan
formulir MTBS:
a. Tanyakan berapa umur anak
b. Apakah anak batuk atau sukar bernafas?
c. Jika ya, sudah berapa lama?
d. Tanya apakah anak bisa minum atau menetek
e. Tanya apakah anak demam, berapa lama
f. Tanya apakah anak kejang
g. Jika demam lebih dari 7 hari, tanyakan apakah demam
setiap hari
h. Apakah pernah menderita malaria atau minum obat
malaria?
i. Apakah anak menderita campak 3 bulan terakhir?
2. Petugas melakukan pemeriksaan
a. Posisikan anak dengan nyaman dan tenang, dipangku
oleh ibu atau ditiudrkan ditempat pemeriksaan
b. Cek suhu tubuh anak menggunakan termometer
c. Lihat dan periksa adanya kaku kuduk
d. Lihat adanya penyebab lain dari demam
e. Lihat adanya tanda-tanda campak, yaitu ruam
kemerahan dikulit menyeluruh dan ada salah satu tanda
batuk, pilek, mata merah
3. Tentukan ada tidaknya tanda bahaya
a. Tanda dan bahaya umur 2 bulan – 5 tahun : Tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, gizi buruk,
anak yang mempunyai salah satu tanda bahaya harus
segera dirujuk ke Rumah Sakit.
b. Tanda bahaya Umur Kurang 2 bulan : Kurang bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing,
demam atau dingin. Anak yang mempunyai salah satu
tanda bahaya harus segera dirujuk kerumah sakit.
4. Petugas mencatat hasil anamnesa dan pemeriksaan dan
melakukan klasifikasi
5. Petugas melakukan pemberian pelayanan tindak lanjut
a. Penyakit berat dengan Demam
a) Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
b) Beri satu dosis parasetamol jika demam 38,5 derajat
celsius
c) RUJUK SEGERA
b. Demam bukan malaria
a) Beri parasetamol sesuai dosis
b) Obati penyebab lain dario demam
c) Nasihati kapan harus kembali
d) Jika demam lebih dari 7 hari, rujuk untuk penilaian
lebih lanjut
c. Campak dengan komplikasi berat
a) Beri vitamin A dosis pengobatan
b) Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
c) Jika ada kekeruhan pada kornea atau nanah pada
mata berikan salep mata antibiotik
d) Bila demam tinggi (> 38,5 C) beri dosis pertama
parasetamol
e) RUJUK SEGERA
d. Campak dengan komplikasi pada mata dan mulut
a) Beri Vitamin A dosis pengobatan
b) Bila ada nanah pada mata, beri salep mata antibiotik
c) Jika ada luka pada mulut oleskan antiseptik mulut
d) Jika anak gizi buruk, beri vitamin A sesuai dosis
e) Kunjungan ulang 3 hari
e. Campak
a) Beri Vitamin A
f. Demam berdarah dangue (DBD)
a) Jika ada syok, beri Oksigen 2-4 liter/menit dan beri
segera cairan intravena sesuai petunjuk
b) Jika tidak ada syok tapi sering muntah atau malas
minum, beri cairan infus Ringer Laktat/Ringer Asetat,
jumlah cairan rumatan
c) Jika tidak ada syok, tidak muntah dan masih mau
minum, beri oralit atau cairan lain sebanyak mungkin
dalam perjalanan ke rumah sakit
d) Beri dosis pertama parasetamol, jika demam tinggi
(≥38,5 ° C), tidak boleh golongan salisilat dan
ibuprofen
e) RUJUK SEGERA
g. Demam mungkin DBD
a) Beri dosis pertama parasetamol, jika demam tinggi (≥
38,5 ° C), tidak boleh golongan salisilat dan ibuprofen
b) Nasihati untuk lebih banyak minum: oralit/cairan
lain.
c) Nasihati kapan kembali segera
d) Kunjungan ulang 1 hari
h. Demam mungkin bukan DBD
a) Obati penyebab lain dari demam
b) Beri dosis pertama parasetamol, jika demam tinggi (≥
38,5 ° C), tidak boleh golongan salisilat dan ibuprofen
c) Nasihati kapan kembali segera
d) Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
6. Petugas mempersilahkan pasien ke Ruang Farmasi bila
diperlukan
3. BILA ANAK DIARE
Diare adalah kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang
dikeluarkan dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya
1. Petugas melaksanakan anamesa dengan menggunakan
formulir MTBS:
a. Tanyakan berapa umur anak
b. Apakah anak diare , sudah berapa lama?
c. Adakah darah dalam tinja ( berak darah ) ?
d. Apakah anak letargis atau tidak sadar gelisah atau rewel ?
e. Apakah bayi < 2 bulan kurang bisa minum atau menetek?
f. Cubit kulit perut, apakah kembalinya sangat lambat (
lebih dari 2 detik ) ? lambat ?
2. Petugas melakukan pemeriksaan, lihat dan raba
a. Lihat apakah mata cekung?
b. Cubit kulit perut, apakah kembali sangat lambat (lebih
dari 2 detik) atau lambat?
c. Apakah terlihat kesadaran menurun ?
d. Apakah teraba demam? Atau terlalu dingin?
e. Adakah tanda Gizi buruk
3. Tentukan Ada Tidaknya Tanda Bahaya
a. Tanda dan bahaya umur 2 bulan – 5 tahun : Tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, gizi buruk,
anak yang mempunyai salah satu tanda bahaya harus
segera dirujuk ke Rumah Sakit.
b. Tanda bahaya Umur Kurang 2 bulan : Kurang bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing,
demam atau dingin. Anak yang mempunyai salah satu
tanda bahaya harus segera dirujuk kerumah sakit.
4. Petugas menulis hasil anamesa dan pemeriksaan serta
mengklasifikasi dan memberikan penyuluhan.
5. Petugas melakukan pemberian pelayanan tindak lanjut :
a. Diare Dehidrasi Berat
a) Jika tidak ada klasifikasi berat lain ; Beri cairan untuk
dehidrasi berat dan Tablet Zinc
b) Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain :
RUJUK SEGERA, Jika masih bisa minum, berikan
larutan oralit selama perjalanan.
c) Jika ada kolera didaerah tersebut, beri antibiotik
untuk kolera
b. Diare Dehidrasi Ringan / Sedang
a) Beri cairan dan makanan serta Tablet Zinc (10 hari
berturut-turut)
b) Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain :
RUJUK SEGERA, Jika masih bisa minum, berikan
oralit selama perjalanan
c) Nasehati kapan kembali segera
d) Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
c. Diare Tanpa Dehidrasi
a) Beri cairan dan makanan serta Tablet Zinc (10 hari
berturut-turut)
b) Nasehati kapan kembali segera
c) Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
6. Petugas mempersilahkan pasien ke Ruang Farmasi bila
diperlukan

4. BILA ANAK MEMPUNYAI MASALAH TELINGA, tanya


1. Apakah nyeri telinga?
2. Adakah nanah/cairan keluar dari telinga?
3. Jika ya, sudah berapa lama? Jika ya, sudah berapa hari?
Lihat apakah adanya nanah/cairan yang keluar dari telinga?
raba apakah adanya pembengkakan yang nyeri di belakang
telinga?
Pengobatan infeksi telinga akut:
a. Jika ada pembengkakan yang nyeri di belakang telinga
a) Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
b) Beri dosis pertama parasetamol untuk mengatasi nyeri
c) RUJUK SEGERA
b. Jika nyeri telinga atau rasa penuh ditelinga, atau nampa
cairan/ nanah keluar dari telinga selama kurang dari 14 hari
a) Memberikan antibiotik yang sesuai
b) Memberi paracetamol untuk mengatasi nyeri
c) Mengeringkan telinga dengan bahan penyerap
d) Kunjungan ulang 5 hari
c. Tampak cairan/ nanah keluar dari telinga dan telah terjadi
selama 14 hari atau lebih
a) Mengeringkan telinga dengan bahan penyerap
b) Cuci dengan H2O2 3%
c) Beri tetes telinga yang sesuai
d) Kunjungan ulang 5 hari

5. Menentukan Status Gizi dengan :


1. Melihat apakah anak tampak kurus atau sangat kurus?
2. Melihat dan meraba adanya pembengkakan di kedua
punggung kaki
3. Menentukan berat badan menurut panjang badan atau tinggi
badan, apakah :
a. BB / PB (TB)< -3 SD
b. BB / PB (TB)> -3 SD - <-2 SD
c. BB / PB (TB) -2 SD - -2 SD
4. Pengobatan / tindakan sesuai Klasifikasi Status Gizi Di MTBS.
2. SDIDTK (Simulasi, Deteksi, dan Interversi Dini Tumbuh
Kembang)
A. Definisi
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi
dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa
5tahun pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk
kemitraan antara : keluarga, masyarakat dengan tenaga
professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita dan
anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan SDIDTK pada tahun
2010.
Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak prasekolah
umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal.
Jadawal atau waktu pendeteksian anak yaitu :
1. Anak umur 0 – 1 tahun = 1 bulan sekali
2. Anak umur > 1 – 3 tahun = 3 bulan sekali
3. Anak umur > 3 – 6 tahun = 6 bulan sekali

B. DETEKSI PERTUMBUHAN BAYI


Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan
struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan dalam ukuran fisik seseorang perkembangan
(development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan
kemampuan (skill) fungsi organ atau individu.kedua proses ini
terjadi secara sinkron pada setiap individu.

1. Aspek pertumbuhan :
a. Timbang berat badannya(BB).
b. Ukuran tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK).
c. Lihat garis pertambahan BB.TB,dan LK pada grafik.
2. Pengukuran Berat Badan (BB)
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status
gizi anak apakah normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi
tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
a. Pengukuran BB menggunakan timbangan bayi :
a) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak
sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa
berbaring atau duduk tenang.
b) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak
mudah bergoyang
c) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka
nol
d) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki dan sarung
tangan
e) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
f) Lihat jarum timbangan sampai berhenti
g) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan
h) Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan
dan ke kiri
b. Pengukuran BB menggunakan timbangan injak :
a) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak
mudah bergerak
b) Lihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol
c) Anak sbaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak
memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan
tidak memegang sesuatu
d) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegang
e) Lihat jarum timbangan sampai berhenti
f) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan
g) Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan
dan ke kiri
3. Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)

a. Cara mengukur dengan posisi berbaring :


a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
b) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar
c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka nol
d) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka nol ( pembatas kepala)
e) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus,
tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki
f) Petugas 2 : membaca angka di tepi luar pengukur
b. Cara mengukur dengan posisi berdiri :
a) Anak tidak memakai sandal atau sepatu
b) Berdiri tegak menghadap ke depan
c) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang
pengukur
d) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-
ubun
e) Baca angka pada batas tersebut
4. Pengukuran lingkar kepala
Tujuan pengukuran untuk mengetahui lingkar kepala anak
dalam batas normal atau di luar batas normal.
Jadwal pengukuran, disesuaikan dengan umur anak. Umur
0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap 3 bulan. Pada ank
yang lebih besar, umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan
setiap 6 bulan. Pengukuran dan penilaian kepala anak
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
a. Cara mengukur lingkar kepala :
a) Pengukuran dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian
belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang
b) Baca angka pada pertemuan dngan angka nol
c) Tanyakan tanggal lahir bayi/ anak, hitung umur bayi atau
anak
d) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak
e) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
dengan ukuran sekarang.
b. Lingkar Kepala, Berhubungan dengan perkembangan volume
otak
a) Lingkar kepala lebih besar dari normal (makrosefali)) 88%
IQ normal, 5 % keterbelakangan mental ringan, 7 %
keterbelakangan mental berat (Lober & Priestly, 1981)
b) Lingkar kepala lebih kecil dari normal (mikrosefali)
keterbelakangan mental.
c. Faktor penentu pertumbuhan anak :
a) Faktor Internal :Genetik (ayah, ibu, nenek, kakek, dst)
Proses selama kehamilan : nutrisi, penyakit, obat, polusi,
dll
b) Eksternal : nutrisi, penyakit, polusi, aktivitas fisik sinkron
pada setiap individu.

C. DETEKSI PERKEMBANGAN BAYI DAN BALITA

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh


yang kompleks dalam bidang motorik kasar, motorik halus,
kemapuan berbahasa maupun sosialisasi dan kemandirian.
Ciri-ciri perkembangan adalah :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan
maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Perkembangan intelengensia menyertai pertumbuhan otak dan
serabut syaraf.
2. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Seorang anak tidak akan bisa melewati suatu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
Sebagai contoh : seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum
ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal merupakan masa
kritis dan penentu.
3. Perkembangan memiliki pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut 2 hukum
tetap, yaitu :
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudian menuju ke arah kaudal/ anggota tubuh (pola
sefalokaudal).
b. Perkembangan lebih dahulu terjadi di daerah proksimal
(gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti
jari-jari yang mempunyai kemampuan gerakan halus (pola
proksimodistal).
4. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahapan perkembangan dilalui seorang anak mengikuti pola
yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa
terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu
membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan
sebagainya.
5. Perkembangan memiliki kecepatan yang berbeda.
Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung
dalam kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam perkembangan
fungsi organ maupun perkembangan pada masing-masing
anak.
6. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembanganpun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingat, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan
tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
1. Deteksi penyimpangan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
Tujuan deteksi/skrining ini untuk mengetahui
apakah perkembangan anak normal atau tidak.
Jadwal skrining KPSP rutin dilakukan pada saat umur anak
mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66
dan 72 bulan. Bila orang tua datang dengan keluhan anaknya
mempunyai masalah tumbuh kembang pada usia anak diluar
jadwal skrining, maka gunakan KPSP untuk usia skrining
terdekat yang lebih muda.
a. Alat yang dipakai : Formulir KPSP menurut kelompok umur.
Formulir KPSP berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak, petugas
memeriksa/menanyakan kepada orang tua dan anak. Formulir
KPSP tersedia untuk untuk setiap kelompok umur anak dari 3
bulan hingga 72 bulan.
b. Interpretasi hasil KPSP : bila jawaban "Ya" mencapai 9-10
berarti perkembangan anak SESUAI dengan tahap
perkembangannya, bila jawaban "Ya" berjumlah 7-8 berarti
perkembangan anak MERAGUKAN, sedangkan bila jawaban
"Ya" berjumlah 6 atau kurang berarti kemungkinan ada
PENYIMPANGAN perkembangan anak.
Bila perkembangan anak sesuai umur atau (S), lakukan tindakan
sebagai berikut:
1. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
dengan baik.
2. Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan anak.
3. Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
4. Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan sekali dan
setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita. Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36- 72 bulan), anak dapat
diikutkan pada kegiatan kelompok bermain dan TK.
5. Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setap 3
bulan pada berumur kurang dari umur 24 bulan dan setiap 6
bulan pada umur 24 bulan sampai 72 bulan.
Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
1. Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan
sesering mungkin.
2. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi penyimpanan/
mengejar ketinggalannya.
3. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan/ mengejar ketinggalannya.
4. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
5. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
6. Jika hasil KPSP ulang jawabannya “ya” tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpanga (P).
7. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan sbb: Rujuk ke RS, dengan menuliskan jenis
dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak
halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemanidirian)
2. Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD setiap 3
bulan pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), dan setiap 6 bulan
pada anak usia 12 bulan keatas.
Jadwal : setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini
dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan
petugas terlatih lainnya.
1. Pemeriksa memakai alat/instrumen TDD menurut usia anak,
gambar-gambar binatang dan manusia serta mainan (boneka,
cangkir, sendok dan bola). Pada anak usia kurang dari 24
bulan, semua pertanyaan dijawab oleh orang tua/pengasuh,
sedangkan pada anak usia lebih dari 24 bulan, pertanyaan
berupa perintah-perintah kepada anak melalui orang
tua/pengasuh untuk dikerjakan anak. Pemeriksa mengamati
dengan teliti kemampuan anak dalam melakukan perintah
yang diinstruksikan oleh orang tua/pengasuh. Jawaban 'Ya'
bila anak dapat melakukan yang diperintahkan, jawaban
'Tidak' bila anak tidak adapat atau tidak mau melakukan
perintah.
2. Interpretasi hasil pemeriksaan : Bila ada satu atau lebih
jawaban "Tidak" kemungkinan anak mengalami gangguan
pendengaran. Intervensinya: bila perlu pemeriksaan diulang 2
minggu kemudian untuk meyakinkan bahwa ada gangguan
pendengaran. Anak dirujuk ke Rumah Sakit bila diduga
mengalami gangguan pendengaran.
3. Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan/kelainan daya
lihat anak sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti sehingga
kesempatan memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih
besar. Jadwal TDL setiap 6 bulan pada anak usia pra-sekolah
(36-72 bulan).
Jadwal : dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia
prasekolah umur 36- 72 bulan. Tes ini oleh tenaga kesehatan,
guru TK, petugas PAUD terlatih.
1. Alat yang diperlukan :
a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang
baik.
b. Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.
c. Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang
anak.
d. Alat penunjuk
2. Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran
yang baik.
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi
duduk.
c. Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster “E”
mengahap ke poster “E”.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk
pemeriksa.
e. Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah,
kiri, kanan, sesuai ditunjuk pada poster “E” oleh
pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau
melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat
mengarahkan kartu “E” dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya
dengan buku/ kertas
g. Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu-
persatu mulai garis pertama sampai garis ke empat atau
garis “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
h. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E”
yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
i. Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan
cara yang sama.
j. Setiap kali anak mampu mencocokkan, berikan anak
pujian.
3. Interpretasi hasil pemeriksaan :
Bila anak tidak dapat mencocokkan sampai baris ketiga
Poster E dengan kedua matanya maka diduga anak mengalami
gangguan daya lihat. Untuk itu lakukan intervensi: Minta
kepada orang tua agar membawa anaknya untuk memeriksa
ulang 2 minggu kemudian. Bila pada pemeriksaan ulang 2
minggu kemudian didapati hasil yang sama maka
kemungkinan anak memang mengalami gangguan daya lihat.
Selanjutnya pemeriksa menganjurkan anak diperiksa ke
Rumah Sakit dengan membawa surat rujukan yang berisi
keterangan mata yang mengalami gangguan (mata kiri, kanan
atau keduanya).
Ada 4 aspek yang dinilai dalam perkembangan:

a. Gerakan motorik kasar : Aspek yang berhubungan dengan


pergerakan dan sikap tubuh, terutama melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dll
b. Gerakan motorik halus : Aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat.
c. Bahasa : Kemampuan untuk memberikan respons
terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
d. Sosialisasi dan kemandirian : Aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersoialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya

D. ASPEK MENTAL EMOSIONAL


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah
kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
masalah mental emosional,autisme dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas pada anak,agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi.

Tujuan pemeriksaan ini untuk menemukan secara dini


adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada anak agar dapat
segera dilakukan tindakan intervensi.

Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin


setiap 6 bulan, dilakukan untuk anak yang berusia 36 bulan
sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal
skrining/pemeriksaan perkembangan anak.

Alat yang digunakan untuk mendeteksi yaitu :


1. Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36
bulan-72 bulan
2. Ceklis autis anak pra sekolah Checklist for Autism in Toddlers
(CHAT) bagi anak umur 18-36 bulan.
3. Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan
Hiperaktivitas (GPPH) Menggunakan Abreviated Conner Ratting
Scale Bagi ank umur 36 bulan keatas.
A. Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36
bulan - 72 bulan
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan atau masalah mental emosional pada anak prasekolah.
Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6
bulan pada anak umur 36-72 bulan.Jadwal ini sesuai dengan jadwal
skrining atau pemeriksaan perkembangan anak.
1. Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12
pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak
umur 36-72 bulan.
2. Cara melakukan: Tanyakan setiap® pertanyaan dengan
lambat,jelas dan nyaring satu persatu perilaku yang tertulis pada
KMME Kepada orang tua atau pengasuh anak. Catat jawaban
“Ya”,Kemudian hitung jumlah jawaban “YA”®
3. Interpretasi :
Bila ada jawaban “YA”,Maka kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional. Bila jawaban “ya” hanya 1 :
a. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku
Pedoman Pola Asuh yang memdukung Perkembangan Anak
b. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan
rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa
atau tumbuh kembang anak. Bila jawaban “ya” ditemukan 2
atau lebih : Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.Rujukan harus
disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental
emosional yang ditemukan.
B. Ceklis autis anak pra sekolah Checklist for Autism in Toddlers
(CHAT) bagi anak umur 18-36 bulan.

Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autism


pada anak umur 18-36 bulan.
Jadwal deteksi dini autism pada anak prasekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD,
pengolah TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa
salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
a. Keterlambatan bicara
b. Gangguan komunikasi atau interaksi sosial
c. Perilaku yang berulang-ulang.
1. Alat yang digunakan adalah CHAT. CHAT ini ada dua jenis
pertanyaan, yaitu :
a. Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan
kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti
yang tertulis CHAT.
2. Cara menggunakan CHAT
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-
persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau
pengasuh anak.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas
CHAT.
c. Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan
hasil pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali
apakah semua pertanyaan telah dijawab.
3. Interpretasi
a. Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada
pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.
b. Resiko rendah menderita autis : bila jawaban “tidak” pada
pertanyaan A7 dan B4.
c. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak”
jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1
dan B5.
d. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori
1,2,dan 3.
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa/tumbuh kembang anak.

C. Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan


Hiperaktivitas (GPPH) Menggunakan Abreviated Conner Ratting
Scale Bagi ank umur 36 bulan keatas.

Tujuanya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya


GPPH pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua atau pengasuh anak
atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB,
petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK.Keluhan tersebut dapat
berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsif
1. Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini
terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau
pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan
pemeriksa.
2. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan
kepada orang tua atau pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau
takut menjawab. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai
dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH. wKeadaan yang
ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada,
misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain.Setiap saat
dan ketika anak denngan siapa saja.
Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
3. Interpretasi
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai
berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai
total.
a. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
b. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada
anak
c. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
d. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH
4. Intervensi:
a. anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang
memiliki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
b. bila nilai total kurang dari 1 tetapi anda ragu- ragu jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. ajukan pertanyaan kepada
orang- orang terdekat dengan anak
PEMERINTAH KOTA BANJAR
DINAS KESEHATAN
BLUD UPTD PUSKESMAS PURWAHARJA 2
Jl. Siliwangi No. 149 Telp. (0265) 2731713 Kota Banjar 46333
email : puskesmaspurwaharja2@gmail.com

ALUR PELAYANAN RUANG MTBS

Pasien sudah
melakukan pendaftaran
dan menunggu di ruang
tunggu

Pasien di panggil
sesuai nomor
antrian

Dilakukan
penilaian dan
pemeriksaan di
Ruang MTBS

Klasifikasi hasil
pemeriksaan

YA TIDAK
Apakah
dirujuk?

Rujukan Eksternal Rujukan Internal

 Pelayanan
 RSU Mitra Umum
Idaman  KIA
 RS Banjar  Kesehatan Gigi
Patroman Ruang
dan mulut
 RSUD Kota  Konseling Gizi Farmasi
Banjar dan Promkes
 Ruang TB
 Laboratorium
 Ruang Tindakan

Anda mungkin juga menyukai