Disusun oleh:
DONA KUSUMAWATI
22030116120052
B. Pengisian Kuisioner
Keterangan:
*) Penyakit yang beresiko terjadi gangguan gizi diantaranya : dirawat di HCU/ ICU,
penurunan kesadaran, kegawatan abdomen (pendarahan, ileus, peritonitis, asites
massif, tumor intraadomen besar, post opreasi), gangguan pernapasan berat,
keganansan dengan komplikasi, gagal jantung, gagal ginjal kronik, gagal hati,
diabetes mellitus, atau kondisi sakit berat lainnya.
Skor ≥ 1 : Risiko tinggi, perlu asesmen lebih lanjut oleh dietesien dan / atau dokter
divisi gizi
Skor 1 : Risiko rendah, perlu dilakukan skrining kembali setelah 3 hari
Skor 0 :Tanpa resiko, perlu dilakukan skrining kembali setelah 1 minggu
C. Membuat kesimpulan kuisioner
Berdasarkan hasil skrining pasien dengan menggunakan PYMS
diperoleh total skor yaitu 3, ini menandakan bahwa An. R menderita
malnutrisi atau mempunyai risiko tinggi terhadap malnutrisi sehingga perlu
di asesmen lebih lanjut oleh dietesien / ahli gizi.
BAB III
ASESMEN (PENGKAJIAN GIZI)
A. Antropometri (AD)
= - 2,3
Kesimpulan : Dari data antropometri Anak R memiliki status gizi yang dapat
dikategorikan kurus berdasarkan Z score IMT/U (Z score – 2,3).
B. Biokimia (BD)
C. Physical (PD)
Kesimpulan: Dari data asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit, dapat
diketahui bahwa pasien senang mengonsumsi lauk yang digoreng, namun pasien
tidak terlalu menyukai sayur dan hanya mengonsumsi kurang dari ½ mangkok
kecil. Pasien juga menyukai snack ringan (chiki) yang bercitra rasa asin dan gurih.
Kesimpulan : Dari data diatas, setelah masuk rumah sakit asupan makan pasien
mengalami penurunan yaitu 50% dari total makanan yang disajikan di plato. Obat
yang diberikan yaitu furosemide dan metilprodinisolon.
Pasien mengalami
CH 2.1.4 Excretory sindrom nefrotik
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan (Planning)
1. Tujuan Intervensi Gizi
a. Memperbaiki asupan pasien baik dari segi makronutrien maupun
mikronutrien seperti vitamin dan mineral (vitamin B kompleks, C, D,
seng, besi, dan kalsium) sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
b. Meminimalisir edema dengan menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit
c. Memperbaiki nilai laboratorium dengan cara mengatur asupan protein
dan lemak sehingga hasil pemeriksaan biokimia seperti hipoalbumin
dan proteinuria dan hiperkolestrolemia bisa kembali mendekati nilai
normal
d. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan pasien serta keluarga
pasien mengenai pentingnya pemilihan makan yang baik dan tepat,
serta mendorong perubahan perilaku pasien untuk jangka panjang
2. Preskripsi Diet
a. Jenis diet : Diet Sindrom Nefrotik dan DASH Diet
b. Rute pemberian makanan : Oral
c. Konsistensi Makanan : Lunak
d. Frekuensi pemberian makanan : 3 kali makan utama, 3 kali selingan
e. Rekomendasi gizi
- Energi diberikan sebesar : 1722 kkal
- Protein diberikan sebesar 1 g/kgBB : 32,65 gram
- Lemak diberikan sebesar 25% dari kebutuhan energi : 47,83 gram
- Karbohidrat diberikan sebesar : 290,23 gram
- Cairan diberikan sebesar 1500 ml + 20 ml/kgBB atau setara
dengan 1500 ml + 20 ml (5,2 kg) = 1604 ml
- Serat diberikan sebesar 35 gram per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin A diberikan sebesar 600 mcg per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin C diberikan sebesar 75 mg per hari sesuai AKG 2013
- Vitamin D diberikan sebesar 15 mcg per hari sesuai AKG 2013
- Kalsium diberikan sebesar 1200 mg per hari sesuai AKG 2013
- Natrium diberikan sebesar 1-2 g/hari untuk mencegah hipertensi
- Kalium diberikan sebesar 4700 mg per hari sesuai AKG 2013
- Fosfor diberikan sebesar 1200 mg per hari sesuai AKG 2013
- Zat besi diberikan sebesar 19 mg per hari sesuai AKG 2013
- Seng diberikan sebesar 18 mg per hari sesuai AKG 2013
B. Implementasi
1. Pemberian diit
a. Modifikasi bentuk makanan
Makanan yang diberikan melalui jalur oral dikarenakan tidak
mengalami masalah dalam penerimaan asupan melalui oral, dan
makanan yang diberikan dalam konsistensi lunak dikarenakan pasien
mengalami sesak napas yang ditunjukkan dengan nilai respiratory rate
yang tinggi
b. Modifikasi zat gizi
- Pemberian asupan energi dilakukan secara bertahap dengan
minimal pasien dapat mengasup 80% dari total energi dalam
sehari.
- Lemak diberikan sebesar 48 gram diutamakan lemak baik seperti
omega 3 yang ada pada ikan. Serta mengurangi asupan lemak
jenuh seperti yang ada pada fastfood dan gorengan untuk
memperbaiki nilai asupan lemak pasien yang tinggi
- Protein diberikan sebesar 1 g/kgBB atau setara dengan 33 gram
yang terdiri dari protein hewani dan protein nabati dengan proporsi
seimbang. Pemberian protein yang cukup digunakan untuk
meningkatkan serum albumin dan untuk mencegah risiko gagal
tumbuh pada anak
- Karbohidrat diberikan sebesar 290 gram dengan memberikan jenis
karbohidrat kompleks yang mudah dicerna.
- Cairan diberikan sebesar 1500 ml + 20 ml/kgBB atau setara
dengan 1500 ml + 20 ml (5,2 kg) yaitu 1604 ml. Hal ini untuk
meminimalisir edema pasien.
- Serat diberikan sebesar 80% atau setara dengan 28 gram berupa
serat larut air yang berfungsi sebagai antioksidan yang banyak
terdapat pada sayur dan buah
- Vitamin A diberikan sebesar 600 mcg per hari karena vitamin A
berperan sebagai pemadam radikal bebas (antioksidan) karena
mampu menghentikan reaksi berantai radikal bebas dengan
menjebaknya.
- Vitamin C diberikan sebesar 75 mg per hari karena vitamin C
adalah zat gizi yang penting sebagai antioksidan dan dapat
menurunkan efek samping radikal bebas dan sebagai pendukung
penyerapan zat besi karena memudahkan reduksi ferri menjadi
ferro sehingga mudah diserap dalam usus halus untuk
meningkatkan nilai Hb dan Ht.
- Vitamin D diberikan sebesar 15 mcg per hari untuk mengontrol
PTH sehingga mencegah hipokalsemia lebih lanjut dan dapat
mencegah terjadinya osteoporosis dan osteopenia
- Kalsium diberikan sebesar 1200 mg per hari untuk mencegah
gangguan mineralisasi tulang dan hipokalsemia yang terjadi pada
pasien sindrom nefrotik
- Natrium diberikan sebesar 1-2 g/hari untuk mencegah hipertensi
yang sering terjadi pada pasien sindrom nefrotik dan digunakan
untuk meminimalisir terjadinya odeme yang lebih berat
- Zat besi diberikan sebesar 19 mg per hari karena pemberian zat
besi dapat meningkatkan sintesis hemoglobin di dalam darah.
- Seng diberikan sebesar 18 mg per hari karena seng berperan
dalam produksi hormone thymulin hormone yang berperan dalam
maturasi dan differensiasi sel T dengan induksi aktivasi sel T dan
aktivasi makrofag guna melakukan bacterial clearance.
c. Rekomendasi Menu
Contoh Menu diet Sindrom Nefrotik dan DASH Diet
E : 1643 kkal P : 34,8 gr L : 48,6 gr KH : 280,5 gr
2. Edukasi Gizi
a. Tujuan
- Meningkatkan pengetahuan pasien dan orang tua pasien
mengenai penyakit yang dialami pasien saat ini
- Meningkatkan pengetahuan pasien dan orang tua pasien
mengenai pemilihan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
saat ini dan dapat menunjang penyembuhan pasien
- Meningkatkan pengetahuan pasien dan orang tua pasien
mengenai makanan yang perlu dihindari oleh pasien karena dapat
meningkatkan progresivitas penyakit
b. Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
c. Materi
- Pemaparan penyakit sindrom nefrotik
- Pemilihan diet yang sesuai dengan kondisi pasien
- Pemaparan makanan yang perlu dihindari pasien seperti makanan
yang tinggi lemak jenuh
- Pemaparan mengenai alternatif cara pengolahan makanan selain
digoreng seperti direbus dan dikukus
3. Konseling Gizi
a. Tujuan
- Memberikan pemahaman kondisi pasien kepada keluarga
- Meningkatkan motivasi pasien dalam menjalankan diet yang
diberikan
- Meningkatkan motivasi pasien dalam merubah perilaku makan
- Membantu dan memantau keluarga agar dapat memberikan
makanan sesuai prinsip diet yang diberikan dari rumah sakit untuk
pasien
b. Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
c. Materi
- Menjelaskan tujuan dan prinsip diet yang dijalani pasien
- Diskusi mengenai pemilihan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien, serta membantu pasien mengatasi hambatan dalam
merubah perilaku makan
- Memberikan motivasi kepada pasien agar dapat menjalankan diet
secara konsisten
- Memberikan motivasi pada keluarga pasien agar dapat
membantu menjalankan diet dengan baik dan dapat dilanjutkan
apabila pasien telah pulang nantinya
d. Model konseling : Transtheoritical Model yang dimulai dari tahap
precontemplation, contemplation, preparation, action, dan maintenance
e. Strategi : Self Monitoring
4. Koordinasi dengan tim kesehatan lain
a. Dokter
Koordinasi dengan dokter dapat memudahkan untuk
mendapatkan informasi mengenai diagnosis pasien, perkembangan
kondisi klinis pasien, serta efek pengobatan terhadap nilai elektrolit
dan zat gizi pasien.
b. Perawat
Membantu pencatatan perkembangan kondisi klinis pasien yang
nantinya dicatat di dalam catatan rekam medis dan dilaporkan kepada
ahli gizi untuk penyesuaian diet sesuai dengan penerimaan pasien.
c. Ahli Gizi
Membantu dalam penentuan diet yang dilaksanakan oleh pasien
sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan oleh ahli gizi, konseling
mengenai kebiasaan makan pasien, pemberian saran pemilihan
makan yang tepat agar membaiknya kondisi pasien yang diberikan
kepada keluarga pasien. Selain itu pentingnya kolaborasi ahli gizi
dengan dokter dalam mengetahui ada tidaknya interaksi obat,
pengobatan, dan makanan pasien agar pengobatan baik secara medis
maupun asupan dapat berjalan dengan efektif.
BAB VI
MONITORING EVALUASI GIZI
Indikator Metode Target Pencapaian
Monitoring dan
EvaluasiFood History
Makanan yang Comestock 80% makanan yang
disajikan habis disajikan habis
Dari beberapa masalah gizi yang dialami An. R, maka diberikan intervensi
yang bertujuan untuk memperbaiki asupan pasien baik dari segi makronutrien
maupun mikronutrien seperti vitamin dan mineral (vitamin B kompleks, C, D, seng,
besi, dan kalsium) sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien, meminimalisir
edema dengan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, memperbaiki nilai
laboratorium dengan cara mengatur asupan protein dan lemak sehingga hasil
pemeriksaan biokimia seperti hipoalbumin dan proteinuria dan hiperkolestrolemia
bisa kembali mendekati nilai normal, dan meningkatkan kesadaran pasien dan
keluarga pasien mengenai pentingnya pemilihan makan yang tepat, serta
mendorong perubahan perilaku untuk jangka panjang.
Terdapat juga intervensi lain yang diberikan kepada pasien dan keluarga
pasien yaitu edukasi dan konseling gizi, hal ini bertujuan untuk membantu
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit yang
dialami pasien dan penyebabnya, meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga
pasien mengenai pemilihan makanan dan cara pengolahan makanan yang tepat
dan sesuai dengan kondisi pasien saat ini sehingga dapat mengurangi
progresivitas penyakit, meningkatkan pengetahuan mengenai pola makan yang
tepat baik dari segi usia pasien serta untuk meningkatkan motivasi keluarga pasien
untuk terus menjalankan diet bagi An. R yang diberikan dari rumah sakit serta
memantau perilaku makan An. R saat sudah berada di rumah.
Jenis diet yang diberikan pada An. R yaitu diet sindrom nefrotik dan DASH
Diet sebesar 1722 kkal dengan konsistensi makanan lunak melalui oral. Frekuensi
pemberian makan 6 kali sehari dengan pembagian 3 kali makan utama dan 3 kali
selingan dengan tujuan peningkatan asupan pasien karena pasien perlu diberikan
makan sedikit demi sedikit namun sering.
Dari segi pemberian diit, pemberian zat gizi makro mengacu pada
pemberian diet untuk pasien sindrom nefrotik yang mana protein diberikan sebesar
1 g/kgBB (cukup) dikarenakan pasien membutuhkan protein untuk meningkatkan
nilai albumin dan untuk meminimalisir risiko gagal tumbuh, serta agar tidak
memperberat kerja ginjal dan meminimalisir keluarnya protein dalam urin. Lemak
diberikan sebesar 25% diutamakan lemak baik seperti omega 3 yang ada pada
ikan. Serta mengurangi asupan lemak jenuh seperti yang ada pada fastfood dan
gorengan untuk memperbaiki nilai asupan lemak pasien yang tinggi. Sedangkan
asupan karbohidrat diperoleh dari sisa pengurangan energi, protein, dan lemak
diutamakan karbohidrat kompleks agar mudah dicerna. Pemberian zat gizi mikro
diutamakan pada masalah yang dialami yang mana membutuhkan tinggi
antioksidan, perbaikan nilai kalsium, dan pembatasan natrium. Maka diberikan
vitamin A, vitamin C, D, besi, seng, dan kalsium. Vitamin A dan C sebagai
antioksidan karena memiliki kemampuan untuk menghambat dan mengikat radikal
bebas. Vitamin D digunakan untuk mengontrol PTH, dan seng sebagai maturase
limfosit T untuk fungsi bacterial clearance. Cairan juga harus dikontrol untuk
meminimalisir edema yang dialami pasien. Pemberian cairan pada pasien sebesar
1500 ml + 20 ml (5,2 kg) yaitu 1604 ml.
Pemberian diit juga mempertimbangkan makanan yang perlu dibatasi
seperti makanan tinggi lemak jenuh dan tinggi natrium. Selain itu, dalam
menangani penurunan nafsu makan dengan memberikan makanan sesuai
kesukaan anak, makan makanan dalam porsi kecil tapi sering, serta selingan
sekitar 2-3 jam.
Tahap selanjutnya adalah monitoring dan evaluasi, pada kasus ini
monitoring dan evaluasi yang dilakukan adalah monitoring dan evaluasi food
history, monitoring dan evaluasi antropometri data, monitoring dan evaluasi data
fisik, monitoring dan evaluasi data biokimia, dan yang terakhir monitoring dan
evaluasi hasil perilaku dan lingkungan terkait gizi.
BAB VIII
KESIMPULAN
Pasien berusia 13 tahun mengalami sindrom nefrotik. Berdasarkan
kondisi fisik terlihat bahwa ada pembengakakan pada telapak kaki dan adanya
odema anasarka. Berdasarkan data antropometri IMT/U pasien dikategorikan
kurus (-2,3 SD).
Dari masalah gizi tersebut diagnosis gizi yang ditetapkan bagi pasien
adalah ketidakcukupan asupan secara oral, underwight, perubahan nilai
laboratorium terkait gizi, dan kurangnya pemantauan diri.
Berdasarkan permasalahan gizi tersebut, pasien diberikan diet sindrom
nefrotik dan DASH diet dimana diet tersebut memberikan kalori sebanyak 1722
kkal dengan konsistensi makanan lunak yang diberikan melalui oral
dikarenakan pasien memiliki nilai respiratory rate yang tinggi sehingga
makanan dalam bentuk lunak dapat mempermudah pasien untuk mengasup
makanan, dengan frekuensi pemberian makan yaitu 3x makan utama dan 3x
makan selingan. Selain itu menghindari makanan yang memperparah penyakit
sindrom nefrotik serta memberikan makanan yang dapat meminimalisir
progresifitas penyakit pasien. Intervensi juga diberikan kepada keluarga pasien
melalui edukasi dan konseling mengenai pemilihan, pemberian, dan cara
pengolahan makanan yang baik bagi pasien. Diharapkan pasien mengalami
perkembangan kesembuhan lewat nilai lab yang membaik, dan fisik yang
semakin baik, serta adanya perubahan perilaku serta pengetahuan keluarga
pasien terkait gizi mengenai pemilihan, pemberian, dan cara pengolahan
makanan yang baik sesuai kondisi pasien.
BAB IX
LAMPIRAN
BB Aktual = 36 kg
TB = 134 cm
BB kering = BBA – koreksi odema anasarka
= 36 – (30% x 36)
= 36 – 10,8
= 25,2 kg
14,03−18,2
IMT/U = 18,2−16,4
= - 2,3 SD (Kurus)
LEAFLET