Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah

kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar

kolesterol HDL (Almatsier, 2009).

Perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung kebarat – baratan menyebabkan

terjadinya pergeseran atau perubahan pola penyakit, ditandai dengan munculnya berbagai jenis

penyakit degeneratif yang jugang berhubungan erat dengan dislipidemia. Penyakit – penyakit

degeneratif yang mengakibatkan tingginya angka kematian adalah hipertensi, penyakit

kardiovaskuler, stroke, hiperkolesterolemia, dan diabetes melitus. Manifestasi dari perubahan

gaya hidup adalah perubahan pola makan yang tidak sehat serta berkurangnya aktifitas fisik.

Pola makan yang tidak sehat meliputi diet tinggi lemak dan karbohidrat, makanan dengan

kandungan garam sodium yang tinggi, rendahnya asupan maknan mengandung serat, serta

kebiasaan merokok dan meminum minuman beralkohol (Hernawati, 2009).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudijanto Kamso dkk. (2004) dalam Setiono

(2012) terhadap 656 responden di 4 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta,

dan Padang) didapatkan keadaan dislipidemia berat (total kolesterol >240 mg/dL) pada orang

berusia diatas 55 tahun didapatkan paling banyak di Padang dan Jakarta (>56%), diikuti oleh

mereka yang tinggal di Bandung (52,2%) dan Yogyakarta (27,7%). Pada penelitian ini juga

didapatkan bahwa prevalensi dislipidemia lebih banyak didapatkan pada wanita (56,2%)

dibandingkan pada pria (47%). Dari keseluruhan wanita yang mengidap dislipidemia tersebut
ditemukan prevalensi dislipidemia terbesar pada rentang usia 55-59 tahun (62,1%)

dibandingkan yang berada pada rentang usia 60-69 tahun (52,3%) dan berusia diatas 70 tahun

(52,6%) (Setiono, 2012).

Modifikasi diet dibutuhkan untuk menjaga agar tidak jatuh kepada komplikasi yang

lebih berat dengan cara mengurangi makanan berlemak, lemak trans, kolesterol, manis-manis,

perbanyak konsumsi sayur dan buah, buah-buahan segar minimal 3 buah perhari, sayuran

minimal 3 mangkok sehari, perbanyak makan ikan, sumber karbohdrat utamakan karbohidrat

kompleks (nasi, Roti, Havermut dll), hindari karbohidrat sedehana ( gula, syrup )Pilih susu non

fat( Hernawati, 2009).


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dislipidemia

2.1.1. Definisi

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan

fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar

kolesterol total (>240mg/dl), LDL(>160mg/dl), kenaikan kadar trigliserida (>200 mg/dl) serta

penurunan kadar HDL (<40mg/dl) (Gandha, 2009; Shah dkk, 2010).

2.1.2. Epidemiologi

Di Indonesia prevalensi dislipidemia semakin meningkat. Penelitian MONICA

(Monitoring trends and determinants of Cardiovascular Disease) di Jakarta tahun 1988

menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria

199,8 mg/dl, tahun 1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada

pria. Dibeberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985): 195 mg/dl, Ujung

Pandang (1990): 219 mg/dl dan Malang (1994): 206 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar

kolesterol > 250 mg/dl sebagai batasan hiperkolesterolemia maka pada MONICA I terdapatlah

hiperkolesterolemia 13,4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada MONICA II

hiperkolesterolemia terdapat pada 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Sudijanto Kamso dkk. (2004) dalam Setiono (2012) terhadap 656 responden di

4 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Padang) didapatkan keadaan

dislipidemia berat (total kolesterol >240 mg/dL) pada orang berusia diatas 55 tahun didapatkan

paling banyak di Padang dan Jakarta (>56%), diikuti oleh mereka yang tinggal di Bandung

(52,2%) dan Yogyakarta (27,7%). Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa prevalensi
dislipidemia lebih banyak didapatkan pada wanita (56,2%) dibandingkan pada pria (47%). Dari

keseluruhan wanita yang mengidap dislipidemia tersebut ditemukan prevalensi dislipidemia

terbesar pada rentang usia 55-59 tahun (62,1%) dibandingkan yang berada pada rentang usia

60-69 tahun (52,3%) dan berusia diatas 70 tahun (52,6%) (Setiono, 2012).

2.1.3. Klasifikasi

Klasifikasi dislipidemia dapat dibagi atas dua, yaitu: (Hernawati 2009)

a. Dislipidemia Primer

Dislipidemia primer merupakan suatu kelainan yang diakibatkan oleh penyakit genetik

dan bawaan yang menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah. Dislipedemia primer

meliputi:

- Hiperkolestrolemia poligenik

- Hiperkolestrolemia familial

- Dislipidemia remnant

- Hiperlipidemia kombinasi familial

- Sindroma Chylomicron

- Hipertrigliserida familial

- Peningkatan kolesterol HDL

- Peningkatan apoliprotein B

b. Dislipidemia Sekunder

Dislipidemia sekunder adalah kelainan yang disebabkan oleh suatu keadaan seperti

hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik sindrom, kehamilan,

anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigleserida disebabkan oleh DM,
konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan. Dislipidemia juga dapat

disebabkan oleh penyakit hati, dan akromegali (Hernawati, 2009).

2.1.4. Faktor Risiko

Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya

usia. Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause

kadarnya pada wanita mulai meningkat. Faktor lain yang dapat menyebabkan tingginya kadar

lemak tertentu adalah: (Gibney dkk, 2005).

- Riwayat keluarga dengan dislipidemia

- Obesitas

- Diet kaya lemak

- Kurang aktifitas fisik

- Konsumsi alkohol

- Merokok

- Diabetes yang tidak terkontrol

- Kelenjar tiroid yang kurang aktif

Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigleserida dan kolesterol total bersifat

sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat dari mengkonsumsi lemak

berlebihan. Pembuangan lemak pada setiap orang memiliki kecepatan yang berbeda. Perbedaan

ini biasanya bersifat genetik dan secara luas berhubungan dengan perbedaan masuk dan

keluarnya lipoprotein dari aliran darah (Gibney dkk, 2005).


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Menu Bahan makanan Ber Energi Protei Lemak kh koles

at n terol

dorayaki Putih telur ayam 50 25 5,3 0 0,5 0

Gula pasir 40 154,8 0 0 40 0

Madu 10 30,4 0 0 8,2 0

Tepung terigu 100 364 10,3 1 76,3 0

Mentega 3 21,3 0 2,4 0 6,2

Mangga 30 19,5 0,2 0,1 5,1 0

jumlah 615 15,7 3,5 130,1 6,2

3.2 Pembahasan

Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan

atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelaian fraksi lipid yang utama kenaikan kadar

kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan trigliserida serta penurunan

kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL). Peningkatan kadar koleterol, terutama LDL

atau trigliserida darah perlu mendapatkan perhatian karena merupakan predisposisi terhadap

terjadinya ateroskleriosis atau penyakit jantung koroner. HDL mempunyai pengaruh

sebaliknya. Peningkatan kadar HDL plasma menurunkan resiko terhadap penyakit jantung

koroner. Rendahnya HDL dihubungkan dengan hipertrigliserida.


Pilar utama dalam pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologis yang

meliputi modifikasi diet, latihan jasmani, dan pengelolaan berat badan. Dari pilar tersebut yang

dilakukan salah satunya adalah modifikasi diet. Modifikasi diet ada lah memodifikasi atau

membuat suatu makanan yang bernilai gizi rendah, atau terlalu berbahaya dikonsumsi pasien

penderita dislipidemia dimodif menjadi makanan yang aman dikonsumsi oleh penderita

dislipidemia dengan mengurangi kadar lemak jahat, dan menambah nilai gizi yang dibutuhkan

pasien dislipidemia tanpa merupah penampakan dan bentuk dari makanan modifikasi penyakit

dislipidemia.

Modifikasi diet dibutuhkan untuk menjaga agar tidak jatuh kepada komplikasi yang

lebih berat dengan cara mengurangi makanan berlemak, lemak trans, kolesterol, manis-manis,

perbanyak konsumsi sayur dan buah, buah-buahan segar minimal 3 buah perhari, sayuran

minimal 3 mangkok sehari, perbanyak makan ikan, sumber karbohdrat utamakan karbohidrat

kompleks (nasi, Roti, Havermut dll), hindari karbohidrat sedehana ( gula, syrup )Pilih susu non

fat( Hernawati, 2009).

Pada menu modifikasi ini adalah yang dimodifikasi makanan selingan dengan makanan yang

menjadi lauk. Untuk makanan selingan pada modifikasi menu dislipidemia yaitu yang snack.

Snack merupakan makanan selingan yang biasanya diberikan 2 kali dalam sehari biasanya

snack diberikan jam 10.00 pagi dan jam 14.00 siang. Menu modifikasi yang dibuat yairu

dorayaki dengan memperhitungkan untuk nilai gizi nya yaitu menurunkan lemak.

Dorayaki merupakan makanan khas Negeri Matahari Terbit / Jepang yang banyak

disukai baik kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Makanan yang berisi selai kacang

merah ini kini mulai populer di negara-negara Asia, dan salah satunya adalah Indonesia.

Dorayaki adalah kue khas dengan bentuk bulat dan biasanya disajikan dengan 2 (dua) lapis,

juga terdapat isi didalamnya. Kue ini di Jepang sendiri ada banyak variasi rasanya, biasanya
kalau di negara asalnya disesuaikan dengan musim panen seperti dorayaki original, dorayaki

cokelat, dorayaki kacang merah, dan dorayaki ubi. Misalnya pada musim kacang merah, orang

Jepang akan menggunakan jenis kacang itu untuk isian kue dorayaki.

Karerna dorayaki yang pada umumnya terbuat dari isian kacang merah dan dan

menggunakan telur ayam sebaagai campuran pada pembuatan adonan dorayaki maka dengan

itu pada menu modifikasi ini digunakan putih telur dan juga pada isian nya dimodifikasi dengan

buah mangga. Organoleptik dari snack modifikasi yaitu dorayaki ini adalah dari teksturnya

bantat karena menggunakan putih telur dan rasanya sudah cukup lumayan enak,

penampakannya juga berbentuk dorayaki.

Nilai gizi dari dorayaki yang dibuat ini adalah dengan bahan baku nya putih telur

sebanyak 50 gram, gula pasir 40 gram, madu 10 gram, tepung terigu 100 gram, mentega 3

gram, dan untuk isiannya menggunakan buah mangga sebanyak 30 gram. Dari keseluruhan

bahan dihitung nilai gizi nya dengan menggunakan TKPI didapatkan energi nya sebesar 615

kkal, protein 15,7 gram, lemak 3,5 gram, dan krbohidrat 130,1 gram, lalu dihitung kolestrolnya

6,2 mg.

Nilai gizi pada dorayaki yang belum dimodifikasi dengan menggunakan bahan bakunya

telur ayam 50 gram, gula pasir 40 gram, madu 10 gram, tepung terigu 100 gram, mentega 3

gram, dan kacang merah 30 gram. Didapat nilai gizinya yaitu untuk energi nya 748,5 kkal,

protein 23,5 gram, lemak 9,1 gram, dan karbohidratnya 143,1. Lalu kolesterolnya 218,2 mg.

Dari penjelasan diatas bahwa sangat terlihat kolesterol nya menurun hingga 212,2 mg,

energi nya juga menurun hingga 133,5 kkal, proteinnya 8 gram, lemaknya menurun sebanyak

6 gram, serta karbohidratnya menurun sebesar 13 gram.


BAB IV

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas bahwa dorayaki modifikasi sangat terlihat bahwa zat gizi

seperti kolesterol dan lemak nya menurun. Kolesterol nya menurun hingga 212,2 mg, energi

nya juga menurun hingga 133,5 kkal, proteinnya 8 gram, lemaknya menurun sebanyak 6 gram,

serta karbohidratnya menurun sebesar 13 gram.


DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F., 2006. Dislipidemia. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,

Simadibrata, M.K., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 1948-1954.

Almatsier, S., 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Almatsier, S., 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Anderson, T.J., et al., 2012. 2012 Update of the Canadian Cardiovascular Society Guidelines

for the Diagnosis and Treatment of Dyslipidemia for the Prevention of

Cardiovascular Disease in the Adult. Canadian Journal of Cardiology 29(2):151-167

Gandha, N., 2009. Hubungan perilaku dengan prevalensi dislipidemia pada masyarakat kota

Ternate tahun 2008. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Skrips. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Gibney MJ, Margetts BM, Kearne JM, Arab L. 2005. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta

(ID): EGC

Hernawati. 2009. Peranan Berbagai Serat Dalam Dinamika Kolesterol Pada Individu

Hiperkolestolemia dan Normokolesteolemia: Laporan Penelitian. Availablefrom:

http://lppm.upi.edu/penelitian/indeks.php?lemlit=detil&id=982 Acessed {29

Desember 2017}

Lyrawati, D. 2008. Dislipidemia-Terapi Obat. Available from:

http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/dislipidemia_obat_hosppharm1.pdf

[Accesed 29 Desember 2017]


Setiono, L.Y., 2012. Dislipidemia pada obesitas dan tidak obesitas di rsup dr. Kariadi dan

laboratorium klinik swasta di kota semarang. Fakultas Kedokteran Universitas

Dipenogoro. Skrips. Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro. Semarang

Anda mungkin juga menyukai