PBL BLOK 1
SKENARIO “SKRINING GIZI”
MINGGU KE-1
TANGGAL 19 s.d 22 OKTOBER 2021
Group B
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
ISI
B. SKENARIO
“Perlukah Pilah-Pilih Pasien?”
Jun adalah seorang dietisien yang menjadi kepala Instalasi Gizi di RS Brawijaya. RS Brawijaya memiliki 4
ruang perawatan yang terdiri dari ruang rawat penyakit dalam, ruang rawat bedah, ruang rawat anak,
serta ruang rawat obstetri dan ginekologi (obsgyn) dengan jumlah pasien rata-rata 12–18 orang/hari di
masing-masing ruang rawat. Jun hanya memiliki 3 orang nutrisionis yang ditugaskan di ruang rawat
inap sehingga ada nutrisionis yang bertugas memegang 2 ruang rawat sekaligus karena adanya
keterbatasan jumlah tenaga kerja. Dengan banyaknya jumlah pasien yang ada, Jun merasa nutrisionis
perlu untuk melakukan skrining gizi agar dapat memilih pasien prioritas sebagai bagian dari kegiatan
manajemen bangsal agar proses asuhan gizi berjalan secara optimal pada seluruh pasien.
3
proses pelayanan kesehatan yang dilakukan mulai dari pengelolaan
tenaga , pengaturan tata ruang, pengaturan logistik, pengaturan
dokumentasi, pengelolaan administrasi, penerapan model, asuhan
keperawatan profesional yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan gizi dirumah sakit
(Mugianti, 2016 dan Susanti,2020)
3 Proses asuhan gizi Proses asuhan gizi merupakan suatu metode pemecahan masalah
yang sistematis dilakukan oleh tenaga gizi untuk menangani masalah
gizi sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan
berkualitas tinggi dimulai dari assessment, diagnosis, intervensi,
monitoring dan evaluasi gizi (Abdurrachman & Eliyanti, 2016 dan
Anggraini & Oliver, 2019)
4 Bedah operasi atau pengobatan yang dilakukan oleh ahli kesehatan,
penyembuhan penyakit dengan cara menyayat atau memotong
bagian tubuh yang sakit (Kemendikbud, 2016)
5 Obsetri cabang kedokteran terkait kebidanan yang berhubungan dengan
kehamilan,persalinan, dan masa nifas (Kemendikbud, 2016 dan
Dorland, 2010)
6 Ginekologi spesialis medis yang berhubungan dengan perawatan kesehatan
bagi perempuan khususnya diagnosis dan pengobatan gangguan
yang mempengaruhi perempuan seperti penyakit kandungan,
ginekologi berhubungan dengan bidang lain yang disebut obstetri
atau kebidanan (Kemendikbud, 2016)
7 Dietitian seseorang yang memiliki pendidikan gizi khususnya dietetik yang
bekerja untuk menerapkan prinsip gizi dalam pemberian makan
kepada individu atau kelompok, merencanakan diet khusus, serta
mengawasi penyelenggaran dan penyajian makanan (Sadjaja dkk,
2010)
8 Nutrisionis seseorang yang mempunyai pendidikan gizi dengan ijazah minimal
sarjana gizi atau D3 gizi dan sarjana berlatar belakang gizi yang
bekerja dalam upaya memelihara dan memperbaiki keadaan gizi,
kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan melalui upaya perbaikan
gizi, pendidikan gizi, pengembangan IPTEK gizi, serta ilmu-ilmu
terkait (Sadjaja dkk, 2010)
4
D. DAFTAR CUES
Nutrisionis dapat menentukan tahapan, metode serta tools skrining gizi secara efektif dan efisien
yang berhubungan dengan proses asuhan gizi pada pasien prioritas untuk setiap bangsal.
F. HASIL BRAINSTORMING
1). Unclears terms
a) Bedah
Bedah berarti, operasi atau pengobatan yang dilakukan oleh ahli kesehatan, penyembuhan
penyakit dengan cara menyayat atau memotong bagian tubuh yang sakit (KBBI).
b) Dietitian
Seseorang yang memiliki pendidikan gizi khususnya dietetik yang bekerja untuk menerapkan
prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu atau kelompok, merencanakan diet
khusus, serta mengawasi penyelenggaran dan penyajian makanan.
c) Nutrisionis
Seseorang yang mempunyai pendidikan gizi dengan ijazah minimal sarjana gizi atau D3 gizi dan
sarjana berlatar belakang gizi yang bekerja dalam upaya memelihara dan memperbaiki
keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan, dan kesejahteraan melalui upaya perbaikan gizi,
pendidikan gizi, pengembangan IPTEK gizi, serta ilmu-ilmu terkait (Kamus Gizi)
d) Obstetri
e) Ginekologi
Spesialis medis yang berhubungan dengan perawatan kesehatan bagi perempuan khususnya
diagnosis dan pengobatan gangguan yang mempengaruhi perempuan seperti penyakit
kandungan. (Dorland, 2010)
5
f) Pasien prioritas
Merupakan orang sakit yang perawatannya diutamakan oleh dokter (Kemendikbud, 2016)
g) Bedah
Bedah berarti, operasi atau pengobatan yang dilakukan oleh ahli kesehatan, penyembuhan
penyakit dengan cara menyayat atau memotong bagian tubuh yang sakit (Laily dan Icha)
(KBBI).
2). Cues
1) Menentukan tahapan serta metode skrining gizi yang berhubungan dengan proses asuhan gizi
tentunya untuk pasien prioritas, skrining tools, manajemen apa yang digunakan pada setiap
bangsal
2) Ahli gizi dapat melakukan skrining gizi dengan tools yang tepat secara efektif dan efisien
3) Ahli gizi dapat melakukan manajemen proses asuhan gizi terstandar secara efektif dan efisien
6
2) Bagaimanakah prinsip dalam melakukan skrining gizi?
3) Apa saja jenis screening tools yang digunakan dan jelaskan bagian-bagiannya, kelebihan,
kekurangan, serta validitas dan reliabilitas alat pada masing- masing tools?
NRS 2002 kelebihannya murah, cepat untuk identifikasi maslaah, kekurangannya yaitu tidak
PYMS kelebihannya lebih spesifik digunakan untuk antopometri pada anak-anak gizi kurang,
dan kekurangannya hanya bisa dipakai untuk anak anak saja tidak bisa digunakan pada dewasa
Dokter juga terlibat mungkin ada obat-obatan yang diberikan yang dijadikan evaluasi oleh ahli
7
5) Bagaimana tahapan dan tindak lanjut dari hasil skrining gizi?
Mulai dari pasien datang kerumah sakit ditentukan prioritas dari skrining gizi,ditentukandari
skoring dan kondisi khusus maka itu di prioritaskan dilanjutkan proses terstandar asesmen,
diagnosis gizi, intervensi gizi untuk menentukan diet yang tepat, monitoring dan evaluasi. Dan
yang tidak bersiko, dilakukan skrining ulang apabila berisiko dilanjutkan proses yang tadi, dan
apabila tidak tergantung kondisi
Dimulai dengan persiapan intstrumen, form, alat ukur yang digunakan, yang berhubungan
dengan skirining tools. Tahap ke2 dilakukan skrining gizi pada pasien yang masuk, kemudian
skoring untuk melihat pasien tsb berisiko atau tidak. Jika berisiko dilakukan proses asuhan gizi
lebih lanjut
Persiapan instrumen, setelah dilakukan skoring maka kita tahu mana yang berisiko malnutrisi
yang berat perlu adanya kerjasama tim dengan melibatkan tenaga medis lain misalnya seperti
dokter, perawat dan tenaga medis lainnya
Mendapatkan skor dengan cara pengukuran dan wawancara pada pasien
Saat skirning kita membutuhkan instrumen, dan instrumen terdapat bias cara mengatasinya
solusinya, bisa dilakukan pelatihan khusus untuk ahli gizi yang dilakukan
Nanti saat wawancara dri pasien tidak jjur terkait menjawab sehingga mempengaruhi
interpretasi, ahli gizi atau perawat diusahakan memberi pertanyaan terbuka (salwa)
Ahli gizi dapat ngomong ke pasien, kami dapat menjaga kerahasiaan pasien dengan seperti itu
Jika pasien datang tengah malam, ahli gizi melakukan screening gizi pada besoknya, apabila
pasien datang pada malam hari maka dapat dilakukan kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
seperti perawat apabila pasien datang dalam keadaan secara fisik riskan, lalu ahli gizi
8
melakukan screening ulang pada besok pagi dan mengecek yang dilakukan perawat apakah
sudah benar atau belum
G. HIPOTESIS
MONEV
9
proses asuhan gizi yang terstandar serta untuk memprediksi kemungkinan outcome/dampak dari
pengaruh intervensi yang diberikan (Herawati, 2014 dan Handayani et al., 2015)
2. Prinsip skrining gizi
Dalam skrining gizi memiliki prinsip yang disepakati masing-masing rumah sakit, diantaranya :
Efisien, berarti singkat dan cepat serta mudah dilakukan dan hasil yang didapatkan dapat dipercaya
Efektif : dapat dilakukan dalam waktu singkat, sebelum menentukan langkah asesmen berikutnya
(PGRS, 2013)
Tidak berisiko pada pasien, tidak memperburuk atau memperparah kondisi penyakit tertentu pada
positif dari respoden yang benar-benar sakit sedangkan nilai spesifisitas merupakan gambaran
negatif dari respoden yang tidak sakit. Untuk kategori :
- Amat baik : SE dan SP >90%
- Baik : SE >70 SP <90
- Cukup baik : SE >60 SP <70
- Kurang baik : SE dan SP <60
Reliabilitas adalah ketepercayaan dimana disaaat pengukuran terhadap kelompok atau subyek yang
sama mendatangkan hasil yang relatif sama. Instrumen dikatakan reliabel dilihat dari nilai kappa.
Menurut Landis and Koch :
- Buruk : < 0,0
- Rendah : 0,00 - 0,20
- Cukup : 0,21 - 0,40
- Sedang : 0,41-0,60
- Baik : 0,61 - 0,80
- Hampir Sempurna : 0,81 - 1,00 (Susetyowati, 2014)
10
3. Jenis-jenis skrining gizi (sasara, komponen, kelebihan, kekurangan, validitas, reliabilitas, dan interpretasi skor)
(Rinella et al,
2017)
MNA Intake makanan 12-14= normal Sensitif dan reliabel, mudah, cepat, Data kurang lengkap, dan Sensitivitas 0,51
(lansia) (berkurang atau tidak), 8-11 = berisiko tidak membutuhkan data lab dan kurang bisa digunakna pd 72% (Kondrup
penyakit akut, lingkar malnutrisi staff ahli, efektif, dapat digunakan pasien edema et al.,
betis, BB, TB, IMT, data 0-7= malnutrisi sesuai kebutuhan Tidak dapat dilakukan jika Spesifitas 2003)
neuropsikologis, mobilitas pasien lansia mengalami 95%
pasien, kehilangan BB demensia
selama 3 bln terakhir (power et al.,
2018)
11
Spesifik digunakan untuk anak Tidak dapat mendeteksi
STAMP Diagnosis klinis, riwayat ≥ 4 (tinggi risiko usia 2-17 tahun tingkat mikronutrien SE = 77,4% 0,752
asupan makan, TB dan malnutrisi) Cepat, mudah digunakan Tidak bisa mendeteksi
(untuk anak BB, keselurhan rsiko 2 - 3 (risiko (kemenkes 2018) kelebihan atau kekurangan SP = 60%
2-17 tahun) malnutrisi, rencana malnutrisi sedang) Mendetksi secara dini adanya asupan vitamin dan mineral
penyembuhan pasien 0-1 (rendah risiko malnutrisi (susetyowati 2014) pd anak (kemenkes 2018) Kesimpulan :
(Novianti, (wong et al., 2013) malnutrisi) Disertai tindakan untuk masing- Tidak dapat memprediksi cukup baik
2015) masing risiko, memberikan outcome klinis tanpa (Pars et al.,
panduan perawatan malnutrisi intervensi gizi (suryani dkk., 2020)
dan terdapat tabel yang dapat 2016)
membantu melakukan skrining
dengan cepat
NRS (0-7 Nafsu makan, 0-3=Tidak berisiko Sederhana, cepat, dan valid Tidak dapat untuk defisiensi SE = 82,1% 0,66
tahun) kemampuan makan, 4- 5 = sedang mikronutrien
faktor stress dan persentil >7 = risiko tinggi (suryadi dkk, 2018) SP = 77,8% Kesimpul
BB (susetyowati, 2014) an :
Dianggap reliabel
baik
(Tasci et
al., 2020)
NRS- 2002 IMT, penurunan BB, ≥3 : risiko Menunjukkan keefektifitaan Tidak ada skor tambahan SE : 84% 0,719
penurunan asupan malnutrisi nutrtitional support, terdapat pada tingkat keparahan
(pasien makan, penyait pasien, <3 : tidak berisiko variabel faktor usia sehingga lebih penyakit, SP = 88.8 % (Andini
rawat inap status gizi, jenis penyakit reliabel List penyakit terbatas dkk,
bedah (suryani 2018) Dan tidak ada (Andini dkk, 2017)
medis) pengelompokkan risiko 2017)
malnutrisi (Annisa)
MUST Komponen 0 = Resiko rendah Cocok di ruang rawat penyakit Tidak dapat digunakan untuk SE = 94% 0,532
(dewasa 1 = Resiko sedang dalam melihat kelebihan atau
12
dengan ≥2 = Resiko tinggi Hasil skrining sebanding dengan kekurangan vitamin dan
penyakit IMT, Kehilangan BB, data pelayanan mineral SP = 66,3% (andini et
akut ) Penyakit akut/kronis Tepat untuk komunitas Sedikit rumit al., 2016)
Mudah meningkatkan kualitas (andini et
pelayanan gizi al., 2016)
Bisa digunakan untuk semua
kelompok pasien dengan
berbagai jenis perawatan
-
SGA Riwayat kesehatan 60% : A : Gizi baik Dapat memprediksi kompilkasi Butuh keahlian khusus dari SE = 95%
(pasien be perubahan BB, asupan B : malnutrisi Untuk pasien malnutriisi di ICU pemeriksa serta buth untuk
dah makan, perubahan gejala sedang (susetyowati., et al , 2014) pelatihan (wijayanto 2017) SP = 82%
dewasa) intestinal selama 2 C: malnutrisi berat Form yang harus diisi banyak
minggu Butuh waktu yang lebih (prasad,
banyak 2019)
Pemeriksaan fisik 40% : Tidak efisien
evaluasi jaringan lemak,
kehilangan otot, edema
dan asites
Strong KidsStatus gizi berdasarkan 1-3 = sedang Disertai rekomendasi ntervensi Penilaia klinis secara SE : 89% 0,87
penilaian klinis, riwayat 4-5 – tinggi nutrisi pada setiap kategori subyektif dilakukan oleh
(anak dan penyakit yang mendasari (Novianti, 2015) resiko (Novianti, 2015), cepat dan dokter anak yang terampil SP : 100% (pars et
bangsal malnutrsi serta mudah dilakukan (Ndede, 2020) Penurunan dan kenaikan al., 2020)
bedah penurunan BB Dapat dilaksanakan oleh dokter Parameter spesifik untuk Tuokkola et (kak zul)
>1bulan-18 dengan intruks tertulis (Hapsari, penyakit kronis tidak ada al., 2019
tahun) 2020) (Justen dan Holst, 2014)
Dapat dilakukan berulang kali
(Susetyowa Mean dan SD jelas (dayang
ti, 2021) (Justen dan Holst, 2014)
SNA Q Penurunan BB, 0-1 = tidak perlu Mudah, dapat diaplikasikan oleh Subyektif, tidak ada SE : 68% 0,78
13
penurunan nafsu makan, intervensi seluruh tenaga kesehatan, pengelompokkan BMI
(Dewasa) konsumsi suplemen dan 2 = medium SP : 86% (susetyo
makanan enteral pada malnutrisi wati,
saat 1 bln terakhir 3 = malnutrisi Kategori 2018)
parah cukup baik
14
Dari tabel diatas dapat disimpulkan screening tools terbaik adalah
Untuk skrining tools anak yaitu PYMS, karena memiliki tingkat keakuratan berdasarkan komparasi
antropometri dan spesifisitas yang tinggi dibanding STRONGKids dan STAMP (Teixieira dan
Viana,2016). Selain itu PYMS juga memiliki validitas lebih tinggi daripada strong kids (Erawati et al,
2017)
Untuk lansia yaitu MNA karena parameter menggambarkan kondisi lansia dan memiliki niilai
sensiivitas dan spesifisitas yang tinggi.
Untuk dewasa yaitu NRS-2002 karena menurut peneliat RCT pada susetyowat (2014) NRS-2002
adalah alat skrining terbaik. Selain itu, NRS-2002 memiliki nilai sensitifitas yang lebih tinggi
dibandingkan MUST dan juga dikatakan bahwa NRS-2002 lebih efektig dibandingkan MUST
(septahafani dkk, 2018)
Dibawah ini adalah jenis-jenis formulir skrining gizi :
1. PYMS (Pediatric Yorkhill Malnutrition Score)
15
2. MST (Malnutrition Skrining Tools)
1 Apakah Anda kehilangan berat badan secara tidak a. Tidak (skor 0)
sengaja? Jika ya, berapa banyak (kg) Anda kehilangan b. Ragu (skor 2)
berat badan?
a. 1-5 kg Skor 1
b. 6-10 kg Skor 2
c. 11-15 kg Skor 3
d. >15 kg Skor 4
e. Ragu Skor 2
2 Apakah Anda mengalami penurunan asupan makan a. Tidak (Skor 0)
karena penurunan nafsu m(atau karena tidak bisa b. Iya (Skor 1)
mengunyah dan menelan)
Total Skor Skrining MST (Malnutrition Skrining Tools)
Has food intake declined over the past three months due to loss of appetite, digestive problems,
chewing or swallowing difficulties?
0 = Severe decrease in food intake
1 = Moderate decrease in food intake
2 = No decrease in food intake
Involuntary weight loss during the last 3 months?
0 = Weight loss greater than 3 kg (6.6 pounds)
1 = Does not know
2 = Weight loss between 1 and 3 kg (2.2 and 6.6 pounds)
3 = No weight loss
Mobility?
0 = Bed or chair bound
1 = Able to get out of bed/chair, but does not go out
2 = Goes out
Has the patient suffered psychological stress or acute disease in the past three months?
0 = Yes
2 = No
Neuropsychological problems?
0 = Severe dementia or depression
1 = Mild dementia
2 = No psychological problems
Body mass index (BMI)? (weight in kg / height in m2 )
0 = BMI less than 19
1 = BMI 19 to less than 21
2 = BMI 21 to less than 23
3 = BMI 23 or greater
Lives independently (not in a nursing home)?
1 = Yes
0 = No
Takes more than 3 prescription drugs per day?
0 = Yes
1 = No
Pressure sores or skin ulcers?
16
0 = Yes
1 = No
How many full meals does the patient eat daily?
0 = One meal
1 = Two meals
2 = Three meals
Selected consumption markers for protein intake Select all that apply.
At least one serving of dairy products (milk, cheese, yogurt) per day?
Yes No
4. STAMP
Komponen pertanyaan dari STAMP
17
Langkah 1 – Diagnosis
Apakah anak pernah didiagnosis penyakit yang berdampak terhadap gizi?
Ya – 3 poin
Mungkin – 2 poin
Tidak – 0 poin
Langkah 2 – Bagaimana asupan gizi anak?
Tidak ada – 3 poin
Baru saja menurun – 2 poin
Tidak ada perubahan/baik – 0 poin
Langkah 3 – Berat badan dan Tinggi badan
Gunakan grafik pertumbuhan atau tabel referensi persentil untuk menentukan pengukuran anak
>3 Sentil (terpisah >= 3 kolom atau BB < 2 sentil) – 3 poin
>2 sentil/terpisah = 2 kolom – 2 poin
0 – 1 sentil/terpisah 0-1 kolom – 0 poin
Langkah 4 – Risiko malnutrisi secara keseluruhan
Risiko tinggi > 4 poin
Risiko sedang 2-3 poin
Risiko rendah 0-1 poin
Langkah 5 – Rencana Asuhan
Risiko tinggi – Merujuk ke dietitian, konsultan Nutritional support Team (NST), monitor dan
tinjau ulang setiap minggu
Risiko sedang 2-3 – Monitor asupan gizi selama 3 hari. Ulangi skrining STAMP setelah 3 hari,
ubah rencana perawatan sesuai kebutuhan
Risiko rendah - Lanjutkan asuhan klinis rutin, Ulangi skrining STAMP setiap minggu bila anak
masih dirawat, ubah rencana perawatan sesuai kebutuhan
18
6. NRS 2002 (Nutritional Risk Score 2002)
Skrining awal
Skrining lanjutan
1. Gangguan status gizi 2. Kegawatan penyakit
Jawaban Skor Jawaban Skor
a. Status gizi normal a. Kebutuhan gizi normal
b. Penurunan BB > 5% dalam 3 b. Fraktur pinggang; pasien
bulan penyakit kronis dengan
atau komplikasi akut: sirosis; COPD;
Asupan makanan 50-75% dari hemodialysis kronik, DM,
kebutuhan normal pada minggu onkologi
lalu
Total skor
19
2 Persentase penurunan berat badan secara tidak d. Skor 0
sengaja (3-6 bulan yang lalu) e. Skor 1
a. 10% f. Skor 2
b. 5-10%
c. >10%
3 Persentase penurunan berat badan secara tidak a. Skor 0
sengaja (3-6 bulan yang lalu) a. 10% b. Skor 1
c. Skor 2
SKOR SGA
DESKRIPSI JAWABAN A B C
RIWAYAT MEDIS
1. Berat Badan (BB)
• BB biasanya ..... ... Tidak tahu TB = .... cm
• BB awal masuk RS (Kg)/ kg ... Tidak tahu (jika tirah baring diukur PB)
saat ini .....
kg
(Bila ada data dikutip, bila
tidak ada ditimbang
Kehilangan BB selama 6 bln 1. ( ) tidak ada
terakhir 2. ( ) ada perubahan, bertambah atau menurun <
BB biasanya – BB awal masuk 5%
BB biasanya 3. ( ) ada penurunan BB 5-10%
4. ( ) ada penurunan > 10%
5. ( ) tidak tahu
Peubahan BB selama 2 minggu 1. ( ) tidak ada
terakhir Bila pasien tidak 2. ( ) tidak ada, tapi BB di bawah atau di atas
yakin, tanyakan: normal
1. Perubahan ukuran ikat 3. ( ) ada kenaikan, tapi BB belum normal
pinggang 4. ( ) BB turun
2. Perubahan ukuran pakaian
3. Asumsi teman terlihat “lebih
kurus” (catatan: IMT normal : 18,5 – 22,9)
20
1. Anoreksi 1. ( ) tidak 1. ( ) tidak
2. ( ) ya pernah 1. ( ) > 2 mgg
2. ( ) tiap hari 2. ( ) < 2 mgg
3. ( ) 2-3x/mgg
4. ( ) 1-2x/mgg
1. ( ) tidak 1. ( ) tidak
2. Mual 2. ( ) ya pernah 1. ( ) > 2 mgg
2. ( ) tiap hari 2. ( ) < 2 mgg
3. ( ) 2-3x/mgg
4. ( ) 1-2x/mgg
1. ( ) tidak 1. ( ) tidak
3. Muntah 2. ( ) ya pernah 1. ( ) > 2 mgg
2. ( ) tiap hari 2. ( ) < 2 mgg
3. ( ) 2-3x/mgg
4. ( ) 1-2x/mgg
1. ( ) tidak 1. ( ) tidak
4. Diare 2. ( ) ya pernah 1. ( ) > 2 mgg
2. ( ) tiap hari 2. ( ) < 2 mgg
3. ( ) 2-3x/mgg
4. ( ) 1-2x/mgg
• Jika beberapa gejala atau tidak ada gejala, sebentar-sebentar
• Jika ada beberapa gejala > 2 minggu
• Jika > 1 / semua gejala setiap hari/ teratur > 2 minggu
4. Kapasitas Fungsional 1. ( ) aktivitas normal, tidak ada kelainan,
Deskripsi keadaan fungsi tubuh kekuatan / stamina tetap
: 2. ( ) aktivitas ringan, mengalami hanya sedikit
penurunan (tahap ringan)
3. ( ) tanpa aktivitas / di tempat tidur,
penurunan kekuatan / stamina (tahap buruk)
5. Pebyakit dan Hubungannya
dengan
kebutuhan gizi 1. ( ) tidak
• Secara umum, ada 2. ( ) ya
gangguan stress 1. ( ) Rendah
metabolik ? ( mis : hernia ingunial, infeksi, peny.
• Bila ada, kategorinya : Jantung kongestif)
(stress metabolik akut) 2. ( ) Sedang
( mis : Dm + pneumonia )
3. ( ) Tinggi
( mis : ulcerative colitis + diare , kanker,
peritonitis berat)
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kehilangan lemak subkutan 1. ( ) tidak ada
(trisep, bisep) 2. ( ) salah satu tempat
3. ( ) kedua tempat
2. Kehilangan massa otot 1. ( ) tidak ada
(tl. Selangka, scapula / tl. 2. ( ) salah satu tempat
Belikat, tl. 3. ( ) kedua tempat
Rusuk, betis)
3. Edema 1. ( ) tidak ada
(bisa ditanyakan ke dokter / 2. ( ) salah satu tempat
perawat) 3. ( ) kedua tempat
21
4. Asites 1. ( ) tidak ada
(bisa ditanyakan ke dokter / 2. ( ) salah satu tempat
perawat) 3. ( ) kedua tempat
KESELURUHAN SKOR SGA
A = Gizi baik/normal (Skor “A” pada ≥ 50% kategori atau ada peningkatan
signifikan )
B = Gizi kurang/sedang (Skor “B” pada ≥ 50% kategori)
C = Gizi Buruk (Skor “C” pada ≥ 50% kategori, tanda-tanda fisik signifikan)
9. STRONG KIDS
Kuesioner STRONGKIDS
22
Caregiver : berpartisipasi dalam perawatan, berinteraksi, berbagi, serta mencari atau memberi
informasi kepada pasien lansia. Caregiver dapat berasal dari anggota keluarga, teman, bahkan
tenaga profesional atau perawat. Lansia mudah mengalami penurunan daya ingat sehingga
berdampak ke arah mudah lupa atau susah mengingat sesuatu. Maka dari itu, peran care giver
dalam hal skrinig gizi yaitu sebagai pengingat atau orang yang menemani lansia karena biasanya
care giver selalu ada bersama dengan lansia (Yolanda et al., 2020)
Pendamping (Wali / Keluarga)
- Perawat berperan dalam membantu skrining gizi pada awal perawatan untuk melihat tanda tanda
vital, status gizi pasien, bekerja sama dengan dokter dan ahli gizi
- Dietisien / Nutrisionis bertugas mengkaji hasil skrining dan tindak lanjut skrining gizi (PGRS, 2013)
Pasien masuk
Persiapan alat
Skrining gizi
Persiapan petugas
yang melakukan
skrining kesehatan
23
Pelaksanaan Skrining Gizi secara umum menurut (SNARS, 2016)
1. Menanyakan nama-nama dan ruangan pasien yang baru masuk Rumah Sakit kepada perawat
ruangan, atau bisa juga melihat pada catatan nama pasien.
2. Melengkapi identitas, diagnosa medis pasien dan menulis tanggal melakukan kegiatan skrining
untuk setiap pasien baru.
3. Melakukan pengukuran antropometri:
a. Mengukur berat badan pasien bila memungkinkan. Bila tidak, tanyakan berat badannya dan
kapan dilakukan penimbangan. Bila pasien tidak tahu, ragu, atau menimbang berat badan
sudah lama, lakukan pengukuran LILA. Bila pasien terakhir timbang berat badan dalam
keadaan hamil, ada oedema, ada massa, maupun amputasi, lakukan pengukuran LILA.
b. Mengukur tinggi badan pasien bila memungkinkan. Bila tidak, tanyakan tinggi badannya
dan kapan dilakukan pengukuran tinggi badan. Bila pasien tidak tahu, ragu, atau mengukur
tinggi badan sudah lama, lakukan pengukuran tinggi lutut. Bila pasien terakhir mengukur
tinggi badan dalam keadaan tidak bisa berdiri tegak, lakukan pengukuran tinggi lutut.
4. Menganamnesa perubahan gastrointestinal pasien.
5. Menyimpulkan apakah pasien berisiko masalah gizi atau tidak. Kriteria pasien yang berisiko
masalah gizi adalah :
a. Penyimpangan berat badan : kelebihan 20% dari berat badan ideal, kekurangan 10% dari
berat badab ideal, perubahan berat badan > 10% dalam 6 bulan terakhir, ketidakseimbangan
proporsi BB/TB pada anak, penyimpangan pertambahan berat badan pada ibu hamil.
b. Peningkatan kebutuhan metabolisme : demam, infeksi, hipertiroidism, luka bakar, pasca
operasi atau trauma jaringan lunak, trauma pada tulang, masa pertumbuhan, terapi
kortikosteroid.
c. Peningkatan kehilangan zat gizi : fistula, luka terbuka, abses, efusi, kehilangan darah kronis,
penyakit ginjal kronis, exudative enteropathy, luka bakar.
d. Penyakit kronis : diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit arteri koroner
e. penyakit paru kronis, penyakit ginjal kronis, penyakit hati kronis, gagal jantung, karsinoma,
kemunduran mental, psikosis, epilepsi, rheumatoid arthritis, peptic ulcer, prolonge comatose
state.
f. Penyakit atau operasi saluran pencernaan : malformasi kongenital, ketidakmampuan
pankreas, malabsorpsi, sindrome blind loop, diare parah, fistula saluran pencernaan, reseksi
bagian lambung atau usus halus, pemotongan usus.
g. Masa pengobatan : insulin dan agen hipoglikemik lain, suplemen vitamin-mineral,
kortikosteroid, antikoagulan, MAO inhibitor, diuresis, antasid, etanol, obat kontrasepsi oral,
trisiklik antidepresan, fenilhidantoin.
h. Ahli gizi menandatangani form skrining asuhan gizi pasien.
24
6. Pasien dengan hasil skrining beresiko malnutrisi, maka dilanjutkan dengan assessment gizi dan
proses asuhan gizi terstandar. Sedangkan pasien dengan hasil skrining tidak beresiko malnutrisi
maka dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jila hasil skrining ulang menunjukkan resiko
malnutrisi, maka dilanjutkan dengan proses asuhan gizi terstandar (PGRS.,2013)
25
BAB II
B. PENUGASAN
Studi kasus skrining gizi yang diberikan pada week 1 PBL, adalah sebagai berikut:
1. An. L laki-laki berusia 23 bln MRS dengan keluhan diare lebih dari 3 hari dan panas, yang
kemudian oleh dokter kemudian didiagnosa gastroenteritis. Saat ini An. L masih diare dan
mengeluh mual dan muntah serta nafsu makan menurun sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan data
antropometri, diketahui BB 9 kg dengan PB 79 cm.
2. An. R perempuan usia 10 bulan MRS, BB 7,7 kg dan PB 65 cm. MRS dengan keluhan muntah ± 10
kali isi air dan makanan dan diare 2 kali sehingga didiagnosa thypus+ Vomiting + Dehidrasi ringan.
Kemudian selain itu, pada anak R dilakukan operasi kolostomi karena adanya invaginasi.
3. An. G, 12 tahun, laki-laki, MRS dengan keluhan mual dan muntah disertai dengan nafas cepat,
lemas, bibir kering, serta pusing sejak 2 hari SMRS. Orangtua juga mengatakan anak mengalami
sering buang air kecil, sering haus, sering merasa lapar, sering kelelahan, dan berat badan turun
30% selama 1 bulan terakhir. Pasien diketahui memiliki Diabetes Melitus tipe 1 sejak 3 bulan yang
lalu. Berat badan An. G saat datang ke RS adalah 27 kg dengan tinggi badan 140 cm. Pasien
mengalami penurunan nafsu makan sebelum MRS dan hanya mampu menghabiskan bubur ¼
porsi dan telur 1 butir. Pemenuhan asupan energi hanya sebesar 25% dari total kebutuhan harian.
4. Ny. T, 27 tahun, MRS karena mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan kedua dengan
diagnosis G2P1Ab000 10-12 minggu. Hasil pengukuran antropometri: LiLA 25 cm, TB 150 cm, BB
48 kg. Keluhan yang dirasakan oleh pasien adalah pusing dan mual muntah hebat >6x/hari
terutama bila mencium bau makanan. Hasil pengkajian riwayat makan selama 24 jam terakhir
menunjukkan pasien hanya mampu makan 1x/hari dengan pemenuhan kebutuhan energi 29%,
karbohidrat 24%, lemak 19%, dan protein 21%.
5. Ny. W usia 38 tahun masuk rumah sakit karena adanya pendarahan hebat dan sempat pingsan .
Ny W didiganosa Ca servix stadium IV A sejak 2 tahun yang lalu dan rutin menjalani kemoterapi
selama 6 bulan terakhir. Ny. W mengalami kerontokan rambut, penurunan ambang batas rasa
sehingga nafsu makan turun. Ny. W hanya mampu makan utama maksimal 3 sdm bubur dan
hanya 1/3 porsi snack. Berat badan saat ini 37 kg dengan tinggi badan 155 cm.
6. Tn. Z, 45 tahun, mengalami luka di kaki yang tidak kunjung sembuh sejak 2 bulan yang lalu.
Berdasarkan hasil anamnesis menunjukkan pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
sejak 5 tahun yang lalu dan tidak rutin kontrol ke Dokter. Tn. Z mengeluh mengalami penurunan
nafsu makan dan merasa pakaiannya lebih longgar dibanding bulan lalu. Berat badan Tn. Z adalah
26
49 kg dengan tinggi badan 174 cm. Tn. Z sering mengonsumsi makanan manis, gorengan, dan kopi
3x/hari dengan penambahan gula 2 sdm.
7. Ny. M, 72 tahun, mengeluh badan lemas, penglihatan kabur, mual, dan penurunan berat badan
yang drastis. Kadar gula darah puasa pasien menunjukkan 189 mg/dl dan gula darah 2 jam setelah
makan menunjukkan 291 mg/dl. Sudah 5 hari terakhir pasien tidak nafsu makan, hanya mampu
menghabiskan 2-3 sendok makan setiap kali makan. Pasien juga mengatakan hanya mampu
duduk dan berbaring karena merasa lemas. Pasien juga mengalami penurunan berat badan
sebanyak 5 kg dibanding bulan lalu. Dari hasil pengukuran, lingkar lengan atas Ny. M adalah 20,5
cm dan tekanan darah 153/92 mmHg. Ny. M mempunyai riwayat diabetes melitus tipe 2 disertai
hipertensi sejak 10 tahun terakhir.
8. Tn. Y, 67 tahun jatuh di kamar dan tidak sadar dan dilarikan ke RS. Dokter mendiagnosa Tn. Y
mengalami CVA non haemorraghic. Tn. Y mempunyai riwayat myocard infark dan hipertensi sejak
10 tahun yang lalu. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, Tn. Y mengalami penurunan
nafsu makan, yaitu hanya makan seperempat dari porsi biasanya.
C. HASIL
KASUS 1
Data Pasien
Nama : An. L
Usia : 23 bulan
Diagnosa penyakit : Gastroenteritis (flu perut akibat infeksi pada lambung dan usus)
Antropometri : BB = 9 kg; PB = 79 cm, IMT = 14,42 kg/m2
Status gizi BB/U <-2 SD (underweight); PB/U <-2 SD (pendek);
BB/PB <-1 SD (normal); IMT/U <-1 SD (normal)
Keluhan : Diare lebih dari 3 hari, panas, mual dan muntah, nafsu makan menurun
sejak 3 hari yang lalu
Screening Tool : Berdasarkan pada data yang tersaji dalam kasus 1 yang terdiri dari
antropometri, diagnosa penyakit, kondisi diare, serta mual muntah, kami
memutuskan untuk menggunakan alat skrining jenis STRONGkids karena
data yang ada mendekati kebutuhan parameter yang diukur dari alat
skrining tersebut. Menurut Hapsari (2020), STRONGkids valid digunakan
untuk mendeteksi risiko gizi kurang pada balita yang menderita diare. Selain
itu, sebelumnya juga telah dilakukan penelitian dengan metode skrining
STRONGkids pada pasien diare balita yang didiagnosa gastroenteritis
(Oktaviani, 2019). Validitas dari alat skrining jenis STRONGkids ini juga
27
sangat tinggi yaitu mencapai 100% untuk sensitivitas dan 89% untuk
spesifitas (Tuokkola et al., 2019).
Skrining Gizi
Formulir STRONGkids: Alat skrining gizi untuk anak usia 0-18 tahun yang dirawat di rumah sakit
4. Apakah ada penurunan berat badan dan atau tidak ada No Yes 1
peningkatan berat/tinggi badan (bayi< 1 tahun) selama beberapa
minggu-bulan terakhir?
Total skor 3
28
Inflammatory bowel disease Not specified (classified by
Cancer doctor)
Hasil Skrining
Berdasarkan hasil skrining dengan menggunakan alat skring STRONGkids, diperoleh skor total
sebesar 3 poin sehingga An. L termasuk ke dalam kategori berisiko sedang mengalami malnutrisi.
Untuk tindak lanjut berikutnya adalah dengan mengonsultasikan hasil skrining kepada dokter untuk
diagnosa dan preskripsi diet, mempertimbangkan pemberian intervensi oleh dietisien, mengecek berat
badan 2x dalam satu minggu dan mengevaluasi risiko malnutrisi (skrining ulang) setelah 1 minggu
(Hulst et al., 2010).
KASUS 2
Data Pasien
Nama : An.R
Umur : 10 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
BB/PB : 7,7 kg/ 65 cm
DIagnosa Medis : Thypus + Vomiting + Dehidrasi ringan
29
Skrining gizi
FORM SKRINING NUTRITION RISK SCORE (NRS) UNTUK ANAK
Interpretasi
Didapatkan skor 10 (>7), maka dapat disimpulkan berdasarkan hasil skrining NRS An. R berisiko tinggi
malnutrisi
30
Data Terkait
1. Muntah ± 10 kali isi air dan makanan dan diare 2 kali menyebabkan stress metabolik
2. Diagnosa medis Thypus+ Vomiting + Dehidrasi ringan dan Operasi kolostomi karena adanya
invaginasi menyebabkan stress metabolic
3. Persentil anak dalam rentang 50 - 75%
(Susetyowati, 2014)
KASUS 3
Data Pasien
Nama : An. G
Usia : 12 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 27 kg
TB : 140 cm
( )
IMT : ( )
( )
kg/m2 (Status Gizi Kurang)
Screening Tools
Screening tools yang digunakan pada kasus ini kami memilih menggunakan PYMS (Pediatric
Yorkhill Malnutrition Score) dikarenakan PYMS memiliki tingkat keakuratan berdasarkan komparasi
antropometri serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Selain itu, data yang dibutuhkan
untuk mengisi form PYMS juga tersedia pada kasus, yang dimana pada kasus tersebut terdapat data
antropometri berupa BB dan TB pasien, riwayat makan yaitu pasien mengalami penurunan nafsu
makan, dan kaitan penyakit yang dapat mempengatuhi status gizi pasien
31
FORM SKRINING GIZI PYMS UNTUK ANAK
Interpretasi
- BMI pasien berada dibawah nilai cut-off tabel BMI standar acuan yang terdapat di tabel, dapat
dilihat bahwa An.G berusia 12 tahun yang dimana berdasarkan tabel BMI untuk pasien anak
umur 12 tahun BMI nya yaitu 14,5. Tetapi, setelah dihitung menggunakan rumus BMI pasien
hanya 13,77 yang mengindikasikan status gizi pasien kurang
- Berdasarkan hasil screening menggunakan tools PYMS untuk pasien anak didapatkan skor total
yaitu 5 (≥ 2). Skor 5 dapat dikategorikan dalam kelompok berisiko malnutrisi dan perlu
dilakukan tindak lanjut dengan perencanaan gizi sejak dini. Asuhan gizi lanjut dilakukan
terhadap pasien dengan skor skrining risiko malnutrisi ≥2 dan terutama dilaksanakan oleh
dietisien dengan metode proses asuhan gizi terstandar (PAGT) yang ditetapkan dalam standar
prosedur operasional asuhan gizi rawat inap. Dokter divisi nutrisi dan penyakit metabolik
terlibat hanya jika dikonsultasikan oleh dokter penanggungjawab pelayanan.
KASUS 4
Skrining gizi
Skrining untuk ibu hamil diperlukan untuk mendeteksi adanya kondisi malnutrisi atau kemungkinan
terjadinya risiko malnutrisi pada ibu hamil. Formulir skrining ibu hamil terdapat 2 macam, yaitu ibu
hamil dengan masalah obstetric kehamilan/nifas dan ibu hamil dengan masalah ginekologi (Kemenkes,
2018). Namun pada kasus ini menggunakan formulir skrining untuk pasien dengan masalah ginekologi.
Berikut adalah formulir skriningnya :
Parameter Skor
33
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
a. tidak ada penurunan berat badan 0
b. tidak yakin/tidak tahu/baju terasa longgar 2 √
c. jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut?
1 – 5 kg 1
6 – 10 kg 2
11 – 15 kg 3
>15 kg 4
2. Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan?
a. tidak 0
b. ya 1 √
Total skor
3. Pasien dengan diagnosis khusus (DM, gangguan fungdi tiroid, infeksi Ya √
kronis, HIV/AIDS, sebutkan : G2P1Ab000 10-12 minggu
Tidak
Bila skor ≥2 dan atau pasien dengan diagnosis/kondisi khusus dilakukan Skor: 3
pengkajian lanjut oleh dietesien
Status fungsional:
Aktivitas dan mobilisasi: mandiri perlu bantuan, sebutkan ………… ketergantungan total
√
bila ketergantungan konsultasi dengan DPJP/PPDS untuk konsultasi ke rehabilitasi medic
(Kemenkes, 2018)
Menurut (RSUD dr.R.KOESMA, 2018) berikut adalah kriteria skor untuk berisiko malnutrisi atau tidaknya
< 2 : tidak berisiko malnutrisi
≥ 2 : berisiko malnutrisi
Hasil Skrining
Hasil skrining tools didapatkan bahwa Ny. T mendapatkan skor 3 yang berarti pasien berisiko
malnutrisi. Jika skrining gizi menunjukkan pasien berisiko mengalami malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian atau penilaian gizi dan dilanjutkan dengan proses asuhan gizi terstandart oleh ahli gizi
(Kemenkes, 2013).
34
KASUS 5
Skrining gizi
Kami memilih PG-SGA sebagai screening tools pada kasus 5 karena aplikasinya mudah, banyak
digunakan untuk pasien kanker. Selain itu, PG-SGA telah dirancang untuk mengukur dampak atau efek
samping pasien kanker, yang mana sebagian besar pasien kanker menjalani kemoterapi, dan efek
samping dari kemoterapi adalah anoreksi, mual dan muntah. (Tahir, 2019)
FORM PG-SGA
35
Hasil Skrining
Hasil Skrining tools Ny. W berjumalah 7 dimana hasil tersebut berada pada rang 4-8 yang
berarti Ny. W memerlukan intervensi oleh ahli diet serta perawat atau dokter untuk mengobati gejala
yang muncul. Proses intervensi gizi harus di monitoring dan dievaluasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sedangkan dalam penilaian global PG-SGA Ny W termasuk dalam kelompok B karena kekurangan
asupan gizi dan mengalami penurunan berat badan. Intervensi nutrisi pada pasien kanker harus
meliputi berbagai strategi termasuk edukasi gizi dan suplementasi zat gizi. Tujuan dari terapi nutrisi
pada pasien kanker adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan berat badan dan mencegah
atau mengatasi adanya malnutrisi energi dan protein, mempercepat penyembuhan luka dan
mengurangi terjadinya risiko infeksi selama pengobatan dan meningkatkan (Makaba, 2018).
36
KASUS 6
Skrining gizi
Pasien merasa pakaiannya lebih longgar dibanding bulan lalu (3 bulan terakhir)
Pada kasus ini kami memilih menggunakan metode NRS 2002 (Nutritional Risk Screening 2002) karena
berdasarkan data pasien, NRS-2002 yang paling bisa mencangkup semua data, selain itu NRS-2002 ini
memadukan faktor penyakit, gizi (IMT) dan usia cukup sederhana, aplikasinya mudah. Selain itu pada kasus
Tn.Z juga terdapat penurunan nafsu makan, serta kondisi penyakit yang menggambarkan pasien saat ini.
Penerapan NRS 2002 ini digunakan untuk melihat risiko malnutrisi dan melihat tingkat keparahan dari suatu
penyakit.
2. Skrining Lanjut I
RISIKO GIZI KRITERIA
Absen (Skor=0) Status gizi normal
Ringan (skor=1) Kehilangan BB >5% dalam 3 bulan atau asupan 50-75% dari kebutuhan
37
Sedang (skor=2) Kehilangan BB >5% dalam 2 bulan atau IMT 18,5-20,5 atau asupan 25-
50% dari kebutuhan
Berat (skor=3) Kehilangan BB >5% dalam 1 bulan (>15% dalam 3 bulan) atau IMT 18,5
atau asupan 0-25% dari kebutuhan
3. Skrining Lanjut II
RISIKO GIZI KRITERIA
Absen (Skor=0) Kebutuhan gizi normal
Ringan (skor=1) Fraktur, pasien kronik (sirosis hati, COPD, HD rutin, diabetes, kanker
Sedang (skor=2) Bedah mayor, stroke, pneumonia berat, kanker darah
Berat (skor=3) Cidera kepala, transplantasi sumsum, pasien ICU
KESIMPULAN
Skrining Lanjut I Skrining Lanjut II Usia >65 tahun Total Skor
SKOR 3 1 0 4
RISIKO/TIDAK RISIKO
Interpretasi
3 Risiko malnutrisi
3 Tidak berisiko malnutrisi
Pasien mendapatkan skor total 4 yang mana berarti berisiko malnutrisi. Sehingga perlu dilakukan
tindak lanjut berupa proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi dimulai dari proses assessment yang
terbagi menjadi pengkajian 5 data yaitu antropometri, biokimia, fisik klinis (clinical), asupan makan
(dietary), lingkungan (etiology), kemudian dapat dilakukan diagnosa untuk menentukan intervensi
yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Setelah intervensi berjalan dapat dilakukan tahap akhir yaitu
monitoring berat badan, evaluasi, serta pemeriksaan lebih lanjut.
KASUS 7
Data pasien
Nama : Ny.M
Usia : 72 tahun
Diagnosa penyakit : Diabetes mellitus tipe 2 disertai hipertensi
38
Antropometri : LILA=20,5 cm, terdapat penurunan BB 5 kg selama 1 bulan
( )
LILA/U = = = 68,56% (Status gizi buruk)
Keluhan : Pasien mengeluh badan lemas, penglihatan kabur, mual, nafsu makan
menurun, mengalami penurunan berat badan serta hanya dapat melakukan
aktivitas fisik seperti duduk dan berbaring.
Screening Tools :
Dalam kasus ini kami memilih untuk menggunakan MNA (Mini Nutritional Assesment) karena
aplikasinya mudah, banyak digunakan untuk skrining pasien lansia, bersifat sensitif, reliabel serta tidak
membutuhkan data laboratorium sehingga dapat digunakan sesuai kebutuhan. Selain itu pada kasus
Ny.M juga terdapat data antropometri berupa LILA, kondisi yang menggambarkan pasien saat ini,
penilaian asupan makanan dan penilaian subyektif lainnya seperti tingkat aktivitas dan komorbiditas
pasien.
Skrining gizi
1. Melengkapi formulir dengan dengan melakukan pengisian formulir skrining tools. Total angka
yang akan diperoleh merupakan skor hasil skrining.
0 = ya
1 = tidak
0
E. Masalah neuropsikologi
0 = BMI < 19
1 = BMI 19 sampai ≤ 21
2 = BMI 21 sampai ≤ 23
0
3 = BMI ≥ 23
3
TOTAL SKOR :
2. Menentukan klasifikasi tingkat risiko malnutrisi dari skor skrining dengan nilai ambang batas dari
jenis screening tool MNA
40
Hasil Skrining
Berdasarkan hasil skrining menggunakan jenis screening tools MNA untuk lansia diperoleh nilai
total skoring yaitu 3. Total skor 3 ini dapat dikategorikan dalam kelompok lansia mengalami malnutrisi.
Sehingga perlu dilakukan tindak lanjut berupa proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi dimulai dari
proses assessment yang terbagi menjadi pengkajian 5 data yaitu antropometri, biokimia, fisik klinis
(clinical), asupan makan (dietary), lingkungan (etiology), kemudian dapat dilakukan diagnosa untuk
menentukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Intervensi gizi yang diberikan untuk
pasien dengan malnutrisi yaitu dengan perbaikan diet dan suplementasi gizi oral sekitar 400-600
kkal/hari (Kemenkes,2018). Setelah intervensi berjalan dapat dilakukan tahap akhir yaitu monitoring
berat badan, evaluasi, serta pemeriksaan lebih lanjut.
KASUS 8
Data pasien
Nama : Tn. Y
Umur : 67 tahun
Diagnosa Penyakit : CVA non haemorraghic
Riwayat penyakit : Infark myocard dan hipertensi sejak 10 tahun lalu
Keluhan : Tn. Y mengalami penurunan nafsu makan sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit, yaitu hanya makan seperempat dari porsi biasanya.
Screening Tools:
Pada kasus ini kami memilih menggunakan metode NRS 2002 (Nutritional Risk Screening 2002)
karena pada NRS-2002 ini memadukan faktor penyakit, gizi dan usia cukup sederhana, aplikasinya
mudah, penilaiannya tidak tergantung pada IMT sehingga cocok untuk kasus ini karena tidak ada data
IMT. Selain itu pada kasus Tn.Y juga terdapat penurunan nafsu makan, serta kondisi penyakit yang
menggambarkan pasien saat ini. Penerapan NRS 2002 ini digunakan untuk melihat risiko malnutrisi
dan melihat tingkat keparahan dari suatu penyakit.
Skrining gizi
1. Melengkapi formulir dengan dengan melakukan pengisian formulir skrining tools. Total angka
yang akan diperoleh merupakan skor hasil skrining.
Skrining Awal
41
No. Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah IMT < 20,5 ? - -
2. Apakah pasien kehilangan BB dalam 3 bulan - -
terakhir ?
3. Apakah asupan makanan menurun seminggu
terakhir?
4. Apakah pasien dengan penyakit berat?
Jika tidak untuk semua kriteria skrening (Ulang seminggu kemudian)
Jika ada 1/lebih kriteria dengan jawaban ya (skrening lanjut)
` Karena terdapat lebih dari 1 jawaban yam aka dilakukan skrining lanjut
Skrining Lanjut
Skrining Lanjut II
42
RISIKO
Hasil Skrining
Skor akhir didapatkan setelah menjumlahkan skor pada pertanyaan tentang status gizi dan
jenis penyakit. Penambahan skor 1 bagi pasien dengan umur ≥ 70 tahun. Untuk pengkategorian skor
yaitu, dikategorikan risiko malnutrisi jika skor total ≥ 3 dan tidak berisiko malnutrisi jika skor totalnya <
3. Berdasarkan hasil skrining menggunakan jenis screening tools NRS-2002 didapatkan nilai total
skoring yaitu 4. Total skor 4 ini dapat dikategorikan dalam kelompok yang berisiko mengalami
malnutrisi. Sehingga perlu dilakukan tindak lanjut berupa proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi
dimulai dari proses assessment yang terbagi menjadi pengkajian 5 data yaitu antropometri, biokimia,
fisik klinis (clinical), asupan makan (dietary), lingkungan (etiology), kemudian dapat dilakukan diagnosa
untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Setelah intervensi berjalan dapat
dilakukan tahap akhir yaitu monitoring berat badan, evaluasi, serta pemeriksaan lebih lanjut.
43
BAB III
44
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Andini, R., Susetyowati, S. and Sulistyoningrum, D.C., 2017. Studi komparasi beberapa metode skrining
penilaian status gizi pada pasien dewasa rawat inap rumah sakit. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 14(2),
pp.64-71.
Anam, K., Tahir,T., and Ilkafah. 2019. Sensitivity of the Assessment of Nutritional Status Based on Mini
Nutritional Assessment (MNA) was Compared with Patient-Generated Subjective Global Assessment
(PG-SGA) in Cancer Patient Undergoing Chemotherapy in RSUP Dr Wahidin Sudirohusoda Makassar.
NurseLine Journal, 4 (2), pp 76.
Guaitoli, P.R., Jansma, E.P. and de Vet, H.C., 2014. Nutrition screening tools: does one size fit all? A systematic
review of screening tools for the hospital setting. Clinical nutrition, 33(1), pp.39-58.
Hapsari, V. D., Purwaty, N. H., & Sulastri, T. 2020. Deteksi Dini Risiko Gizi Kurang pada Anak Balita dengan Diare
Menggunakan Metode PYMS dan STRONGkidz. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9(1), 17-23.
Hulst, J. M., Zwart, H., Hop, W. C., & Joosten, K. F. (2010). Dutch national survey to test the STRONGkids
nutritional risk screening tool in hospitalized children. Clinical Nutrition, 29(1), 106-111.
Hafsah, T., Prawitasari, T., & Djais, J. T. B. (2019). Malnutrisi rumah sakit dan asuhan nutrisi pediatrik di Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung. J Gizi Klin Indones, 16(2), 47-57.
Hamirudin, A., Charliton, K., Walton, K., Bonney, A., Albert, G., Adam, Potter, J., Marianna, and Dalley, A. 2013.
We are all time poor: is routine nutritional screening of older patient feasible?. Faculty of Science,
Medicine, and Health, Papers: part A. 540
Herawati, H., Sarwiyata, T., dan Alamsyah, A., 2014. Mrtode Skrining Gizi Di Rumah Sakit Dengan MST Lebih
EFEktif Dibandingkan SGA. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28 (1): 68-71
Herlianto. B, Sidiartha. I.G.L., Pratiwi. I.G.P.E. 2019. Validity of Pediatric Yorkhill Malnutrition Score to detect
Pediatrict Hospitalized Malnutrition. Bali Medical Journal, 8 (1), pp78-82.
Joosten, K.F.M and Hulst.,J.M.2010. Durch National Survey to Test The STRONGKids Nutritional Risk Screening
Tool in Hospitalized Children.Clinical Nutrition, 29(1),PP 106-111.
45
Makaba, L., As’ad, S., Taslim, N.A. and Syauki, A.Y., 2018. Pemberian Nutrisi Enteral Dapat Mempertahankan
Kadar Albumin Normal Namun Tidak Memperbaiki Kadar Tlc pada Pasien Karsinoma Nasofaring. IJCNP
(INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN), 1(1), pp.48-56.
Mulyati, S., 2017. Sadar Gizi Dalam Lingkup Rumah Sakit. Cermin Dunia Kedokteran, 44(1), pp.58-64.
NHS Greater Glasgow and Cylde. 2009. Pediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS. Nutritional Tool Steering
Group, Women and Children’s Directorate.
Oktaviani, C. 2019. Penatalaksanaan Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Diare di Ruang Anak RSUD Jendral
Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2019. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang.
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/203/. diakses tanggal 22 Oktober 2021.
Pars, H., Açıkgöz, A., & Erdoğan, B. D. (2020). Validity and reliability of the Turkish version of three screening
tools (PYMS, STAMP, and STRONG-kids) in hospitalized children. Clinical nutrition ESPEN, 39, 96–103.
RSUD dr.R.KOESMA Kabupaten Tuban. (2018). Panduan Asuhan Gizi RSUD dr.R.KOESMA Kabupaten Tuban.
Rinnienella, E et al.2017. Clinical Tools to Assess Nutritional Risk and Malnutrition in Hospitalized Children and
Adolescents.Eur.Rev.Med.Pharmacol.Sci,21,PP 2690-2701.
Susetyowati, 2014, Penerapan Skrining Gizi di Rumah Sakit. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Septafani, O.W., Suharto, S. and Harmayetty, H., 2018. Differences Between NRS-2002 and MUST in Relation
to the Metabolic Condition of Trauma Patients. Jurnal Ners, 13(1), pp.80.
Susetyowati, Hadi H, Hakimi M, Asdie AH (2018) Comparison of Nutrition Screening and Assessment
Parameters in Predicting Length of Hospital Stay. J Nutri Med Diet Care 4:030.
Teixiera, A.F., dan Viana,K.D. 2016. Nutritional Screening in Hospitalized Pediatric : A Systematic Review
Journal de Pediatria, 92(4), PP:343.352. Doi : 10.1016/J.Jped.2015.08.011.
Taşcı, O., Bekem Soylu, Ö., Kıran Taşcı, E., Eser, E., Oruçoğlu, B., & Günay, İ. (2020). Validity and reliability
analysis of the Turkish version of pediatric nutritional risk score scale. The Turkish journal of
gastroenterology : the official journal of Turkish Society of Gastroenterology, 31(4), 324–330.
Tuokkola, J., Hilpi, J., Kolho, K. L., Orell, H., & Merras-Salmio, L. 2019. Nutritional risk screening—a cross-
sectional study in a tertiary pediatric hospital. Journal of Health, Population and Nutrition, 38(1), 1-4.
46
Wong. S, Hirani. S, Graham. A, Grimble. G. 2013. Validation of the Screening Tool for the Assessment of
Malnutrition in Paediatrics (STAMP) in patients with spinal cord injuries (SCIs). Spinal Cord.
47
BAB V
TIM PENYUSUN
A. KETUA : Annisa Zahra Zahirah
B. SEKRETARIS :
1. Febiana Rizka Pritasari
2. Risma Wiji Utami
C. ANGGOTA DAN PERAN DALAM KELOMPOK
No. Nama Anggota Peran dalam kelompok
1. INA LORENTA Anggota Aktif
2. PUTRI SALWA AZ-ZAHRA ALWI Anggota Aktif
3. MUTIARA AYU ADINTA PUTRI Anggota Aktif
4. ONIVIA INTAN TRI WANDANI Anggota Aktif
5. NAUFAL VUTRA HERYANTO Anggota Aktif
6. FANIA NUR AINI Anggota Aktif
7. DIANDRA ARINTYA RIDZANTIKA Anggota Aktif
8. LAILY MAGFIROH Anggota Aktif
9. DELIANA DAYANG NATALIA Anggota Aktif
10. AFRIJA IZATUL MUTTAQI Anggota Aktif
11. ZULHADIMAN Anggota Aktif
48