LAPORAN KASUS
November 2019
Achmad Fikry
Syakib Bakri
Hasyim Kasim
Haerani Rasyid
Sitti Rabiul Zatalia
Akhyar Albaar
Muh. Nasrum
Taha Albaar
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
SAMPUL.......................................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................ iv
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
LAPORAN KASUS .......................................................................................................................................... 2
DISKUSI ......................................................................................................................................................... 6
RINGKASAN ................................................................................................................................................ 10
DAFTAR ISI................................................................................................................................................... 11
ii
DAFTAR TABEL
2. Tabel 2. Target terapi pada pasien CKD-MBD sesuai rekomendasi KDIGO/KDOQI 2017
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
PENDAHULUAN
SEORANG LAKI-LAKI 41 TAHUN DENGAN PENYAKIT GINJAL
KRONIS STADIUM 5 ON DIALISA DAN KECURIGAAN CHRONIC
KIDNEY DISEASE RELATED MINERAL BONE DISEASE (CKD-MBD)
Achmad Fikry, Syakib Bakri, Hasyim Kasim, Haerani Rasyid, Sitti Rabiul Zatalia, Muh. Nasrum, Akhyar Albaar,
Taha Albaar
Pendahuluan
Penyakit Ginjal Kronis (PGK) didefinisikan sebagai kelainan struktur atau fungsi ginjal,
yang terjadi lebih dari 3 bulan. PGK menyebabkan berbagai komplikasi yang manifestasinya
sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi. Salah satu komplikasi yang sering
diabaikan ialah CKD-MBD (Chronic Kidney Disease related Mineral Bone Disease).1 CKD-MBD
dapat terjadi pada semua pasien dengan PGK dan mengarah ke beragam manifestasi klinis,
termasuk nyeri tulang dan patah tulang yang ditandai dengan kelainan metabolisme kalsium,
fosfor, Paratiroid Hormon (PTH), atau vitamin D, kelainan pada turnover tulang, mineralisasi,
volume, pertumbuhan, atau kekuatan. CKD-MBD merupakan komplikasi yang seringkali tidak
diperhatikan oleh dokter sehingga kejadiannya sangat sulit untuk dihindari. 2–4
Kami melaporkan satu kasus, laki-laki 41 tahun dengan PGK G5D dengan terapi pengganti
ginjal CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis) selama 4 tahun terakhir mengelami,
fraktur pada vertebra disertai perubahan bentuk tubuh. Kami mencurigai pasien ini menderita
lainnya.
1
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki, 41 tahun mengeluhkan nyeri kronis pada seluruh punggung dengan
kelainan bentuk dada dan punggung. Pasien juga mengeluhkan terjadinya penurunan tinggi badan
secara bertahap sekitar kurang lebih 10-20 sentimeter sejak 5 tahun terakhir. Pasien didiagnosis
dengan PGK stadium 5 sejak tahun 2013 dan sempat menajalani hemodialisa regular selama 12
kali hingga tahun 2014, pasien dilakukan pemasangan CAPD. Riwayat pasien fraktur pada tulang
Humerus pada tahun 2016 akibat trauma. Saat ini pasien rutin menjalani terapi dialisa melalui
CAPD, serta konsumsi suplementasi kalsium dan kolekalsiferol serta kalsitriol yang diberikan
oleh Dokter spesialis Ortopedi sejak tahun 2016 namun tidak rutin dikonsumsi oleh pasien akibat
keterbatasan biaya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, gizi cukup, sadar.
Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 70 kali/menit, reguler dan kuat angkat, frekuensi napas 18 kali/
menit, suhu aksiler 36.50C, berat badan 50 kg dan tinggi badan 154 cm dengan indeks massa tubuh
21.0 kg/m2.
Pada pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, dan
bibir tidak sianosis. Pada pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak
Pada pemeriksaan toraks tampak pigeon chest, vokal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi
sonor kanan dan kiri, bunyi pernapasan vesikuler, tidak didapatkan ronki dan wheezing pada kedua
paru. Pada pemeriksaan jantung iktus kordis tidak tampak dan tidak teraba, batas jantung kesan
normal. Bunyi jantung I/II murni regular, tidak didapatkan bunyi tambahan.
2
Pada pemeriksaan abdomen, perut tampak cembung, ikut gerak napas, tidak ada venektasi.
Peristaltik kesan normal, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan. Pada
Gambar 1. Penampakan klinis dari pasien menunjukkan adanya khyphoscoliosis yang menyebabkan penurunan
3
Kalsium 9.5 6.8-102
Asam urat 6.9 3.4-70
Albumin 2.8 3.5-5.0
Protein total 7.4 6.6-8.7
Kolesterol total 183 200
Kolesterol HDL 44 >55
Kolesterol LDL 119 < 130
trigliserida 153 200
Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar PTH yang nayata ( 4081
pg/ml, normal : 15 – 65 pg/ml, 62 kali batas atas nilai normal ), Fosfor anorganik serum meningkat
( 4.9 mg/dl, normal : 2.7-4.5 mg/dl ), dan kalsium serum normal ( 9.5 mg/dl ).
angulasi dari columna vertebra thorakal 2-9, pemipihan pada columna vertembra lumbal 3-4, yang
penurunan mineralisasi tulang yang menandakan osteopenia hingga osteoporosis. Sedangkan, dari
Gambar 2. X-ray thorakolumbal AP/Lateral, menunjukkan destruksi dan pemipihan Collumna Vertebra T2-T9,
4
Gambar 3. Ekokardiografi, menunjukkan fungsi sistolik dan diastolik yang masih baik.
Ekokardiografi (22/7/2019)
- Fungsi sistolik ventrikel kiri dan kanan baik, ejeksi fraksi 62%
Dari pemeriksaan fisis dan penunjang, pasien kami diagnosis dengan PGK G5D dengan
komplikasi CKD-MBD. Selain diet rendah fosfat yang telah dilakukan sejak pasien didiagnosis
PGK pasien juga mulai pemberian pengikat fosfat, lanthanum carbonate, pengikat fosfat non-
kalsium. Selain itu, pemberian terapi suplementasi kalsium dan kolekalsiferol serta kalsitriol yang
5
DISKUSI
Chronic Kidney Disease related Mineral Bone Disease (CKD-MBD) merupakan salah satu
komplikasi yang terjadi pada pasien PGK tahap akhir, terdapat 3 proses yang mendasari terjadinya
CKD-MBD ialah metabolisme mineral yang abnormal, kerusakan tulang, serta kalsifikasi
ekstraskeletal.2–4 Pada pasien yang kami laporkan dengan PGK yang saat ini sedang menjalani
terapi CAPD dan multiple fraktur pada Columna Vertebra, serta riwayat fraktur pada tulang
Humerus.
Biopsi tulang merupakan pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosis terjadinya CKD-
MBD pada pasien PGK. Biopsi tulang juga bertujuan untuk menentukan terjadinya low turnover
atau high turnover pada tulang, yang akan menetukan manajemen terapi. Namun, karena pada
pasien yang kami laporkan ini tidak menyetujui dilakukannya tindakan biopsi tulang sehingga
untuk mendiagnosis terjadinya CKD-MBD pada pasien ini kami menggunakan riwayat multiple
fraktur yang terjadi pada pasien ini, data hasil X-ray lumbosakral yang menunjukkan adanya
fraktur pada collumna vertebra serta penurunan densitas tulang ditambah data hasil PTH yang
sangat meningkat, serta peningkatan serum fosfat anorganik menjadi dasar diagnosis CKD-MBD
calcitriol oleh ginjal dan penurunan fungsinya, penurunan produksi FGF-23 serta peningkatan
ekspresi gen PTH.5,9–11 Pada pasien ini terjadi peningkatan kadar fosfat serta peningkatan kadar
6
PTH hingga 62 kali lipat dari nilai normal, namun kadar kalsium serum normal karena pasien telah
terjadinya hiperfosfatemia ialah (1) asupan makanan yang meningkatkan input fosfat namun
kompensasi dengan peningkatan Fibroblast Growth Factor (FGF 23) dan sekresi PTH yang dapat
meningkatkan ekskresi fraksional fosfat per nefron, lama kelamaan tidak dapat mengatasinya. (2)
metabolisme tulang yang menyebabkan peningkatan kadar fosfat, baik itu dalam keadaan High
Grade Bone Turnover, maupun Low Grade Bone Turnover. (3) Jalur intraseluler Nicotinamide
transporter fosfat ginjal dan usus, dan (4) Keadaan klinis seperti Asidosis Laktat dan Ketoasidosis
Metabolik. Pengelolaan hiperfosfatemia didasarkan pada 4 strategi utama: (i) Diet rendah fosfat;
(ii) pengurangan penyerapan fosfat di usus; (iii) pengurangan fosfat dengan dialisis; dan (iv)
pengobatan dan pencegahan osteodistrofi ginjal. Target kadar fosfat yang ingin dicapai ialah 4.4
mg/dl berdasarkan pedoman KDIGO 2017.4,5,10,11 Pada pasien diatas telah dilakukan diet rendah
fosfat semenjak pasien didiagnosis PGK, adekuasi dosis Hemodialisa serta pemeberian pengikat
fosfat, sehingga kadar fosfat serum pada pasien cenderung tidak terlalu tinggi sekitar 4.9 mg/dl.
PTH Sekitar 2-9 kali batas atas nilai normal 12.00-65.00 pg/mL
Tabel 2. Target terapi pada pasien CKD-MBD sesuai rekomendasi KDIGO/KDOQI 20175
7
Pembatasan asupan fosfat adalah strategi awal yang diterima secara luas untuk membantu
KDIGO dan KDOQI, dengan asupan fosfat harian 800 hingga 1000 mg / hari, dan asupan protein
harian (sebagai sumber utama fosfat makanan) sebesar 1,2 g / kg berat badan. Pembatasan ini
sebaiknya mulai dilakukan mulai dari stadium 3a, namun hal ini sering dilupakan oleh baik oleh
dokter maupun pasien itu sendiri. Pada pasien ini pembatasan asupan fosfat terlambat dilakukan
karena pasien telah mengalami PGK tahap akhir saat pertamakali datang berobat. Selain itu,
pemberian pengikat fosfat bekerja dengan menurunkan kadar asupan fosfat di traktus
gastrointestinal, mekanismenya ialah pertukaran antara anion fosfat dengan kation aktif (seperti
karbonat, asetat, oksihidroksida, dan sitrat) untuk membentuk campuran yang tidak dapat diserap
yang akan disekresikan ke feses.4,5,10,11 Pada pasien ini kami memberikan pengikat fosfat berupa
Lanthanum Carbonate (Fosrenol) dengan dosis 1500 mg perhari. Namun, pemberian pengikat
menyebabkan terjadinya SHPT. SHPT terjadi lebih awal pada penderita PGK, ketika GFR
menurun hingga di bawah 60 mL/min/1.73m. Untuk itu skrining SHPT direkomendasikan pada
PGK stadium 3. Sebuah penelitian di Amerika Serikat pada 122 pasien yang rutin menjalani terapi
hemodialisa paling tidak selama 12 bulan menunjukkan 78% mengalami SHPT, dengan rata-rata
kadar PTH 481 pg/ml. Terapi inisial untuk menejemen dan pencegahan SHPT pada pasien dialisa
ialah pencegahan dan penanganan hiperfosfatemia. Diet rendah fosfat dan kombinasi dengan
pemberian pengikat fosfat, Vitamin D atau analognya, dan calcimimetic untuk mencapai
targetnya.4,10,11
8
Gambar 4. Patofisiologi CKD-MBD.4
Pada pasien ini telah mendapatkan suplemen kalsium, kolekalsiferol serta kalsitriol,
namun tetap terjadi peningkatan PTH. SHPT refrakter dapat disebabkan oleh terapi inadekuat,
kelenjar paratiroid. Berdasarkan rekomendasi KDIGO 2017 untuk Hiperparatiroid berat yang
sangat tinggi (>800 pg/ml) dan tidak berespon terhadap terapi maka pilihan selanjutnya ialah
tidakan pembedahan paratiroidektomi.4,5 Namun, karena pasien tidak setuju untuk dilakukan
tindakan tersebut sehingga tindakan farmakoterapi merupakan pilihan utama kami, disertai
9
RINGKASAN
CKD-MBD ialah komplikasi yang terjadi pada pasien PGK tahap akhir, ada 3 proses yang
mendasari terjadinya CKD-MBD ialah metabolisme mineral yang abnormal, kerusakan tulang,
serta kalsifikasi ekstraskeletal. Biopsi tulang merupakan pemeriksaan baku emas untuk
mendiagnosis CKD-MBD, namun riwayat fraktur, pemeriksaan radiologi tulang serta hasil
laboratorium yang menunjukkan turnover tulang dapat dijadikan dasar diagnosis. Hiperfosfatemia
ialah patomekanisme dasar terjadinya CKD-MBD, yang kemudian akan menyebabkan terjadinya
hipokalsemia, SHPT, serta penurunan FGF-23. Untuk itu manajemen terapi untuk hiperfosfatemia
menjadi pilihan utama pada pasien CKD-MBD, seperti diet rendah fosfat, pemberian pengikat
fosfat, pengaturan pengeluaran fosfat pada dialisa, serta pencegahan terjadinya osteodistrofi salah
Pada laporan kasus ini telah kami laporkan laki-laki usia 41 tahun dengan CKD-MBD dan
PGK-G5 on CAPD. Inadekuat serta terlambatnya dilakukan terapi pada pasien ini menyebabkan
10
DAFTAR ISI
1. Suwitra K. 283 Gagal ginjal kronik.pdf. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta: PAPDI;
2014. p. 2159–65.
2. Zillikens MC, Bover J, Cohen-solal M, Pimentel A, Uren P. Fractures in patients with CKD—
diagnosis, treatment, and prevention: a review by members of the European Calcified Tissue
Society and the European Renal Association of Nephrology Dialysis and Transplantation. Jkint.
2017;
3. Prevalence CKD, Stage CKD. Evaluation and Treatment of Chronic Kidney Disease-Mineral
Summary of KDIGO Recommendations 2 on Evaluation. 25.
4. Proteinuria A. VITAMIN D and VITAMIN D in Cardiovascular and Kidney Health CKD Emerging
Science on VDR Activation MBD.
5. 2017 K. KDIGO 2017 Clinical Practice Guideline Update for the Diagnosis , Evaluation , Prevention
, and Treatment of Chronic Kidney Disease – Mineral and Bone Disorder ( CKD-MBD )
TREATMENT OF CHRONIC KIDNEY DISEASE – MINERAL AND. 2017;7(1).
6. Revekka Babayev, MD and Thomas L. Nickolas, MD M. Can One Evaluate Bone Disease in CKD
Without a Biopsy? Revekka. Curr Opin Nephrol Hypertens 2014. 2015;23(4):431–7.
7. Okoye JU, Arodiwe EB, Ulasi II, Ijoma CK, Onodugo OD. Prevalence of CKD-MBD in pre-dialysis
patients using biochemical markers in Enugu , South-East Nigeria. 2015;15(3):941–8.
8. Evora TAN, Evora TAN, Mirasol RC. Case Report Parathyroidectomy for Refractory Secondary
Hyperparathyroidism with Severe Bone Disease. 2012;27(1):105–8.
9. West SL, Patel P, Jamal SA. How to predict and treat increased fracture risk in chronic kidney
disease. 2015;19–28.
10. Barreto FC, Barreto DV, Massy ZA, Drüeke TB. Strategies for Phosphate Control in Patients With
CKD. Kidney Int Reports [Internet]. 4(8):1043–56. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.ekir.2019.06.002
11. Zhan Z, Smyth B, Toussaint ND, Gray NA, Zuo L, Zoysa JR De, et al. Effect of extended hours
dialysis on markers of chronic kidney disease-mineral and bone disorder in the ACTIVE Dialysis
study. 2019;1–10.
11