Tinjauan Pustaka HEPATOMA
Tinjauan Pustaka HEPATOMA
DAFTAR ISI..........................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................2
BAB 2 LAPORAN KASUS..................................................................................4
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................13
BAB 4 KESIMPULAN.........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
BAB 1
PENDAHULUAN
Keluhan yang paling sering adalah berkurangnya selera makan, penurunan berat
badan, nyeri di perut kanan atas dan mata tampak kuning(2).
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran
cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom
hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan
fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan
sirkulasi darah. Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi(3).
Pada makalah ini akan dilaporkan sebuah kasus dari seorang pasien berusia
66 tahun yang didiagnosa Hepatoma.
BAB 2
LAPORAN KASUS
: Ny. K
Umur
: 66 Tahun
Alamat
: Mertani, Lamongan
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SMA
: 04.42.03
2.2 Anamnesis
Pasien datang ke IGD RS Muhammadiyah Lamongan dengan,
KU
RPS
: Perut membesar.
: Perut membesar dan ngongsrong sejak 3 bulan yang lalu.
Memberat sejak 1 minggu ini. Kaki membengkak sejak 3 bulan yang lalu.
Masih bisa beraktivitas sehari-hari seperti biasanya, hanya saja sering
merasa cepat lelah.
RPD
disangkal,
Hepatitis (-), DM (-), Stroke (-), pernah MRS didiagnosis ginjal bengkak.
RPK
2.3
Pemeriksaan fisik
KU
: Lemah
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: 456
Vital sign
Kepala
:a-/i-/c-/d+
Thorax
Abdomen
(+)
Extremitas
Laboratorium
Diffcount
: 1/2/75/9/13
HCT
: 29,7 %
Hemoglobin
: 10,3 %
LED
: 72/96
Leukosit
: 13.300
Trombosit
: 131.000
Alkali Fosfatase
: 98 U/L
Bilirubin direct
: 0,42 mg%
Bilirubin total
: 0,93 mg%
SGOT
: 70 U/L
SGPT
: 38 U/L
Albumin
: 1,7 mg%
Globulin
: 3,7 gr%
Total Protein
: 5,4 mg%
Clorida serum
: 106 mol/L
Kalium serum
: 4,5 mmol/L
Natrium serum
: 139 mmol/L
Serum Kreatinin
: 0,8 mg/dl
Urea
: 46 mg/dl
Uric Acid
: 9,0 mg/dl
Cholesterol
: 326 mg/dl
HDL
: 38 mg/dl
LDL
: 211 mg/dl
Trigliserida
: 105 mg/dl
GDA
: 168
CK
: 256 U/I
CK-Mb
: 64 U/I
Kalium
: 4,52 mmol/L
Natrium
: 143,3 mmol/L
Beb
: 2,1
Beecf
: 2,0
HCO3
: 25,6 mmol/L
2.4.2
Ionized Calcium
: 1,15 mmol/L
O2 sat
: 99,5 %
pCO2
: 36,6 mmHg
pH
: 7,461
pO2
: 204,5 mmHg
TCO2
: 26,7 mmol/L
Radiologi
USG
10
: Membesar.
Ginjal kanan
Ginjal kiri
Buli
Ginek
Kesimpulan
Ascites
Batu empedu kecil-kecil ukuran 0,5-0,7 cm.
2.5 Diagnosis
Hepatoma
Asites Permagna
Hiperkolesterol
Hipoalbumin
11
2.6 Penatalaksanaan
IVFD Ringer asetat 500cc/24 jam
Lasix 1x1
Cefo 3x1 gr
Hepamax 3x1
12
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Kanker hati (Hepatocellular carcinoma) adalah suatu kanker yang timbul
dari hati. Ia juga dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Hati terbentuk
dari tipe-tipe sel yang berbeda (Contohnya, pembuluh-pembuluh empedu,
pembuluh-pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak). Bagaimanapun, sel-sel
hati (hepatocytes) membentuk sampai 80% dari jaringan hati. Jadi, mayoritas dari
kanker-kanker hati primer (Lebih dari 90 sampai 95%) timbul dari sel-sel hati dan
disebut kanker hepatoselular (Hepatocellular cancer) atau Karsinoma (Carcinoma)
(4)
.
Hepatoma (Carsinoma hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari sel-sel
hati. Hepatoma merupakan kanker hati primer yang paling sering ditemukan.
Tumor ini merupakan tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel
parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya (5).
3.2 EPIDEMIOLOGI
Kanker hati adalah kanker kelima yang paling umum di dunia. Suatu kanker
yang mematikan, kanker hati akan membunuh hampir semua pasien-pasien yang
menderitanya dalam waktu satu tahun. Pada tahun 1990, organisasi kesehatan
dunia (WHO) memperkirakan bahwa ada kira-kira 430,000 kasus-kasus baru dari
kanker hati diseluruh dunia, dan suatu jumlah yang serupa dari pasien-pasien yang
meninggal sebagai suatu akibat dari penyakit ini. Sekitar tiga per empat kasuskasus kanker hati ditemukan di Asia Tenggara (China, Hong Kong, Taiwan,
13
Korea, dan Japan). Kanker hati juga adalah sangat umum di Afrika Sub-Sahara
(Mozambique dan Afrika Selatan).
Frekwensi kanker hati di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara adalah lebih
besar dari 20 kasus-kasus per 100,000 populasi. Berlawanan dengannya,
frekwensi kanker hati di Amerika Utara dan Eropa Barat adalah jauh lebih rendah,
kurang dari lima per 100,000 populasi. Bagaimanapun, frekwensi kanker hati
diantara pribumi Alaska sebanding dengan yang dapat ditemui pada Asia
Tenggara. Lebih jauh, data terakhir menunjukan bahwa frekwensi kanker hati di
Amerika secara keseluruhannya meningkat. Peningkatan ini disebabkan terutama
oleh hepatitis C kronis, suatu infeksi hati yang menyebabkan kanker hati(4).
Di Amerika frekwensi kanker hati yang paling tinggi terjadi pada imigranimigran dari negara-negara Asia, dimana kanker hati adalah umum. Frekwensi
kanker hati diantara orang-orang kulit putih (Caucasians) adalah yang paling
rendah, sedangkan diantara orang-orang Amerika keturunan Afrika dan Hispanics,
ia ada diantaranya. Frekwensi kanker hati adalah tinggi diantara orang-orang Asia
karena kanker hati dihubungkan sangat dekat dengan infeksi hepatitis B kronis.
Ini terutama begitu pada individu-individu yang telah terinfeksi dengan hepatitis
B kronis untuk kebanyakan dari hidup-hidupnya(4).
3.3 FAKTOR RISIKO
a. Infeksi Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyebab tertinggi timbulnya kanker hati di daerah yang
tinggi prevalensinya seperti di Cina dan Indonesia. Penderita hepatitis B kronis
dan pembawa virus hepatitis B (Carrier) memiliki risiko terkena kanker hati yang
lebih tinggi dari populasi normal. Hal ini dibuktikan pada penelitian di Taiwan,
14
dimana lebih dari 20.000 pria diteliti secara prospektif untuk mengetahui
terjadinya kanker hati. Ternyata risiko untuk terkena kanker hati pada penderita
hepatitis B yang HbsAg-nya positif meningkat lebih dari 100 kali dibandingkan
populasi normal(5).
Golongan dengan risiko tinggi ini tampaknya terbanyak mengenai penderita
yang tinggal di daerah endemi Hepatitis B seperti di Indonesia, dimana penularan
lebih banyak terjadi secara vertical (dari ibu ke bayi) dibanding penderita yang
memperolehnya secara horizontal pada saat dewasa. Di samping dapat
menimbulkan kanker hati, hepatitis B kronis juga dapat mengakibatkan Sirosis
hati (pengerasan organ hati) akibat reaksi peradangan berulang. Sebagai
tambahan, pasien-pasien dengan virus hepatitis B yang berada pada risiko yang
paling tinggi untuk kanker hati adalah pria-pria dengan sirosis, virus hepatitis B
dan riwayat kanker hati keluarga(4).
b. Infeksi Hepatitis C
Infeksi virus hepatitis C (HCV) juga dihubungkan dengan perkembangan
kanker hati. Di Jepang, virus hepatitis C hadir pada sampai dengan 75% dari
kasus-kasus kanker hati. Seperti dengan virus hepatitis B, kebanyakan dari pasienpasien virus hepatitis C dengan kanker hati mempunyai sirosis yang berkaitan
dengannya.
Pada
beberapa
studi-studi
retrospektif-retrospektif
(Melihat
kebelakang dan kedepan dalam waktu) dari sejarah alami hepatitis C, waktu ratarata untuk mengembangkan kanker hati setelah paparan pada virus hepatitis C
adalah kira-kira 28 tahun. Kanker hati terjadi kira-kira 8 sampai 10 tahun setelah
perkembangan sirosis pada pasien-pasien ini dengan hepatitis C. Beberapa studistudi prospektif Eropa melaporkan bahwa kejadian tahunan kanker hati pada
15
pasien-pasien virus hepatitis C yang ber-sirosis berkisar dari 1.4 sampai 2.5% per
tahun.
Pada sisi lain, ada beberapa individu-individu yang terinfeksi virus hepatitis
C kronis yang menderita kanker hati tanpa sirosis. Jadi, telah disarankan bahwa
protein inti (Pusat) dari virus hepatitis C adalah tertuduh pada pengembangan
kanker hati. Protein inti sendiri (Suatu bagian dari virus hepatitis C) diperkirakan
menghalangi proses alami kematian sel atau mengganggu fungsi dari suatu gen
(Gen p53) penekan tumor yang normal. Akibat dari aksi-aksi ini adalah bahwa
sel-sel hati terus berlanjut hidup dan reproduksi tanpa pengendalian-pengendalian
normal, yang adalah apa yang terjadi pada kanker(4).
c. Alkohol
Sirosis hati yang disebabkan konsumsi alkohol yang berlebih ternyata
merupakan penyebab utama terjadinya kanker hati di usia lanjut. Hal ini didukung
oleh data yang dibuat di Amerika Serikat terhadap para veteran. Karena dari
berbagai penelitian menunjukan bahwa konsumsi alkohol >50-70 gram per hari
dan dalam jangka waktu yang lama ternyata tidak hanya meningkatkan risiko
terbentuknya sirosis hati namun juga mempercepat terjadinya sirosis pada
penderita hepatitis C dan kanker hati(5).
d. Obesitas
Suatu penelitian kohort prospektif pada lebih dari 900.000 individu di
Amerika Serikat dengan masa pengamatan selama 16 tahun mendapat terjadinya
peningkatan angka mortalitas sebesar 5 kali akibat kanker hati pada kelompok
individu dengan berat badan tertinggi (IMT 35-40) dibandingkan dengan
kelompok individu yang IMT-nya normal. Seperti diketahui, obesitas merupakan
faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD), khususnya
16
18
hitam, demam, bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan
dari dubur, dan lain-lain(7).
3.5 DIAGNOSIS
Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan maju pesat, maka
berkembang pula cara-cara diagnosis dan terapi yang lebih menjanjikan dewasa
ini. Kanker hati selular yang kecil pun sudah bisa dideteksi lebih awal
terutamanya dengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 95%1,4,8 dan
pendekatan laboratorium alphafetoprotein yang akurasinya 60 70%(8).
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan
Peneliti Hati Indonesia), yaitu:
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography
Scann (CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography,
ataupun Positron Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya
KHS.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau
hanya satu yaitu kriteria empat atau lima.
: Satu fokal tumor berdiametes < 3cm yang terbatas hanya pada
Stadium II
empedu (billiary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau
Stadium IV
berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persis menuju tumor, sehingga jelaslah
hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi karena
benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan bukanlah jaringan
sehat di sekitar tumor.
c. Ultrasonography (USG) Abdomen
Dengan USG hitam putih (Grey scale) yang sederhana (Conventional) hati
yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (Homogen). Bila ada
kanker langsung dapat terlihat jelas berupa benjolan (Nodule) berwarna
kehitaman, atau berwarna kehitaman campur keputihan dan jumlahnya bervariasi
pada tiap pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan merata pada
seluruh hati, ataukah satu nodule yang besar dan berkapsul atau tidak berkapsul.
Sayangnya USG conventional hanya dapat memperlihatkan benjolan kanker hati
diameter 2 cm 3 cm saja. Tapi bila USG conventional ini dilengkapi dengan
perangkat lunak harmonik system bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm
2 cm, namun nilai akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%. Rendahnya nilai
akurasi ini disebabkan walaupun USG conventional ini dapat mendeteksi adanya
benjolan kanker namun tak dapat melihat adanya pembuluh darah baru (Neovascular).
21
Gambar 3.1
Gambaran Hepatoma
d. CT Scan
Di samping USG diperlukan CT scann sebagai pelengkap yang dapat
menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar yang dengan USG
gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja. CT scann yang saat ini
teknologinya berkembang pesat telah pula menunjukkan akurasi yang tinggi
apalagi dengan menggunakan teknik hellical CT scann, multislice yang sanggup
membuat irisan-irisan yang sangat halus sehingga kanker yang paling kecil pun
tidak terlewatkan. Lebih canggih lagi sekarang CT scann sudah dapat membuat
gambar kanker dalam tiga dimensi dan empat dimensi dengan sangat jelas dan
dapat pula memperlihatkan hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh
sekitarnya.
22
Gambar 3.2
Complete necrosis in a noninfiltrating HCC located in segment 4
Gambar 3.3
Hepatic abscess with hepatocellular carcinoma
23
e. Angiografy
Dicadangkan hanya untuk penderita kanker hati-nya yang dari hasil
pemeriksaan USG dan CT scann diperkirakan masih ada tindakan terapi bedah
atau non-bedah masih yang mungkin dilakukan untuk menyelamatkan penderita.
Pada setiap pasien yang akan menjalani operasi reseksi hati harus dilakukan
pemeriksaan angiografi. Dengan angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker
yang sebenarnya. Kanker yang kita lihat dengan USG yang diperkirakan kecil
sesuai dengan ukuran pada USG bisa saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali
lebih besar. Angigrafi bisa memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya. Lebih
lengkap lagi bila dilakukan CT angiography yang dapat memperjelas batas antara
kanker dan jaringan sehat di sekitarnya sehingga ahli bedah sewaktu melakukan
operasi membuang kanker hati itu tahu menentukan di mana harus dibuat batas
sayatannya(14).
24
3.8 PENGOBATAN
Pengobatan hepatoma masih belum memuaskan, banyak kasus didasari oleh
sirosis hati. Pasien sirosis hati mempunyai toleransi yang buruk pada operasi
segmentektomi pada hepatoma. Selain operasi masih ada banyak cara misalnya
transplantasi hati, kemoterapi, emboli intra arteri, injeksi tumor dengan etanol
agar terjadi nekrosis tumor, tetapi hasil tindakan tersebut masih belum
memuaskan dan angka harapan hidup 5 tahun masih sangat rendah(2).
Karena sirosis hati yang melatarbelakanginya serta seringnya multinodularitas, resektabilitas kanker hati sangat rendah. Di samping itu kanker hati
juga sering kambuh meskupin sudah menjalani reseksi bedah kuratih. Pilihan
terapi ditetapkan berdasarkan atas ada-tidaknya sirosis, jumlah dan ukuran tumor,
serta derajat pemburukan hepatik.
a.
Transplantasi hati
Bagi pasien kanker hati dan sirosis hati, transplantasi hati memberikan
kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan menggantikan parenkim hati yang
mengalami disfungsi. Kematian pasca transplantasi tersering disebabkan oleh
rekurensi tumor di dalam maupun di luar transplan. Rekurensi tumor bahkan
mungkin diperkuat oleh obat antirejeksi yang harus diberikan. Tumor yang
berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang kambuh dibandingkan dengan tumor
yang diamternya lebih dari 5 cm(6).
b.
Reseksi hepatik
Untuk pasien dalam kelompok non-sirosis yang biasanya mempunyai fungsi
hati normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun untuk pasien
sirosis diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat memicu timbulnya gagal
hati yang harapan hidupnya menurun. Parameter yang dapat digunakan adalah
skor child plug dan derajat hipertensi portal atau kadar bilirubin serum dan derajat
25
hipertensi portal saja. Subjek yang bilirubin normal tanpa hipertensi portal yang m
bermakna, harapan hidup 5 tahunnya dapat mencapai 70%. Kontraindikasi
tindakan ini adalah adanya metastatis ekstrahepatik,kanker hati difus atau
multifokal,
sirosis
stadium
lanjut
dan
penyakit
penyerta
yang
dapat
embolization/chemo
embolization)
saja
yang
menunjukkan
penuruanan
27
Bila varises telah timbul di bagian diatal esofagus atau proksimal lambung,
pasien sirosis berisiko mengalami perdarahan serius akibat pecahnya varises.
Sekali varises mangalami perdarahan, bertendensi perdarahan ulang dan setiap
kali berdarah, pasien berisiko meninggal. Karena itu pengobatan ditujukan untuk
pencegahan
perdarahan
pertama
maupun
pencegahan
perdarahan
ulang
dikemudian hari. Untuk tujuan tersebut, ada beberapa cara pengobatan yang
dianjurkan, termasuk pemberian obat dan prosedur untuk menurunkan tekanan
vena porta, maupun prosedur untuk menurunkan tekanan vena porta, maupun
prosedur untuk merusak atau mengeradikasi varises.
Propanolol atau nadolol, merupakan obat penyekat reseptor beta nonselektif. Efektif menurunkan tekanan vena porta, dan dapat dipakai untuk
mencegah perdarahan pertama maupun perdarahan ulang varises pasien sirosis.
3. Ensefalopati hepatik
Pasien dengan siklus tidur abnormal, gangguan berpikir, perubahan
kepribadian, atau tanda-tanda lain enselopati hepatik, biasanya harus mulai diobati
dengan diet rendah protein dan laktulosa oral. Untuk mendapat efek laktulosa,
dosisnya harus sedemikian rupa sehingga pasien buang air besar dua sampai tiga
kali sehari. Bila gejala enselopati masih tetap ada, antibiotika oral seperti
neomisin atau metronidazol dapat ditambahkan. Pada pasien enselopati hepatik
yang semakin jelas, ada tiga tindakan yang harus segera diberikan : 1) singkirkan
penyebab enselopati yang lain, 2) perbaiki atau singkirkan faktor pencetus dan 3)
segera mulai pengobatan empiris yang dapat berlangsung lama, seperti : klisma,
diet rendah atau tanpa protein, laktulosa, natibiotika (neomisin, metronidazol atau
vankomisin), asam amino rantai cabang, bromokriptin, preparat zenk, dan atau
28
ornitin aspartat. Bila enselopati tetap ada, atau timbul berulang kali dengan
pengobatan empiris, dapat dipertimbangkan transplantasi hati.
3.9 PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap kanker disini adalah suatu tindakan yang berupaya
untuk menghindari segala sesuatu yang menjadi faktor resiko terjadinya kanker
dan memperbesar faktor protektif untuk mencegah kanker. Prinsip utama
pencegahan kanker hati adalah dengan melakukan skrining kanker hati sedini
mungkin(5).
BAB 4
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Rifai A., 1996. Karsinoma Hati. dalam Soeparman (ed). Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 1 edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Singgih B, Datau E.A, 2006, Hepatoma dan Sindrom Hepatorenal.
Diakses
dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_150_HepatomaHepatorenal.pdf/0
8_150_HepatomaHepatorenal.html
3. Jacobson R.D., 2009. Hepatocelluler
Carcinoma.
http://emedicine.medscape.com/article/369226-overview
30
Diakses
dari
4. Anonym,
2009.
Kanker
Hati.
Diakses
http://www.totalkesehatananda.com/kankerhati.html
5. Bangfad,
2008.
Hepatoma.
Diakses
dari
dari
http://info-
medis.blogspot.com/2008/11/hepatoma-karsinoma-hepatoseluler.html
6. Bardiman,Syadra. Kumpulan Kuliah Hepatologi, Penyakit Pankreas, dan
Kandung Empedu.Bab 55 Tumor Hati. Hal 469-476. SubBagian
Gastroentero-Hepatologi Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
7. Abdul Rasyad. 2006. Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini
dan Pengobatan Kanker Hati Primer. USU Press. Sumatra.
8. Tariq Parvez., Babar Parvez., and Khurram Parvaiz et al. Screening for
Hepatocellular Carcinoma. Jounal JCPSP September 2004 Volume 14 No.
09.
9. Soresi M., Maglirisi C., Campgna P., et al. Alphafetoprotein in the
diagnosis
of
hepatocellular
carcinoma.
Anticancer
Research.
2003;23;1747-53.
10. Bardiman,Syadra. Kumpulan Kuliah Hepatologi, Penyakit Pankreas, dan
Kandung Empedu.Bab 40 Sirosis Hati. Hal 335-345. SubBagian
Gastroentero-Hepatologi Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
31