Disusun oleh :
Pembimbing :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas referat ini dalam rangka memenuhi salah satu
Saya menyadari bahwa penulisan referat ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. dr. Silman Hadori, Sp.Rad., MH.Kes. selaku pembimbing referat kami yang
telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran yang sangat
2. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan referat ini baik secara
Saya menyadari bahwa dalam referat ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun tentunya
sangat saya harapkan. Dan semoga referat ini dapat bermanfaat untuk semua pihak,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sirosis adalah tahap terakhir yang dicapai oleh berbagai penyakit hati kronis
adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh fibrosis,
disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dari hepatosit.
2,3
Gambaran ini merupakan hasil akhir kerusakan hepatoseluler. Lebih dari 40%
pasien sirosis asimtomatik. Pada keadaan ini sirosis ditemukan waktu pemeriksaan
penduduk, tetapi hal tersebut bervariasi menurut negara dan wilayah. Sirosis hepatis
menempati urutan ke-14 penyebab tersering kematian pada orang dewasa di dunia. 5,6
World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa pada tahun 2011 tercatat
prevalensi sirosis hepatis adalah 3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal
Penyakit Dalam.8 Di RS Sarjito Yogyakarta, jumlah pasien sirosis hati berkisar pada
4, 1 % dari pasien yang dirawat di bagian penyakit dalam selama kurun waktu 1
1
2
Penyebab utama sirosis hepatis di negara barat adalah alkohol dan Hepatitis C,
paparan racun seperti arsenic, kerusakan saluran empedu (primary biliary cirrhosis),
penumpukan lemak pada hati (nonalcoholic fatty liver disease), serta penyakit hati
yang disebabkan system kekebalan tubuh (autoimmune hepatitis) juga dapat menjadi
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yaitu sirosis
hati yang belum menunjukkan gejala klinis dan sirosis hati dekompensata yaitu
sirosis hati yang menunjukkan gejala-gejala yang jelas. Stadium awal sirosis sering
tanpa gejala sehingga kadang ditemukan secara tidak sengaja saat pasien melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin atau karena penyakit lain. 10 Pasien dengan sirosis hati
jangka panjang bias dipertahankan sekitar 40 sampai 45% dari kasus. Pasien
terkompensasi akan terjadi komplikasi berat sekitar 55-60%. Sirosis hati dapat
Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperiksa tes fungsi hati yang meliputi
dan waktu protombin. AST dan ALT mengalami peningkatan dimana biasanya AST
lebih meningkat daripada ALT, namun bila nilai transaminase normal tetap tidak
kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal atas. Gamma- glutamil transpeptidase
3
(GGT) juga mengalami peningkatan, dengan konsentrasi yang tinggi ditemukan pada
Konsentrasi bilirubin dapat normal pada sirosis hati kompensata, tetapi bisa
meningkat pada sirosis hati yang lanjut. Konsentrasi albumin, yang sintesisnya terjadi
yang merupakan akibat sekunder dari pintasan antigen bakteri dari sistem porta ke
pembekuan pada hati yang berkorelasi dengan derajat kerusakan jaringan hati. 10
USG abdomen, dapat dilakukan evaluasi ukuran hati, sudut hati, permukaan,
dipengaruhi oleh etiologi dari sirosis hepatis. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
gejala dan tanda pada penyakit sirosis hepatis. Karena penemuan dan penanganan
yang cepat dan tepat diharapkan dapat memperpanjang status kompensasi dalam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sirosis adalah tahap terakhir yang dicapai oleh berbagai penyakit hati kronis
adalah penyakit kronis hepar yang irreversible yang ditandai oleh fibrosis,
disorganisasi struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dari hepatosit.
2.2 Epidemiologi
usia 45-46 tahun. Sirosis hepatis menempati urutan ketujuh penyebab kematian. 10
World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa pada tahun 2011 tercatat
Skotlandia pada tahun 2002, angka kematian akibat sirosis hepatis berdasarkan jenis
kelamin pada laki-laki yaitu 45,2 per 100.00 penduduk dan pada perempuan 19,9 per
100.000 penduduk. Penelitian oleh Jang di Korea menyatakan bahwa sirosis hepatis
adalah salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di Korea dan menduduki urutan
12
kedelapan penyebab kematian tahun 2007. Secara umum diperkirakan angka
insiden sirosis hepatis di rumah sakit seluruh Indonesia berkisar antara 0,6 sampai
14,5% dimana lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan yaitu
5
6
sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30-59 tahun
2.3 Etiologi
Sirosis dapat timbul sebagai akibat dari proses eksogen / toksik, infeksi, alergi,
Gambar 1. Etiologi
Sirosis Hepatis.1
Penyebab utama sirosis hepatis di negara barat adalah alkohol dan Hepatitis C,
paparan racun seperti arsenic, kerusakan saluran empedu (primary biliary cirrhosis),
penumpukan lemak pada hati (nonalcoholic fatty liver disease), serta penyakit hati
7
yang disebabkan system kekebalan tubuh (autoimmune hepatitis) juga dapat menjadi
Studi otopsi telah mengungkapkan penyakit hati berlemak pada 70% orang
yang kelebihan berat badan dan pada 35% orang dengan berat badan normal. Mereka
juga mengungkapkan sirosis pada 18,5% penderita diabetes yang kelebihan berat
2.4 Klasifikasi
Oktober 1074 di Akapulko, Meksiko (International Association for the Study of the
Liver), telah disepakati klasifikasi dari sirosis hepatis dalam dua golongan, yaitu17 :
sering ditemukan.
8
b. Chemical cirrhosis
c. Sirosis alkoholik
d. Sirosis infeksius
e. Sirosis biliaris
f. Sirosis kardiak
g. Sirosis metabolik
h. Sirosis kriptogenik
2.5 Patofisiologi
hati disertai adanya jaringan ikat timbul difus, pembentukan nodul degenerative
dalam berbagai ukuran. Hal ini sebai akibat adanya nekrosis hepatosit, collapsnya
jaringan retikulin, disertai dengan deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vascular
berakibat pembentukan vascular intrahepatic antar pembuluh darah hati aferen dan
2.6 Diagnosis
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yaitu sirosis
hati yang belum menunjukkan gejala klinis dan sirosis hati dekompensata yaitu
sirosis hati yang menunjukkan gejala-gejala yang jelas. Stadium awal sirosis sering
tanpa gejala sehingga kadang ditemukan secara tidak sengaja saat pasien melakukan
Soebandiri tahun 1973, yaitu bila ditemukan 5 dari 7 keadaan berikut: eritema
palmaris, spider nevi, vena kolateral atau varises esofagus, asites dengan atau
tanpa edema, splenomegali, hematemesis dan melena, rasio albumin dan globulin
menjadi SH dekompensasi.18
Gejala-gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera
makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-
laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan dada membesar, serta hilangnya
gejala-gejala akan menjadi lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan
hati dan hipertensi porta, meliputi kerontokan rambut badan, gangguan tidur, dan
demam yang tidak begitu tinggi. Selain itu, dapat pula disertai dengan gangguan
10
pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan
air kemih berwarna seperti teh pekat, hematemesis, melena, serta perubahan mental,
nyeri tekan pada regio epigastrium. Terlihat juga tanda-tanda anemis pada kedua
konjungtiva mata dan ikterus pada kedua sklera. Tanda-tanda kerontokan rambut
pada ketiak tidak terlalu signifikan. Pada pemeriksaan jantung dan paru, masih dalam
batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda efusi pleura seperti penurunan vokal
fremitus, perkusi yang redup, dan suara nafas vesikuler yang menurun pada kedua
lapang paru. Pada daerah abdomen, ditemukan perut yang membesar pada seluruh
regio abdomen dengan tanda-tanda ascites seperti pemeriksaan shifting dullness dan
gelombang undulasi yang positif. Hati, lien, dan ginjal sulit untuk dievaluasi karena
besarnya ascites dan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Pada ekstremitas juga
a. Ultrasonografi (USG)
Pada penderita sirosis lanjut, hati akan mengecil dan nodular, dengan
permukaan yang tidak rata dan ada peningkatan ekogenitas parenkim hati.
Selain itu, melalui pemeriksaan USG juga bisa dilihat ada tidaknya
b. Esophagogastroduodenoscopy (EGD)
dari varises yang terjadi serta ada tidaknya red sign dari varises, selain itu
Pada pemeriksaan laboratorium dapat diperiksa tes fungsi hati yang meliputi
dan waktu protombin. AST (SGOT) dan ALT (SGPT) mengalami peningkatan
dimana biasanya AST lebih meningkat daripada ALT, namun bila nilai transaminase
mengalami peningkatan kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal atas. Gamma-
Konsentrasi bilirubin dapat normal pada sirosis hati kompensata, tetapi bisa
meningkat pada sirosis hati yang lanjut. Konsentrasi albumin, yang sintesisnya terjadi
yang merupakan akibat sekunder dari pintasan antigen bakteri dari sistem porta ke
pembekuan pada hati yang berkorelasi dengan derajat kerusakan jaringan hati. 10
2.7 Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sirosis hati,
1. Ensepalopati Hepatikum
bersifat reversibel dan umumnya didapat pada pasien dengan sirosis hati
dari kelainan ini terdiri dari derajat 0 (subklinis) dengan fungsi kognitif yang
2. Varises Esophagus
porta yang biasanya akan ditemukan pada kira-kira 50% pasien saat diagnosis
pertama sebesar 5-15% dengan angka kematian dalam 6 minggu sebesar 15-
yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa adanya bukti infeksi
sekunder intra abdominal. Biasanya pasien tanpa gejala, namun dapat timbul
demam dan nyeri abdomen.1 PBS sering timbul pada pasien dengan cairan
asites yang kandungan proteinnya rendah ( < 1 g/dL ) yang juga memiliki
translokasi bakteri menembus dinding usus dan juga oleh karena penyebaran
14
dimana ditemukan sel polimorfonuklear lebih dari 250 sel / mm3 dengan
4. Sindrom Hepatorenal
Sindrom ini diakibatkan oleh vasokonstriksi dari arteri ginjal besar dan kecil
ml/menit atau saat serum creatinine lebih dari 1,5 mg/dl, volume urin kurang
5. Sindrom Hepatopulmonal
Pada sindrom ini dapat timbul hidrotoraks dan hipertensi portopulmonal. Pada
kasus ini, pasien mengalami komplikasi berupa perdarahan pada saluran cerna
2.8 Penatalaksanaan
sirosis.10
pecahnya varises.
mual.
2) Supportif, yaitu16:
(300-500mg/hari).
menimbulkan sirosis.16
yang spesifik. Hal ini disesuaikan dengan etiologi atau penyebab Sirosis Hati.
Salah satunya pada penderita Sirosis Hati akibat Hepatitis B kronik dapat
Etiologi Terapi
Virus Hepatitis (B dan C) Antivirus
alkohol
(NASH)
Sindroma Metabolik:
Hemachromatosis Phlebotomy
Wilson’s disease
Copper Chelator (pengurangan Tembaga)
Defisiensi alpha-1-
Transplantasi
antitrypsin
Mengurangi konsumsi produk susu
Galaktosemia Mengurangi konsumsi tyrosin
Tyrosinemia
Autoimun Hepatitis Immunosupresi
2.9 Prognosis
Prognosis pada pasien dengan penyakit hati kronis, termasuk pada pasien
dengan Sirosis Hepatis dapat ditentukan dengan menggunakan skor modifikasi Child
tergolong sirosis hati sedang; Klasifikasi Child C tergolong sirosis hati berat. Sistem
dengan sirosis tahap lanjut. Dimana angka kelangsungan hidup selama setahun untuk
pasien dengan kriteria Child-Pugh A adalah 100%, Child-Pugh B adalah 80%, dan
GAMBARAN RADIOLOGI
sudut hati, permukaan, homogenitas dan ada tidaknya massa. Pada penderita sirosis
lanjut, hati akan mengecil dan nodular, dengan permukaan yang tidak rata dan ada
peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu, melalui pemeriksaan USG juga bisa
dilihat ada tidaknya ascites, splenomegali, trombosis dan pelebaran vena porta, serta
A
B
Gambar 3.1 (A) USG hati normal (B) menunjukan ciri khas gambaran radiologis sirosis hati yaitu
ukuran hati mengecil, permukaan tidak rata, ekhogenitas parenkim imhomogen, struktur
vaskularisasi menghilang, dan sekelilingnya tampak hati tampak anekhoik yang merupakan
gambaran adanya asites.25
19
20
Gambar 3.2 Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan hasil pengecilan hepar dengan
splenomegali sesuai dengan gambaran cirrosis hepatis. 26
3.2` CT-Scan
biopsi hati sebagai gold standar penegakan diagnosis sirosis hati tidak perlu dilakukan
bila tanda-tanda klinis dari kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta sudah terlihat
jelas. Pemeriksaan USG abdomen dan endoskopi dapat mendukung diagnosis sirosis
hati dengan tanda-tanda hipertensi porta berupa varises esophagus dan gastropati
hipertensi porta.
Pada pemeriksaan USG abdomen, dapat dilakukan evaluasi ukuran hati, sudut
hati, permukaan, homogenitas dan ada tidaknya massa. Pada penderita sirosis lanjut,
hati akan mengecil dan nodular, dengan permukaan yang tidak rata dan ada
peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu, melalui pemeriksaan USG juga bisa
dilihat ada tidaknya ascites, splenomegali, trombosis dan pelebaran vena porta.
atau grading dari varises yang terjadi serta ada tidaknya red sign dari varises, selain
itu dapat juga mendeteksi lokasi perdarahan spesifik pada saluran cerna bagian atas
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiegand, Johannes; Berg, Thomas. The Etiology, Diagnosis And Prevention Of Liver
Cirrhosis: Part 1 Of A Series On Liver Cirrhosis. Deutsches Ärzteblatt International,
2013, 110.6: 85.
4. Sudoyo, Aru W., Et Al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ke 4, Jilid I. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2006.
5.Tsao GG. Cirrhosis And Its Sequel. Dalam: Goldman L, Editor (Penyunting). Goldman's
Cecil Medicine. Edisi Ke-24. Philadelphia: Elsevier; 2012. Hlm.999-1007.
8. PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia). Sirosis Hati [Serial Online] 2013. Diakses
Dari: URL: HYPERLINK Http://Pphionline.Org/Alpha/?P=570 [30 Agustus 2020]
10. Nurdjanah, Siti. Sirosis Hati. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi,B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., Dan Setiadi S. (Editor), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6. 2014.
Jakarta: Interna Publishing.
15. Julapalli, Venodhar R.; KRAMER, Jennifer R.; EL‐SERAG, Hashem B. Evaluation For
Liver Transplantation: Adherence To AASLD Referral Guidelines In A Large Veterans
Affairs Center. Liver Transplantation, 2005, 11.11: 1370-1378.
16. Sherlock, S. Diseases Of Te Liver And Biliary System. USA: Penerbit Willey
Blackwell. Edisi 12. 2011, P.103-120
18. Vidyani, Amie, Et Al. Faktor Risiko Terkait Perdarahan Varises Esofagus Berulang
Pada Penderita Sirosis Hati. Jurnal Penyakit Dalam, 2011, 12.3: 169-74.
19. Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis Hati. In: Askandar Tjokroprawiro, Poernomo Boedi
Setiawan, Et Al. Buku Ajar Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. 200, P. 129-136
21. Behrman RE Dan Vaughn VC. The Liver And Billiary System. Dalam: Nelson WE,
Penyunting. Text Book Of Pediatrics, Edisi Ke-17. 2004.
25. Kreuer, Sharon; Elgethun, Megan; Tommack, Matthew. Imaging Findings Of Cirrhosis.
J Am Osteopath Coll Radiol, 2016, 5: 5-13.
26. Budhiarta, Dita Mutia Fajarini. Penatalaksanaan Dan Edukasi Pasien Sirosis Hati
Dengan Varises Esofagus Di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2014. Jurnal Medika,
2016, 5.7: 1-2.