Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Sirosis Hepatis Stadium Dekompensata”
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA ……….…………………………………... 1
PENGANTAR ………
DAFTAR ISI …………………………………………………………… 2
BAB 1 ………………………………………….…… 3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………… 3
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………… 4
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………… 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………… 6
…
2.1 Sirosis Hepatis Stadium Dekompensata …………………………… 6
..
2.1.1 Definisi …………………………………………. 6
…………
2.1.2 Etiologi …………………………………………. 6
…………
2.1.3 Patofisiologi ……………………………………….………. 7
2.1.4 Diagnosis ………………………………………….……. 10
….
2.1.5 Diagnosa Banding ………………………………….…….…. 12
2.1.6 Penatalaksanaan ……………………………………. 13
………
2.1.7 Prognosis …………………………………………………... 17
.
BAB 3 LAPORAN KASUS …………………………………………….. 19
BAB 4 ……………………………………………………….. 30
PENUTUP
4.1 Kesimpulan ………………………………………………….. 30
DAFTAR …….…………………………………………….. 31
PUSTAKA
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
Penyebab sering sirosis hepatis di negara barat adalah alkoholisme dan
hepatitis C sedangkan di negara Asia dan Afrika merupakan hepatitis B
(Schuppan dan Afdhal, 2009). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
menemukan bahwa Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi
Hepatitis B dengan prevalensinya sebesar 9,4%. Hal ini dapat dihubungkan
dengan angka mortalitas sirosis hepatis di Indonesia yang disebut awalnya.
Penyebab sirosis hepatis yang lain adalah seperti non-alcoholic steatohepatitis
(NASH), penyakit autoimun, gangguan genetik, dan penggunaan obat-obatan.
Sirosis hepatis dapat dibagi kepada dua stadium yaitu sirosis hepatis
stadium kompensata dan sirosis hepatis stadium dekompensata. Sirosis hepatis
stadium kompensata secara umumnya tidak menimbulkan gejala (asimptomatis)
selain peningkatan pada pemeriksaan fungsi hati dan bisa menetap selama
beberapa tahun. Gejala-gejala seperti jaundice, asites, perdarahan varises atau
ensefalopati hepatis mulai timbul pada stadium dekompensata di mana hepar tidak
lagi dapat mengkompensasi kerusakan padanya. Transisi dari sirosis hepatis
stadium kompensata menjadi stadium dekompensata adalah sekitar 5 – 7% per
tahun (Goldman dan Schafer, 2012).
4
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit Sirosis Hepatis Stadium
Dekompensata.
2. Untuk mengintegrasi ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap kasus
Sirosis Hepatis Stadium Dekompensata.
3. Untuk mengetahui gambaran klinis, perjalanan penyakit, penatalaksanaan dan
tidakan rehabilitasi pada pasien penderita Sirosis Hepatis Stadium
Dekompensata.
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
FAKTOR UTAMA MENYEBABKAN SIROSIS
Hepatitis C kronik
Alcoholic liver disease
Non-alcoholic fatty liver disease
Hepatitis B kronik
PENYEBAB SIROSIS YANG LAIN (<2% SEMUA KASUS)
Cholestatic and autoimmune liver diseases
6
Primary biliary cirrhosis
Primary sclerosing cholangitis
Autoimmune hepatitis
Obstruksi intrahepatik or ekstrahepatik biliari
Obstruksi mekanis
Biliari atresia
Fibrosis Kista
Kelainan metabolik
Hemochromatosis
Wilson's disease
α1-Antitrypsin deficiency
Glycogen storage diseases
Abetalipoproteinemia
2.1.3 Patofisiologi
Sirosis adalah aktivasi dari sel stellata hati. Sel stellata hati, yang dikenal
sebagai sel perisinusoidal, terletak di space of Disse antara hepatosit dan sel
endotel sinusoidal. Biasanya, sel-sel stellata hati ini dalam keadaan diam dan
berfungsi sebagai tempat penyimpanan retinoid (vitamin A). Sekiranya terjadi
gangguan, sel-sel stellata hati menjadi aktif, mengakibatkan sel kehilangan deposit
vitamin A, berproliferasi, membentuk retikulum endoplasma kasar, dan
mensekresi matriks ekstraseluler (kolagen tipe I dan III, proteoglikan sulfat, dan
glikoprotein) terjadi fibrosis. Obstruksi aliran darah meningkatkan tekanan di
dalam vena dan sinusoidal menyebabkan portal hipertensi dan insufisiensi hepar
dan terjadi komplikasi seperti asites, perdarahan varises, ensalopati, jaundice.
7
Varises dan perdarahan varises
Varises terjadi akibat dilatasi vena coroner dan vena gastrikus yang
kemudian membentuk varises gastroesofageal. Pembentukan kolateral pada
esophagus tergantung ambang tekanan portal yaitu tekanan antara 10 sampai 12
mm Hg.
8
Ensefalopati
Amonia merupakan suatu produk toksik yang dieliminasi oleh hepar pada
kondisi normal. Namun, pada sirosis hepatis, amonia terakumulasi pada sirkulasi
sistemik akibat shunting aliran darah ke vena kolateral portosistemik dan juga
gangguan metabolisme pada hepar (insufisiensi hepar). Konsentrasi amonia yang
terlalu tinggi pada otak dapat merusakkan sel astrosit pada otak dan kemudian
menyebabkan ensefalopati hepatis. Penumpukan amonia pada otak meningkatkan
(upregulation) reseptor benzodiazepine yang apabila distimulasi oleh γ-
aminobutyric acid, dapat menyebabkan depresi kortikal dan ensefalopati hepatis.
Selain itu, ditemukan juga zat toksin lain, mangan yang terakumulasi pada otak
khususnya pada globus pallidus yang kemudian menyebabkan gangguan fungsi
motorik.
Jaundice
Jaundice pada sirosis terjadi akibat ketidakmampuan hepar untuk
mengekskresi bilirubin (insufisiensi hepar). Namun, pada kasus sirosis et causa
penyakit kolestatik (contohnya primary biliary cirrhosis, primary sclerosing
cholangitis), jaundice tersebut terjadi lebih karena gangguan saluran empedu,
bukan insufiensi hepar.
Sindroma kardiopulmonal
Kondisi hiperdinamis aliran darah biasanya menyebabkan gagal jantung
(kardiomiopati). Vasodilatasi pada sirkulasi pulmonal menyebabkan hipoksemia
arteri. Pada kondisi normal, ukuran diameter kapiler pulmonal adalah 8 μm, dan
sel eritrosit lewat satu per satu dalam kapiler yang kemudian akan teroksidasi.
Pada sindroma hepatopulmonal, ukuran diameter kapiler pulmonal membesar
(<500 μm), yang kemudiannya menyebabkan tidak semua sel eritrosit teroksidasi.
9
2.1.4 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium, untuk menilai penyakit hepar. Pemeriksaan tersebut
antara lain:
2. Tinja
Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi
pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam
usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja
berwarna cokelat atau kehitaman (Hadi, 2002).
3. Darah
Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang
dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin
B12 atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan
gastrointestinal maka baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni
bersamaan dengan adanya trombositopeni (Hadi, 2002).
10
Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. Selain itu, kadar
asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi
kelainan hati secara dini (Hadi, 2002).
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati,
termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya
penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan
irregular, tepi hati tumpul. Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu
tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar
dan sebagian lagi dalam batas nomal (Hadi, 2002).
3. Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hepatis akan jelas
kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil
dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali
didapatkan pembesaran limpa (Hadi, 2002).
11
2.1.5 Diagnosa Banding
Riwayat Pem. Klinis Pem.
Laboratorium
Hepatis Asites timbul tiba- Asites, jaundice, Pemeriksaan fungsi
- Sirosis tiba. spider naevi, hepar:
- Tumor Penurunan ginekomasti, hipoalbuminemia,
kesadaran atau palmar eritem, trombositopenia,
perubahan perilaku. kaput medusa, Albumin
asterixis. serum:asites tinggi,
Edema ekstrimitas total protein asites
inferior. rendah.
Endoskopi:
Perdarahan varises
USG: Dilatasi vena
kolateral.
Biopsi jaringan
hepar.
Penyakit Penurunan berat Edema ekstrimitas Albumin
Malignan badan. inferior. serum:asites rendah
- Karsinomatos Jaundice Total protein asites
is tinggi
Kardiac Sesak nafas, makin TVJ meningkat. Foto toraks:
- Gagal parah saat Edema ekstrimitas Kardiomegali
Jantung beraktivitas inferior. Albumin
Kardiomegali serum:asites tinggi
Suara desah Total protein asites
sistolik. tinggi
Ronki basah
Renal Asites. Urinalisa: Protein
- Sindroma Edema. positif. (>3,5g/24j)
Nefrotik
Peritonitis Riwayat penyakit Asites Leukositosis.
- Tuberkulosis TB Mikrobiologi:
Demam Positif pewarnaan
Mual / Muntah Gram dan Ziehl-
Neelsen.
Obstruksi vena Nyeri abdominal Asites. USG: Dilatasi vena
- Sindroma Hepatomegali kolateral.
Budd-Chiari Edema ekstrimitas
- Penyakit inferior.
vena-oklusif
Gastrointestinal Nyeri abdominal Edema ekstrimitas Cairan asites:
- Pankreatitis menjalar ke inferior. Glukosa meningkat
- Malabsorpsi belakang. pada pankreatitis
Demam.
Mual muntah
terutama setelah
makan
12
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksaan sirosis hepatis stadium kompensata seharusnya bertujuan
untuk membalikkan atau mencegah terjadinya fibrosis, dan mencegah perjalanan
penyakit menjadi sirosis hepatis stadium dekompensata. Hal ini dilakukan dengan
(1) mengobati penyakit yang mendasari sirosisnya (contohnya: terapi antiviral
untuk hepatitis B atau C) untuk mengurangi fibrosis dan mencegah dekompensasi;
(2) menghindari faktor-faktor yang dapat memperburuk kondisi hatinya, misalnya
penggunaan alkohol dan obat-obat hepatotoksik; dan (3) screening varises (untuk
menghindari perdarahan varises) dan screening karsinoma hepatoseluler (supaya
dapat diobati pada tahapan awal). Pada sisi lain, penatalaksanaan untuk sirosis
hepatis stadium dekompensata diarahkan terhadap setiap gejala dekompensasi
yang timbul.
13
Pasien dengan perdarahan varises butuh tindakan resusitasi dalam
intensive care unit (ICU). Namun, transfusi cairan berlebihan dan volume
overexpansion harus dielakkan karena dapat menyebabkan perdarahan. Antibiotik
profilaktik harus diberikan untuk mencegah infeksi bakteri dan juga mengurangi
terjadinya perdarahan semula dan kematiah. Norfloxacin oral dapat diberikan
sebanyak 400mg, dua kali sehari selama 5 sampai 7 hari. Selain itu, Ciprofloxacin
(Oral sebanyak 500mg dua kali sehari atau 400mg dua kali sehari secara
intravena) selama 5 sampai 7 hari juga dapat diberikan.
Asites
Manajemen utama terhadap asites yang diakibatkan sirosis hepatis stadium
dekompensata adalah diuretik dan juga restriksi garam (>2g/hari). Diet restriksi
ketat tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan gangguan status nutrisi pasien.
Restriksi cairan tidak dianjurkan melainkan konsentrasi natrium di bawah 125
mEq/L.
14
Furosemid dapat diberikan dengan dosis 40 sampai 160mg/hari jika terjadi
hiperkalemia atau penurunan berat badan tidak mencukupi. Sasaran dari terapi ini
adalah untuk menurunkan berat badan 1 kg pada minggu pertama dan kemudian 2
kg/minggu berikutnya. Pemberian diuretik harus dihentikan apabila penurunan
berat badan lebih dari 0,5kg/hari atau lebih 1kg/hari pada pasien dengan edema
perifer. Efek samping terapi diuretik termasuk gangguan elektrolit, gangguan
ginjal, ensefalopati, dan ginekomasti nyeri.
Sindroma Hepatorenal
Sindroma hepatorenal merupakan gangguan fungsional dari ginjal akibat
kelainan hemodinamika sekunder terhadap hipertensi porta dari sirosis hepatis
stadium dekompensata. Penatalaksaan utama sindroma hepatorenal adalah
transplantasi hepar. Untuk persiapan pasien terhadap transplantasi hepar, pasien
dapat diberikan vasokonstriktor poten (terlipressin, octreotide, noradrenalin)
untuk memperbaiki kondisi vasodilatasi pada sirosis hepatis stadium
dekompensata. Selain itu, dapat diberikan juga albumin secara intravena (25-
50g/hari) untuk meningkatan volume darah arteri.
15
pada cairan asites sebanyak 25% dari awalnya. Apabila tidak terjadi penurunan
neutrofil pada cairan asites, pemeriksaan lebih lanjut harus dilakukan untuk
eksklusi peritonitis sekunder.
Ensefalopati Hepatis
Penatalaksanaan ensefalopati hepatis adalah dengan mengurangi faktor
pencetus ensefalopati dan juga menurunkan tingkat amonia dalam tubuh. Contoh
faktor pencetus ensefalopati seperti infeksi, diuresis berlebihan, perdarahan
saluran cerna, konsumsi protein oral berlebihan, dan konstipasi. Penggunaan
narkotika dan sedatif menyumbang terhadap terjadinya ensefalopati hepatis
dengan mengsupresi fungsi otak.
Laktulosa (15 – 30 mL, dua kali sehari secara oral sampai pasien buang air
besar 2 sampai 3 kali sehari) atau antibiotika non-absorbable misalnya neomycin
(500 sampai 1000mg, 3 kali per hari), metronidazole (250mg, 2 sampai 4 kali
sehari), rifaximin (400mg 3 kali per hari) dapat diberikan untuk menurunkan
kadar amonia. l-Ornithine, l-aspartate dan benzoate dapat meningkatkan fiksasi
amonia pada hepar. Penggantian diet protein hewani ke protein nabati mungkin
menguntungkan, namun restriksi protein tidak diperlukan.
Sindroma Hepatopulmonal
Sindroma ini jarang sembuh secara spontan dan terapi medikamentosa
ditemukan tidak efektif. Penatalaksanaan yang terbukti efektivitasnya adalah
transplantasi hepar.
Transplantasi Hepar
Transplantasi orthotopik hepar merupakan terapi definitif sirosis,
diindikasikan apabila risiko kematian dari penyakit hepat lebih tinggi dari risiko
16
kematian akibat transplantasi. Risiko tersebut dapat dievaluasi dari Child-Pugh
score, dengan nilai 7 atau lebih atau Model for End-Stage Liver Disease (MELD)
score dengan nilai 15 atau lebih (Goldman dan Ausiello, 2008).
2.1.7 Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dan dipengaruhi beberapa faktor,
seperti etiologinya, tahap kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang
menyertai.
Skor Child-Pugh, juga untuk menilai prognosis pasien sirosis yang akan
menjalani operasi, variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin,
prothrombin time, ada tidaknya asites atau ensefalopati. Klasifikasi ini terdiri dari
Child A, B dan C. Skor Child-Pugh berkaitan dengan kelangsungan hidup. Angka
kelangsungan hidup selama satu tahun untuk pasien dengan Child A, B,dan C
masing-masing 100%, 80%, dan 45%.
17
Penilaian prognosis terbaru adalah Model for End Stage Liver Disease
(MELD) yang digunakan pada pasien sirosis yang akan dilakukan transplantasi
hati.
BAB 3
18
LAPORAN KASUS
No. RM : 00.59.62.53
19
RPO : -
DISKRIPSI UMUM
20
Gizi BB : 58 Kg, TB : 173 cm
IMT = 19.38 kg/m2 (Normal)
TANDA VITAL
Deskripsi:
Kesadaran Compos mentis ,
Sadar, respon baik
Nadi Frekuensi 88 x/i Reguler, t/v: cukup
Baring: Duduk:
Lengan kanan : 110/70 Lengan kanan : 100/70 mmHg
Tekanan darah mmHg Lengan kiri : 100/70 mmHg
Lengan kiri : 110/70
mmHg
Temperatur Aksila: 36,6°C Rektal : tdp
Frekuensi: 24 x/menit, Deskripsi: Abdominal torakal
Pernafasan
kesan normal
THORAX
21
Depan Belakang
Inspeksi Simetris , Spidernevi (+) Simetris fusiformis
Palpasi SF Ka = Ki SF Ka = Ki
Perkusi Sonor pada kedua paru Sonor pada kedua paru
Auskultasi SP : Vesikular SP : Vesikular
ST : Ronki (-) ST : Ronki (-)
JANTUNG
Batas Jantung Relatif: Atas : ICR III Sinistra
Kanan : LSD
Kiri : 1 cm LMCS, ICR V
Jantung : HR : 88x/i, reguler, desah (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Simetris membesar
Palpasi : Distensi,undulasi (+)
Perkusi : Timpani, Pekak beralih (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) N
INGUINAL
Pembesaran KGB (-)
EKSTREMITAS:
Superior: Tidak ada kelainan
Inferior : Tidak ada kelainan
NEUROLOGI:
Refleks Fisiologis (+) Normal
Reflek Patologis (-)
BICARA
22
Dapat berkomunikasi baik
23
RESUME DATA DASAR
(Diisi dengan Temuan Positif)
Nama Pasien : Arifin No. RM :59.62.53
Laki – laki 52 tahun dengan keluhan utama perut membesar yang sudah dirasakan OS kurang lebih
1 bulan SMRS dan semakin lama semakin besar yang menyesakkan. Riwayat BAB pucat (+) dan
minum alkohol (+). Riwayat sakit kuning dan transfusi darah (-). Mual dan muntah(-). Penurunan
nafsu makan dan penurunan BB sebanyak 5kg dikeluhkan os dalam 1 bulan ini.
24
RENCANA AWAL
No. RM 5 9 6 2 5 3
Tanggal S O A P
25
Terapi Diagnostik
02/04/14 - perut Sens : Compos 1. Sirosis hepatis - Tirah -Urinalisa/hari
Mentis -Gastrokopi
membesa std DC baring
TD : 110/70
r mmHg - Diet hati -LFT Lengkap
Pols : 80 x/i -Viral Marker
III ekstra
RR : 20 x/i -USG
T : 36.50C telur putih
Abdomen
- IVFD D
-Cek
Mata : 5% 10gtt/i
LPD,LPB,BB
anemis(-),
mikro
ikterik (-) per hari
IVFD -Kultur cairan
T/H/M : dbn
D5% asites, analisa
Leher : TVJ R-
2cmH2O 10gtt/i sitologi
Furosem -Konsul GEH
Thorax :
simetris ide
fusiformis, SF 1x40mg
ka=ki, sonor
Spironol
dan vesikuler
akton
Abdomen : 1x100m
Simetris
g
membesar,Dist
ensi undulasi Lactulac
(+) syr. 3xCI
Eks :dbn
Inj.
Ranitidin
e 50 mg
Balance
Cairan (-
250)
26
Tanggal S O A P
Terapi Diagnostik
03/04/14 -Perut Sens:Compos 1.Sirosis Hepatis - Tirah baring - Urinalisa
mentis
membesar std DC -02 2-4 L/i -LFT
TD:110/70
mmHg 2.Cholelithiasis -Diet Hati III -Viral
HR : 80 x/i
RR : 30 x/i 3.Hipoalbuminemi ekstra putih Marker
Temp : 36.8 oC
a telur -HST
Urinalisis: 4.Hiponatremia -Furosemid -D-dimer
Warna kuning
pekat 1x40mg -Analisa
P -, R-, B-, U+
- cairan
LP Tidur/Duduk : Spironolakton asites,sitolog
92/90 cm
1x100g i
Kepala: -Lactulac -Kultur IST
anemis (-),Ikterik
(-) 3xC.I -USG
-Balance Abdomen
Toraks:
Vesikuler,ronki Cairan -250cc -Konsul
(-)
GEH
Abdomen:Distens
i, H/L/R:
dbn,pekak beralih
(+)
Eks:oedem(-)
04/04/14 -Perut Sens:Compos 1.Sirosis Hepatis -Tirah Baring - USG
mentis
membesar std DC -O2 2-4 L/i Abdomen
TD:100/75
mmHg 2.Cholelithiasis -Diet Hati III -Gastrokopi
HR : 120 x/i
RR : 30 x/i 3.Hipoalbunemia ekstra putih
Temp : 35,4 oC
BB: 57kg 4.Hiponatremia telur
LP dilusional -Furosemid
Tidur/Duduk:86/8
9 1x40mg
-
PD : sama seperti
Spironolakton
sebelumnya
1x100g
27
-Lactulac
3xC.I
-Ranitidine
2x150g
Tanggal S O A P
Terapi Diagnostik
05/04/14 -Perut Sens:Compos 1.Sirosis Hepatis Sama seperti -Tapping
mentis
membesar std DC sebelumnya cairan asites
TD:90/70 mmHg
HR : 100 x/i 2.Cholelithiasis ,
RR : 30 x/i
Temp : 35 oC 3.Hipoalbunemia sitologi,kultu
LP:87/90
4.Hiponatremia r,analisa
BB:57kg
dilusional
PD sama seperti
sebelumnya
Tanggal S O A P
Terapi Diagnostik
06/04/14 Perut Sens:Compos Sama seperti Sama seperti - menunggu
mentis
membesar sebelumnya sebelumnya hasil USG
TD:100/75
mmHg abdomen dan
HR : 90 x/i
RR : 26 x/i -Propanolol gastrokopi
Temp : 35,5 oC
LP:85/87 2x10mg -tanyakan
BB:56kg -Aminofusin HOM
PD sama seperti hepar 1 fl/hari rencana
sebelumnya
ligasi varises
esofagus
28
08/04/14 Perut Sens:Compos Sama seperti -sama seperti -Tanya GEH
mentis
membesar sebelumnya sebelumnya rencana
TD:100/70
mmHg ligasi
HR : 62 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 35,7 oC
LP:85/87
BB:56kg
PD Sama seperti
sebelumnya
29
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
30
DAFTAR PUSTAKA
Goldman, L. & Ausiello, D., 2008. Cecil Medicine 23rd Edition. Elsevier Saunders
Goldman, L. & Schafer, A.I., 2012. Cecil Medicine 24th Edition. Elsevier
Saunders
Murphy, S.L., Xu, J., Kochanek, K.D., 2013. Deaths: Final Data for 2010.
National Center for Health Statistics, Centers for Disease Control and
Prevention
31