Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik
formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi obat serta pengobatan,
termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta penggunaannya yang aman. Profesi
farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu penyediaan atau
pengolahan bahan sumber alam dan bahan sintesis yang cocok dan menyenangkan untuk
didistribusikan dan digunakan dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit.
Dengan adanya manusia di dunia ini mulailah muncul peradaban dan mulai
terjadi penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan usaha masyarakat untuk melakukan
pencegahan terhadap penyakit. Pada perkembangan selanjutnya masyarakat melakukan
pencegahan atupun penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan ataupun
mengkonsumsi obat yang diantaranya yaitu obat dalam bentuk sediaan salep.
Bentuk sediaan salep sudah dikenal sejak lama (dalam Papyrus Eber 1600
SM) dan sudah digunakan sebagai salah satu bahan penyembuh. Pada masa Hipocrates
dan Galenos, sediaan salep sudah berkembang, yaitu dengan menggunakan komponen
basis/perfungembawa yang sekaligus berfungsi sebagai obat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari salep ?
2. Bagaimana kualitas dasar salep ?
3. Bagaimana penggolongan dari salep ?
4. Bagaimana persyaratan pembuatan salep ?
5. Bagaimana cara pembuatan salep menurut F.Van Duin ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari salep
2. Untuk mengetahui kualitas dasar salep
3. Untuk mengetahui penggolongan dari salep
4. Untuk mengetahui persyaratan salep
5. Untuk mengetahui cara pembuatan salep menurut F. Van Duin

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Salep
1. Menurut FI edisi III
Salep adalah sedian setengan padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat Luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen kedalam dasar
salep yang cocok.
2. Menurut FI edisi IV
Salep adalah sedian setengan padat yang ditujukan untuk pemakaian topical
kulit atau selaput lendir . salep tidak booleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain,
kadar bahan obat dalam salep mengandung obat keras narkotika adalah 10 %.
2.2 Kualitas Dasar Salep
1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas,
stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat
aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
5. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair
pada pengobatan.

2.3 Penggolongan Salep


1. Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga
2. Cream adalah salep yang banyak mengandung air , mudah diserap kulit suatu
tipe yang mudah dicuci dengan air.
3. Pasta adalah salep yang menagandung lebih dari 50 % zat padat ( serbu) suatu
salep yang tebal karna merupakan penutup atau pelindung bagian luar kulit yang
diolesi.
2

4. Jelly/ gelanoes adalah salep yang lebih halus, umumnya cair dan sedikit
mengandung atau tanpa mokusa sebagai pelican atau basis, biasanya terdiri atau
campuran sederhana dari minyak lemak dan titik lebur.
5. Cerata adalah salep lemak yang mengandung persentase lilin yang tinggi sehingga
konsentrasinya lebih keras.
2.4 Persyaratan Salep
1. Pemerian : tidak boleh bau tengik
2. Kadar : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep( basis salep ) yang
digunaakan vaselin. Putih ( vaselin album ), tergantung dari sifat bahan obat dan
tujuan pemakaian salep, dapat
Dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut :
a. Dasar salep hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kunig, malam putih atau malam
kunig atau campurannya.
b. Dasar salep serap : lemak, bulu domba campuran 3 bagian kolestrol dan 3 bagian
stearil alcohol, campuran 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih.
c. Dasar salep yang dapat larut dalam air
d. Dasar salep yangdapat dicuci dengan air
3. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok harus menunjukan susunan yang homogeny.
4.Penandaan : etiket harus tertera obat luar
2.5 Pembuatan Salep Menurut F. Van Duin
1. Peraturan Salep Pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika
perlu dengan pemanasan.
2. Peraturan Salep Kedua
Bahan-bahan yang dapt larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain
dilarutkan terlebih dahulu kedalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap
seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.
3. Peraturan Salep Ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air.
Harus diserbuk terlebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak No.60.
3

4. Peraturan Salep Keempat


Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus
sampai dingin.Bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 1020 % untuk mencegah kekurangan bobotnya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a.

Salep adalah bentuk sedian setengan padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar.

b.

Salep harus terdispersi dan bebas dari inkompatibilitas, stabil, pada suhu kamar
dan kelembaban yang ada dalam kamar.

3.2 Saran
Dalam melakkukan praktikum, praktikan harus mengerjakan dengan teliti dan hatihati.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI


Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI
Syamsuni.2007. Ilmu Resep . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai