Anda di halaman 1dari 31

IMUNOLOGI

TRANSPLANTASI
dr. Fitriyah Mayorita, Sp PK
TRANSPLANTASI
 Merupakan tindakan klinik untuk menggantikan fungsi
organ/jaringan yg rusak dgn organ yg sehat
 Dasar imunologik rejeksi graft : pd hewan coba memberikan
reaksi rejeksi yg lebih eksplosif dan cepat setelah sensitisasi
dgn transplantasi kedua kali dgn menggunakan jaringan
identik pertama
 Sel yg berperan penting pd rejeksi graft : limfosit T
First-set Rejection Vs Second-set Rejection
ISTILAH dalam TRANSPLANTASI

 AUTOGRAFT: memakai jaringan sendiri


 ISOGRAFT/SYNGENEIC: identitas genetik antara donor dan
resipien sama (kembar monozigot).
 ALLOGRAFT/ALLOGENEIC (HOMOGRAFT) : donor dan
resipien dari spesies sama, tetapi genetik tidak identik.
 XENOGRAFT/XENOGENEIC (HETEROGRAFT): donor dan
resipien dari spesies berbeda (misalnya tikus dan manusia).
 HISTOKOMPATIBILITAS: kemampuan seseorang untuk
menerima transplan dari orang lain, suatu keadaan bila tidak
terjadi respon imun.
 GEN HISTOKOMPATIBILITAS: gen yang menentukan apakah
transplan dapat diterima, yang terpenting adalah MHC
SYARAT TRANSPLANTASI
1. Keamanan: tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima
organ  keahlian tenaga kesehatan, kelengkapan sarana dan alat
kesehatan 
2. Voluntarisme: transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa
dilakukan jika telah ada persetujuan dari donor dan ahli waris atau
keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU No. 23/1992). Sebelum meminta
persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya, dokter wajib
memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada donor (pasal
15 PP 18/1981)  atas dasar pemahaman yang benar tadi donor dan ahli
waris atau keluarganya secara sukarela menyatakan persetujuannya (pasal
32 ayat 2 UU No. 23/1992)  


Resipien
Usia 13-60 tahun
Tidak mengidap penyakit berat dan menular  keganasan, TBC,
hepatitis, Jantung
Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang
lama dan harus patuh minum obat
Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.

Donor
Usia 18-50 tahun
Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan
Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi
Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi
organ dan komplikasi setelah operasi
Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.
PERSIAPAN TRANSPLANTASI
a) Persiapan resipient dan keluarga
 Keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
memberikan surat persetujuan.
 Setelah ada persetujuan dari keluarga, tim akan menjelaskan
mengenai operasi dan perawatannya:
 Lokasi dan letak ginjal baru
 Penggunaan bermacam-macam peralatan yang mungkin
diperlukan selama perawatan
 Pengambilan darah yang sering dilakukan
 Untuk mencegah infeksi pasien ditempatkan ditempat khusus,
dimana anggota keluarga tidak diperbolehkan masuk
 Kemungkinan timbul komplikasi seperti infeksi, rejeksi setelah
operasi
 Mobilisasi: merubah posisi, membatukkan, latih duduk dan berdiri
serta cara napas efektif.
b) Persiapan donor dan keluarga
 2 jam sebelum operasi resipient dan donor dikompres dengan
cairan bethadin pada daerah yang akan dioperasi dan setelah
operasi resipient masuk kedalam ruangan khusus dan steril.
c) Persiapan ruangan dan peralatan
 Ruangan yang akan dipakai setelah operasi 2 hari sebelumnya harus
dibersihkan,semua peralatan dan obat-obatan dimasukkan ke
ruangan tersebut dengan disinari ultraviolet selama 24jam.
 Resipient transplantasi dirawat dalam area lengkap yang dirancang
secara khusus baik untuk fase penyembuhan maupun fase
pemulihan, hal ini untuk menghindari pemindahan pasien,
menurunkan resiko terhadap infeksi bagi pasien yang mengalami
imunosupresan.
....con’t:
d) Persiapan pasien sebelum operasi
 riwayat penyakit yang lalu (mis: HT,DM,kanker), tingkat
kecemasan pasien, pengetahuan pasien dan keluarga tentang
prosedur transplantasi, efek samping dari pembedahan juga
termasuk pemeriksaan laboratorium, ECG, pemeriksaan
radiologi (mis: foto thorak,USG ginjal,CT scan ginjal, IVP),
pemeriksaan fisik (mis: BB, TTV, pola eliminasi urine, adakah
tanda-tanda infeksi, gangguan pernafasan, tanda-tanda
kelebihan/kekurangan cairan elektrolit)
 Bila donor hidup, persiapan dapat dilakukan sehari sebelum
transplantasi, tetapi bila donor mayat/cadaver semua persiapan
harus selesai dalam beberapa jam.
HUKUM TRANSPLANTASI
 Transplan akan diterima bila resipien dan donor memiliki
gen histokompatibilitas tertentu yang sama.
 Autograft dan isograft biasanya memberikan hasil yang baik
 Allograft sering ditolak, karena respon imun yang
ditimbulkan limfosit dan produknya.
ASPEK GENETIK
 Keterlibatan polimorfisme genetik  antigen transplantasi
merupakan produk gen polimorfik (gol darah, MHC)
 Antigen yg plg penting : HLA (MHC klas I, MHC klas II) 
disandi pd kromosom 6
 MHC Klas I : HLA-A, HLA-B, HLA-C
 MHC Klas II : HLA-D (HLA-DR, HLA-DP, HLA-DQ)
 Untuk hasil transplantasi optimal : kompabilitas HLA-A,
HLA-B, HLA-DR
Aspek Genetik Rejeksi Graft
MEKANISME PENGENALAN ALLOANTIGEN
 Reaksi Penolakan Jaringan Transplan diperantarai o/ : CTL,
Th, APC, Antibodi
1. Direk
 Pengenalan MHC utuh yg dipresentasikan oleh APC donor
(sal.limfe)
 Dasar : kemiripan struktur MHC donor dgn MHC resipien  reaksi
silang TCR untuk mengenal Self-MHC yg membawa peptida asing
dgn MHC alogenik yg mengikat peptida
....con’t
2. Indirek
 MHC dikenali sbg antigen asing krn molekul MHC donor berbeda
dgn self-MHC
 Alloantigen akan ditangkap APC resipien  presentasi MHC klas II
 CD4+ ; MHC klas I  CD8+
 Minor histocompability complex (MiHC)  respon imun tdk
sehebat pengenalan MHC
MEKANISME EFEKTOR PD REJEKSI GRAFT

1. Rejeksi Hiperakut
 Terjadi dlm beberapa menit-jam setelah transplantasi
 Diperantarai Ab resipien yg sudah ada sblmnya (pre-
existing) krn transplantasi/transfusi, kehamilan sblmnya
(mis : anti-ABO dan/ anti-HLA)
 Ab melekat pd endotel donor  aktivasi komplemen 
kerusakan endotel vaskular (edema, pendarahan)
 Akibat kerusakan endotel : aliran darah jaringan kurang,
membran basal subendotel terbuka, aktivasi trombosit
(aktivasi Faktor von willebrand)
 Manifestasi : pendarahan & pembentukan trombus
....Con’t
2. Rejeksi Akut
 Timbul lambat (1 minggu setelah transplantasi) krn perlu
pengenalan alloantigen sampai aktivasi sel T dan sel B 
Ab spesifik
 Dpt terjadi pd resipien tanpa disensitasi tdp graft
 Kerusakan vaskuler akibat aktivasi sel T, makrofag, Ab,
sitokin
 Manifestasi : misalnya pd ginjal (pembesaran ginjal, nyeri,
penurunan fungsi ginjal, hematuria, proteinuria)
....Con’t
3. Rejeksi Kronik
 Timbul dlm wkt berbulan, betahun-tahun
 Ditandai : fibrosis dan hilangny struktur jaringan normal
stlh organ berfungsi normal
 Mekanisme msh blm jelas : keterlibatan DTH (delayed type
Hipersensitive)

 Fibrosis terjadi :
 Limfosit teraktivasi o/ alLoantigen pd vaskular graft  induksi
makrofag  sekresi smooth muscle cell growth factors 
proliferasi otot polos intima
 Penyembuhan luka akibat rejeksi akut
 Sekresi platelet derived growth factors (PDGF)
REAKSI HOST-GRAFT VS GRAFT-HOST
 Reaksi Host Vs Graft (HvGD) : Jaringan transplan donor
mempunyai antigen yg tidak dimiliki resipien shg sistem
imun resipien bereaksi dgn jaringan tersebut
 Reaksi Graft Vs Host (GvHD) : Jaringan donor terdapat sel T
yg imunokompeten, apabila resipien tidak mampu melawan,
sel imunokompeten dr donor akan merusak sel resipien
(pada transplantasi sumsum tulang)
Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan gol darah ABO dan reaksi silang ABO
 Kecocokan antigen HLA donor-pasien
 Pemeriksaan Panel Reactivity Antibody (PRA)
 Pemeriksaan reaksi silang antigen HLA
Gol Darah ABO & Reaksi Silang
 Gol. Darah
 Dasar : Tidak ada satupun graft yg dpt hidup jika gol darah ABO
donor dan resipien tdk kompatibel
 Antigen ABO didapatkan pd eritrosit & dinding endotel pembuluh
darah
 Prinsip tes : eritrosit resipien dan donor dicampur dgn sera yg
mengandung Ab anti-A dan anti-B
 Reaksi Silang
 Tujuan : konfirmasi kecocokan tipe golongan darah & deteksi
adanya Ig M resipien thdp antigen ABO donor
 Prinsip tes : mereaksikan antara eritrosit donor dgn serum
resipien dan sebaliknya
 Tehnik : media saline, bovine albumin, antiglobulin
Kecocokan Antigen HLA Donor-Pasien
 HLA yg rutin untuk identifikasi HLA typing : HLA-A, HLA-B,
HLA-DR (yg dpt memperkirakan reaksi penolakan)
 Hasil yg dibaca match atau mismatch dgn skor 0-6
 Jika tdk ada perbedaan Ag HLA antara donor dan resipien :
6/6 match, 0 mismatch
 Bila hanya 5 dr 6 alel yg cocok : 5/6 match
 Semakin banyak Ag HLA yg mismatch, rejeksi graft
semakin besar  survival graft <
 Metoda : serologis/ microlymphocytotoxic testing (MCT),
selular/ mixed lymphocye reaction (MLR), amplifikasi PCR
Kecocokan Antigen HLA Donor-Pasien
 Sampel : limfosit
 Cara untuk isolasi limfosit : larutan ficoll isopaque
 Darah EDTA + lar ficoll  sentrifuge  endapan eritrosit,
lekosit PMN  limfosit terletak antara plasma-lar ficoll 
limfosit dipisahkan dr sel fagosit dgn menambah butir besi
(sel fagosit akan memakan besi  mengendap)
....con’t:
1. MCT
 Deteksi antigen HLA klas I dan HLA klas II
 Prinsip : deketsi Ag HLA donor, resipien dgn panel Ab
spesifik (Anti HLA) + komplemen  bila ada ikatan Ag-Ab,
komplemen akan merusak membran sel shg sel mati ; sel
mati bila ditmbh warna (eosin/tripan blue) akan meyerap
warna warna gelap
 Skoring banyaknya limfosit yg mati
....con’t:
2. MLR
 Deteksi HLA klas II (HLA-D) & ukur parity, disparity antara
sel donor dan resipien
 Prinsip test untuk deteksi HLA : penggunaan panel typing
cell (sel stimulator) yg berupa cell line yg mengandung
HLA-D
 Hasil : limfosit donor/resipien mengandung haplotip HLA
yg berbeda dgn sel stimulator  sel limfosit mengalami
transformasi dan proliferasi
....con’t
 Prinsip tes untuk disparity : dgn membiakkan limfosit donor
dan resipien bersama-sama bbrp hari
 Limfosit donor dirangsang untuk berproliferasi krn
pengaruh Ag resipien
 Tingkat proliferasi diukur dgn 3H-thymidine
 Proliferasi >, radioaktif yg diserap >  MLR >  disparitas
atara donor dan resipien
Panel Reactivity Antibody (PRA)

 Pemeriksaan skrining u/ mengetahui adanya antibodi thp


HLA alogenik (anti-HLA antibody)  prediksi resiko rejeksi
hiperakut, akut
 Ab tsb berasal dr transfusi, kehamilan, transplantasi
sebelumnya
 Metode : complement dependent limphocytotoxicity
(CDC), ELISA, flow cytometry
CDC
 Prinsip : mereaksikan serum resipien dgn berbagai macam
panel Ag HLA donor + komplemen  adanya antigen HLA,
pengaktifan komplemen  sel mati  skoring mikroskopis
 PRA dihitung : (jumlah tes positif / jumlah keseluruhan panel
antign HLA yg dites) x 100
 Kelemahan CDC : kurang sensitif dibanding ELISA, flow
cytometry
Panel Reactivity Antibody (PRA)
 ELISA
 Deteksi Ab anti-HLA dgn menggunakan capture Ag HLA spesifik
 Serum dimasukkan dlm well yg dilapisi Ag HLA  inkubasi 
pencucian untuk menghilangkan Ab yg tdk terikat  + Ab
human IgG/IgM yg dilabel ensim + substrat  hasil (+) / (-)
 Flowcytometry
 Prinsip : melekatkan Ag HLA dgn mikropartikel
 Mikropartikel diinkubasi dgn serum resipien + anti human IgG-
fluorescent conjugate yg mengikat Ab IgG anti-HLA
 Hasil tes : % PRA (0-100%)  adanya Ab anti-HLA pd resipien
yg dpt bereaksi dgn populasi HLA alogenik donor, misal
resipien PRA 25% (di dlm darah resipien terdpt Ab yg dpt
bereaksi pada 25% populasi Ag HLA donor
 Semakin tinggi PRA  semakin kecil hasil crossmatch (-)
 PRA yg dikehendaki ≤ 60%
Crossmatching HLA
 Metode CDC crossmatching assay
 Prinsip : menggunakan sel T/ sel B donor
 Sel T donor u/ mengetahui Ab thdp Ag HLA klas I ; sel B donor u/ Ab
thdp Ag HLA klas I dan HLA klas II
 Cara : serum resipien diinkubasi dgn sel T/sel B donor  kompleks
Ag-Ab  pencucian (menghilangkan Ab tdk terikat, faktor anti
komplemen)  + anti human globulin (AHG) (poliklonal antihuman
IgG) u/ meningkatkan sitotoksisitas Ab  + komplemen
 Bila didlm serum resipien trdpt Ab yg bereaksi dgn sel donor  sel
donor akan mati  penetrasi dye (eosin, ethidium bromide,
floresen)  uji silang (+)
 Uji silang (+) : 20-50% (4+) sel yg mati / 10-20% (20%) sel yg mati 
ada Ab anti-HLA yg dpt menyebabkan rejeksi hiperakut
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai