TINGKAT MENENGAH
Pembina
Kartini Tjandra Lestari
Penanggung Jawab
Setyo Pramudi
Tim Penyusun
Nining Susanti
Khikmatun
Maria Ulfah
Puspaningrum
Isnawati Sholihah
Ayu Dewi Lestari
Fitria Nita Witanti
Ummi Nu’amah
Shohibus Tsani
Mahbrur
Yunus Awaludin Zaman
Yon Daryono
Muchamad Yasin Awan Wiratno
Muhammad Milkhan
Danil Arviyan
Sujiantoko
Andika Asykar
Editor
Milkhan
Sujiantoko
Daftar Isi……………………………………………………..... v
Sambutan……………………………………………………..... vii
Pengantar…………………………………………….............. ix
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah
sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan
perwakilan Rakyat, anggota Dewan perwakilan Daerah, Presiden
dan Wakil presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan pancasila Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Sehubungan dengan tujuan pelaksanaan pemilu maka
penyelenggara pemilu harus mampu menjaga kualitas pemilu
yang ditunjukkan dengan hasil pemilu yang berintegritas dan
akuntabel. Namun pada kenyataannya pelanggaran dan
kecurangan kerap terjadi pada setiap pelaksanaan pemilu dengan
berbagai bentuk dan setiap tahapannya. Pelanggaran pemilu
berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu; (a)
pelanggaran administratif, (2) pelanggaran tindak pidana, (c)
pelanggaran kode etik oleh penyelenggara pemilu (KPU, KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/ Kota, Bawaslu, Bawaslu Provinsi Jawa
Tengah, dan Bawaslu Kabupaten/Kota), dan (4) pelanggaran
peraturan perundang-undangan lainnya (UU No 7, 2017).
Pelanggaran dan kecurangan pemilu tentu harus
diantisipasi dan mendapatkan penindakan, ini artinya pelaksanaan
pemilu harus diawasi. Dalam konteks pengawasan, Badan
Pengawas Pemilihan Umum (selanjutnya disebut Bawaslu)
memegang peranan penting untuk mengontrol pelaksanaan
pemilu dalam kaitannya menjaga integritas dan akuntabilitas
pemilu. Pengawasan pemilu dilakukan mengacu pada regulasi
yang terkait dengan pelaksanaan pemilu. Salah satu langkah
antisipasi terjadinya pelanggaran dan kecurangan pemilu oleh
Bawaslu adalah pembuatan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) untuk
memetakan potensi kerawanan yang disebabkan oleh
pelanggaran dan kecurangan pemilu.
Berdasarkan pengalaman pelaksanaan pemilu-pemilu
sebelumnya, Bawaslu telah berupaya untuk melakukan perbaikan-
Tujuan
Program Sekolah Kader Pengawas Pemilu Partisipatif bertujuan :
1. Pelaksanaan fungsi pendidikan Bawaslu;
2. Meningkatkan pengawasan partisipatif masyarakat;
3. Sarana pendidikan pemilu bagi masyarakat;
4. Pembentukan pusat pendidikan pengawasan pemilu yang
berkesinambungan bagi masyarakat
5. Menciptakan kader pengawasan yang tepat guna;
6. Menciptakan kantong-kantong atau simpul-simpul
pengawasan di semua lapisan masyarakat yang ada di
Indonesia
Persiapan Pelatihan
Pelatihan akan berjalan dengan baik dan dapat mencapai
target apabila dilakukan persiapan yang matang. Persiapan
pelatihan menyangkut penyelenggara, narasumber/ fasilitator,
kurikulum pelatihan, metodologi pelatihan, peserta pelatihan, dan
BAB 2
BINA SUASANA
DAN KONTRAK BELAJAR
Pokok Bahasan
Bina Suasana dan Kontrak Belajar
Indikator Capaian
Tercipta suasana akrab, saling kenal, tertib dan terkendali
Metode
Sharing, Game, Penugasan
Media/Bahan
Slide, Kertas, Plano, Spidol, Metaplan
Waktu (Menit)
60 Menit
No Langkah-langkah Waktu
1 Fasilitator membuka sesi dengan salam dan
menyampaikan ke peserta bahwa sesi ini adalah
tahap awal proses pelatihan yakni perkenalan yang
akan berlangsung selama 60 menit. Fasilitator
menjelaskan pada tahapan ini akan dibagi menjadi 5’
2 (dua) kegiatan, yaitu kontrak psikologis dan
pembagian kelompok serta perkenalan singkat
yang dilanjutkan dengan personality plus
(pengenalan kepribadian peserta)
2 Pada tahap kontrak psikologis, fasilitator
menyampaikan bahwa maksud dibangunnya
kontrak psikologis adalah untuk membuat aturan
main yang akan disepakati bersama demi
15’
kelancaran acara, terkait apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh peserta selama pelatihan
berlangsung,. Fasilitator hanya mendampingi,
semua proses membangun kesepakatan dilakukan
Kontrak Psikologis
Pada prinsipnya, kontrak psikologis merupakan sebuah
kontrak yang bersifat implisit antara seorang individu dan
organisasinya yang menspesifikkan pada apa yang masing-
masing diharapkan satu sama lain untuk saling memberi dan
menerima dalam suatu hubungan kerja (library.binus.ac.id,2014).
Dalam konteks pelatihan ini, kontrak psikologis tidak berada pada
kondisi yang mengacu pada definisi yang bermuatan tentang
hubungan kerja tetapi lebih pada membangun komitmen bersama
antar peserta pelatihan dengan penyelenggara atau panitia
kegiatan.
Inti dari kontrak psikologis dalam pelatihan ini adalah
“saling memberi dan menerima” dalam suatu hubungan atau
suasana kebersamaan selama pelatihan. Peserta didampingi oleh
fasilitator kegiatan merumuskan kesepakatan-kesepakatan atau
janji-janji yang disepakati bersama dan dilaksanakan selama
kegiatan berjalan demi kelancaran kegiatan dan tercapainya
tujuan kegiatan.
Kesepakatan-kesepakatan dituangkan dalam rumusan
poin-poin kesepakatan yang mengikat peserta untuk ditaati
bersama sebagai bentuk penghargaan akan komitmen bersama.
Kontrak psikologis ditulis dalam lembaran besar dan diletakkan di
tempat yang dapat dibaca oleh semua peserta dalam ruangan
kegiatan.
Pembagian Kelompok
Pembagian kelompok pada awal pelatihan diperlukan
untuk proses-proses dalam pelaksanaan pelatihan seperti
misalnya; diskusi kelompok, simulasi, dan aktivitas outbond.
Mekanisme pembagian kelompok dapat dilakukan dengan
sederhana yaitu dengan membagi perwakilan peserta dari masing-
masing daerah menjadi beberapa kelompok, artinya dalam 1
(satu) kelompok terdiri dari masing-masing perwakilan daerah. Hal
ini dilakukan agar peserta lebih mengenal satu sama lain dan
mendorong peserta memperkaya pengalamannya selama
pelatihan.
2. Kepribadian Melankolis
Orang dengan kepribadian melankolis umumnya
menginginkan kesempurnaan, introvert, berorientasi pada
3. Kepribadian Koleris
Orang yang memiliki kepribadian koleris pada
umumnya menginginkan kekuasaan, tegas, berorientasi pada
tujuan, teratur, tidak emosional, santai, terus terang dominan,
dan optimis. Bakat dari orang koleris adalah memiliki sifat
kepemimpinan yang kuat dan tegas. Tipe ini diyakini terlahir
untuk menjadi pemimpin dan mahir dalam mengatur
organisasinya.
4. Kepribadian Phlegmatis
Orang dengan kepribadian phlegmatis pada
umumnya menyukai kedamaian, cenderung introvert, tidak
emosional , berorientasi pada hubungan yang damai, dan
pesimis. Kebanyakan orang plegmatis adalah kepiawaiannya
dalam bergaul dan menjadikannya orang yang paling disukai
dalam kelompok manapun. Orang phlegmatis dapat menjadi
pe-lobby yang baik karena komunikasi dia yang sangat mahir.
BAB 3
BAB 3
PEMBANGUNAN
KARAKTER
PEMBANGUNAN KARAKTER
Pokok Bahasan
Pembangunan Karakter
Indikator Capaian
Peserta Mampu mengevaluasi karakter diri dan membangun
karakter yang sesuai dengan postur kader pengawasan partisipatif
Metode
Ceramah, dialog, Simulasi, Diskusi kelompok, internalisasi, refleksi
dan penugasan
Media/Bahan
LCD Proyektor, PPT materi PB, Infografis materi PB, Video
inspirasi, kertas Karton, Kertas plano dan metaplan, Alat tulis. -Flip
chart dan post it card
Waktu
90 menit (1 sesi)
Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” dan “ethikos”.
Ethos berarti sifat, watak, kebiasaan, sedangkan ethikos berarti
susila, keadaban atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Etika
sangat berpengaruh sejak zaman Socrates (470-390 SM) (Abdoel
Fatah, 2008). Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang
menunjukan kesediaan dan kesanggupan seseorang secara sadar
untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku
dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi
(Sondang Siagi, 1996).
Berdasarkan filsafat moral, sebagaimana dikatakan Dr.
Franz Magnis-Suseno dalam bukunya “Etika Dasar”, bahwa etika:
ilmu yang mencari orientasi. Apabila kita untuk pertama kalinya
datang ke Jakarta dengan naik bis dari arah Timur, kita akan turun
di terminal Pulogadung. Syukur kalau ada yang menjemput.
Karena kalau tidak, kita betul-betul akan kebingungan. Barangkali
kita memegang secarik kertas dimana alamat yang kita tuju
tercatat. Tapi bagaimana cara untuk ke alamat itu? Kebingungan
kita tidak luput dari perhatian sepasukan calo yang segera akan
menyerbu kita dan menawarkan “jasa baik” mereka. Kecuali
bingung kita menjadi takut pula. Harus mengikuti calo yang mana?
Dapatkah dipercaya? Jangan-jangan kita mau dirampok? Contoh
itu memperlihatkan bahwa salah satu kebutuhan manusia yang
paling fundamental adalah orientasi. Sebelum kita dapat
melakukan sesuatu apapun kita harus mencari orientasi dulu. Kita
harus harus tahu dimana kita berada dan ke arah mana kita harus
bergerak untuk mencapai tujuan kita.
Filsafat manusia mengatakan bahwa manusia itu makhluk
yang tahu dan mau. Artinya, kemauannya mengandaikan
pengetahuan. Ia dapat bertindak berdasarkan pengertian-
Urgensi Etika
Etika hari ini merupakan keharusan yang sangat
mendesak. Selanjutnya untuk melihat hal tersebut kita perlu
mengetahui dahulu nilai-nilai dasar kode etik yang harus dijunjung
tinggi sebagai standarisasi pengawas diantaranya yaitu
(Perbawaslu No 6, 20217) :
a. Mandiri, tidak terpengaruh dan bersikap netral dalam
melaksanakan tugas;
b. Integritas, perilaku yang bermartabat dan bertanggung jawab;
c. Transparansi, keterbukaan dalam batas normatif;
d. Professional, menjaga dan menjalankan keahlian profesi dan
mencegah benturan kepentingan dalam menjalankan tugas;
e. Akuntabilitas, kewajiban untuk menyampaikan
pertanggungjawaban kepada pihak yang meminta
pertanggungjawaban; dan
f. Kebersamaan, saling mendukung dalam menjalankan tugas
dan tidak egois.
Ada sekurang-kurangnya empat alasan mengapa etika dan
moral pada zaman kini semakin diperlukan, antara lain (Franz
Magnis, 1987) :
1. Kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga
dalam bidang moralitas. Setiap hari kita bertemu orang-orang
dari suku, daerah dan agama yang berbeda-beda. Kesatuan
tatanan normatif sudah tidak ada lagi. Kita berhadapan
dengan sekian pandangan moral yang sering saling
bertentangan dan semua mengajukan klaim mereka pada
kita. Mana yang akan kita ikuti? Yang kita peroleh dari orang
tua kita dulu? Moralitas tradisional desa? Moralitas yang
ditawarkan melalui media massa?
yang hakiki dan apa yang boleh saja berubah dan dengan
demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap-sikap yang
dapat kita pertanggungjawabkan.
3. Ketiga, tidak mengherankan bahwa proses perubahan sosial
budaya dan moral yang kita alami ini dipergunakan oleh
pelbagai pihak untuk memancing dalam air keruh. Mereka
menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat
penyelamat. Etika dapat membuat kita sanggup untuk
menghadapi ideologi-ideologi itu dengan kritis dan objektif
dan untuk membentuk penilaian sendiri, agar kita tidak perlu
mudah terpancing. Etika membantu agar kita jangan naif atau
ekstrem. Kita jangan cepat-cepat memeluk segala pandangan
yang baru, tetapi juga jangan menolak nilai-nilai hanya karena
baru dan belum biasa.
4. Etika juga diperlukan oleh kaum agama yang disatu pihak
menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman
kepercayaan mereka, dan lain pihak sekaligus mau
berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan pihak menutup
diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang
sedang berubah itu.
Pengertian Moralitas
Kata “Moral” selalu mengacu pada baik buruknya manusia
sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia
dilihat dari segi kebaikan sebagai manusia. Norma moral adalah
tolak ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan
manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan
bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas (Franz Magnis,
1987).
Sedangkan sikap moral yang sebenarnya disebut
moralitas (Franz Magnis, 1987). Moralitas adalah sikap hati orang
yang terungkap dalam tindakan lahiriah (mengingat bahwa
tindakan merupakan ungkapan sepenuhnya dari sikap hati).
Moralitas terdapat apabila orang mengambil sikap dan perbuatan
baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan
bukan karena ia mencari untung. Moralitas adalah sikap dan
perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih. Hanya moralitas lah
yang bernilai secara moral.
Menurut Jeremy Bentham dalam Buku “Dasar-dasar
Moralitas” karya Henry Hazlitt menyatakan bahwa Moralitas
2) Prinsip keadilan
Bahwa keadilan tidak sama dengan sikap baik. Prinsip
kebaikan hanya menegaskan agar kita bersikap baik baik
terhadap siapa saja. Tetapi kemampuan manusia untuk
bersikap baik secara hakiki terbatas. Itu tidak hanya berlaku
bagi benda-benda materil yang dibutuhkan orang: uang yang
telah diberikan kepada seorang pengemis tidak dapat
dibelanjakan bagi anak-anaknya sendiri; melainkan juga
dalam hal perhatian dan cinta kasih: kemampuan untuk
memberikan hati kita juga terbatas! Maka secara logis
dibutuhkan prinsip tambahan yang menentukan bagaimana
kebaikan yang merupakan barang angka itu harus dibagi.
Prinsip itu prinsip keadilan.
KERELAWANAN
Pengertian Kerelawanan Dalam Konteks Pembangunan Karakter
a. Relawan
Relawan memiliki arti orang yang tanpa dibayar
menyediakan waktunya untuk mencapai tujuan organisasi,
dengan tanggung-jawab yang besar atau terbatas, tanpa atau
dengan sedikit latihan khusus, tetapi dapat pula dengan
latihan yang sangat intensif dalam bidang tertentu, untuk
bekerja sukarela membantu tenaga profesional (Hearts of
Volunteers, 2018).
Dalam definisi Proyek Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (PSKP), relawan juga berarti orang-orang atau
warga masyarakat setempat yang bersedia mengabdi secara
ikhlas dan tanpa pamrih, tidak digaji atau diberikan imbalan,
rendah hati, berkorban, diusulkan serta dipilih oleh masyarakat
berdasarkan kualitas sifat kemanusiaan atau moralitasnya,
dan memiliki kepedulian serta komitmen yang sangat kuat
bagi upaya memperbaiki kesejahteraan masyarakat miskin
yang ada di sekitarnya maupun bagi upaya kemajuan
b. Kesukarelawanan
Kata sukarelawan menurut Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa mengandung pengertian orang yang
dengan sukacita melaku-kan sesuatu tanpa rasa terpaksa.
Kata sukarela ini berasal dari kata dasar sukarela dan
imbuhan -wan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1996:970) pun, bentuk kata yang ada adalah sukarelawan.
Maka kesukarelawanan dalam pembangunan karakter
tentu kita sebagai individu tergerak untuk melakukan
perubahan dalam membentuk karakter pribadi tanpa iming-
iming dan paksaan. Sehingga dengan menumbuhkan sikap
kesukarelawanan dapat membentuk watak, tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak dengan mudah
karena berasal dari kemauan individu itu sendiri (Badan
Bahasa, 2021).
KESIMPULAN
Pembangunan karakter menuntut untuk mempersiapkan
diri secara baik dari segi intelektual maupun karakter, komitmen
kuat harus dilakukan dan bangun pada etika dan moralitas
pengawas itu sendiri. Penanganan Pembangunan karakter
pengawas menyangkut kepemiluan dalam program Pusdiklat
Pengawasan Pemilu Partisipatif harus harmonis diantara semua
pihak terkait, dan harus memiliki kesamaan frekuensi antar
pemerintah, lembaga/instansi dan komunitas demi membangun
karakter pengawas yang penuh dengan visi, integritas, mental,
etika, moral dan semangat kepemimpinan yang dipadu oleh
kerelawanan yang memiliki sikap kesukarelawanan.
Maka, peran Badan Pengawas Pemilu dalam
pembangunan karakter pengawas sangat besar, termasuk dalam
pembinaan dan pendampingan para kader. Tidak hanya itu,
BAB 4
PEMILU DAN DEMOKRASI
Indikator Capaian
Desain regulasi pemilu legislatif dan eksekutif, Aktor, sistem
pemilu, dan tahapan penyelenggaraan pemilu di regulasi pemilu,
Standar universal dari pemilu demokratis. alat ukur dari free and
fair election, Jenis pelanggaran pidana pemilu, jenis pelanggaran
administrasi pemilu dan lembaga yang berwenang/memiliki fungsi
menindak pelanggaran pemilu
Metode
Brainstorming, ceramah, dialog, game, diskusi kelompok
Media/Bahan
LCD, materi presentasi, alat tulis, flipchart, kertas plano, spidol,
laptop
Waktu
180 menit
Kedaulatan Rakyat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan
kedaulatan sebagai kekuasaan tertinggi atas pemerintahan
negara, daerah dan sebagainya. Makna dari konsep kedaulatan
merupakan konsep yang biasa dijadikan topik dalam bahasan
filsafat, politik dan hukum ketatanegaraan. Istilah kedaulatan
mengandung pengertian yang berkaitan dengan ide tentang
kekuasaan tertinggi yang berkaitan dengan Negara (Jimly
Asshiddiqie, 2010).
Maka dengan jelas kedaulatan merupakan kekuasaan
tertinggi dalam negara dan menjadi atribut bagi negara sebagai
organisasi masyarakat paling besar. Ketika dikaitkan dengan
“rakyat” berarti rakyat lah yang merupakan tempat untuk
melahirkan kekuasaan tertinggi maka dengan demikian kedaulatan
rakyat dapat didefinisikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam
negara yang dipegang atau terletak di tangan rakyat.
Saat ini rakyat dielu – elukan sebagai sentral dan sumber
kekuasaan dikarenakan kekuasaan tidak memiliki legitimasi
apapun bilamana kekuasaan tersebut diperoleh bukan dari
partisipasi rakyat.
Ide kedaulatan rakyat yang dianut dalam UUD 1945
diantaranya :
a. Kedaulatan rakyat dimaknai sebagai formalitas belaka (
secara yuridis ).
b. Pola perwakilan yang dianut dalam melaksanakan amanat
rakyat, bersifat semu dan seketika, karena rakyat hanya
wenang memilih, tanpa wenang mengkritisi atau bahkan
mencabut amanat yang diberikannya kepada wakilnya.
c. Kedaulatan rakyat dianggap mutlak, padahal ada tiga unsur
yang harus sejalan demi tegaknya kedaulatan rakyat yang
Demokrasi
Untuk mengetahui arti demokrasi, dapat dilihat dari dua
buah tinjauan, yaitu tinjauan bahasa (etimologis) dan tinjauan
istilah (terminologis). Secara etimologis “demokrasi” terdiri dari dua
kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat, dan “cratein” atau “cratos”
yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.
Jadi secara bahasa demos-cratein atau demos cratos
(demokrasi) adalah keadaan negara di mana dalam sistem
pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat
berkuasa, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.
Sedangkan secara istilah, arti demokrasi diungkapkan
oleh beberapa ahli yaitu :
a. Joseph A. Schmeter mengungkapkan bahwa demokrasi
merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana individu-individu memperoleh
kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas
suara rakyat;
b. Sidnet Hook berpendapat bahwa demokrasi adalah bentuk
pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari
rakyat dewasa;
c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl menyatakan bahwa
demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan
mereka di wilayah publik oleh warga negara, yang bertindak
secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama
dengan para wakil mereka yang telah terpilih;
d. Sedangkan Henry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi
sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh
Prinsip Demokrasi
Suatu pemerintahan dinilai demokratis apabila dalam
mekanisme pemerintahannya diwujudkan prinsip-prinsip
demokrasi. Prinsip-prinsip tersebut berlaku universal. Maksudnya
adalah keberhasilan suatu negara dalam menerapkan demokrasi
dapat diukur berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Tolok ukur
tersebut juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan
pelaksanaan demokrasi di negara lainnya.
Menurut Inu Kencana Syafiie, prinsip-prinsip demokrasi
yang berlaku universal antara lain:
a. Adanya pembagian kekuasaan
Pembagian kekuasaan dalam negara berdasarkan
prinsip demokrasi, dapat mengacu pada pendapat John
Locke mengenai trias politica. Kekuasaan negara terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Ketiga lembaga tersebut memiliki kesejajaran sehingga tidak
dapat saling menguasai.
b. Pemilihan umum yang bebas
Kedaulatan tertinggi dalam negara demokrasi berada
di tangan rakyat. Namun tentunya, kedaulatan tersebut tidak
dapat dilakukan secara langsung oleh setiap individu.
Kedaulatan tersebut menjadi aspirasi seluruh rakyat melalui
wakil-wakil rakyat dalam lembaga legislatif. Untuk
menentukan wakil rakyat, dilakukan pemilihan umum. Dalam
pelaksanaannya, setiap warga masyarakat memiliki
kebebasan untuk memilih wakil yang dikehendaki. Tidak
dibenarkan adanya pemaksaan pilihan dalam negara
demokrasi. Selain memilih wakil rakyat, pemilihan umum juga
dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden. Rakyat
memiliki kebebasan untuk memilih pemimpin negara.
c. Manajemen yang terbuka
Untuk mencegah terciptanya negara yang kaku dan
otoriter, rakyat perlu diikutsertakan dalam menilai
Kepentingan Pemilu
Pertama, pemilu menempati posisi penting bagi
keberlangsungan demokrasi perwakilan. Kedua, pemilu menjadi
indikator negara demokrasi. hal mengatakan bahwa dua dari enam
ciri lembaga-lembaga politik yang dibutuhkan oleh demokrasi
skala besar adalah berkaitan dengan pemilu, yaitu para pejabat
yang dipilih dan pemilu yang bebas adil dan berkala. Ketiga pemilu
penting dibicarakan juga terkait dengan implikasi-implikasi yang
luas dari pemilu, pada fase tersebut Huntington menyebut pemilu
sebagai alat serta tujuan dari demokratisasi (Pamungkas, 2009:3)
Asas Pemilu
Pasal 22E ayat (1) Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berisi ketentuan bahwa pemilihan
umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka asas pemilihan
umum adalah langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil atau
biasa disingkat asas luber jurdil.
Asas tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
KONSTITUSI POLITIK
Pengertian Konstitusi
Konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan
sistem ketatanegaraan suatu negara berisi tentang sekumpulan
peraturan yang membentuk, mengatur atau memerintah negara.
Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan
badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa
kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan
demikian, pengertian konstitusi ini dapat menunjuk pada peraturan
ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Istilah konstitusi pada mulanya berasal dari perkataan
bahasa Latin yaitu Constitutio yang berkaitan dengan kata jus atau
ius yang berarti hukum atau prinsip (Jimly Asshiddiqie, 2005).
Pada perkembangannya di masa modern, bahasa yang menjadi
sumber rujukan mengenai istilah ini diantaranya berasal dari kata
constituer (Prancis) diartikan sebagai membentuk. Maksud dari
membentuk dapat dimaknai sebagai menata, dan menyusun suatu
negara. Demikian pula dalam bahasa Inggris kata constituion
dapat berarti mengangkat, mendirikan atau menyusun. Dalam
bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan sebutan gronwet
yang berarti undang-undang dasar.
Secara sederhana Brian Thompson menyatakan bahwa
konstitusi adalah “.... a constitution is a document which contains
the rules of operation of organization,” (Brian Thompson, 1977).
(konstitusi adalah dokumen atau naskah yang mengandung
aturan-aturan suatu organisasi beroperasi atau berjalan).
Organisasi dimaksud beragam bentuk dengan kompleksitas
strukturnya.
PENGERTIAN POLITIK
Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian adalah suatu mekanisme interaksi antar
partai politik dalam sebuah sistem politik yang berjalan. Dengan
kata lain karena tujuan utama dari partai politik ialah mencari dan
mempertahankan kekuasaan untuk mewujudkan program-program
yang disusun berdasar ideologi tertentu, maka untuk
merealisasikan program-program tersebut partai-partai politik yang
ada berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem
kepartaian secara klasik com (Leo Agustino, 2000).
Sistem kepartaian di Indonesia menganut sistem multi
partai. Aturan ini tersirat dalam pasal 6A(2) UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik. Frasa gabungan partai
politik mengisyaratkan paling tidak ada dua partai atau lebih yang
bergabung untuk mengusung seorang calon pasangan presiden
dan wakil presiden dan bersaing dengan calon lain yang diusulkan
partai-partai lain. Ini artinya sistem kepartaian di Indonesia harus
diikuti oleh minimal 3 partai politik atau lebih.
Sistem kepartaian merupakan pola kompetisi terus-
menerus dan bersifat stabil, yang selalu tampak di setiap proses
pemilu tiap negara. Sistem kepartaian bergantung pada jenis
sistem politik yang ada di dalam suatu negara. Selain itu, sistem
kepartaian juga bergantung pada kemajemukan suku, agama,
ekonomi, dan aliran politik yang ada. Semakin besar derajat
perbedaan kepentingan yang ada di negara tersebut, semakin
besar pula jumlah partai politik. Selain itu, sistem-sistem politik
yang telah disebutkan, turut mempengaruhi sistem kepartaian
yang ada. Sistem kepartaian belumlah menjadi seni politik yang
mapan. Artinya, tata cara melakukan klasifikasi sistem kepartaian
belum disepakati oleh para peneliti ilmu politik. Namun, yang
paling mudah dan paling banyak dilakukan peneliti adalah menurut
jumlah partai yang berkompetisi dalam sistem politik
(setabasri01.blogspot.com, 2019).
Konstitusi kita ( UUD 1945 ) tidak mengamanatkan secara
jelas sistem kepartaian apa yang harus diimplementasikan.
Meskipun demikian konstitusi yang mengisyaratkan bahwa bangsa
Indonesia menerapkan sistem multipartai, yaitu pasal 6 A ( 2 )
Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan diartikan sekelompok organ ( alat )
Pemerintah baik dalam arti luas maupun dalam arti sempit yang
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dari Pemerintah /
Negara yang telah ditentukan sebelumnya.
Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu
dikategorikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti
kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan
menjalankan Pemerintahan; Kekuasaan Legislatif yang berarti
kekuasaan membentuk undang-undang; Dan Kekuasaan Yudikatif
yang berarti kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas
undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis
besar meliputi lembaga Eksekutif, Legislatif Dan Yudikatif. Jadi
sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-
lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan
bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan
negara yang bersangkutan saling berkaitan. Lembaga-lembaga
yang berada dalam satu sistem Pemerintahan Indonesia bekerja
secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan
dari pemerintahan di Negara.
Keberadaan sistem kepartaian multipartai merupakan
penyedia atau agen kebutuhan individu untuk mengisi sistem
pemerintahan. Namun disisi lain, Indonesia dengan sistem
kepartaian multipartai dan sistem pemerintahan presidensial pada
kenyataannya belum tentu saling mendukung terciptanya
pemerintahan yang stabil dan efektif.
PENYELENGGARA PEMILU
Kewajiban KPU
Sedangkan kewajiban KPU dalam kaitan penyelenggaraan
pemilu adalah sebagai berikut (Undang-undang No. 7, 2017) :
a. melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan pemilu
secara tepat waktu; :
b. memperlakukan Peserta pemilu secara adil dan setara;
c. menyampaikan semua informasi penyelenggaraan pemilu
kepada masyarakat;
d. melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta
melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi
arsip yang disusun oleh KpU dan lembaga pemerintah yang
menyelenggarakan urusan arsip nasional atau yang disebut
dengan nama Arsip Nasional Republik Indonesia;
f. mengelola barang inventaris KPU sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
g. menyampaikan laporan periodik mengenai Penyelenggaraan
Pemilu kepada presiden dan DPR tembusan kepada
Bawaslu;
h. membuat berita acara pada setiap rapat pleno ditandatangani
oleh ketua dan anggota KPU;
i. menyampaikan laporan Penyelenggaraan pemilu kepada
Presiden dan DPR dengan tembusan kepada Bawaslu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah pengucapan sumpah/janji
pejabat;
j. melaksanakan putusan Bawaslu mengenai sanksi atas
pelanggaran administratif dan sengketa proses pemilu;
k. menyediakan data hasil Pemilu secara nasional;
l. melakukan pemutakhiran dan memelihara data pemilih
secara berkelanjutan dengan memperhatikan data
kependudukan sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan;
Tugas Bawaslu
Bawaslu sebagai bagian dari penyelenggara pemilu
memiliki fokus kerja mengawasi proses pemilu mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pasca pelaksanaan
pemilu. Undang-undang No.7 Tahun 2017 Tentang Pemilu Pasal
93 menguraikan tugas Bawaslu sebagai berikut :
a. menyusun standar tata laksana pengawasan
Penyelenggaraan Pemilu untuk pengawas Pemilu di setiap
tingkatan;
b. melakukan pencegahan dan penindakan terhadap:
1. pelanggaran Pemilu; dan
2. sengketa proses Pemilu;
c. mengawasi persiapan Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri
atas:
1. perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu;
2. perencanaan pengadaan logistik oleh KPU;
Wewenang Bawaslu
Dalam melaksanakan sejumlah tugas yang harus diemban
oleh Bawaslu, Undang-undang membekali Bawaslu dengan
dengan sejumlah wewenang sebagai berikut :
a. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan
dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
Pemilu;
b. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran,
administrasi Pemilu;
c. memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran politik
uang;
d. menerima, memeriksa, memediasi atau meng ajudikasi, dan
memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu;
e. merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan
mengenai hasil pengawasan terhadap netralitas aparatur
sipil-negara, netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia,
dan netralitas anggota kepolisian Republik Indonesia; '
f. mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban
Bawaslu Provinsi Jawa Tengah dan Bawaslu
Kabupaten/Kota secara berjenjang jika Bawaslu Provinsi
Jawa Tengah dan Bawaslu kabupaten/ kota berhalangan
Kewajiban Bawaslu
Kewajiban memiliki makna keharusan artinya dalam kaitan
pelaksanaan pengawasan Bawaslu wajib melaksanakan perintah
undang-undang yang mengatur tentang kewajiban Bawaslu.
Bawaslu sebagai penyelenggara pemilu merupakan bagian
penting untuk mendorong produk pemilu yang berkualitas. Dalam
undang-undang, kewajiban Bawaslu diatur sebagai berikut:
a. bersikap adil dalam menjalankan tugas dan wewenang ;
b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua
tingkatan;
c. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden
dan DPR sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik
dan/atau berdasarkan kebutuhan;
d. mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih
secara berkelanjutan yang dilakukan oleh KPU dengan
memperhatikan data kependudukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Wewenang DKPP
Untuk menjalankan tugas, DKPP diberikan beberapa
kewenangan yang juga diatur dalam Undang-undang.
Kewenangan DKPP dalam kaitan pelaksanaan tugas-tugasnya
tersebut adalah sebagai berikut ::
a. memanggil penyelenggara Pemilu yang diduga melakukan
pelanggaran kode etik untuk memberikan penjelasan dan
pembelaan;
b. memanggil pelapor, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang
terkait untuk dimintai keterangan termasuk dokumen atau
bukti lain;
c. memberikan sanksi kepada penyelenggara Pemilu yang
terbukti melanggar kode etik;
d. memutus pelanggaran kode etik.
Kewajiban DKPP
Sebagai bagian dari penyelenggara Pemilu, DKPP
sangatlah penting sebab DKPP memiliki peran sebagai penjaga
kehormatan dan martabat para penyelenggara pemilu. Jika para
penyelenggara pemilu tunduk pada Undang-undang dan peraturan
yang ada maka kepercayaan masyarakat pada hasil pemilu
semakin kuta. Oleh sebab itu undang-undang tentang pemilu
mengatur kewajiban DKPP sebagai berikut :
a. menerapkan prinsip menjaga keadilan, kemandirian,
imparsialitas, dan transparansi; :
b. menegakkan kaidah atau norma etika yang berlaku bagi
penyelenggara pemilu;
c. bersikap netral, pasif, dan tidak memanfaat}an kasus. yang
timbul untuk popularitas pribadi; dan
d. menyampaikan putusan kepada pihak terkait untuk
ditindaklanjuti.
BAB 5
PENGAWASAN PEMILU
DAN PARTISIPASI
PENGAWASAN
Indikator Capaian
a. Peserta paham:
1. Paradigma pengawasan partisipatif
2. Tujuan Pengawasan partisipatif
3. Kode etik pengawasan partisipatif
b. Peserta paham:
1. Tahapan-tahapan pemilu
2. Proses dan mekanisme kerja Pengawasan partisipatif
3. Pelaporan hasil kerja pengawasan partisipatif
c. Peserta paham:
1. Kerja-kerja jaringan
2. Mampu membangun jaringan
3. Mampu bekerja dalam tim
d. Peserta paham:
1. Cara membuat laporan pengawasan
2. Proses dan mekanisme pelaporan
3. Cara mengawal hasil pelaporan
Metode
Brainstorming, ceramah, dialog, game, simulasi, Nonton film, dan
penugasan
Media / Bahan
LCD, alat tulis, flipchart, kertas plano, spidol, laptop.
Waktu (Menit)
270 menit (2 sesi)
Pengawasan Partisipatif
Pengawasan partisipatif mengacu pada pemahaman
tentang partisipasi politik. Partisipasi politik itu sendiri adalah “
bagaimana keterlibatan masyarakat atau rakyat banyak dalam
kegiatan-kegiatan politik.” (Yoyoh Rohaniah an Efriza, 2008).
Kegiatan-kegiatan politik bisa dibagi menjadi 2 (dua) jenis; a)
kegiatan-kegiatan politik yang bersifat menimbulkan
gugatan/tuntutan terhadap sistem politik atau pemerintah, dan b)
kegiatan-kegiatan politik yang berupa kegiatan mendukung
gagasan-gagasan dan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan oleh
sistem pemerintah (Yoyoh Rohaniah an Efriza, 2008).
Dalam konteks pengawasan pemilu partisipatif jelas bahwa
masyarakat atau kelompok masyarakat terlibat dalam kegiatan
politik. Masyarakat atau kelompok yang terlibat di dalamnya bisa
BAB
BAB 6
6
PENEGAKAN HUKUM
PEMILU
Indikator Capaian
Desain regulasi penegakan hukum Pemilu, Jenis pelanggaran
pidana pemilu, jenis pelanggaran administrasi pemilu dan lembaga
yang berwenang/memiliki fungsi menindak pelanggaran pemilu
dan proses penyelesaian sengketa Pemilu
Metode
Brainstorming, ceramah, dialog, game, diskusi kelompok
Media/Bahan
LCD, materi presentasi, alat tulis, flipchart, kertas plano, spidol,
laptop
Waktu
menit (2 sesi)
BAB 7
KOMUNIKASI MASSA
KOMUNIKASI MASSA
Pokok Bahasan
Komunikasi Massa
Indikator Capaian
1. Paham beda antara media cetak, online, elektronik.
2. Paham cara kerja wartawan sesuai platform media.
3. Paham UU tentang Pers dan Kode Etik Wartawan.
4. Paham berita hardnews,feature dan bereaking news.
5. Paham disebut jurnalisme warga.
6. Paham kelebihan jurnalisme warga dan jurnalisme
profesional yang diatur UU.
7. Paham risiko dari jurnalisme warga.
8. Paham cara media Sosial,
9. pentingnya media sosial untuk pengawasan partisipatif
10. Mampu memanfaatkannya untuk pengawasan partisipatif
11. Paham yang disebut penulisan laporan efektif
12. Paham unsur-unsur penulisan laporan efektif.
13. Mampu membuat laporan laporan efektif
14. Paham arti dan makna komunikasi
15. Paham pentingnya komunikasi massa.
16. Paham syarat-syarat tercapainya tujuan komunikasi
Metode
Brainstorming, ceramah, diskusi, simulasi, game dan penugasan
Media/Bahan
LCD, alat tulis, flipchart, kertas plano, spidol, laptop
Waktu
320 menit (2 sesi)
Proses Pembelajaran
point
2. Fasilitator Menyampaikan tentang teknik
membuat karya jurnalistik dengan pedoman 5
W1H
3. Fasilitator membuat simulasi untuk bahan tugas
dengan memilih sejumlah peserta sebagai
Ketua KPU RI, Ketua Bawaslu RI, Ketua Partai
Politik, dan Pemantau Pemilu tentang rencana
“Deklarasi Pemilu Damai di Kota Antah
Berantah”. Peserta SKPP Lainnya berperan
sebagai wartawan media profesional untuk
membuat karya jurnalistik peristiwa tersebut
dalam sebuah kertas yang disediakan panitia
dengan pedoman reportase 5W1H.
6. 1. Fasilitator menyajikan materi teknik membuat
press rilis dengan power point ke peserta SKPP
menengah.
2. Fasilitator Menyampaikan tentang teknik
laporan dugaan pelanggaran pemilu kepada
Bawaslu dengan pedoman 5 W 1 H.
3. Fasilitator membuat simulasi peserta SKPP
berperan sebagai pihak yang akan menggelar
press conference di hadapan peserta SKPP
yang berperan sebagai wartawan dari media
massa.
7. Presentasi kelompok 10
8. Game 5
9. Review fasilitator 12
45
MATERI PEMBELAJARAN
dan cetak tak bisa dihindarkan lagi. Satu sama lain saling
melengkapi. Inilah konsep konvergensi media.
Secara praksis dalam konvergensi media, media online
mampu mengintegrasikan media cetak –dalam bentuk e-paper –
dan gambar (video). Ini merupakan konsep mengintegrasikan
media cetak, online, dan visual. Bahkan, pada saat tertentu, untuk
tetap menjaga updating berita. media cetak juga sering melakukan
live streaming di jejaring sosial media twitter dan facebook.
Pembaca media bisa mengakses bentuk konvergensi media ini
pada penyajian portal online.
Secara teknis, ada tiga jenis tulisan yang biasa ditulis oleh jurnalis.
Tiga jenis tulisan itu yakni stright news, dept news, dan feature
news.
1. Stright News Adalah berita langsung dalam arti apa adanya,
ditulis secara padat, lugas, singkat, dan jelas. Mengutamakan
aktualitas
Ciri-ciri Stright News:
a) Menggunakan gaya bahasa to the point alias lugas.
b) Inti berita, yaitu masalah terpenting dalam berita tersebut,
tertulis pada alinea pertama. Makin ke bawah, isi berita
makin tidak penting. Dengan demikian, dengan membaca
alinea pertama saja, atau cuma membaca judulnya, orang
akan langsung tahu apa isi berita tersebut
c) Jenis tulisan ini cenderung mentaati asas 5 W + 1 H
d) Gaya penulisan ini biasanya digunakan oleh surat kabar
yang terbit harian.
Jurnalistik Warga
Jurnalistik pada dasarnya merupakan karya intelektual
informasi yang diproduksi secara sengaja dengan koridor baku
secara internasional oleh perusahaan media massa. Yakni media
massa yang jelas secara kedudukan hukumnya. Di Indonesia
media massa yang terakreditasi terdaftar di Dewan Pers.
Perusahaan media tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang
diatur dalam UU Pokok Pers No 40 Tahun 1999. Diantaranya
adalah berbadan hukum, memiliki penanggung jawab, memiliki
alamat yang jelas, dan tunduk serta patuh pada kode etik
jurnalistik.
Peserta SKPP menengah juga dapat melakukan
pengecekan produk jurnalistik yang diproduksi oleh media massa
yang terdaftar di Dewan Pers dengan wartawan yang telah lulus uji
kompetensi wartawan di situs website resmi Dewan Pers.
Jurnalisme warga adalah produk atau karya jurnalistik
yang sengaja dibuat oleh seseorang yang bukan berprofesi
sebagai wartawan, dan karya jurnalistiknya dimuat oleh media
massa mainstream resmi. Karya jurnalistik warga juga wajib
memenuhi syarat mutlak fakta-fakta berisi informasi 5 W1H dan
telah melalui proses editing oleh editor media massa mainstream.
Sementara postingan berupa artikel, foto, atau video yang
diproduksi warga dan diposting dalam media sosial tidak disebut
sebagai produk jurnalistik. Hal ini karena informasi tersebut tidak
dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana karya jurnalistik yang
diproduksi media massa mainstream yang terdaftar di Dewan
Pers.
Membangun pemahaman baru tentang fenomena
informasi yang terjadi di masyarakat dengan prespektif pengawas
partisipatif. Dalam sesi pembelajaran Jurnalisme Warga, peserta
SKPP Menengah dapat lebih kritis dan aktif dalam sebuah
peristiwa kepemiluan baik pemilu maupun pemilihan (pilkada).
Pemahaman tentang jurnalisme yang baik akan lebih bisa menjadi
bekal dalam pengawasan dan penyampaian informasi kepada
Penulisan Afektif
Penulisan efektif menjadi sangat penting untuk dipahami
tekniknya bagi seorang pengawas partisipatif. Terutama dalam
penulisan-penulisan laporan peristiwa atau laporan kejadian
dugaan pelanggaran pemilu. Dalam dunia penulisan, seringkali
ditemukan sejumlah penulis yang tidak sadar bahwa kalimat atau
kata yang mereka tuliskan tidak sesuai dengan Kamus Bahasa
Besar Indonesia (KBBI). Jika laporan seperti reportase, artikel,
opini, laporan pengawasan dalam pemilu tidak disusun dengan
baik (banyak salah huruf, banyak salah menentukan kata
penghubung, atau penempatan huruf besar yang tidak sesuai
KBBI, penempatan tanda baca dsb), maka dapat dipastikan pesan
BAB 8
KOMUNIKASI SOSIAL
KOMUNIKASI SOSIAL
Pokok Bahasan
Komunikasi Massa
Indikator Capaian
1. Paham arti dan makna komunikasi
2. Paham pentingnya komunikasi massa.
3. Paham syarat-syarat tercapainya tujuan komunikasi
4. Mampu mempraktikkan teknik komunikasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
Metode
Ceramah, dialog, game, simulasi, Contoh-contoh, dan penugasan.
Media / Bahan
LCD, alat tulis, flipchart, kertas plano, spidol, laptop.
Waktu (Menit)
180 menit
No Langkah-langkah Waktu
1 Fasilitator membuka sesi dengan salam dan
menyampaikan ke peserta topik bahasan sesi ini
adalah komunikasi massa yang akan disampaikan
15’
dalam waktu 180 menit.
2 Selanjutnya fasilitator menjelaskan tujuan topik
bahasan ini.
3 10’
4 Fasilitator mempresentasikan makalahnya. 60’
5 Fasilitator membuka kesempatan kepada peserta
bertanya atau menyampaikan 10’
sanggahan/pendapatnya.
6 Fasilitator memberikan kesempatan kepada
narasumber untuk menanggapi dan sanggahan 10’
(bila ada).
7 Fasilitator memberikan penugasan kepada peserta
75’
terhadap materi komunikasi.
KOMUNIKASI SOSIAL
BAB 9
PENUTUP DAN PUSTAKA
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENYUSUN