Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

POLA KOMUNIKASI CALON ANGGOTA LEGISLATIF DPRD DKI


JAKARTA DI MASA MENJELANG PEMILU 2024
(STUDI PADA CALEG 2024 DEDI SUPRIADI)

Disusun oleh :

Shabrina Qonitha 2064190117


Muhammad Nurul Iksan 2064190137
Muhammad Hafidz 2364170002
Farah Syahidah 2064190139

Mitta Huljanah 2064190011

DOSEN PENGAMPU :

DRS. ACHMAD MUCHARAM, M.SI

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha

Esa. Atas rahmat dan hidayah- Nya, kami dapat menyelesaikan penelitian

yang berjudul “Pola Komunikasi Calon Anggota Legislatif DPRD DKI

Jakarta Di Masa Menjelang Pemilu 2024 (Studi pada Caleg 2024 Dedi

Supriadi).”

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Achmad

Mucharam, M.Si selaku dosen Mata Kuliah Seminar Masalah

Komunikasi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam

mengerjakan penelitian ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada

teman dan keluarga yang selalu mendukung kelancaran penelitian ini.

Penelitian ini dibuat untuk menyelesaikan Tugas dari Mata Kuliah

Semester 7 Seminar Masalah Komunikasi. Selain itu, penelitian ini juga

dibuat untuk mengetahui strategi komunikasi politik calon anggota

legislatif DPRD DKI Jakarta Dedi Supriadi dengan masyarakat di daerah

pemilihannya.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan pada penelitian ini.

Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan

penelitian ini. Kami juga berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi

pembaca dan peneliti.

Jakarta, 16 Oktober 2023

Kelompok 20

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1

1.2 Pertanyaan Penelitian……………………………………..…………………… 2

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………….…………………….. 2

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………...…………………….. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………..……………………… 4

2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………..………………………. 4

2.2 Kerangka Teori………………………………………………………………... 6

2.3 Landasan Konsep…………………………………...…………………………. 7

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………..………. 12

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian………………....………………….………… 12

3.2 Subjek Penelitian……………………………………………………….……… 13

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………..….. 13

3.4 Teknik Pengmpulan Data……………………….…………………………….. 14

3.5 Sumber Data……………………………………...…………………………… 14

3.6 Teknik Analisis Data……………………………..…………………………… 15

3.7 Teknik Keabsahan Data………………………………………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA………………………...…………………………………… 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara demokrasi yang segala aturannya telah ditetapkan dalam

UUD 1945. Salah satu wujud nyata dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan

umum yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali untuk memilih Presiden, DPR, DPRD, dan

DPD. Pada masa menjelang pemilu tentunya akan dilakukan yang namanya kampenye,

dimana para calon legislatif akan memberikan janji – janji, soasialisasi program yang akan

dilakukan jika ia terpilih, memberikan jargon politik, dan lain – lain. Tujuan dari

kampanye sendiri adalah untuk meyakinkan pemilih agar memilih mereka di pemilu nanti

dengan menjanjikan visi/misi, program, dll. Selain itu agar masyarakat mengetahui siapa

saja calon pemimpin yang akan mewakili serta melayani rakyat dengan baik. Tentunya

ada banyak calon dari berbagai parati politik yang akan maju pada pemilihan umum tahun

2024 nanti, dari sekian banyaknya calon anggota dewan tentunya kita harus bisa memilih

yang terbaik, agar nantinya semua aspirasi yang masyarakat sampaikan akan terwujud

dengan baik. Maka dari itu ada pentingnya bagi kita sebagai calon pemilih pemimpin,

lebih mencari tahu lagi tentang calon – calon yang akan maju nantinya. Ada banyak

program unggulan yang dilakukan di wilayah yang dijadikan sasaran dalam pemilu 2024

nanti untuk perolehan kursi sebagai anggota legislatif. Tujuannya untuk memobilisasi

pendukung melalui kampanye, dan penggunaan media massa. Dalam kaitannya dengan hal

ini, Strömbäck dan Kiousis (2014) menyatakan, sebagian besar penelitian berfokus pada

bagaimana berkomunikasi dalam pelaksanaan program kampanye dengan pemilih, baik

secara langsung, melalui media berita, atau pada keseluruhan teknik kampanye dan

komunikasi politik.

1
Menurut Schedler dalam Al-Hamdi, R. (2021), untuk memperoleh

kesuksesan, seorang kontestan penting mempelajari pasar, yaitu masyarakat

sebagai pemilih, kepentingan dasar pemilih dan harapan dari konstituen yang ingin

diwakili oleh kandidat tersebut. Kontestan partai politik memerlukan strategi

pemasaran politik untuk memperoleh dukungan dari komunitas pemilih. Dalam hal

ini, sangat penting bagi para calon anggota legislatif untuk riset terlebih dahulu

bagaimana pola kehidupan, kegiatan, apa kebutuhan dan keinginan dari masyarakat

agar kemudian bisa menyesuaikan dan mengatur strategi komunikasi untuk

pendekatan yang baik dan lebih efektif.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, pertanyaan penelitian pada

penelitian ini yaitu “Bagaimana strategi komunikasi politik calon anggota legislatif

DPRD DKI Jakarta Dedi Supriadi dengan masyarakat di daerah pemilihannya?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui, mempelajari, dan menggambarkan strategi komunikasi politik yang

dilakukan calon anggota legislatif DPRD Dedi Supriadi dengan masyarakat di daerah

pemilihannya untuk pemenangan daerah pemilihannya untuk pemenangan caleg dalam

pemilihan umum tahun 2024 di Jakarta Selatan.

2
1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian yang saya lakukan memiliki manfaat

sebagai berikut:

1. Dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan terkait strategi

komunikasi politik yang dilakukan calon anggota legislatif DPRD Dedi Supriadi

dengan masyarakat di daerah pemilihannya untuk pemenangan caleg dalam pemilihan

umum tahun 2024 di Jakarta Selatan.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi tambahan literatur, terkait Pola

komunikasi caleg Dedi Supriadi di masa menjelang pemilu 2024

3. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan pembelajaran,

pengetahuan, wawasan, serta informasi kepada peneliti dan pembaca untuk menyadari

pentingnya mengetahui tentang calon pemimpin yang akan memimpin daerah kita

nantinya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terhdahulu merupakan upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan juga

untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya, selain itu kajian terhdahulu

juga dapat menunjukkan orisinalitas dari penelitian. Pada bagian ini peneliti

mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang sedang

dilakukan, lalu membuat rigkasannya.

Berikut merupakan penelitian terdahulu yang masih terkait dengan tema yang peneliti kaji:

1. “Pola Komunikasi Politik Calon Legislatif Partai Nasdem Dalam Pemilu Serentak Di

Kabupaten Bulukamba” oleh Idzal Salwa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Hasil penelitian:

1) Pola Komunikasi

a. Pola Komunikasi Formal

Pola komunikasi formal Partai Nasdem dalam pemilu serentak di

Kabupaten Bulukumba sangat baik hal ini dapat dilihat dari pola-pola

komunikasi formal koordinasi yang dilakukan mulai dari pimpinan ke bawahan

sampai bawahan kepada pimpinan terjalin dengan baik bagaimana kemudian

para pengurus partai sangat sering melakukan pertemuan- pertemuan jikalau

ada sesuatu yang ditemukan dilapangan. Bukti nyata bagaimana pola

komunikasi Partai Nasdem sangat baik pada pemilu serentak kemarin Partai

Nasdem mampu mendapatkan jumlah suara terbanyak Di Kabupaten

Bulukumba.

4
b. Pola Komunikasi Informal

Pola komunikasi informal Partai Nasdem sudah sangat baik hal ini

dikarenakan para caleg yang direkrut oleh Partai Nasdem sangat aktif dalam

melakukan kunjungan-kunjungan ke masyarakat sehingga dengan mudah

mereka membangun hubungan emosional yang baik selain itu pola komunikasi

informal dari para pengurus Partai Nasdem sangat cerdas karena mereka

memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan Partai Nasdem dan tujuan

dari partai itu di masyarakat.

2) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung erat kaitannya dengan pola komunikasi politik calon

legislatif partai nasdem dalam pemilu serentak di kabupaten bulukumba yang

meliputi: 1. Lingkungan sosial, 2. Struktur kepribadian.

b. Faktor penghambat

Faktor penghambat dalam kaitannya dengan pola komunikasi politik

calon legislatif partai nasdem dalam pemilu serentak di kabupaten bulukumba,

meliputi: (1) Kepribadian aktor dan (2) Kurangnya sosialisasi.

2. “Strategi Komunikasi Politik Calon Legislatif Terpilih DPRD Tanggerang Selatan

Dalam Pemilu Tahun 2019 (Fraksi Partai Solidaritas Indonesia)” oleh Djoni Gunanto,

Lusi Andriyani, Muhammad Sahrul. Program Studi Ilmu Politik dan Program Studi

Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

Hasil dan Pembahasan :

5
Dalam menghadapi pemilu legislatif tahun 2019 di Tangerang Selatan, caleg

PSI Tangerang Selatan menggunakan strategi komunikasi politik dengan pendekatan

kultural turun kepada masyarakat dilanjutkan dengan maping politik dan yang terakhir

menghadirkan politik yang sehat dan elegant, dalam hal adalah dengan memperbanyak

memberikan pesan politik yang mengadvokasi dan mencerahkan masyarakat dengan

tidak melakukan politik uang. Di samping itu dukungan dari partai sangat besar dan

kuat, sehingga memberikan energi dan semangat baru bagi para caleg untuk lebih

masif dalam bergerak. Selain menjalankan beberapa strategi diatas, PSI juga

menjalankan Strategi Komunikasi Politik menggunakan, Push Strategy yaitu

mengkomunikasikan pesan anti intoleransi dan anti Korupsi. Pull Strategy,

penggunaan media baik media online atau kemudian media massa. Pass Strategi,

menggunakan jejaring partai dan element komunitas seperti tim pemenangan dari

tingkat daerah dan cabang, serta komunitas non partai juga menjadi salah satu penentu

kemenangan caleg tersebut. Branding Politik dengan membuat tagline “muda, religius

dan professional.

2.2 Kerangka Teori

Menurut Notoatmodjo (2018). Kerangka teori merupakan dasar-dasar dari teori dimana

suatu penelitian berasal atau dikaitkan. Dalam kerangka teori ini, peneliti akan menyajikan

beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Teori

tersebut nantinya akan menjadi sumber dasar dalam berjalannya penelitian ini dan dapat

menjadi komponen penentu dari hasil penelitian. Berikut ini merupakan teori yang akan

peneliti gunakan dalam penelitian ini:

Communication Goal Theory

6
Dalam teori ini menjelaskan bahwasannya dalam sebuah komunikasi kita harus

memiliki tujuan. Dimana Goal adalah tujuan atau keinginan yang ingin dicapai. Dalam hal

ini menitikberatkan keinginan seseorang sebagai tujuan dari adanya interaksi dalam

komunikasi dan koordinasi sehingga nantinya tujuan yang ingin kita inginkan bisa

tercapai. Selanjutnya teori ini mengungkapkan komunikasi yang kita lakukan lebih

mengarah kepada tujuan kita, akan tetapi kita akan memikirkan tujuan kita tidak akan

cukup sehingga diperlukan sebuah perencanaan atau strategi supaya tujuan yang kita ingin

capai akan tercapai dengan baik melalui komunikasi dan interaksi. Selain itu teori juga

mengatakan bahwasannya komunikasi dilakukan untuk mencapai tujuannya. Dalam

interaksi yang dilakukan itu akan bergerak sesuai dengan keinginan dan tujuan yang sudah

tertanam dalam memori. Dalam teori ini diibaratkan sebagai dua orang yang berbeda dan

keduanya memiliki cara komunikasi yang berbeda. Ketika dilihat dari faktor perspektif

setiap orang yang berbeda sehingga tujuan dari masing-masing orang berkomunikasi juga

berbeda.

Dari penjelasan tersebut, peneliti merasa bahwa teori ini sejalan dengan penelitian ini,

dimana pada setiap komunikasi yang dilakukan oleh Calon Anggota Legislatif DPRD

DKI Jakarta 2024, Dedi Supriadi, pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Maka

dari itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pemilihan pola komunikasi yang tepat

dan efektif agar pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dengan baik.

2.3 Landasan Konsep

1. Konsep Komunikasi Politik

Komunikasi Politik merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator

kepada komunikan mengenai politik yang dapat memberikan pengaruh secara

langsung maupun tidak langsung. Komunikasi politik juga dapat dipahami sebagai

7
komunikasi antar “yang memerintah” dengan “ yang diperintah”. Menurut Gabriel

Almond (Dalam Cangara 2016) komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang

selalu ada dalam setiap sistem politik.

Menurut Susanto, komunikasi politik merupakan komunikasi yang diarahkan pada

pencapaian suatu pengaruh sehingga masalah yang di bahas oleh jenis kegiatan

komunikasi ini dapat mengingat semua warganya melalaui sangsi yang di tentukan

bersama oleh lembaga-lembaga politik. Nimmo berpandangan bahwa komunikasi

politik menggunakan politik hanya untuk mengartikan kegiatan orang secara kolektif,

yang pengatur perbuatan perbuatan mereka dalam konflik sosial.

2. Konsep Pemilihan Umum

Pemilu atau Pemilihan Umum adalah proses memilih orang yang akan dijadikan

pengisi jabatan - jabatan politik tertentu, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai

tingkat pemerintahan sampai dengan Kepala Desa. Dalam Jurdi (2018) Pengertian lain

Pemilu adalah salah satu upaya dalam mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak

memaksa) dengan melaksanakan aktivitas retorika, hubungan politik, komunikasi

massa, lobi dan aktivitas lainnya. Pemilihan Umum pertama di Indonesia dilaksanakan

pada tahun 1955 dan sampai sekarang pemilu dilakukan sebanyak 12 kali, yakni pada

tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019.

Menurut Undang-Undang pemilu 2019 Nomor 7 Tahun 2017 pasal 1 Ayat 1

tentang pemilu, pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana

kedaulatan rakyat untuk memilih anggota dewan perwakilan rakyat, anggota dewan

perwakilan daerah, presiden dan wakil presiden, dan untuk memilih anggota dewan

perwakilan rakyat daerah, yang dilaksanakan secra lansung, umum, bebas, rahsia, jujur,

dan adil dalam Negara kesatuan republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-

8
Undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945, Sedangkan menurut Morissan

(2005) pemilu adalah cara atau sarana untuk mengetahui keinginan rakyat mengenai

arah dan kebijakan Negara kedepan. Paling tidak ada tigak macam tujuan pemilihan

umum, adalah sangat mungkin ada peralihan pemerintahan secara aman dan tertib,

untuk melakukan kedaulatan rakyat dalam rangka melakukan hak asasi warga negara.

Umumnya, istilah “pemilu” lebih sering merujuk kepada pemilihan anggota

legislatif dan presiden yang di adakan setiap 5 tahun sekali. Pemilu harus dilakukan

secara berkala, karena memiliki fungsi sebagai sarana pengawasan bagi rakyat terhadap

wakilnya. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara

persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, hubungan politik,

komunikasi massa, lobi dan lain-lain kegiatan, dalam suatu pemilihan umum pemilih

juga disebut konsitutuen, dan kepada merekalah para peserta pemilu menawarkan janji-

janji dan program-programnya pada masa kampanye.

Di kebanyakan Negara demokrasi, pemilihan umum dianggap sebagai tolak

ukur, dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggrakan dalam suasana

keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

mencerminkan dengan hampir akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat, sekalipun

demikian, disadari bahwa pemilihan umum tidak merupakan satu-satunya tolak ukur

dan perlu dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat

berkisanambungan, seperti partisipasi dalam kegiatan partai dan juga sebagainya.

Asas-Asas dalam Pemilihan Umum atau Pemilu diatur pada Pasal 22 E Ayat 1

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dimana pemilihan

umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam kurun

waktu setiap lima tahun sekali.

9
a. Langsung

Langsung mengartikan bahwa rakyat memiliki hak untuk memilih langsung

sesuai dengan hati nurani tanpa perantara.

b. Umum

Umum berarti bahwa negara menjamin dan memberikan hak kepada setiap

warga negaranya tanpa memandang jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, ras,

suku dan agama yang dianut.

c. Bebas

Bebas memiliki arti bahwa rakyat diberi hak untuk memilih tanpa ada tekanan,

paksaan dari siapapun sehingga rakyat hanya memilih sesuai dengan hati nuraninya

sendiri. Di dalam pemanfaatan haknya, rakyat diberi jaminan keamanan oleh

Negara.

d. Rahasia

Rahasia mengartikan bahwa seorang pemilih diberi jaminan bahwa hasil

pilihannya tidak diketahui oleh orang lain.

e. Jujur

Jujur artinya semua panitia maupun pemilih atau pihak terkait lainnya harus

bersikap jujur dengan tidak melanggar peraturan yang berlaku.

f. Adil

Adil mengartikan bahwa setiap pemilih diberikan hak dan perlakuan yang sama

sehingga bebas dari kecurangan pihak manapun

10
3. Konsep Lembaga Legislatif

Lembaga Legislatif merupakan lembaga pemerintahan yang memiliki tugas

membuat undang – undang negara dan mengawasi pelaksanaan undang – undang yang

telah dibuat dan disetujui. Lembaga Legislatif di Indonesia terdiri dari Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPR adalah

lembaga legislatif yang terdiri dari wakil – wakil rakyat yang dipilih melalui pemilihan

umum. Sedangkan DPD adalah lembaga legislatif yang terdiri dari wakil – wakil

daerah yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dari setiap provinsi di

Indonesia.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Terdapat berbagai definisi

mengenai penelitian kualitatif menurut ahli. Menurut Creswell (2013: 29) dalam Yamin

(2022) merupakan sebuah metode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, suatu

set kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu kelas peristiwa pada masa kini.

Sedangkan menurut Moleong (2017) dalam Fairus (2020), penelitian kualitatif merupakan

penelitian dengan tujuan untuk memperdalam pemahaman tentang fenomena yang

dirasakan oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan lainnya

menggunakan kalimat deskriptif pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

menggunakan bermacam-macam metode alamiah. Pada penelitian dengan jenis ini, proses

dalam penelitian dinilai lebih penting daripada hasil yang didapatkan.

Penelitian ini menggunakan salah satu pendekatan dalam penelitian kualitatif yaitu

pendekatan studi kasus. Menurut Alsa (2014) studi kasus dilakukan untuk memperoleh

pengertian yang mendalam dan menganalisa secara lebih intensif tentang sesuatu terhadap

individu, kelompok, atau situasi. Sedangkan Azwar (2015) menyatakan penelitian studi

kasus yang lebih intensif dan mendalam ini ditujukan untuk memperoleh gambaran

lengkap mengenai subjek yang diteliti dengan cakupan penelitian meliputi keseluruhan

kehidupan ataupun beberapa aspek tertentu saja. Tujuan studi kasus merupakan berusaha

menemukan makna, menyelidiki proses, memperoleh pengertian dan pemahaman yang

mendalam mulai dari individu, kelompok, atau situasi tertentu.

Penelitian studi kasus disini maksudnya peneliti memperoleh data informasi secara

langsung dengan mendatangi langsung informan yaitu, Dedi Supriadi, calon legislatif di

DPRD DKI Jakarta 2024. Dengan tujuan untuk menyelidiki proses kampanye individu

12
tertentu yaitu Dedi Supriadi.

3.2 Subjek Penelitian

Informan merupakan seseorang atau individu yang kita jadikan sumber dalam

perolehan data dan informasi dalam melakukan penelitian. Menurut Moleong (2017)

dalam Arminto (2018), informan ialah individu atau kelompok yang dijadikan sasaran

untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan dalam

penelitian kualitatif dipilih untuk menjelaskan kondisi atau fenomena yang terjadi.

Adapun informan kunci dalam penelitian ini yaitu Dedi Supriadi, Calon Legislatif

DPRD DKI Jakarta 2024. Selain itu peneliti juga menentukan beberapa informan

pendukung sebagai penambah sumber data dalam penlitian ini. Beberapa karakteristik

yang telah peneliti tentukan sebagai informan pendukung di antaranya, yaitu orang - orang

yang memiliki peran dalam masa kampanye Dedi Supriadi seperti tim sukses dan

masyarakat pada daerah pemilihan Dedi Supriadi.

Pemilihan informan disesuaikan dengan tujuan penelitian dan tentunya peneliti juga

akan memastikan bahwa informan yang terpilih memang bersedia secara sadar untuk

dijadikan sumber dalam berlangsungnya penelitian ini.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi dan waktu penelitian ialah sebagai berikut:

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti mendapatkan informasi

mengenai data yang diperlukan. Adapun lokasi penelitian dilakukan di Kota DKI

Jakarta tepatnya di Jakarta Selatan (Manggarai, Tebet, Pasarminggu, Tanjung Barat,

Lenteng Agung) daerah pemilihan dari Calon Legislatif Dedi Supridadi.

13
2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini selama kurang lebih 3

bulan. Dimulai dari bulan Desember 2023 hingga Februari 2024.

3.4 Teknik Pengmpulan Data

Penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan cara:

1. Observasi, mengamati secara langsung interaksi yang dilakukan subjek penelitian

kemudian peneliti mencatat semua yang diamati.

2. Wawancara secara langsung kepada informan kunci yaitu Caleg Jakarta Selatan

Dedi Supriadi dan masyarakat sekitar daerah pemilihannya.

3. Dokumentasi berupa foto – foto dan video arsip. Dokumentasi sendiri merupakan

penguat informasi dari hasil wawancara ataupun pengamatan peneliti selama

penelitian berlangsung. Informasi yang peneliti dapatkan dari dokumentasi ini

adalah hasil dari wawancara dan didapatkan secara sengaja guna

mendokumentasikan penelitian seperti foto lokasi penelitian

4. Studi Pustaka dari buku maupun jurnal.

Berdasarkan data – data yang sudah didapatkan kemudian dilakukan analisis dan

penarikan kesimpulan untuk penelitian ini.

3.5 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif meliputi sumber data primer dan sumber data

sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada peneliti dan selanjutnya data-data yang terkumpul dari sumber ini disebut data

14
primer. Penelitian ini menggunakan data primer yakni pemerolehan data dengan

mengambil langsung informasi dari sumber objek yang diinginkan. Adapun data primer

dalam penelitian ini berasal dari Dedi Supriadi serta orang – orang yang memiliki peran

langsung dalam kampanye Dedi Supriadi.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara tidak langsung melalui dokumen atau sumber-sumber lainnya.

3.6 Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan yaitu analisis data model Miles dan Huberman. Miles

dan Hubermen, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data, dan kesimpulan

/ verifikasi (Ibid., hal. 246).

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan tahap dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data

merupakan bentuk analisis yang menggolongkan, menyederhanakan, dan membuang

yang tidak perlu sehingga data tersebut berisi informasi yang bermakna da

memudahkan dalam penarikan kesimpulan.

2. Display Data

Display data atau penyajian data juga merupakan tahap dari teknik analisis data

kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan ketika sekumpulan data disusun secara

sistematis dan mudah dipahami, sehingga dapat memberikan kemungkinan

menghasilkan kesimpulan.

15
3. Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir dalam teknik

analisis data kualitatif. Tahap ini bertujuan untuk mencari makna data yang

dikumpulkan dengan mencari hubugan maupun persamaan atau perbedaan untuk

menarik kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan masalah yang ada.

Verifikasi ditujukan agar penilaian tentang kesesuaian data dengan maksud

yang terkandung dalam konsep dasar analisis tersebut lebih tepat dan objektif. Salah

satu cara dapat dilakukan adalah dengan peer debriefing.

3.7 Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha mendapatkan data yang valid, untuk

itu dalam pengumpulan data peneliti perlu memeriksa keabsahan data agar data yang

diperoleh tidak invalid (cacat). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

triangulasi untuk memeriksa keabsahan data. Moleong (2017) menyebutkan bahwa teknik

triangulasi merupakan teknik dalam memeriksa validitas data yang memanfaatkan hal lain

di luar data untuk mengecek atau sebagai pembanding terhadap data itu. Umumnya, teknik

triangulasi yang dipakai yaitu melakukan pengecekan menggunakan sumber lainnya.

Teknik ini biasanya dilaksanakan dengan melakukan wawancara, observasi langsung

hingga observasi tak langsung.

Norman K. Denkin menyebutkan ada beberapa macam triangulasi dengan

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, antar-peneliti dan teori. Beberapa di

antaranya ialah:

1. Triangulasi sumber data

Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu dengan

menggunakan berbagai sumber data. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan

16
di antaranya seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan

mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang

berbeda.

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data dengan berbagai

macam metode. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara

mendalam serta observasi untuk mengecek kebenarannya. Serta didukung dengan

dokumentasi dan studi pustaka.

3. Triangulasi antar-peneliti

Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu

orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah

pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu

diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki

pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan

peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi.

4. Triangulasi teori

Triangulasi teori maksudnya ialah hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah

rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan

dengan perspektif teori yang relevan untuk menghindari bias individual peneliti atas

temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Dalam hal ini, peneliti akan membandingkan

teori yang peneliti gunakan yaitu, Communication Goals Theory dengan thesis

statement penelitian ini di akhir.

17
DAFTAR PUSTAKA

Almond, Gabriel A dan Sidney Verba. 1984. Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan

Demokrasi di Lima Negara. Bina Aksara : Jakarta

Alsa, A. (2014). Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam

Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2015). Metode Penelitian . Yogyakarta : Pustaka Belajar

Cangara, Hafied. 2016. Komunikasi Politik: Konsep Teori dan Strategi. Jakarta: Rajawali

Pers.

Moleong, L. J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Morissan. 2005. Pemilu Bermartabat. Jakarta : Rajawali Pers

Notoatmodjo, S. 2018, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&d. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Harry. 2013. Komunikasi Politik : Pesan, Kepemimpinan dan Khalayak. Mitra

Wacana Media : Jakarta

Undang-Undang No.7 Tahun 2017 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Pemilu

Undang-Undang Dasar RITahun 1945 Pasal 22 E Ayat 1 Asas-Asas dalam Pemilihan

Umum

18

Anda mungkin juga menyukai